Anda di halaman 1dari 6

Stress yang di Perberat Akibat Pekerjaan

Ria Novelina

102014150

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat : Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470

Email : Rianoveliaa@gmail.com

Pendahuluan

Stress akibat kerja merupakan gangguan fisik dan emosional sebagai akibat ketidaksesuaian
antara kapasitas, sumberdaua atau kebutuhan pekerja yang berasal dari lingkungan oekerjaan.
Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya stress karena beban kerja yang tidak sesuai, buruknya
lingkungan sosial, konflik yang terjadi, lingkungan kerja yang berbahaya. Kondisi tempat kerja
yang tidak nyaman tersebut menjadi peranan penting dalam menyebabjan terjadinya stress kerja.
Padahal stress secara langsung dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja. Hal ini
dikarenakan stress kerja dapat memicu terjadinya ini dikarenakan stress kerja dapat memicu
terjadinya gangguan kesehatan bahkan terjadinya kecelakaan kerja.1

Irama sirkadian

Insomnia

Insomnia merupakan persepsi yang tidak adekuat dari kualitas dan kuantitas tidur dan merupakan
keluhan paling umum dari gangguan tidur. Insomnia ditegakkan apabila terdapat 1 atau lebih
keluhan: kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur sehingga sering
terbangun dari tidur, bangun terlalu dini hari dan sulit untuk tidur kembali, tidur dengan kualitas
yang buruk. Kesulitantidurdi atas terjadi meskipun terdapat peluangdan keadaan yang cukup
untuk tidur, serta setidaknya terdapat satu gangguan yang dialami pada siang hari : kelelahan,
gangguan atensi, konsentrasi, dan memori, gangguan dalam hubungan sosial dan pekerjaan.
Klasifikasi insomnia dibagi menjadi dua yaitu insomnia akut dan insomnia kronis. Insomnia akut
berlangsung selama 1-6 bulan sedangkan insomnia kronis berlangsung lebih dari 6 bulan.2
Epidemiologi

Data epidemiologi insomnia sangat beragam sesuai dengan klasifikasi insomnia yang digunakan,
sehingga sulit untuk menentukan prevalensi insomnia secara tepat. Sekitar 30% orang dewasa
mengalami insomnia, dan 10%diantaranya mengalami insomnia dengan severitas berat sehingga
berdampak terhadap kualitas hidup mereka. Secara global mempengaruhi sekitar 150 juta orang
di negara berkembang . Prevalensi insomnia di Indonesia dilaporkan 10% dari jumlah populasi
atau sekitar 28 juta orang. 2

7 langkah diagnosis penyakit akibat kerja penyakit

Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja (PAK) pada individu perlu dilakukan suatu
pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasikannya secara tepat yang terdiri dari tujuh langkah pendekatan klinis :

1. Diagnosis klinis
a. Anamnesis
Menanyakan data-data pribadi seperti nama,umur,alamat, dan pekerjaan. Kemudian
menyakan keluhan utama , riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu ,
riwayat penyakit keluarga dan riwayat sosial/pribadi.
Dari skenario didapatkan hasil anamnesis yaitu identitas seorang laki-laki berusia 45
tahun dengan keluhan sulit tidur sejak 1 tahun yang lalu dan makin memberat sejak 1
bulan yang lalu. Dari pekerjaan didapatkan hasil yaitu pasien bekerja sebagai manajer
di sebuah perusahaan bir selama 1 tahun. Riwayat penyakit keluarga yaitu ibunya
karena stroke akibat hipertensi.
2. Pajanan yang dialami
Ada 5 faktor pajanan
Yang didapatkan pada skenario 3
1. Fisik: tidak ada
2. Kimia : tidak ada
3. Biologi : tidak ada
4. Erognomi : tidak ada
5. Psikologi : ada. masalah kerja, beban kerja, tuntutan pekerjaan
3. Hubungan pajanan dengan penyakit

Dalam menentukan apakah pajanan yang terdapat pada pekerjaannya tersebut berkaitan
dengan keluhan pasien dan dapatkah menyebabkan penyakit tersebut. Mulai dari pajanan
fisik, kimia, biologi, ergonomic, hingga psikososial. Lihat bila terdapat bukti-bukti ilmiah
dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami
menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya
dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut, maka tidak dapat ditegakkan diagnosis
penyakit akibat kerja. Jika memang ada yang mendukung, perlu ditinjau lebih lanjut
secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita.
Evidence based :
1. Menunjukan bahwa penderita insomnia mengalami gangguan konsentrasi dan
memori. Dengan demikian bahwa kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas kerja.
Hubungan antara kerja dan tidur serta efek timbal baliknya dengan kesehatan dan
kerja. Gangguan tidur berhubungan dengan sejumlah masalah fisik dan psikologis,
masalah tidur berkaitan dengan kesehatan diri yang kurang baik. Aspek psikologis
pekerjaan diasumsikan berkaitan dengan tidur. Dalam survey orang amerika
penyebab kesulitan tidur yang paling sering dilaporkan adalah stress terkait
pekerjaan. meskipun stress yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dikaitkan
dengan insomnia, tidur yang buruk juga dapat memiliki efek negatif pada pekerjaan.3
2. Pekerja yang memiliki jam kerja lebih lama dan jadwal lembur kerja memungkinkan
mereka tidak memungkinkan mereka mendapatkan cukup tidur. Jam kerja yang
panjang adalah kemungkinan berakibat maslah tidur. Bekerja 50 jam perminggu atau
lebih beresiko untuk gangguan tidur dan waktu tidur yang singkat dan kualitas tidur
yang buruk terkait dengan gangguan pada bekerja. 4
3.
4. Pajanan yang dialami cukup besar
Pajanan yang dialami cukup besar, berdasarkan keluhan gangguan sulit tidur atau
insomnia dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan maikin memberat sejak 1 bulan yang lalu
5. Peranan faktor individu
Langkah kelima dari 7 langkah diagnosis okupasi ini adalah dimana harus mengetahui
apakah ada faktor-faktor tertentu yang berasal dari pada diri pasien sendiri yang
mempengaruhi keluhan dan penyakitnya. Dalam hal ini perlu mengetahui pasien secara
menyeluruh baik secara fisik maupun mental yang juga mencakup karakter daripada
pasien. Keadaan fisik yang dimaksud yaitu riwayat kesehatan pasien dan juga riwayat
kesehatan keluarga pasien. Keadaan mental yang dimaksud adalah karakter pasien dalam
menghadapi tantangan, khususnya dalam pekerjaan pasien. Apakah pasien dapat
mengikuti pekerjaanya dengan baik, hubungan pasien dengan rekan pekerja yang lain,
kepatuhan pasien dalam bekerja dan keadaan pasien dalam menghadapi masalah yang
khususnya berkaitan dngan pekerjaannya.
Pada kasus ini, pasien memiliki riwayat kesehatan yang harus diperhatikan yaitu pasien
memiliki tekanan darah yang cukup tinggi mencapai 160/100. Dalam keluarga pasien
juga ada yang memiliki riwayat penyakit kronis yaitu hipertensi pada ibu pasien. Secara
mental pasien, diduga mengalami stress dalam pekerjaannya.

6. Faktor lain diluar pekerjaan


Faktor-faktor lain diluar pekerjaan diperlukannya informasi tambahan. Contoh informasi
tambahan yaitu meliputi kebiasaan pasien dalam menjalani hidup diluar pekerjaannya
seperti hobi pasien, aktivitas yang dilakukan pasien diluar pekerjaannya, hubungan pasien
dengan keluarganya dan juga keadaan di rumah pasien. Adapula kebiasaan pasien sehari-
hari seperti merokok, komsumsi alkohol, pola makan pasien dan juga apakah pasien
memiliki kegiatan atau pekerjaan lain diluar pekerjaan utamanya.

7. Diagnosis okupasi

Setelah mendapatkan informasi dari 6 langkah diatas, maka perlu suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit. Tidak
menutup kemungkinan pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya.
Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan dan pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa
adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan
pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada
waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa
untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik,
tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan
lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.

Cara menentukan diagnosis setelah melewati poin-poin diatas:

 Jika poin 2, 3, 4 positif, sedangkan poin 5, 6 negatif  PAK


 Jika poin 2, 3, 4 negatif, sedangkan poin 5, 6 positif  bukan PAK
 Jika poin 2, 3, 4 positif dan salah satu dari poin 5 atau 6 positif  diperberat

Berdasarkan kasus diatas, ditentukan bahwa diagnosis pasien yaitu pasien menglami
stress yang diperberat pekerjaannya, dikarenakan langkah 2, 3, 4 postif dan langkah 5 juga
menunjukan positif maka hasil diagnosanya adalah penyakit atau keadaan diperberat pekerjaan.

Pencegahan

Pencegahan untuk stress yang diakibatkan oleh pekerjaan yaitu istirahat dan tidur yang cukup,
olahraga, berhenti merokok, tidak mengkonsumsi minuman berakohol.

Langkah- langkah untuk pengendalian stress akibat kerja ( NIOSH,1990):

-Menyesuaikan beban kerja fisik maupun mental dengan kapasitas dan kemampuan masing-
masing

-Menyesuaikan jam kerja dengan tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan

-Mengupayakan lingkungan sosial yang sehat di tempat kerja

-Melakukan penilaian risiko stres

-Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman


Penatalaksanaan

Medika mentosa

Pada pentalaksanaan hipertensi dapat diberikan obat amlodipine obat untuk mengatasi hipertensi
atau tekanan darah tinggi dengan dosis yang biasanya dianjurkan untuk orang dewasa adalah 5-
10 mg per hari.

Pada pentalaksanaan Gangguan susah tidur ( insomnia ) dapat diberikan obat zolpidem obat
dengan fungsi untuk mengobati masalah tidur pada orang dewasa. Pemberian obat ini dalam
jangka pendek tidak lebih dari 2-4 minggu

Non medika mentosa

Relaksaksi

Edukasikan pasien : perubahan cara kerja, penempatan tempat kerja, pindah bagian atau pindah
shift

Kesimpulan

Seorang laki laki 45 tahun yang berprofesi sebagai manajer di sebuah perusahaan mengalami
stress yang diperberat oleh karena pekerjaan yang dimasukkan ke dalam kategori pengaruh
psikologis. Dengan mencari akar masalah dan membimbing pasien dengan solusi-solusi cara
penanggulangan stres yang benar, besar kemungkinan kasus-kasus ini dapat diatasi dan akibat
buruknya pada organisasi tempat kerja dapat dikurangi.

Daftar pustaka
1. Lydia S. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian insomnia di poliklinik saraf RS
DR.M.Djamil padang. Diunduh dari artikel penilitian http://jurnal.fk.unand.ac.id pada
tanggal 27 okrober 2018
2.
3.

Anda mungkin juga menyukai