Diajukan Kepada:
dr. MA. Budi Prawati, Sp.Rad
Disusun Oleh:
Yeni Kurniawati (20100310117)
Adiyat Aunur Rahman (20100310175)
I. Kasus
Pasien laki-laki, Tn. M usia 69 tahun datang melalui IRD dengan keluhan nyeri
perut sejak 10 HSMRS. Keluhan tambahan berupa mual, nafsu makan menurun, selain
itu pasien mengeluh susah saat ingin BAK dan membutuhkan waktu lama untuk
mengeluarkan kencing. Nyeri kencing (-), kencing berwarna kemerahan (+),anyanganyangan (-), keluar batu atau pasir (-), demam (-). Riwayat diabetes, hipertensi, dan
sakit jantung, sakit ginjal disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan (-), jamu (+) pegal
linu (seminggu satu kali).
Pemeriksaan penunjang, Cystografi : Dimasukkan kontras 18 % sebanyak 80 cc
ke VU melalui kateter dengan balon berkembang di VU. Sebagian kontras reflux ke
ureter sinistra sampai ren sinistra. Ureter sinistra tampak lebar. SPC sinistra melebar
dengan calyces clubbing-ballooning, tak tampak filling atau additional defect. VU :
densitas kontras bagian tepi kurang opaq dibanding bagian tengah, dan batas tegas dan
hampir merata di seluruh dinding. Additional defect (+) 2 buah di superolateral dextra.
Kesan : cystitis kronis dengan divertikulosis dan obstruksi uropathi sinistra.
II. Masalah yang dibahas
1. Apa pengertian Cystitis dan bagaimana penegakan diagnosisnya?
2. Apa indikasi, kontra indikasi, keuntungan prosedur pemeriksaan Cystografi?
3. Apa saja pemeriksaan untuk traktus urinaria?
III.
Pembahasan
1. Cystitis
Cystitis adalah inflamasi pada mukosa kandung kemih. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Keluhan berupa demam, susah buang air kecil, nyeri saat diakhir BAK (disuria
terminal), sering BAK (polakisuria), nokturia, anyang-anyangan, nyeri pinggang
dan nyeri suprapubik.
Faktor risiko : riwayat diabetes melitus, riwayat kencing batu (urolitiasis), higiene
pribadi buruk, riwayat keputihan, kehamilan, riwayat infeksi saluran kemih
sebelumnya, riwayat pemakaian kontrasepsi diafrahma, kebiasaan menahan
kencing, hubungan seksual, anomali struktur saluran kemih.
2
b. Pemeriksaan fisik
1) Demam
2) Flank pain (Nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle)
3) Nyeri tekan suprapubik
c. Pemeriksaan penunjang
1) Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran
kemih.
2) Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kumanterhadap beberapa antimikroba yang diujikan. b. Pencitraan1).
Foto polos abdomenMencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau
kalkulosa prostat dan kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi
urin yang merupakan tanda dari retensi urin.
3) IVP ( Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis,memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.
4) Ultrasonografi ( trans abdominal dan trans rektal )
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa
urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
5) Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika
dan melihat penonjolan prostat ke dalam rectum
6) Cystografi
Memperlihatkan struktur kandung kemih serta struktur infra vesica dan organorgan sekitarnya.
2. Cystografi
Cystografi adalah teknik atau prosedur pemeriksaan vesika urinaria setelah
memasukkan media kontras melalui kateter dengan menggunakan sinar-x untuk
menegakkan diagnosa.
a. Indikasi pemeriksaan cystografi :
3
Kassa steril
Bengkok atau mangkuk kecil
Kapas alkohol
Plester
Baju pasien
3) Jalannya Pemeriksaan
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan setelah disuruh buang air
kecil.
Daerah orifisium uretra diolesi dengan gliserin.
Masukkan media kontras yang telah diencerkan dengan cairan infus
sebanyak 150-500
cc melalui kateter, secara perlahan sampai ke vesica urinaria sehingga residu
urine
keluar melalui kateter.
Setelah media kontras mengisi vesica urinaria, maka lakukan pemotretan
dengan
beberapa proyeksi.
4) Proyeksi Pemotretan
AP
- Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP berada di
tengah meja pemeriksaan.
- Daerah pelvis tepat di pertengahan kaset.
- CR disudutkan 10 caudad.
- CP berada pada 5 cm di atas symphisis pubis.
RPO dan LPO
- Pasien diposisikan semisupine di atas meja pemeriksaan.
- Tubuh pasien dirotasikan ke arah yang akan diperiksa sebesar 45-60.
- CR vertikal tegak lurus terhadap kaset.
- CP berada pada 5 cm di atas symphisis pubis dan 5 cm ke arah medial
menuju SIAS.
Lateral
- Pasien diposisikan miring pada salah satu sisi di atas meja pemeriksaan.
- Kedua lutut ditekuk sebagai fiksasi dan diganjal bantal.
- Daerah pelvis tepat berada di atas kaset.
- CR vertikal tegak lurus terhadap objek kaset.
- CP berada pada 5 cm superior dan posterior dari symphisis pubis.
V. DOKUMENTASI
10
11
12
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer.
Basuki, Purnomo. (2000). Dasar-Dasar Urologi, Perpustakaan Nasional RI,
Katalog Dalam Terbitan (KTD): Jakarta.
Soeparman. (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. FKUI: Jakarta
13