Anda di halaman 1dari 34

Nyeri Saat Berkemih

Kelompok 5
Yulinda Zakiyah 030001800114
Dian Maharani Putri 030001800117
Nadira Lathifah Noviandri 030001800118
Nawang Wulan Kartika 030001800119
Syahwal Ichwantoro 030001800120
Talitha Imanina Putri G. 030001800121
Adam Mubarak 030001800122
Aisya Medina Tasya 030001800123
Elsie Levina Aisha 030001800124
Husna Azizah 030001800125
Skenario 1
Seorang laki-laki berumur 30 tahun datang ke IGD RS Trisakti dengan keluhan merasa nyeri saat
buang air kecil sejak 2 hari yang lalu. Dokter IGD pun meminta pasien tersebut melakukan pemeriksaan
urinalisa di laboratorium.

Hasil pemeriksaan urin sebagai berikut:

Warna : kuning tua Kejernihan : keruh Sedimen


pH : 6,5 BJ : 1020 Eritrosit : 0-1/LPB
Protein : positif Glukosa : positif Leukosit : 20-30/LPB
Keton : negatif Bilirubin : negatif Epitel : positif
Urobilinogen : 0,2 EU Eritrosit : negatif Silinder : hialin 0-1/LPK
Leukosit : +++ Nitrit : positif Bakteri : positif
Klarifikasi istilah

1. Bilirubin : pigmen empedu yang dihasilkan melalui pemecahan heme & reduksi bilirubin
2. Urinalisa : suatu metode analisa untuk mendapatkan bahan atau zat yang terkandung di
dalam urine dan juga melihat kelainan pada urine
3. Urobilinogen : senyawa tidak berwarna yang dibentuk di dalam usus dengan cara
mereduksi bilirubin
4. Urin : cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi
Identifikasi masalah
1. Laki-laki berumur 30 tahun
2. Nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari lalu
3. Pemeriksaan urinalisa di laboratorium
4. Hasil pemeriksaan urin sebagai berikut:

Warna : kuning tua Kejernihan : keruh Sedimen


pH : 6,5 BJ : 1020 Eritrosit : 0-1/LPB
Protein : positif Glukosa : positif Leukosit : 20-30/LPB
Keton : negatif Bilirubin : negatif Epitel : positif
Urobilinogen : 0,2 EU Eritrosit : negatif Silinder : hialin 0-1/LPK
Leukosit : +++ Nitrit : positif Bakteri : positif
Brainstorming

Laki-laki, Nyeri saat buang Sejak 2


30 tahun air kecil hari lalu

Dilakukan pemeriksaan urinalisa Tujuan

Interpretasi Cara pemeriksaan Kimia


Cara pengambilan urin

Cara penyimpanan urin Mikroskopis Makroskopis Carik


celup

Mekanisme
terbentuknya silinder
Learning objective

Mahasiswa dapat mengidentifikasi :

1. Tujuan pemeriksaan urinalisa


2. Cara pengambilan urin
3. Cara penyimpanan urin
4. Cara pemeriksaan urin secara makroskopis, mikroskopis, carik celup
5. Mekanisme pembentukan silinder
6. Interpretasi hasil urinalisa kasus
Tujuan pemeriksaan urinalisa

1. Diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal


2. Evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal
3. Memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus
4. Skrining terhadap status kesehatan umum
Cara Pengambilan Urine

1. Urine Porsi Tengah/Midstream : Urin pancaran pertama dibuang, pancaran


selanjutnya dibuang
2. Katerisasi : Urinnya diambil lewat selang kateter
3. Urin bag : Biasanya untuk pasien rawat inap
4. Aspirasi suprapubik : Mengambil langsung di Vesica Urinaria
Penyimpanan Urine yang Baik dan
Benar
Kriteria Container yang Tepat :

1. Terdapat label nama, lokasi, tanggal dan waktu pengambilan spesimen


2. Steril
3. Volume untuk menampung urine cukup (50 ml)
4. Tutup container cukup lebar (diameter : 4 cm)
5. Anti bocor

Catatan :

6. Disimpan dalam lemari es dengan minimal suhu 4 C


7. Penyimpanan dapat dibiarkan di luar lemari es maksimal 2 jam
8. Diuji dalam kurung waktu 4 jam, jika lebih maka dapat diberi pengawet berupa toluen, thymol,
formaldehid (pengawet sedimen) atau natrium karbonat (pengawet urobilinogen)
Pemeriksaan
Makroskopis urin
Pemeriksaan meliputi jumlah, warna,
Makroskopis bau, kejernihan, berat
jenis dan derajat
Urin keasaman
1. Jumlah Urin 2. Warna Urin
● Pada orang normal urin berwarna kuning muda sampai
kuning tua, warna kuning tersebut bergantung pada pigmen
● Normal sekitar 1500- 1800 mL/24jam urokrom, urobilin atau uroerythrin dan juga warna urin
● Poliuri, urin > 2000 mL/24 jam bergantung pada konsentrasi urin, pemakaian obat dan
● Oligouri, 300-750 mL/24 jam makanan yang dikomsumsi
● Anuri , urin < 300 mL/24jam
3. Kejernihan Urin 4. Bau Urin
● Urin normal akan tampak jernih (urin ● Pada orang normal urin berbau khas
segar) ● Baru urin yang abnormal dapat disebabkan :
● Urin segar yang sudah keruh disebabkan ○ Makanan seperti jengkol atau petai
oleh adanya : ○ Obat- obatan
○ Fosfat yang banyak ○ Bau amoniak karena perombakan bakteri dari
○ Sedimen yang banyak ureum
○ Benda- benda koloid ○ Bau keton yang menyerupai bau buah- buahan
○ bakteri yang terdapat pada orang yang menderita
● Urin yang keruh karena didiamkan diabetes melitus
disebabkan oleh : ○ Bau busuk karena adanya perombakan zat
○ Bakteri dalam botol penampung protein, dapat ditemukan pada keganasan/
○ Fosfat amorf karsinoma saluran kemih
○ Urat amorf
5. Berat Jenis 6. Derajat Keasaman
● Berat jenis urin berhubungan dengan diuresis, ● Derajat keasaman atau pH urin dapat memberi kesan
makin besar diuresis maka makin rendah berat keadaan tubuh terutama saat terjadinya gangguan
jenisnya dan juga berat jenis sangat keseimbangan asam basa, dan juga dapat
berhubungan dengan faal pemekatan urin. Berat mengindikasikan penyebab infeksi saluran kemih, seperti
jenis urin normal 1003-1030 infeksi bakteri E.coli
● Pengukuran Berat Jenis urin dapat diukur
menggunakan :
○ Refraktometer
○ Urinometer
○ Carik celup
Mikroskopis urin (sedimen urin)
● Pada pemeriksaan sedimen, urin yang digunakan adalah urin pagi segar atau urin yang telah di
kumpulkan dengan pengawet formalin.
● Pelaporan hasil pemeriksaan sedimen biasanya semi kuantitatif.
● Cara pelaporan :
Unsur bermakna
Sel darah = /LPB (gunakan obyektif 40x)
Silinder = /LPK (gunakan obyektif 10x)
Unsur sedimen kurang bermakna
Sel epitel dan kristal cukup dilaporkan dengan tanda +, ++, +++, -
● Pewarnaan untuk melihat sedimen
Sternheimer Malbin = untuk membedakan jenis sel ( sel darah, silinder, epitel)
Sudan III dan IV = untuk melihat butir-butir lemak
● Unsur-unsur yang terdapat dalam pemeriksaan sedimen urin dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu golongan organik yang berasal dari jaringan dan golongan anorganik yang tidak berasal dari
jaringan.
Unsur organik
1. Eritrosit
Seharusnya tidak dijumpai dalam sedimen urin, karena sama sekali tidak ada peranannya didalam urin. Nilai
normal didalam urin adalah 0-1/LPB. Peningkatan jumlah eritrosit menunjukkan adanya kerusakan kapiler.
Jumlah eritrosit yang lebih dari normal disebut hematuria. Adanya hematuria menunjukkan kerusakan
kapiler yang mungkin disebabkan adanya glomerulonefritis, batu saluran kemih, trauma atau keganasan pada
saluran kemih, kontaminasi dari menstruasi, trauma akibat pemasangan kateter. Eritrosit dibagi mjd 2 yaitu;
a. Eritrosit eumorfik = menggambarkan kelainan non glomerular.
b. Eritrosit dismorfik = menggambarkan kelainan glomerular.
2. Leukosit
Leukosit dalam keadaan normal dijumpai dalam sedimen urin yaitu 0-5/LPB , karena sel ini dibutuhkan
sebagai fagosit. Jenis yang sering dijumpai di urin adalah netrofil. Jumlah leukosit urin diatas normal
disebut piuria. Piuria dapat ditemukan pada keadaan glomerulonefritis akut, lupus nefritis, asidosis tubulus
ginjal, iritasi ureter, kandung kemih atau uretra.
3. Sel epitel
Normal dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Jenis sel epitel yang dapat di jumpai yaitu :
a. sel skuamosa : sitoplasma tanpa struktur tertentu, berasal dari vulva atau uretra bagian distal.
b. sel transisional : mempunyai tonjolan-tonjolan, berasal dari kandung kemih.
c. sel dari tubuli atau pelvis ginjal.
4. Silinder
Silinder merupakan cetakan protein (protein Tamm Horsfall) yang terjadi pada tubuli
ginjal. Silinder lebih banyak terbentuk pada tubuli distal dan tubuli kologentes karena
di daerah tersebut pH urin asam.

Jenis - jenis silinder


1. Silinder hialin : homogen dan tidak berwarna. Dapat dijumpai pada urin normal dengan jumlah
0-1/LPK, silinder ini dapat ditemukan pada urin normal karena latihan fisik berat atau dehidrasi
fisiologis.
2. Silinder berbutir : ada yang berbutir kasar ataupun halus. Pada awalnya berbutir kasar dan
besar, bila terjadi stasis urin berkepanjangan maka granula akan pecah menjdi butiran atau
granula halus.
3. Silinder lilin : tidak berwarna, mempunyai kilauan seperti permukaan lilin.
4. Silinder eritrosit : silinder yang tersusun dari eritrosit, dapat dijumpai pada glomerulonefrotis
akut, sindrom Goodpasture dan trauma ginjal.
5. Silinder leukosit : silinder yang tersusun dari leukosit, dapat dijumpai pada pielonefritis akut
dan nefritis interstitial.
6. Silinder lemak : silinder yang mengandung butiran lemak, dapat dijumpai pada penyakit
sindrom nefrotik, glomerulonefritis kronis dan nefrosis lipoid.
5. Bakteri
Bakteri yang ditemukan di urin kemungkinan karena adanya infeksi
saluran kemih, flora normal dalam jumlah banyak di vagina atau di meatus
eksternal uretra serta bakteri yang berkembang dengan cepat karena
sample urin didiamkan terlalu lama sebelum diperikaa.
Unsur Anorganik

1. Kristal yang terdapat dalam urin normal


● Dalam urin asam atau agak netral atau agak alkali : kalsium oksalat. Dapat ditemukan
pada orang setelah mengonsumsi makanan kaya oksalat seperti tomat, bayam, bawang
putih, jeruk dan asparagus.
● Dalam urin alkali atau netral : tripelfosfat.
1. Kristal yang terdapat dalam urin abnormal
● Kristal sistein : dapat ditemukan pada penyakit hati berat atau neonatus dengan sistinuria
kongenital.
● Kristal tirosin : dapat ditemukan pada tirosinosis kongenital atau gangguan hati.
● Kristal leusin : dapat ditemukan pada penyakit hati berat.
Mekanisme Terbentuknya Silinder
● Di bentuk di tubulus distal & duktus kolektivus dengan matriks inti uromodulin (protein Tom
Horsfall) → glikoprotein disekresi sel tubular ginjal → isi lumen terkonsentrasi → uromodulin
membentuk fibril pada sel lumen untuk penahan sementara saat terjebak di matriks penuh zat
→ silinder terbentuk & terlepas
● Faktor penunjang terbentuknya silinder
1. Aliran urin yang lambat
2. Suasana asam
3. Urin pekat
● Jenis silinder urin
1. Silinder hialin 5. Silinder epitel
2. Silinder eritrosit 6. Silinder lilin
3. Silinder granula 7. Silinder lemak
4. Silinder leukosit
Silinder Leukosit Silinder Lemak
Silinder Epitel Silinder Lilin
10 Indikator Carik Celup

1.Urobilinogen 4. Benda Keton


Prinsip : Tes ini berdasarkan pada reaksi ehrlich, Prinsip : Reaksi legais test nitroprusside asam asetat
perubahan warna dari merah jingga menjadi dalam suasana agak basa bereaksi dengan nitro
merah. ferricanide menghasilkan perubahan warna dari
coklat menjadi ungu.
2. Glukosa
Prinsip : Oksidasi glukosa dikatalis oleh glukosa 5. pH
oksidase menjadi hidrogen peroksida, Prinsip : Sistem 2 indikator, indikator methyl red
perubahan warna dari kuning ke merah gelap dan brom thymol blue digunakan untuk
memberikan perubahan warna dari oranye menjadi
3. Bilirubin hijau sampai biru.
Prinsip : Reaksi azo coupling pada bilirubin
dengan garam diazonium dalam suasana agak
asam membentuk azodye, perubahan warna
dari coklat terang menjadi merah.
10 Indikator Carik Celup

6. Eritrosit 9. Nitrit
Prinsip : chromogen teroksidasi oleh hydroperoksida Prinsip : Tes ini berdasarkan reaksi diazotasi dari
yang terdapat pada hemoglobin dan mengubah warna nitrit dengan amonia aromatik untuk menghasilkan
dari kuning menjadi biru. garam diazonium, diikuti oleh reaksi azo coupling
dan garam diazonium dengan komponen aromatik
7. Berat Jenis pada reaksi. Produksi diazo menyebabkan perubahan
Prinsip : Proton akan mengakibatkan penurunan pH warna dari putih menjadi merah.
dan menghasilkan perubahan warna oleh bromthymol
blue dari biru kehijauan menjadi kuning kehijauan. 10. Leukosit .
Prinsip : Reaksi ini mengandung ester indoxil dan
8. Protein garam diazonium, diikuti oleh reaksi azo coupling
Prinsip : “Protein Error of Indicators” ketika pH menjadi oleh amine aromatik, dengan pembentukan oleh
konstan oleh adanya buffer, indikator melepaskan ion esterase leukosit dengan garam diazonium pada
H+ karena adanya protein dan mengubah warna dari reaksi, hasil dari azodye menyebabkan perubahan
kuning menjadi biru kehijauan. warna dari coklat menjadi ungu.
Prosedur Pemeriksaan Carik Celup
Tata Laksana Pemeriksaan :

1. Keluarkan stripe carik celup secukupnya


Alat & Bahan : 2. Celupkan carik hanya sekejap dalam urine
(semua 10 parameter tsb harus terkena urine)
1. Sampel Urine 3. Hilangkan kelebihan urine yang melekat pada
2. Stripe Carik Celup carik dengan menyentuhkan pinggir carik ke
3. Standar Pembanding pinggir wadah urine (stripe ditaruh diatas
tissue/kain bersih lainnya dengan posisi tertidur)
4. Jangan pegang bagian strip carik yang
mengandung reagen
5. Botol wadah carik harus selalu ditutup kuat
6. Jangan taruh wadah dibawah sinar matahari
Nilai normal dari test “carik celup”

1. Urobilinogen : 0,1 – 1,0 mg/dl


2. Glukosa : negatif
3. Bilirubin : negatif
4. Benda keton : negatif
5. Berat jenis : 1.003 – 1.030
6. Eritrosit : 0-1/LPB
7. pH : 5 – 8
8. Protein : negatif
9. Nitrit : negatif
10. Leukosit : negatif
Interpretasi Hasil
1. Warna Urine
2. Nitrit 3. Leukosit

Nitrit adalah hasil reduksi nitrat yang Leukosit 20-30 /LPB mengindikasi proses
disebabkan oleh keberadaan bakteri, patologi. Umumnya disebabkan infeksi
seperti bakteri Pseudomonas dan bakteri di ginjal (pyelonephritis) atau
Enteroccocus. traktus urinarius bawah seperti cystitis &
urethritis
4. Protein

5. Glukosa
5. Glukosa
Daftar pustaka

1. Brunzel, NA. Fundamental of Urine and Body Analysis. 4th ed. St. Louis Missouri :
Elsevier.2018.
2. Priyana A. Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Komputer.
Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta. 2007.
3. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Elsevier. 2015.
4. Ganda Soebrata, Pemeriksaan urin. Penuntun lab klinik. Jakarta:Dian Rakyat,2006

Anda mungkin juga menyukai