Anda di halaman 1dari 5

Nama : WULAN SARI CAHYANI

NPM :1943700099

RESUME CKD

1. Patofisiologi
Pasien DM dapat terjadi osmolaritas dimana beban glomerulus pada pasien gagal ginjal akan
lebih berat karena ada glukosa dalam urin.
Hipertensi dan diabetes mellitus merupakan penyakit utama yang menyebabkan gagal ginjal
sehingga perlu dilakukan pengobatan HT (ACEI) dan DM secara rutin untuk mencegah
terjadinya gagal ginjal.
Gagal terjadi dyslipidemia karena nilai albumin berkurang sehingga transport lipid berkurang
sehingga terjadi penumpukan plak yang menyebabkan kolesterol.
Hubungan DM dengan TG, trigliserida ada dalam darah sebagai sumber energy (diotot dan hati),
semakin banyak TG dipecah maka semakin banyak glukosa yang terbentuk.
Hemodialysis merupakan pengganti ginjal untuk mengeluarkan limbah(elektrolit). Hubungan
HD dengan Tekanan darah. Terjadi perubahan TD akibat banyaknya zat-zat yang dapat
meningkatkan TD (seperti serum dan kreatinin) yang terhubung selama proses hemodialysis.
Saat HD darah dikontrol saat pengambilan cairan agar tidak terjadi kekentalan dan berikan
heparin mencegah pembekuan darah saat HD sehingga tentu saja dapat menurunkan tekanan
darah.
Hubungan Hemodialisa dengan pengaruhnya tekanan darah yaitu dimana Tekanan Darah
merupakan tekanan yang didesakkan dengan mensirkulasikan darah pada didinding pembuluh
darah. Organ –organ yang ada dalam tubuh mengisis kembali nutrisi dan mengelurakan zat-zat
sisa metabolism, dari darah menerima persentase curahan jantung yang lebih besardari pada yang
di perlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Kestabilan Tekanan darah merupakan salah satu faktor pada saat tindakan hemodialisa. Menurut
Agarwal, R dan Weir, 2010) Tekanan darah dapat mempertahankan kestabilannya. Pengaturan
jangka pendek tekanan darah dilakukan terutama oleh reflex baroseptor.
Pengaturan keseimbangan yang ada diginjal dipegaruhi oleh hormone Renin Angiotensin
Aldosteron (RAAS) dikarenakan hormone ini bekerja di ginjal. Oleh karena itu, ginjal
memainkan peranan penting dalam perubahan jangka panjang pada tekanan darah. Setelah pasien
melakukan Hemodialisa tekanan darahny akan menurun, karena adanya perubahanterhadap
darah seperti ureum dan kreatinin menjadi menurun, disebabkan karena tidak mengalami
kekentalan darah, dan selalu dipantau dengan bena rsaat penarikan cairan, maka dapat
mempertahan tekanan darah, namun pada saat proses penarikan cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kepekatan pada darah sehingga dapat menyebabkan perubahan pada peningkatan
darah

2. Nilai laboratorium
• Ureum meningkat akibat dari asidosis metabolik yang tidak normal dan setelah HD
ureum kembali normal (terjadi asidosis)
• Kalium berkurang dikarenakan proses hemodialysis (karena gangguan fungsi
ginjal/osmolaritas)
• Khlorida rendah pada saat proses hemodialysis
• Ginjal memproduksi hormone eritropoitin, hormone ini berfungsi untuk memproduksi sel
darah merah. Pada pasien ini produksi hormon eritropoitin menurun sehingga HB rendah
dan terjadi anemia
• Hematokrit diakibatkan rendahnya nilai HB
• Kalsium rendah akibat dari terganggunya fungsi ginjal yang memproduksi hormon
calciterol menurun
• platelet meningkat karena fungsi ginjal sebagai pengatur kekentalan darah atau
antitrombin 3 tidak stabil
• Kreatin meningkat diakibatkan rusaknya fungsi ginjal dalam mengekskresikan atau
dibuang melalui urin
• Total bilirubin rendah karena nilai eritropoitin yang menurun mengganggu terbentuknya
HB disumsum tulang belakang dan juga karena penggunaan obat statin yang
dimetabolisme dihati akan memperberat kerja hati
• Ferritin meningkat karena penggunaan obat venofer sebagai vitamin zat besi
3. Cara memperbaiki keadaan pasien
 Kadar ureum, phosphate diberikan calcium carbonat
 Untuk niai HB rendah sehingga terjadi anemia maka diberikan
eritropoitin/transfuse darah. Pentingnya eritropoitin tidak bisa diganti asam folat
dan vitamin B12 tapi untuk keadaan tertentu boleh diberikan.
 Untuk IHD berikan statin (untuk mencegah dyslipidemia) dan ACEI untuk
melindungi nefron ginjal, ACEI ini kerja di RAAS jika pasien hyperkalemia ganti
ACEI dengan CCB atau ACEI+Ca gluconas dan tambah aspirin untuk
antiplatelet.
Pada kondisi kiperkalemia denyut jantung akan lebih cepat (takikardi) dan pasien
CKD denyut jantungnya akan lebih cepat maka dari itu pasien sebelum HD
dilakukan cek tekanan darah jika TD rendah maka HD tidak dilakukan
 Hypokalemia terjadi pada pasien HD karena pemberian obat DM sebelum HD
karena obat DM akan kluar bersama dengan proses dialysis maka dari itu pasien
DM sebelum HD agar makan terlebih dahulu dan meminum obat DM Seteelah
proses HD untuk menghindari hypokalemia.

4. Terapi
 Eritropoitin untuk menstimulasi sumsum (Sebagai stimulasi eritropoisis dan sebagai
pengobatan anemia akibat penyakit GGK terapi ESA diberikan ketika kadar HB ˂10
g/dL
 Asam folat untuk pematangan zel darah merah
 CaCo3 untuk mual muntah dan untuk kalsium yang berkurang (Hipokaleamia dan
defisiensi kalsium)
 Perindopril untuk mangatur tekanan darah (hipertensi)
 Vastero untuk kolestrol agar IHD tidak parah
 Digoksin untuk anti aritma jantung (ketidak seimbangan elektrolit),
Memperlambat respon ventricular pada kasus atrial fibrilasi/atrial flutter
 Aspirin sebagai Profilaksis penyakit serebrovaskuler (Memperlambat respon
ventricular pada kasus atrial fibrilasi/atrial flutter)
RESUME PNEUMONIA

RESUME PNEUMONIA

Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat
didapatkannya kuman, yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumonia
sendiri menurut Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia,
yaitu sebesar 2,1%.

Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan
fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada
foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala.

Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik tertentu


terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi
kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik
empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.

1. obat
• Obat pereda demam dan nyeri. Obat ini diberikan untuk meredakan demam dan rasa tidak
nyaman. Paracetamol
• Obat batuk. Obat ini dapat meredakan batuk sehingga penderita bisa beristirahat.
Pemberian obat ini sebaiknya dilakukan dalam dosis yang rendah. Selain meredakan
batuk, terdapat jenis obat batuk yang berfungsi untuk mengencerkan dahak. Bromheksin
atau ambroxol
• Antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi pneumonia akibat bakteri. Sebagian
besar penderita pneumonia memberi respons yang baik terhadap antibiotik dalam waktu
1-3 hari.
• Penicilin : Derivat penicillin yang berspektrum luas, seperti amoksisilin mencakup
Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia.
• Makrolida : Memiliki toleribilitas dan profil keamanan lebih baik. Contoh : Azitromisin.
• Sefalospirin : Berikatan dengan penicillin protein binding ( PBP ) yang terletak di dalam
maupun permukaan membrane sel, sehingga dinding sel bakteri tidak terbentuk yang
berdampak pada kematian bakteri. Contoh : Cefixim, Ceftriakson.
• NB : Pemberian antibiotik untuk pasien yang dicurigai infeksi bakteri. Pada kondisi
sepsis, antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam.
• Penggunaan kortikosteroid dapat memperburuk sisten pernafasan, dan analisis
manfaat/risiko perlu dilakukan untuk pasien secara individu.
• Pantau dan obati hiperglikemia, hipernatremia, dan hipokalemia.
• Pantau kemungkinan peradangan kembali terjadi dan tanda-tanda insufisiensi adrenal
setelah kortikosteroid dihentikan.
2. Penggunaan kortikosteroid
• Dosis kortikosteroid perlu diturunkan secara bertahap.
Dilihat dari kasus diatas orang yang mengkinsumsi kortikosteroid cenderung mengalami
gejala parah akibat virus maka itu sebaiknya dihentikan penggunaan sementara jika memang
harus digunakan, maka diganti dengan glukokortikoid parenteral.

Anda mungkin juga menyukai