Anda di halaman 1dari 11

Penanganan dan Penatalaksanaan Ureterolithiasis Dextra

Ria Novelina
102014150
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Pendahuluan

Batu saluran kencing merupakan keadaan patologis karena adanya massa keras berbentuk seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan atau
infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat terbentuknya batu. Batu saluran kencing dapat terbentuk
karena adanya peningkatan kalsium, oksalat, atau asam urat dalam air kencing serta kurangnya
bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, tamm horsfall yang dapat menghambat pembentukan
batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing, gangguan aliran air kencing dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik. Batu ini bisa terbentuk di dalam
ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terdapat pada ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis),
vesica urinaria (vesicolithiasis) dan uretra (urethrolithiasis).

Anamnesis

Anamnesis
Pada anamnesis penyakit ureterolithiasis, ada beberapa hal yang harus ditanyakan kepada
orang yang diwawancara untuk mendapat informasi, seperti :
1) Identitas yang meliputi nama, usia, pekerjaan dan tempat tinggal;
2) Keluhan utama yang meliputi keluhan apa yang dirasakan pasien sehingga menjadi alasan
pasien datang ke dokter seperti :
- Nyeri pada pinggang kanan
3) Riwayat penyakit sekarang yang meliputi cerita kronologis, terinci dan jelas mengenai
keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat :
 Sejak kapan pasien merasa nyeri pinggang?
 Kapan pasien merasa nyeri pinggang: apakah nyerinya berkurang saat istirahat atau
nyerinya bertambah saat aktivitas?
 Bagaimana karakteristik nyeri pinggang yang muncul? Seperti ditekan/rasa
terbakar/ditindih benda berat/seperti ditusuk?
 Apakah nyerinya menjalar? Jika ya, menjalar kemana?
 Apakah ada rasa nyeri saat berkemih? Jika ya, apakah nyerinya berkurang saat
dipengaruhi posisi berkemih?
 Apakah ada gangguan pancaran saat berkemih?
 Apakah ada hematuria?
 Apakah ada demam?
 Apakah ada rasa mual/muntah?
 Apakah ada rasa kembung?
4) Riwayat penyakit dahulu seperti apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan nyeri
pinggang? Jika ya, kapan, bagaimana karakteristik nyerinya? Apakah pernah mengalami
infeksi saluran kemih sebelumnya? Apakah pernah berkemih yang mengeluarkan batu?
5) Riwayat penyakit keluarga seperti apakah di keluarga ada riwayat sakit batu ginjal?
6) Riwayat pribadi seperti adakah kebiasaan mengkonsumsi vit. C? Jika ya, sejak kapan, berapa
banyak sehari?Apakah pasien rajin mengkonsumsi air putih? Jika ya, berapa liter per hari?
Apakah pasien biasa mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium, protein
dan asam urat?
7) Riwayat sosial seperti sumber air yang biasa digunakan oleh pasien berasal dari mana?
Pasien sehari-hari mengkonsumsi air minum dari mana?

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pasen meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum pasien dan
pemeriksaan urologi. Seringkali kelainan di bidang urologi memberikan manifestasi penyakit
secara sistemik, atau tidak jarang pasien yang menderita kelainan organ urogenitalia juga
menderita penyakit lain. Adanya hipertensi mungkin merupakan tanda dari kelainan ginjal,
edema tungkai satu sisi mungkin akibat obstruksi pembuluh vena karena penekanan tumor buli-
buli atau karsinoma prostat, dan ginekomasti mungkin ada hubungannya dengan karsinoma
testis. Dan untuk hal itulah pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan cermat dan sistematis
sehingga dapat menegakkan diagnosis dengan tepat.
Pemeriksaan fisik ginjal dimulai dengan pemeriksaan secara inspeksi didaerah pinggang
mulai dengan meminta pasien duduk relaks dengan membuka pakaian pada daerah perut sebelah
atas. Diperhatikan adanya pembesaran asimetri pada daerah pinggang atau abdomen sebelah
atas. Pembesaran itu mungkin disebbkan oleh karena hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor
ginjal. Kemudian kita lanjutkan dengan palpasi ginjal yang dilakukan secara bimanual dengan
memakai dua tangan. Tangan kiri diletakkan disudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke
atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan di bawah arkus kosta. Pada saat inspirasi
ginjal teraba bergerak ke bawah. Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal kanan yang normal
pada anak atau dewasa yang bertubuh kurus seringkalli masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit
diraba karena teletak lebih itnggi daripada sisi kanan.
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut
kostovertebra. Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal mungkin teraba pada
saat palpasi dan terasa nyeri pada saat perkusi. Dan yang terakhir adalah auskultasi, suara bruit
yang terdengar pada saat melakukan auskultasi didaerah epigastriu matau abdomen sebelah atas
patut dicurgai adanay stenoris arteria renalis, apalagi kalau terdapat bruit yang terus menerus.
Bruit pada abdomen juga bisa disertai oleh aneurisma arteria renalis atau malformasi
arteriovenosus. Selain memeriksa ginjal kita juga memeriksa buli-buli, pada buli-buli normal
sulit untuk diraba, kecuali jika sudah terisi urine paling sedikit 150 mL. Pada pemeriksaan buli-
buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas irisan/operasi di
suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor yang ganas buli-buli
atau karena buli-buli terisi penuh dari retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan
batas atas buli-buli. Seringkali inspeksi terlihat buli-buli yang terisi penuh hingga melewati batas
atas umbilikus.
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan
nausea. Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan
retensi urin. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan
urosepsis. Inspeksi tanda obstruksi: berkemih dengan jumlah urin sedikit, oliguria, anuria.1
Dari hasil pemeriksaan fisik yang di dapat tanda – tanda vital dalam batas normal, kepala
leher, cor, pulmonal normal. Didapati nyeri ketok CVA angle (-/+)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium untuk


mendapatkan gambaran penyakit dengan mendalam dan mencakup antara lain beberapa tes
seperti Complete Blood Count, Urinalisis, IVP,USG serta CT scan.

Pemeriksaan laboratorium3,4
1. Urinalisis

 Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin
rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi
pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin
lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yangdilengkapi dengan pemeriksaan benda keton,
bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
 Urinalisis dilakukan pada semua penderita urologi. Untuk pemeriksaan, sampel urin perlu
dikumpul.Urin yang digunakan adalah urin 24 jam. Cara pengambilan urin 24 jam
adalah:
1. Pada hari penampungan air kemih, buang air kecil setelah bangun di pagi hari.
Kemudian pegumpulan urin dilakukan ke dalam wadah khusus selama 24 jam.
2. Wadah disimpan kedalam lemari es atau tempat yang dingin selama periode koleksi.
3. Wadah diberi label dengan nama , tanggal, dan waktu pengambilan.
 Cara pengambilan urin:
• pria: arus tengah (midstream)
• perempuan: Midstream urin dengan kateter
• neonatus dan bayi: spp (supra pubic puncture/aspiration)
 Pemeriksaan penentuan komposisi batu yang berasal dari tubuh pasien lihat adanya Ca,
fosfat, Mg, Oksalat,sistin, xanthine, karbonat dan ammonium.
 Kultur urin untuk menyingkirkan adanya infeksi.
2. Complete Blood Count:
 Darah lengkap: Hemoglobin, leukosit, Laju endap darah (LED). Pada batu ginjal
biasanya terjadi leukositosis. Juga dilihat kadar Ca, total CO2, asam urat dalam darah.
 Faal ginjal: BUN, kreatinin serum.4

Pemeriksaan radiologi

Film polos abdomen sangat diperlukan sebelum melakukan pemeriksaan penunjang pada
saluran kemih. Film polos abdomen dapat menunjukkan batu ginjal pada sistem
pelvicalyces, klasifikasi parenkim ginjal, batu ureter, klasifikasi dan batu kandung kemih,
klasifikasi prostat, atau deposit tulang sklerotik. Interpretasi terhadap klasifikasi pada
saluran ginjal harus dilakukkan dengan hati-hati karena flebolit pada kelenjar
mesenterika dan vena pelvis yang berada di atasnya sering disalahartikan sebagai batu
ureter. Film yang diambil saat inspirasi dan ekspirasi akan mengubah posisi ginjal sering
kali dapat mengkonfirmasi bahwa daerah mengalami klasifikasi pada abdomen tersebut
adalah batu. Pada batu ginjal gambaran radiologis yang dapat dilihat dari sebuah film
polos abdomen secara umum akan memperlihatkan batu sebagai gambaran radioopak,
kecuali batu asam urat yang memberikan gambaran radiolusen. Sebagisn besar batu
terbentuk di calces dan dapat terlihat pada urografi intravena sebagai defek pengisian
pada jalur kontras. Batu staghorn berkembanga pada sistem plvicalyces dan biasanya
mudah divisualisasi pada foto polos.
Indikasi untuk pemeriksaan urografi intravena (IVU) adalah hematuria, batu
ginjal, kolik ureter, atau kecurigaan adanya batu. Pasien dengan retensi urin dan infeksi
saluran kemih dianjurkan untuk melakukan ultrasonografi dibandingkan dengan IVU.
Setelah didapatkan film polos abdomen sebagai kontrol awal, pemeriksaan IVU
menggunakan 50-100 ml media kontras dengan osmolat rendah yang teriodinisasi
disuntikan ke pasien, sehingga dapat mengambarkan gambaran ginjal yang dimana
kontras dengan cepat dikeluarkan melalui filtrat glomerulus. Selain itu terdapat beberpa
pemeriksaan yang dapat dilakukan lagi seperti ultrasonografi dan CT-Scan. USG
dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-
keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang
sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli
yang ditunjukkan sebagai echoic shadow.
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
Struvit Semiopak
Urat/Sistin Non opak

Tabel 1. Jenis batu


Ultrasonografi

USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di
buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pyonefrosis, atau
pengkerutan ginjal.

Working diagnosis

Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu
ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, dan mengandung komponen kristal serta matriks
organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat terhenti di
ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat,
kalsium oksalat, atau kalsium fosfat, secara bersamaan dijumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan
batu ginjal

Differential diagnosis

apendi

Epidemiologi

Batu saluran kemih menduduki gangguan sistem kemih ketiga terbanyak setelah infeksi saluran
kemih dan BPH. Resiko pembentukan batu sepanjang hidup(life time risk) dilaporkan berkisar 5-
10%. Prevalensi pada orang arab > kulit putih > asia > afrika. Dari data dalam negeri yang
pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan
di RSUP-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi
847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan mulai tersedianya alat
pemecah batu ginjal non-invasif ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total
mencakup 86% dari seluruh tindakan. Laki-laki : wanita= 3:1, sekarang 2:1. Batu kalsium dan
asam urat lebih banyak diderita laki-laki, sedangkan insidensi batu struvit tinggi dialami wanita

Etiologi

Pada klinisnya, batu yang terbentuk pada saluran kemih terdapat beberapa jenis. Jenis
tersebut dibagi berdasarkan komposisinya. Pembagian ini cukup penting karena setiap batu
memiliki predisposisi yang berbeda, sifat yang berbeda dan pada akhirnya memiliki terapi yang
cukup berbeda pula. Contoh komposisi batu yang mungkin terbentuk dalam saluran kemih
adalah batu kalsium oksalat, batu magnesium amonium fosfat (struvit), batu asam urat, batu
sistin dan batu lainnya. Etiologi ureterolithiasis adalah kondisi-kondisi yang mendukung
terbentuknya batu yaitu matrik protein dan inflamasi bakteri, peningkatan konsentrasi urine,
sebagai pencetus percepatan pembentukan kristal seperti kalsium, asam urat dan posfat, level
keasaman yang abnormal (alkali) juga mempercepat pembentukan kristal dan statis urin juga
sebagai predisposisi pembentukan batu.2,5 Faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu
dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Faktor endogen yaitu ;
a. Faktor genetik
 Hipersistinuria : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi
khusus yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid
 Hiperkalsiuria primer : kebocoran pada ginjal
 Hiperokalsuria primer : inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by  jejenoikal,
sindrom malabsorbsi.
2. Faktor eksogen yaitu
a. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureumdan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan mengendapkan
garam-garam fosfat.
b. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria. Ratio
pria dan wanita yang mengalami urolithiasis adalah 4 : 1.
c. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan
terjadinya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urin meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang
diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan
mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih.
d. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan
mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan
pekerja-pekerja yang banyak duduk.
e. Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi banyak protein hewani angka morbiditas batu
saluran berkurang. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih.
f. Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan saluran kemih

Patofisiologi

Batu ginjal terjadi akibat perubahan kelarutan berbagai zat di urine sehingga terjadi nukleasi
(pembentukan inti batu) dan pengendapan garam. Sejumlah faktor dapat mengganggu
keseimbangan yang memudahkan terbentuknya batu.
Dehidrasi mempermudah terbentuknya batu, dan tingginya asupan cairan untuk
mempertahankan volume urine harian sebanyak 2 L atau lebih tampaknya bersifat protektif.
Mekanisme pasti protektif ini tidak diketahui. Berbagai hipotesis diajukan termasuk pengenceran
zat-zat yang belum diketahui yang mempermudah terbentuknya batu baru dan berkurangnya
waktu transit Ca2+ melalui nefron, yang memperkecil kemungkinan pengendapan.

Pada orang yang rentan, diet tinggi-protein mempermudah terbentuknya batu. Banyaknya
protein dalam makanan menyebabkan asidosis metabolik transien dan peningkatan LFG.
Meskipun Ca2+ serum tidak terdeteksi meningkat, mungkin terjadi peningkatan transien resorpsi
kalsium dari tulang. Peningkatan filtrasi kalsium glomerulus, dan inhibisi resorpsi kalsium di
tubulus distal. Efek ini tampaknya lebih besar pada orang-orang 'pembentuk batu' ketimbang
pada orang normal.
Diet tinggi Na+ mempermudah ekskresi Ca2+ dan pembentukan batu kalsium oksalat,
sementara asupan Na+ dalam makanan yang rendah menimbulkan efek yang berlawanan. Selain
itu, ekskresi Na+ urine meningkatkan saturasi mononatrium urat yang dapat berfungsi sebagai
nidus untuk kristalisasi Ca2+.
Meskipun pada kenyataannya sebagian besar batu berupa batu kalsium oksalat,
konsentrasi oksalat dalam diet umumnya terlalu rendah untuk mendukung anjuran menghindari
oksalat agar pembentukan batu dapat dicegah. Demikian juga pembatasan kalsium dalam diet,
yang dahulu dianjurkan bagi para "pembentuk batu" kalsium, hanya bermanfaat untuk sebagai
pasien dengan hiperkalsiuria yang disebabkan oleh diet. Pada yang lain, penurunan kalsium
dalam makanan malah meningkatkan penyerapan oksalat dan mempermudah terbentuknya batu.
Selama beberapa tahun, adanya keterkaitan antara hipertensi, hiperkalsiuria, dan batu
ginjal telah diketahuin. Namun, dasar patofisiologis keterkaitan ini belum jelas. Salah satu
hipotesis menyatakan bahwa terdapat suara defek genetik umum yang menyebabkan gangguan
keseimbangan Ca2+ dan Na+, yang memicu proses-proses patofisiologi terpisah dan menyebabkan
terbentuknya batu ginjal atau hipertensi atau, pada sebagian kasus, keduanya.6
Terbentuknya atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat yang mampu mencegah
timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu saluran kemih
yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembetukan inti batu
atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal.
Sejumlah faktor bersifat protektif terhadap pembentukan batu. Dalam urutan pentingnya,
cairan, sitrat, magnesium, dan serat makanan tampaknya memiliki efek protektif. Sitrat dapat
mencegah pembentukan batu dengan mengikat kalsium dalam larutan dan membentuk kompleks
yang jauh lebih mudah larut dibandingkan dengan kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Meskipun
suplementasi farmakologis diet dengan kalium sitrat terbukti meningkatkan sitrat dan pH urine
serta menurunkan insidens batu rekuren, manfaat diet tinggi-sitrat belum diteliti. Namun,
beberapa penelitian mengisyaratkan bahwa vegetarian memperlihatkan insidens pembentukan
batu yang lebih rendah. Vegetarian mungkin terhindar dari efek pembentukan batu yang
disebabkan oleh diet tinggi protein dan Na+, serta adanya efek protektif serat makanan dan faktor
lain.
Selain sitrat Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena
jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat
yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.
Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara
menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi
kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein tamm horsfall atau uromukoid,
nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat yang berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan
salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih.
Pembentukan batu itu sendiri di dalam pelvis ginjal tidak menimbulkan nyeri sampai batu
tersebut pecah dan kepingannya terbawa menyusuri ureter, yang menyebabkan kolik ureter.
Hematuria dan kerusakan ginjal dapat terjadi tanpa menimbulkan nyeri.

Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati
infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi.3

1. Medika mentosa
Terapi medika mentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatis, yaitu
bertujuan untuk mengurangi nyeri (analgesik), memperlancar aliran urin, dan minum banyak air
putih supaya dapat mendorong batu keluar serta terapi medik untuk mengeluarkan batu ginjal
atau melarutkan batu. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat
dan protein tergantung pada penyebab batu.

Batu Kalsium Oksalat:


- Suplementasi sitrat
- Kolestiramin atau terapi lain untuk malabsorpsi lemak
- Tiazid (bila disertai dengan adanya hiperkalsiuria)
- Allupurinol (bila disertai dengan adanya hiperurikosuria)
Batu Kalsium Fosfat:
- Tiazid (bila disertai adanya hiperkalsuria)
Batu Struvit (Mg-Sb Fosfat)
- Mandelamin dan Vitamin C
- Antibiotik  kotrimoksazol
Batu Urat:
- Allupurinol
Batu Sistin:
- Alkalinisasi urin
- Penisilamin

2. Non-medika mentosa
1. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan.Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih.Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria pada pasien.

2. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan
tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui
alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.Alat tersebut dimasukkan melalui uretra
atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah :

 PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy):


Mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
 Uretero atau Uretero-renoskopi (URS):
Memasukkan alat ureteroskopi ke uretravesika urinaria ureter melihat kedaan
ureter dan dimana letaknya batu.Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelviokalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureterorenoskopi.

3.Operasi Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat
tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun

Komplikasi

1. Sumbatan : akibat pecahan batu


2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
Kesimpulan

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan gejala klinis yang
timbul pasien di diagnosis menderita batu ureter kanan. Penanganan batu saluran kemih
dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin. Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi
faktor risiko batu saluran kemih. Terapi diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta
mengobati gangguan akibat batu saluran kemih. Pengambilan batu dapat dilakukan dengan
pembedahan/litotripsi dan yang terpenting adalah pengenalan faktor risiko sehingga diharapkan
dapat memberikan hasil pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih.

Anda mungkin juga menyukai