Anda di halaman 1dari 48

Komplikasi Akut Pada

saat Dialisis
Yudhi Purnawan
Komplikasi akut dialisis

• Komplikasi akut hemodialisis didefinisikan sebagai adanya


manifestasi klinis terkait dengan hemodialisa yang terjadi
selama sesi dialisis atau dalam 24 jam pertama setelah
dialisis.
• Hemodialisis masih menyebabkan banyak komplikasi meskipun
sudah diikuti oleh kemajuan teknologi. Sangat penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi terutama di masa awal
hemodialisis dan komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
Komplikasi Akut pada saat dialisis
Hipotensi Disequilibrium syndrome

Muscle Cramps Reaksi Dialyzer

Mual & Muntah Arrhythmi

Nyeri Kepala Cardiac tamponade

Nyeri Dada Kejang

Nyeri pinggang Hemolisis

gatal Air embolism


Insidensi komplikasi akut yang rutin
sering terjadi saat hemodialisis :
Hipotensi Gatal 5 %
25 to 55 %

Kram Back pain


5 to 20 % 2 to 5 %

Mual & Nyeri Kepala Nyeri Dada


Muntah
70 % 2 to 5 %
10 %
Common complications Less common
complications

Hipotensi Disequilibrium syndrome

Kram Otot Dialyzer reactions

Mual Muntah Arrhythmias

Nyeri kepala Cardiac tamponade

Nyeri dada Seizures Hemolysis Air

Back pain embolism Hypoxemia

gatal

Demam menggigil
Intradialytic Hipotensi ( IDH )
Sangat penting untuk dikenali bukan hanya karena timbul adanya keluhan
Tetapi berhubungan dengan “poor longterm outcome”.

Hipotensi intradialisis (IDH) merupakan salah satu komplikasi yang paling


sering dari hemodialisis, yaitu mencapai 20-55 % dari komplikasi
hemodialisis.

Beberapa literatur mengemukakan bahwa IDH ditandai dengan penurunan


tekanan darah sistolik ≥ 30 atau tekanan darah sistolik absolut dibawah 90
mmHg.
Penyebab dari IDH

Volume V.C Cardio V


ascular
Variable
related
related Inadequate Performance
causes
Volume V.C failure:
a. Suhu cairan dialisat
a. Berat badan yang besar yang tinggi
b. Waktu dialisis yang pendek b. Neuropati otonom
dalam seminggu c. Obat antihipertensi
c. Berat badan kering terlalu d. Makan selama terapi
rendah e. Anemia

Penyebab
IDH Penyebab lain:
Berkaitan Kardiovascular
Tamponade pericardial
Septicemia
a. Dysfungsi diastolik
Dialyzer reaction
Air embolism
Perdarahan
Prevention and management
HIPOTENSI Terkait Vasokonstriksi
1. Penggunaan temperatur dialisat yang rendah
2. Menghindari makan selama proses dialisis
3. Meminimalkan iskemi jaringan selama dialisis
4. Penggunaan Midodrine
5. Penggunaan Sertraline
6. Tidak minum obat antihipertensi sebelum dialisis
7. Pemberian konsentrasi dialisat kalium yang
rendah
8. Fludrocortisone
9. Penggunaan Vasopressin
HIPOTENSI Terkait Volume

1. Menghindari kenaikan BB intradialitik yang besar


2. Meningkatkan waktu dialisis mingguan
3. Mempertahankan dan meningkatkan volume urin
4. Hati-hati dalam menentukan BB kering
5. Penggunaan dialisat sodium/natrium yang sesuai
6. Mengkontrol volume darah dengan mekanisme
umpan balik
HIPOTENSI Terkait Faktor Jantung

1. Disfungsi diastolik

2. Heart Rate dan Kontraktilitas

3. Dialisat kalsium
Prevention
1. Penggunaan temperatur dialisat yang rendah
2. Pemantauan asupan natrium dan cairan yang masuk
3. Meningkatkan volume urin
4. Perpanjang waktu dialisis mingguan
5. Menaikkan target berat badan
6. Menaikkan dialisat natrium
7. Tidak minum obat antihipertensi sebelum dialisis
8. Pertahankan HB di posisi 10-11 g/dL
9. Hindari makan selama dialisis
10. Monitor tekanan darah
11. Pertimbangkan penggunaan midodrine atau sertraline
12. Penggunaan dialisat kalium yang tinggi
HIPOTENSI

Penatalaksanaan:
1.Posisi Trendelenburg
2.Bolus NaCl 0,9% 100 ml atau lebih (alternatif
cairan lain berupa glusosa, manitol, atau
albumin)
3.UFR diturunkan sampai nol (0)
4.Pemberian oksigen
Common complications Less common
complications
Hypotension Disequilibrium syndrome

Keram Otot Dialyzer reactions

Nausea and vomiting Arrhythmias

Headache Cardiac tamponade

Chest pain Seizures Hemolysis Air

Back pain embolism Hypoxemia

Itching

Fever and chills


 Sering /paling umum terjadi selama bulan pertama dialisis

 Kram cenderung terjadi paling sering di dekat akhir perawatan


hemodialisis.

 Paling sering melibatkan otot-otot ekstremitas bawah, tetapi


otot-otot tangan, lengan, dan perut juga mungkin
terpengaruh.
Hypotension.
Hypovolemia
High Ultrafiltration rate.
Low Sodium Dialysis Solution
Mangement

Penatalaksanaan:
1.Pemberian NaCl 0,9% bila ditemukan hipotensi
dan kram otot yang bersamaan
2.Larutan hipertonik (saline, glukosa, manitol)
lebih efektif utuk dilatasi otot
3.Peregangan otot dan pemijatan
Stretching exercise.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
Kina sulfat.
Biotin
Oxazepam.
Stretching Exercise.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
Kina sulfat.
Biotin
Oxazepam
Minimalkan kenaikan berat badan interdialytic.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
Kina sulfat.
Biotin
Oxazepam
Minimalkan kenaikan berat badan interdialytic.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
• Kina sulfat.
Biotin.
Oxazepam.
Minimalkan kenaikan berat badan interdialytic.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
Kina sulfat.
Biotin.
Oxazepam.
Minimalkan kenaikan berat badan interdialytic.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
Kina sulfat.
Biotin,Vit E
Oxazepam
Minimalkan kenaikan berat badan interdialytic.
Pencegahan hipotensi terkait dialisis.
Konsentrasi natrium dialisat yang lebih tinggi.
Suplementasi karnitin.
Kina sulfat.
Vitamin E.
Oxazepam.
_
Common complications Less common
complications
Hypotension Disequilibrium syndrome

Muscle Cramps Dialyzer reactions

Mual dan muntah Arrhythmias

Nyeri Kepala Cardiac tamponade

Chest pain Seizures

Back pain Hemolysis Air

Itching embolism

Hypoxemia
MUAL MUNTAH

Mual muntah dapat disebabkan oleh banyak faktor, biasanya


berhubungan dengan hipotensi. Namun bisa merupakan
manifestasi awal adanya Disequilibrium Syndrome.

Penatalaksanaan:
• Terapi yang berkaitan dengan hipotensi
• Anti emetik bila perlu

Pencegahannya dengan menghindari hipotensi pada saat dialisis.


NYERI KEPALA

 Insidensi 70 %
 Unknown
 Disequilibrium Syndrome
 Coffe Drinker
Penatalaksaan:
Acetaminophen dapat diberikan selama dialisis
Pencegahan:
• Menurunkan Na dialisat pada pasien yang sedang mendapat terapi
tinggi Na.
• Suplementasi Mg (untuk defisiensi Mg)
Common complications Less common
complications
Hypotension Disequilibrium syndrome

Muscle Cramps Dialyzer reactions

Nausea and vomiting Arrhythmias

Headache Cardiac tamponade

Chest pain Seizures

Back pain Hemolysis Air

Itching embolism

Hypoxemia
NYERI DADA dan NYERI
PUNGGUNG

 Biasanya dirasakan bersamaan


 Unknown

• tatalaksana dan pencegahan


_
• Harus dipertimbangkan diagnosis banding dari nyeri
dada yang lain, seperti hemolisis, emboli udara,
perikarditis.
Common complications Less common
complications
Hypotension Disequilibrium syndrome

Muscle Cramps Dialyzer reactions

Nausea and vomiting Arrhythmias

Headache Cardiac tamponade

Chest pain Seizures Hemolysis Air

Back pain embolism Hypoxemia

Itching
GATAL
Penyebab:
• Kulit yang kering
• Reaksi alergi (dializer atau komponen sirkuit darah)
• Peningkatan serum Ca, fosfor, PTH

Penatalaksanaan:
• Pemakaian moisturizer untuk kulit
• Antihistamin
• Gabapentin
• Terapi UVB
• Karbon aktif
• Naltrexon / tacrolimus ointment
• Optimalkan kadar Ca dan fosfor, serta normalisasi PTH
Common complications
Complication

Hypotension Muscle Cramps Disequilibrium syndrome

Nausea and vomiting Headache Dialyzer reactions

Chest pain Hemolisis

Back pain Itching Air Embolism

Fever and chills Other Complication


DISEQUILIBRIUM SYNDROME

• DSS (Dialysis Disequilibrium Syndrome)


merupakan gangguan sistem saraf pada pasien
dialisis dengan gejala neurologi karena adanya
edem serebral.
• Penyebabnya terkait dengan peningkatan kadar
air di otak secara akut.
• Ketika kadar zat terlarut plasma diturunkan
dengan cepat selama dialisis, plasma menjadi
hipotonik dan air bergeser dari plasma ke
dalam jaringan otak.
DDS

• Gejala: mual muntah, sakit kepala, gelisah, kejang, koma.


• Penatalaksanaan: terapi simptomatik dan kurangi Qb (bila
gejala masih ringan). Bila pasien kejang sampai koma,
dialisis harus dihentikan. Terapi kejang. Terapi koma hanya
bersifat suportif.

• Pencegahan:
Untuk dialisis akut, hindari dialisis yang agresif dengan
mengurangi kadar ureum sekitar 40% dan gunakan dialisat
Na yang lebih tinggi.
Untuk dialisis kronik, sebaiknya gunakan konsentrasi
natrium paling sedikit 140 mM dengan kadar glukosa 200
mg/dl.
Common complications
Complication

Hypotension Muscle Cramps Disequilibrium syndrome

Nausea and vomiting Headache Dialyzer reactions


Chest pain Hemolisis

Back pain Itching Air Embolism

Fever and chills Other Complication


REAKSI DIALIZER

Merupakan kumpulan gejala yang timbul


sewaktu dialisis, akibat penggunaan dializer
yang baru atau dializer pakai ulang (reuse).

Dibagi menjadi 2 tipe:


1.Tipe Anafilaktik (Tipe A)
2.Tipe Nonspesifik (Tipe B)
REAKSI DIALIZER Tipe Anafilaktik (Tipe
A)
Biasanya terjadi dalam 5-30 menit pertama dialisis dan lebih sering
terjadi pada pasien dengan riwayat atopi .

Penyebab:
1. Ethylene oxide (digunakan produsen untuk mensterilkan dializer)
2. AN69 membran
3. Kontaminasi dialisat
4. Reuse
5. Heparin
6. Faktor pelepasan komplemen
7. Eosinofil
REAKSI DIALIZER Tipe Anafilaktik (Tipe
A)
Penatalaksanaan:
• Hentikan dialisis segera
• Clamp the blood line
• Buang dialyzer dan blood line tanpa mengembalikan darah
• Resusitasi bila perlu
• Antihistamin, steroid, epinefrin (iv) dapat diberikan sesuai tingkat keparahan

Pencegahan:
• Pembilasan dialyzer yang tepat sebelum digunakan penting untuk menghilangkan residu etilen oksida
dan alergen putitave lainnya.
• Bila alergi etilen oksida, dapat diganti dengan ƴ-irradiated, dializer yang disterilisasi dengan uap atau
elektron.
• Antihistamin predialisis
• Hentikan heparin / heparin free
• ACEinhibitor menghambat inaktivasi bradikinin, pencegahannya dengan mengganti agen penghambat
reseptor angiotensin untuk ACEi.
REAKSI DIALIZER Tipe Nonspesifik (Tipe
B)
• Gejala nya berupa nyeri dada dan nyeri punggung.
• Onset 20-40 menit setelah dialisis dimulai.
• Reaksinya lebih parah daripada Tipe A.
• Penyebabnya belum diketahui.

• Penatalaksanaan: pemberian oksigen nasal kanul. MCI


harus dipertimbangkan, dan angina pektoris, jika
diduga, dapat diobati. Dialisis dpt dilanjutkan, karena
gejala selalu mereda setelah 1 jam pertama.

• Pencegahan: gunakan membran dializer yang berbeda.


Common complications
Complication

Hypotension Muscle Cramps Disequilibrium syndrome

Nausea and vomiting Headache Dialyzer reactions

Chest pain Hemolisis


Back pain Itching Air Embolism

Fever and chills Other Complication


HEMOLISIS

• Hemolisis selama dialisis merupakan suatu


kegawatdarutan.
• Gejala berupa nyeri punggung, dada terasa
berat dan sesak napas. Bisa juga disertai
perubahan warna kulit.
• Tes merah muda positif (pink appearing serum)
terlihat pada hemolisis masif.
• Komplikasi akut seperti anemia, hiperkalemia,
vasokonstriksi plasma dan pankreatitis.
HEMOLISIS

Penyebab hemolisis akut dibagi menjadi 2:


1. Obstruksi selang (tertekuk, UFR yang tinggi,
ukuran jarum dan selang yang digunakan
relatif kecil).
2. Masalah dari dialisat itu sendiri (dialisat
terlalu panas, hipotonik dialisat, dialisat
yang terkontaminasi)
Hemolisis juga disebabkan adanya def. G6PD
dan pemberian quinin sulfat.
HEMOLISIS

Penatalaksanaan:
• Hentikan dialisis
• Pasien tidak boleh diberikan transfusi darah.
• Resusitasi tergantung pada kondisi klinis.
• Faktor etiologi yang menyebabkan hemolisis
harus diselidiki dan dieliminasi.
Common complications
Complication

Hypotension Muscle Cramps Disequilibrium syndrome

Nausea and vomiting Headache Dialyzer reactions

Chest pain Hemolisis


Back pain Itching Air Embolism

Fever and chills Other Complication


EMBOLI UDARA

• Salah satu komplikasi yang fatal yang sangat ditakuti


dari terapi hemodialisis adalah emboli udara.
• Penyebab paling umum emboli udara adalah udara
yang masuk dari bagian pra-pompa di mana ada sistem
tekanan negatif dan jalur akses jarum ke arteri.
• Gejala-gejala dari emboli udara tergantung pada posisi
pasien pada saat itu.
• Pada posisi duduk, komplikasi neurologis terjadi
karena embolus akan masuk ke sistem otak, sedangkan
gejala seperti sesak napas dan nyeri dada terjadi
ketika emboli masuk ke paru-paru diposisi terlentang.
EMBOLI UDARA

• Langkah pertama dalam pengobatan adalah


menjepit tabung vena dan menghentikan
pompa. Pasien kemudian dibaringkan ke arah
kiri dengan kepala dan dada menghadap ke
bawah, dan 100% oksigen harus diberikan
melalui masker atau ETT.

Anda mungkin juga menyukai