1. Hipotensi
2. Kram otot
3. Mual dan muntah
4. Sakit Kepala
5. Demam disertai menggigil
6. Nyeri dada
7. Gatal-gatal
8. Perdarahan cimino
9. Disequilibrium Syndrom
2
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan darah terjadi akibat
fonemena siklis, tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup
dan frekuensi jantungnya)
Tekanan Perifer terhadap tekanan darah darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam
pembuluh.
Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu diantaranya :
▪ Curah jantung
▪ ketegangan arteri
▪ Volume
▪ Laju serta kekentalan (viskositas) darah.
3
Pengaturan saraf
• Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah.
Pusat kardiokselerator dan kardioinhibitor mengatur curah
jantung
4
Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah. Zat tersebut meliputi :
• Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
• Epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator,
bergantung pada jenis reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.
• Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari kelenjar
hipofisis posterior termasuk vasokontriktor.
• Angiotensin
adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya termasuk salah satu
vasokontriktor kuat.
• Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon, kolesistokinin,
sekretin, dan bradikinin yang diproduksi sejumlah jaringan tubuh, juga
termasuk zat kimia vasoaktif.
• Prostaglandin
Adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara local dan mampu
bertindak sebagai vasodilator atau vasokonstriktor.
(Ethel, 2003: 239).
5
HIPOTENSI INTRADIALISIS
6
Komplikasi yang sering terjadi pada dialisis (Levy et al., 2016)
Hipotensi 25 – 60 %
Aritmia 5 – 25 %
Kram 5 – 15 %
Mual dan Muntah 5 – 10%
Sakit Kepala 5 – 10%
Nyeri Punggung 2–5%
Nyeri dada 2–5%
Gatal-gatal 1–5%
Demam 1%
Dampak HD terhadap tekanan darah
9
SYOK HIPOTENSI
• Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi
yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi
jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.
• Tahap Syok
✓Tahap nonprogresif, kadang-kadang disebut tahap
kompensasi, dimana mekanisme kompensasi sirkulasi
normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan
sempurna tanpa dibantu dari luar.
✓Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk
sampai timbul kematian.
✓Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh, terapi yang
tidak mampu lagi menolong penderita
10
Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya
gejala-gejala seperti berikut:
✓Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80
mmHg atau MAP kurang dari 60 mmHg, atau
menurun 30% lebih.
✓Oliguria: produksi urin kurang dari 20 ml/jam.
✓Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit
dingin dan berkerut serta pengisian kapiler
yang jelek.
11
KRITERIA HIPOTENSI INTRADIALISIS
12
HIPOTENSI
15
TANDA DAN GEJALA
HIPOTENSI
16
17
• Hipotensi saat HD terutama disebabkan terjadinya perubahan yang
cepat dari homeostasis volume darah. Penurunan kadar ureum
kreatinin serta zat lain yang terdialisis ikut menurunkan volume darah
dan tekanan onkotik vaskular.
• Hal lain yang Ikut berperan dalam Plasma refilling adalah mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dimana
terjadi pergeseran cairan dari kompartemen ekstravaskuler ke
intravaskuler.
• Beberapa hal yang berpengaruh terhadap terjadinya plasma refilling
adalah gradien tekanan hidrostatik, onkotik, osmotik dan
permeabilitas kapiler.
• Sedangkan kecepatan refilling dipengaruhi oleh ultrafiltrasi,
keseimbangan protein total, status hidrasi dan permeabilitas kapiler.
18
Pencegahan Hipotensi
1. Faktor pasien
a. Hindari IDWG yang berlebih (< 5% berat badan)
b. Penentuan berat badan kering yang tepat
c. Diit rendah natrium
d. Hindari konsumsi OAH sebelum dialysis
e. Tidak makan selama dialysis
f. Kurangi pemberian narkotik, analgetik dan
sedative
g. Tingkatkan status nutrisi
2. Prosedur dialysis
a. Hindari UFR > 1,2 L/jam
b. Penggunaan mesin hemodialysis yang dilengkapi
UF profil
c. Natrium dialisat tinggi (140 -149 mEq/L)
d. Na Profilling
e. Dialisat bicarbonate
f. Temperature dialisat yang rendah ( 34⁰ - 35⁰ C)
Penatalaksanaan
• K/u : letargi
• Cardiovaskular : TD menurun akral dingin, keringat dingin, nadi cepat
(awal kompensasi) dan menjadi lemah samapai tidak teraba, nyeri
dada
• GIT : penekanan parasimpatis, Mual,Muntah,mules
• Integumen : kulit lembab, keringat dingin
• Muskuloskeletal : perifer ektremitas dingin, pucat
22
Diagnosa
keperawatan
23
RENPRA
24
HIPOTENSI BERULANG ADALAH BUKTI
EVALUASI DIALISIS YG TIDAK ADEKUAT
25
2. Kram otot
Penyebab :
a. Blum sepenuhnya di ketahui
b. Penarikan cairan dibawah berat badan standar :
PREDISPOSISI PENTING: TERKAIT
HIPOVOLEMIA,HIPOTENSI
c. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)
d. Cairan dialisat dengan kadar Na rendah
e. Berat badan naik > 1 kg/hari
f. Posisi tidur berubah terlalu cepat
g. Hal lain yang perlu di perhatikan : hipokalsemia,
hipomagsium,defisiensi vit E
26
Penanganan dan pencegahan :
a. Kecilkan QB dan UFR
b. Perhatikan periode kram intradialisis untuk melakukan modifikasi
UF (profiling dialisis)
c. Evaluasi BBK
d. Massage pada daerah yang kram
e. Kalau perlu berikan obat gosok
f. Karena volume : berikan NaCl 0.9% disesuaiakan dengan estimasi
pemenuhan berat badan kering, berikan cairan hipertonis sesuai
kolaborasi (perhatikan dampak post dialisis akibat terafi cairan)
g. Mengatur kenaikan BB sesuai rekomendasi (tidak > 5% dari BBK)
h. Kompres hangat
i. Observasi tanda-tanda vital
j. Evaluasi nilai lab : Ca,P,Mg
27
3. Mual dan Muntah
Penyebab :
a. Multifaktor dan jarang berdiri sendiri
b. Hipotensi : disertai keluhan lain
c. DDS
d. Reksi dari dialiser
e. Kontaminasi dialisat : tinggi Ca,Na
f. Ketakutan
g. Reaksi obat
h. Bila tidak disertai gejala lain : dicurigai karena ggn hepar dan
GIT
28
Mual dan Muntah
Penanganan :
a. Jika disertai Hipotensi :turunkan Qb dan UF
b. Kolaborasi dr pemberian terafi sesuai etiologi
c. Berikan kantong plastik muntah
d. Bantu kebutuhan pasien (kalau perlu berikan minyak gosok
pada daerah epigastrik)
29
Penanganan :
e. Observasi tanda-tanda vital selama proses dialysis
berlangsung
f. Jika TD turun, guyur NaCl 0.9% - 100 ml sesuai K.U pasien
g. Jika keadaan sudah membaik, program dialisis diatur secara
bertahap sesuai kebutuhan pasien
h. Beritahu dokter jika pasien tidak ada perbaikan
i. Mencari timbulnya muntah : hipotensi, penarikan cairan
terlalu cepat, atau kenaikan BB > 1 Kg/hari
30
Mual dan Muntah
Pencegahan :
a.Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah
selama jam pertama dialisis, selanjutnya dinaikkan secara
bertahap sesuai kebutuhan pasien, atau profiling UF
b.Evaluasi kondisi cairan dialisat / RO
c.Evaluasi Target BBK
d.Observasi tanda-tanda vital selama dialisis berlangsung.
31
4. Sakit Kepala
Penyebab :
a. Tekanan darah naik
b. Ketakutan
c. Gejala diseqwilibrium sindroma
d. Bencana cerebrovaskular jika disertai muntah dan gejala
nerologi lain
32
Penanganan :
a. Kecilkan kecepatan lairan darah / Qb
b. Observasi tanda-tanda vital (terutama TD dan nadi)
c. Jika TD tinggi atau hipertensi emergency : kolab dr
d. Kolab dr untuk sebab yang tidak di ketahui untuk
pemberian : analgetik
e. Kompres dan masage ringan area leher dan kepala
f. Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialysis
kembali seperti semula secara bertahap
g. Mencari penyebab sakit kepala ; cairan dialisat asetat,
minum kopi atau ada masalah, pem lanjutan jika keluhan
menetap : CT scan dll
33
5. Demam disertai menggigil
Penyebab :
a. Reaksi pirogen : demam ringan tanpa menggigil, hilang di luar
dialisis/jika HD dihentikan, memakai Dialiser pakai ulang
b. Reaksi transfusi
c. Kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah
d. Keganasan , sepsis karna sirkulasi
34
Penyebab :
a. Demam lama (di rumah dan intradialisis) berhubungan dengan
defisiensi imun :
✓ TB ektra Paru
✓ Keganasan
✓ Reaktivasi SLE
✓ Endokarditis bakterialis akut
✓ Devertikulosis
✓ Infeksi akses vaskular : CDL,Trombosis Fistula AV
✓ Perikarditis
✓ Efusi pleura
✓ ISK
✓ Infeksi ginjal polikistik
35
Demam
Penanganan :
a. Observasi tanda-tanda vital : Ukur suhu tubuh
b. Berikan selimut/penghangat lain
c. Beritahu dokter untuk pemberian terapi
d. Mencari penyebab deman karena : bahan pirogen dari set
dialysis atau penyebab lain pada pasien spt infeksi
e. Pengaturan suhu ruangan
36
6. Nyeri dada
Penyebab :
a. Minum obat jantung tidak teratur
b. Program HD yang terlalu cepat : iskemia karena
hipovolemia/hipotensi
c. Gangguan kardiovaskuler,iskemia,infark
d. Reaksi anafilaktoid atau hemolisis
37
Nyeri dada
Penanganan :
a. Turunkan kecepatan aliran darah/Qb, Uf, laporkan nefrologist
untuk kemungkinan prog SLED
b. Pasang EKG monitor, rekam : EKG 12 lead laporkan dr
c. Beritahu dokter untuk pemberian terapi
d. Tranfusi dan pemberian erytopetin sesuai indikasi dan kolaborasi
e. Hindari asetat dialysis
Pencegahan :
a. Edukasi Minum obat jantung secara teratur
b. Anjurkan pasien untuk kontrol kedokter secara teratur
c. Pengaturan prog dialisis sesuai kolaborasi
d. Pengaturan asupan cairan jiak nyeri dada terjadi karena UF
38
7. Gatal-gatal
Penyebab :
1. Toksin uremia yang kurang terdialisis
2. Peningkatan Ca-Phospor
3. Kulit yang kering
4. Alergi terhadap bahan-bahan yang dipakai pada
proses hemodialisis
5. Heparin
6. Bahan plastik yang dibuat dari sirkuit darah
7. Gas ethylen oxide
8. Pelepasan histamin dari sel-sel mast
39
Gatal-gatal
Penanganan :
a. Beri talk / krem khusus untuk gatal
b. Jika karena transfusi beritahu dokter untuk
pemberian terafi
c. Kontrol lab : Ca, P
Pencegahan :
a. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet
b. Anjurkan pasien taat menjalani hemodialisis sesuai
program
c. Anjurkan pasien menjaga kebersihan badan
40
8. Perdarahan cimino :
Penyebab :
a. Tempat tusukan yang sama /menetap
b. Masa pembekuan darah lama
c. Dosis heparin yang berlebihan
d. Tekanan darah tinggi
e. Penekanan tusukan tidak tepat
41
Penanganan :
a. Hindari penusukan pada area yang sama
b. Tekan daerah tusukan dengan tepat : 5-15 menit
c. Mencari penyebab perdarahan
d. Observasi tanda-tanda vital dengan ketat
e. Lapor dokter jaga jika perdarahan lama berhenti
Pencegahan :
a. Evaluasi laboratorium terhadap PT,APTT
b. Bekas tusukan cimino tidak boleh digaruk-garuk atau dipijat.
c. Hindari penusukan pada bekas tusukan dialysis sebelumnya.
d. Heparinisai yg adekuat atau free heparin jika resiko tinggi
post HD perdarahan akses atau akses sangat lama berhenti
42
Dialysis Dis‐equilibrium Syndrome
(DDS)
• Definisi : Adalah kumpulan gejala sistemik dan nerologik yang di
temukan selama atau setelah HD
• Gejala :
pada dialisis akut : mual, muntah kejang, gelisah,
sakit kepala, koma,
Pada Dialisis Kronik : Mual, muntah dan sakit kepala
43
Dialysis Dis‐equilibrium Syndrome
(DDS)
• Penyebab : (terutamanya adalah perubahan
volume dan konsentrasi plasma)
1. masih kontroversial
2. Sebagian menyatakan karena peningkatan kadar
air otak ketika zat terlarut diturunkan dengan
cepat selama dialisis yang menjadikan komposisi
plasma menjadi hipotonis dan pergeseran cairan
plasma ke dalam jaringan atau sel otak yang
menyebabkan edema sel otak
3. Perubahan akut pH plasma di serebrospinal
secara cepat
44
Dialysis Dis‐equilibrium Syndrome
(DDS)
• Penatalaksanaan :
1. DDS Ringan (dengan gejala mual, muntah, gelisah,
sakit kepala yg tidak spesifik) : menurunkan aliran
darah untuk menurunkan zat terllurt terlau cepat,
memberikan cairan hipertonis : Nacl atau glukosa
terutama jika disertai kram otot/kejang
2. DDS Berat (Kejang, Penurunan kesadaran) : segera
hemtikan HD, lakukan pertolongan gawat darurat
45
Dialysis Dis‐equilibrium Syndrome
(DDS)
• Pencegahan :
1. DDS Ringan : kolaborasi perencanaan dialisis yang
tidak terlalu agresif, (SLED atau TD yg pendek),
penurunan plasma unruk semntara cukup 40%,
hindari penggunaan dialisis dengan Na rendah akan
memperburuk edema serebral, pada pasien
hipertermi perbaikan kadar Na dan ureum tdak harus
bersamaan , dan bisa di perbaiki post dialisis dengan
dextrose 5%.
2. DDS Berat (Kejang, Penurunan kesadaran) : profiling
Na (dinaikan diawal HD dan berangsur diturunkan
pada jam berikutnya) konsentrasinya antara 140-160,
46
PENTING DI PERHATIKAN DALAM PENANGAN
KOMPLIKASI INTARDIALIS
1. Perawat merupakan orang pertama yang sering menemukan
kejadian komplikasi dialisis jd pemahan terkait komplikasi harus
baik
2. Tindakan segera biasanya harus dialkukan perawat, ingat !!!!!
Bedakan antara kesenanngan perawat dan dokter
3. Tindakan terapi hanya boleh dialakukan sesuai kolaborasi dengan
tim medis
4. Pada kondisi emergency Pemenuhan akan pengembalian volume
saat komplikasi dan menghentikan tindakan dialisis sementara bisa
dilakukan perawat untuk kemudian melakukan kolaborasi tim
medis tentang kondisi terakhir pasien.
47
CONTOH KASUS
48
CONTOH KASUS
49
CONTOH KASUS
50
TRIMAKASIH
51