Anda di halaman 1dari 112

MEDICAL

KNOWLEDGE

CAPD /DPMB
PENATALAKSANAAN PGK ATAS DASAR STADIUMNYA
PENATALAKSANAAN PGK ATAS DASAR STADIUMNYA
GFR
Stad. Deskripsi Tindakan
(mL/min/1.73 m 2)
1 Kerusakan ginjal > 90 Diagnosis and pengobatan, pengobatan
Dgn.normal atauá GFR dr kondisi
-morbid
co , memperlambat
progresi, menurunkan resiko CVD
2 Kerusakan ginjal 60 – 89 Estimating progression
with mild â GFR
3 Moderate â GFR 30 – 59 Evaluasi dan mengobati
komplikasi
4 Severe â GFR 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti
ginjal
5 Gagal ginjal < 15 Terapi pengganti
(or dialysis)
Chronic kidney disease is defined as either kidney damage or GFR < 60 mL/min/1.73 m 2 > 3
months. Kidney damage is defined as pathologic abnormalities or markers of damage, including
abnormalities in blood or urine tests or imaging studies
–Include actions from proceeding stages
–CVD = cardiovascular disease
INTEGRASI TERAPI PENGGANTI GINJAL

TRANPLANTASI

TERAPI PENGGANTI
GINJAL

HEMODIALISIS PERITONEAL DIALISIS


HEMODIALISIS
 Mesin ginjal buatan atau hemodialyzer
terdiri dari membran semipermeabel
dengan darah di satu pihak dan cairan
dialisis di pihak lain.
 Dibuat AV-fistula (simino) pada tangan
pasien, merupakan tempat masuk dan
keluarnya darah ke mesin ginjal buatan
(hemodialisa) pada setiap kali dilakukan
hemodialisa.
TRANSPLANTASI GINJAL
Dialisis Peritoneal
 Adalah dialisis untuk membantu
penanganan pasien PGA maupun PGK
dengan menggunakan membran
peritoneum yang bersifat semipermeabel
Dialisis Peritoneal
Dialisis peritoneal kronik dibagi menjadi dua, yaitu :

1. CAPD/DPMB tidak menggunakan mesin

2. APD (Automatic Peritoneal Dialysis) mengunakan


mesin :
a. CCPD (Continuous Cyclic Peritoneal Dilaysis)/DPDB
(Dialisis Peritoneal Dialirkan Berkesinambungan)
b. NIPD(Night-time Intermitten Peritonal
Dilaysis)/DPN (Dialisis Peritoneal Nocturnal).
A A
P P
D D
Dialisis Peritoneal
Ada beberapa keuntungan dari dialisis peritoneal
bila dibandingkan dengan hemodialisis, yaitu :

1. Kimia darah yang stabil karena terjadi pertukaran


secara terus-menerus dari produk-produk sisa
metabolisme/toksin

2. RRF (Residual Renal Function)/Fungsi Ginjal Sisa


akan terpelihara lebih baik

3. Fungsi ginjal akan lebih baik jika nantinya ingin


dilakukan transplantasi ginjal
Dialisis Peritoneal
Ada beberapa keuntungan dari dialysis peritoneal bila
dibandingkan dengan hemodialisis, yaitu :
4. Survival lebih baik daripada hemodialisis pada tahun-
tahun pertama
5. Transmisi hepatitis B dan C lebih sedikit daripada
hemodialisis
6. Pasien lebih dapat mengontrol diri sendiri
7. Diet dapat lebih bebas
8. Tidak membutuhkan mesin
9. Dialisis dapat dilakukan di rumah sehingga relatif
nyaman dan bebas dari keterikatan serta tidak perlu
datang ke RS dua sampai tiga kali seminggu
10. Tidak ada tusukan jarum
Dialisis Peritoneal

Setelah follow up selama 24 bulan, resiko infeksi


Hepatitis B lebih tinggi pada pasien HD (38,9 %)
dibandingkan dengan pasien CAPD (1,5 %).
Dialisis Peritoneal

Setelah follow-up selama 24 bulan, risiko hepatitis C


32% pada pasien dengan HD dan 3% pada pasien
dengan CAPD
Dialisis Peritoneal

Pasien dengan CAPD mempunyai residual renal


functions yang lebih baik daripada HD
Dialisis Peritoneal

Pasien dengan CAPD mempunyai kemampuan untuk


bekerja lebih baik daripada pasien dengan HD
Dialisis Peritoneal

Pengeluaran urin pada pasien PD lebih banyak daripada


pasien HD setelah 2 tahun, yang akan menyebabkan
keseimbangan cairan yang lebih baik
BUN PASIEN HD VS CAPD
Dialisis Peritoneal
10 0 %

80%

60%
HD
40% PD

20%

0%
1 Ye a r 5 Ye a r 10 Ye a r

Survival dari PD lebih baik daripada HD


Dialisis Peritoneal
Kerugian dari dialisis peritoneal dibandingkan
dengan hemodialisis :

1. Diperlukan 4 kali pertukaran sehari dan waktu 2 jam


sehari untuk melakukan pertukaran (setiap kali
pertukaran membutuhkan waktu sekitar 0,5 jam)

2. Resiko peritonitis besar jika tidak dilakukan dengan


hati-hati dan tidak dilakukan berdasarkan prosedur
yang telah diajarkan
Dialisis Peritoneal
Kerugian dari dialisis peritoneal dibandingkan
dengan hemodialisis :

3. Dapat menambah berat badan karena adanya


cairan dialisat dalam kavum peritoneum

4. Adanya kateter yang dipasang secara permanen di


dinding abdomen

5. Lingkungan rumah harus memungkinkan untuk


melakukan dialysis
APA SIH YG TERJADI DI RONGGA
PERUT??
ULTRAFILTRASI DIFUSI
CAPD diindikasikan untuk :

1. Pasien yang menginginkan dialisis peritoneal


atau tidak menginginkan hemodialisis

2. Pasien yang tidak dapat mentoleransi


hemodialisis, seperti :
 Penyakit jantung kongestif atau iskemik

 Penyakit vaskular berat atau terjadi masalah pada


akses vaskular
CAPD diindikasikan untuk :

3. Faktor psikososial seperti gaya hidup yang


aktif dengan jadwal yang tidak tetap,
membutuhkan diet yang bebas, takut pada
jarum
4. Penyakit kronik seperti hepatitis, anemia,
kelainan perdarahan, diabetes mellitus
5. Mempunyai masalah pada transfusi darah
6. Penderita yang mempunyai kontraindikasi
menggunakan antikoagulan
CAPD dikontraindikasikan untuk :

1. Kontraindikasi absolut :
 Kehilangan fungsi peritoneal atau terdapat
perlekatan abdomen yang luas yang akan membatasi
aliran dari cairan dialisat
 Tidak ada pendamping, pasien yang secara fisik
maupun mental tidak mampu melakukan dialysis
peritoneal seperti penderita psikosis atau manik
depresi dan keterbelakangan mental
 Terdapat kerusakan mekanis yang tidak dapat
diperbaiki yang akan menghalangi efektifitas dari
dialysis peritoneal atau akan meningkatkan resiko
infeksi, seperti : hernia diafragmatika, omfalokel
CAPD dikontraindikasikan untuk :

2. Kontraindikasi relatif :
 Malnutrisi
 Kegemukan
 Infeksi pada kulit atau dinding abdomen
 Ischemic bowel diseases
 Divertikulitis
 Peritoneum bocor
 Baru saja memasukkan benda asing dalam kavum
abdomen
Exit Site
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
1. Di Rumah
Harus disiapkan tempat yang cocok untuk
melakukan pertukaran cairan dan jangan lupa
melakukan pertukaran dengan rutin. Harus
selalu ingat untuk memesan cairan CAPD dan
perlengkapannya setiap bulan.
Selain itu minum obat-obatan yang dianjurkan
dan hubungi unit ginjal jika memerlukan
saran/bantuan
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
2. Di kantor atau sekolah

Dapat tetap melakukan aktifitas di


kantor/sekolah. Siapkan 1 ruangan khusus untuk
melakukan pertukaran cairan, bila tidak
mungkin, dapat melakukan pertukaran cairan di
rumah saat jam makan siang
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
3. Di tempat berlibur

Dapat dilakukan pertukaran dimanapun tempat


berlibur. Cairan CAPD dapat dipesan sebelumnya
untuk dikirim ke tempat dimana kita berlibur
atau jika hanya berlibur dalam waktu singkat,
semua perlengkapan CAPD dapat disiapkan
terlebih dahulu dan dibawa
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
4. Diet

Walaupun diet pada CAPD lebih bebas daripada


HD, tapi harus tetap diperhatikan hal-hal berikut
ini :
 Siapkan 2 – 3 porsi protein sehari. Untuk CAPD,
protein yang dibutuhkan adalah 1,2 –1,5
g/kgBB/hari
 Hindari makanan tinggi gula (karbohidrat) dan
makanan berlemak
 Hindari garam
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
4. Diet

Walaupun diet pada CAPD lebih bebas daripada


HD, tapi harus tetap diperhatikan hal-hal berikut
ini :
 Hindari makanan tinggi kalium seperti pisang,
alpokat, kacang, kopi dan coklat juga
mengandung kalium
 Kalsium dan vitamin D penting untuk tulang. Perlu
mengkonsumsi suplemen vitamin D dan kalsium
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
4. Diet
Walaupun diet pada CAPD lebih bebas daripada
HD, tapi harus tetap diperhatikan hal-hal berikut
ini :
 Fosfat yang terlalu tinggi dapat merusak tulang. Perlu

untuk mengkonsumsi pengikat fosfat


 Hindari makanan tinggi fosfat seperti keju, kacang,

daging dan coklat


 Jika terjadi konstipasi, hubungi dokter
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
5. Cairan

Penting untuk mengontrol jumlah cairan yang


masuk. Cegah makanan yang mengandung
tinggi cairan seperti semangka, es krim. Nilai
jumlah cairan yang diminum dan pakailah
ukuran gelas yang kecil. Jika haus, coba isap es
batu
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
6. Olah raga
Dapat terus dilakukan, seperti jalan kaki,
bersepeda dan berkebun.
Tetapi dilarang untuk berenang dan
melakukan olah raga berat atau yang
kontak langsung dengan abdomen seperti
sepak bola. Juga dilarang mengangkat beban
yang berat.
Selain itu juga dilarang untuk berendam.
Aktivitas Dan Gaya Hidup Dengan
CAPD
7. Aktifitas sehari-hari dan hobi dapat terus
dilakukan, tapi jika merasa lelah, jangan
dipaksakan, beristirahatlah
8. Aktifitas seksual dapat terus dilakukan,
tapi yakinkan bahwa kateter tidak tertarik
atau terpelintir
9. Segera hubungi unit CAPD atau rumah
sakit jika merasa tidak sehat
Penilaian Klinis dari
Transport Peritoneal
Ada 4 jenis membran peritoneum pada
manusia :

1. High transporters

2. Low Transporters

3. High-Average dan Low-Average Transporters


Adekuasi Dan Keseimbangan
Cairan
Tujuan akhir dari dialisa adalah :

1. Mempertahankan pasien uremik pada


kondisi fisik sebaik mungkin

2. Mencegah komplikasi toksin uremia


Perbandingan air dan elektrolit yang dikeluarkan
antara ginjal sehat dan CAPD selama sehari :

  Healthy CAPD
Kidneys
Water, L 2 2

Sodium, mEq 100-150 100-150

Potassium, mEq 50 30+fecal loss

Phosphate, mg 800-1000 300


Tanda-tanda overload cairan :
1. Tekanan darah meningkat
2. Bengkak pada kelopak mata, tangan dan kaki
3. Sesak nafas
4. Peningkatan berat badan

Pada keadaan ini perlu dilakukan :


5. pembatasan cairan
6. menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasi
tinggi sampai ke berat badan ideal
7. konsultasi ke unit dialysis
Tanda-tanda dehidrasi :
1. Tekanan darah turun
2. Kulit kering, mata cekung
3. Pusing, keram otot
4. Penurunan berat badan
Pada keadaan ini perlu dilakukan :
5. minum sedikit lebih banyak cairan
6. menggunakan cairan dialisat dengan
konsentrasi kecil sampai ke barat badan
ideal
Berikut adalah ultafiltrasi yang dihasilkan oleh
bermacam-macam konsentrasi dari dextrose.

Dextrose Concentration Duration UF (Output)

1.5% 4-5 hrs 100-300 mls

2.5% 6 hrs (day time) 400-600 mls


6-10 hrs (night time)  

4.25% 6-12 hr 600-800 mls

Extraneal 8-14 hrs 600-800 mls

Nutrineal (Protein) 4-5 hrs 100-300 ml


Perbandingan status asam-basa (dari darah)
antara Individu normal dan pasien CAPD :

  Normal CAPD

PH 7.4 7.35-7.4

HCO3+ 24 22-24

PCO2+ 40 37-40
Kondisi ruangan untuk melakukan pertukaran
cairan pada CAPD
Proses pertukaran cairan pada CAPD
CARA CUCI TANGAN YANG BAIK

6
3
LANGKAH-LANGKAH CAPD
DENGAN TWIN BAG
LANGKAH-LANGKAH CAPD
DENGAN TWIN BAG
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan aliran masuk ke dalam kavum
peritoneum oleh gravitasi :

1. Ketinggian dari letak cairan dialisa

2. Diameter kateter

3. Panjang kateter

4. Bentuk dari kateter

5. Tekanan intra abdomen


Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
aliran keluar dari kavum peritoneum :

1. Posisi kateter
2. Ada tidaknya sumbatan di dalam kateter
3. Tekanan intra abdomen
4. Bentuk dari kateter
5. Diameter dan panjang kateter
6. Jarak dari abdomen ke kantong kosong untuk
pembuangan dialisat
MASALAH-MASALAH PADA
CAPD
1. INFEKSI PADA EXIT SITE
Tanda-tandanya :
 kemerahan

 nyeri bila disentuh

 bengkak pada exit site

 keluar nanah dari exit site


Penanganan :

1. Hubungi perawat CAPD segera, perawat akan


melakukan penilaian exit site

2. Ambil spesimen dari exit site dan kirim untuk


pemeriksaan laboratorium

3. Pakai antibiotik sesuai dengan anjuran dokter

4. Immobilize kateter dan bersihkan exit site


labih sering, 2 – 3 kali sehari
YANG BAGUS VS YANG JELEK
Infeksi pada Exit Site
Catheter & Exit site care
MASALAH-MASALAH PADA
CAPD
II. PERITONITIS

Adalah infeksi pada membran peritoneum, yang


potensial
menjadi suatu keadaan yang
mengancam
Peritonitis pada dialysis peritoneal dapat terjadi
melalui :

1. Eksogen :
 Intraluminal/Transluminal
 Periluminal

2. Endogen :
 Intestinal/Transmural
 Sistemik/hematogenous
 Ascending
Diagnosis dari peritonitis yang dihubungkan
dengan dialysis peritoneal adalah bila terdapat
2 dari 3 hal berikut ini :

1. Nyeri, rebound tenderness (nyeri lepas tekan)

2. Cairan keruh dengan hitung sel > 100


sel/mm3 dengan > 50 % netrofil

3. Terdapat mikroorganisme pada pewarnaan


atau kultur
Gejala-gejala dari peritonitis adalah :

1. Cairan yang keluar keruh

2. Nyeri abdomen

3. Demam

4. Muntah, diare

5. Terdapat bekuan pada cairan yang keluar


6. Keadan umum tampak buruk
ORGANISME PENYEBAB PERITONITIS :
Penanganan :

1. Segera hubungi pusat CAPD

2. Simpan cairan keluar yang keruh

3. Bilas dengan 3 kali pertukaran berturut-turut


dengan 1,5% larutan dextrose

4. Bawa cairan yang keruh dan cairan yang baru


untuk diperiksa di pusat CAPD

5. Minum antibiotik yang sesuai dengan anjuran


dokter
Indikasi pelepasan kateter selama peritonitis :

1. Indikasi absolut :
 Sering berulangnya peritonitis
 Kambuh dengan organisme yang sama
 Peritonitis menetap setelah 5 – 7 hari dengan
terapi yang adekuat
 Tunnel infection dengan peritonitis
 Abses intraperitoneal
 Faecal peritonitis
2. Indikasi relatif :
 Peritonitis karena jamur
 Peritonitis karena tuberculous
Terapi yang diberikan pada peritonitis :

Jika urin output < 100 ml/hari :

 Cefazolin, Cephalothin : 1 gram/ kantong, 4 kali


sehari atau 15 mg /kgBB/kantong, 4 kali
sehari

 Ceftazidime : 1 gram/kantong, 4 kali sehari

 Gentamicin, Tobramycin, Netilmycin : 0,6


mg/kgBB/kantong, 1 kali sehari
Jika urin output > 100 ml/hari :

 Cefazolin, cephalothin : 20 mg/kgBB/kantong, 4


kali sehari

 Ceftazidime : 20 mg/kgBB/kantong, 1 kali


sehari

 Gentamicin, tobramycin, netilmycin: tidak


direkomendasikan.
Jika dalam 24 – 48 jam kultur negatif :

1. Jika ada perbaikan klinis :


 Hentikan ceftazidime atau aminoglikosida
 Lanjutkan sefalosporin
 Lama terapi 14 hari

2. Jika tidak ada perbaikan klinis dalam 96 jam :


 Ulang hitung sel, pewarnaan dan kultur
 Jika kultur positif : sesuaikan terapi, lama terapi
14 hari
 Jika kultur negatif : lanjutkan antibiotik yang
diberikan
Jika terdapat organisme gram negatif pada kultur :

1. Untuk organisme gram negatif single : sesuaikan


antibiotik dengan hasil tes sensitivitas. Bisa diberikan
ceftazidime atau aminoglikoside, lama pengobatan 2
minggu
2. Untuk pseudomonas, stenotrophomonas : Lanjutkan
ceftazidime atau aminoglikoside dan tambahkan agen
antipseudomonas kedua seperti ciprofloxacin,
piperacillin, sulfa/trimetropim, aztreonam. Lama
pengobatan 3 minggu
3. Untuk gram negatif multiple atau anaerob : Lanjutkan
cefazolin dan ceftazidime, tambahkan metronidazole
500 mg setiap 8 jam melalui peroral, IV atau rektal.
Lama pengobatan 3 minggu
PRODUK
KNOWLEDGE
CAPD / DPMB
PRODUK – PRODUK CAPD
I. DIANEAL PD-2 1,5% DEXTROSE TWINBAG 2 LITER
II. DIANEAL PD-2 2,5% DEXTROSE TWINBAG 2 LITER
III. DIANEAL PD-2 4,25% DEXTROSE TWINBAG 2 LITER
IV. DIANEAL PD-4 1,5% DEXTROSE TWINBAG 2 LITER
V. DIANEAL PD-4 2,5% DEXTROSE TWINBAG 2 LITER
VI. DIANEAL PD-4 4,25% DEXTROSE TWINBAG 2 LITER
VII. MINICAPS
VIII. TRANSFER SET
IX. ULTRACLAMP
X. T2O2 ( TENCKOFF )
XI. TITANIUM ADAPTOR
DIANEAL PERITONEAL DIALYSIS SOLUTIONS
Twinbag System For Continous Ambulatory

Deskripsi :
Merupakan larutan yang steril, non pirogenik dalam kantong twinbag untuk
pemberian intra peritoneal.

Kantong twinbag dibuat dengan gabungan Y set dan kantong berisi cairan
Dianeal serta kantong kosong untuk membuang cairan dialisat.
Komposisi :
Farmakologi
 Dianeal PD-2 dan Dianeal PD-4 (Dianeal Low
Calcium) berbeda dalam hal kandungan kalsiumnya.
Dimana PD-4 mengandung jumlah kalsium yang lebih
rendah daripada PD-2.

 Dalam larutan PD-2 dan PD-4 tidak ada kandungan


kaliumnya karena dialysis bertujuan untuk
mengkoreksi hiperkalemia. Tapi pada keadaan
dimana kadar kaliumnya normal atau rendah, dapat
diberikan potasium klorida sampai konsentrasi 4
mEq/L untuk mencegah terjadinya hipokalemia.
Pemberiannya harus dengan pengawasan dokter dan
dilakukan pemeriksaan dari kalium tubuh total.
Farmakologi

 Kadar magnesium plasma pada pasien CAPD


kronik meningkat, sehingga kadarnya
diturunkan sampai 0,5 mEq/L. Kadar
magnesium serum dimonitor dan bila rendah
dapat diberikan suplemen magnesium peroral.

 Kadar serum bikarbonat pada beberapa pasien


CAPD kronik rendah, sehingga kadar precursor
bikarbonat yaitu laktat pada larutan ini
ditingkatkan menjadi 40 mEq/L.
Farmakologi

 Dextrose digunakan untuk menghasilkan larutan yang


hiperosmolar, yang akan membuat gradien osmotik yang
akan menyebabkan perpindahan cairan dari plasma pasien
ke kavum peritoneum. Setelah periode waktu tertentu
(dwell time), cairan akan dikeluarkan dari kavum
peritoneum dengan gravitasi.

 Dextrose relatif aman dan dapat dipakai sebagai sumber


kalori. Tapi harus diperhatikan pada pasien dengan
hiperglikemia, dislipidemia dan obesitas dan kemungkinan
terjadi kerusakan membran peritoneum pada pemakaian
yang lama. Dextrose juga sangat tidak efektif pada pasien
dengan high transporter, dan akan menghasilkan
ultrafiltrasi yang tidak adekuat.
Farmakologi

 Setelah periode waktu tertentu (dwell time), cairan akan


dikeluarkan dari kavum peritoneum dengan gravitasi.

 Dialisis peritoneal adalah prosedur untuk membuang


zat-zat toksik dan hasil metabolisme yang dalam keadan
normal dikeluarkan oleh ginjal serta mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit.

 Zat-zat toksik dan metabolit yang berada dalam


konsentrasi tinggi dalam plasma akan melewati
membran peritoneum masuk ke dalam cairan dialysis
Indikasi :

 Untuk pasien gagal ginjal kronik, dimana


terapi non dialysis tidak memberikan hasil
yang adekuat.
Kontraindikasi :

 Peritoneal dialysis dikontraindikasikan untuk


pasien dengan perlekatan abdomen yang luas,
tidak ada pendamping, pasien yang secara fisik
maupun mental tidak mampu melakukan
dialysis peritoneal seperti psikosis atau manik
depresi dan keterbelakangan mental. Juga bila
terdapat kerusakan mekanis yang akan
menghalangi efektifitas dari dialysis peritoneal
seperti hernia diafragmatika dan omfalokel.
Peringatan dan Perhatian :

 Dialisis peritoneal sebaiknya diberikan jika


keuntungan yang akan didapat oleh pasien lebih
besar daripada komplikasi yang akan terjadi.

 Catatan keseimbangan cairan harus disimpan dan


berat badan pasien harus dimonitor untuk
mencegah over atau under hidrasi dengan segala
komplikasinya seperti gagal jantung kongestif,
deplesi volume dan syok.
Peringatan dan Perhatian :
 Penggunaan berlebihan dari larutan dialysis
dengan konsentasi 4,25% dapat menghasilkan
perpindahan cairan yang siknifikan dari pasien.

 Pasien gagal ginjal akut harus dimonitor


konsentrasi elektrolit plasma secara periodik.
Sedangkan pasien dengan dialysis peritoneal
maintenance, harus dilakukan pemeriksaan
rutin dari kadar kimia darah dan faktor-faktor
hematologik lain seperti indicator-indikator lain
dari status pasien.
Peringatan dan Perhatian :
 Tidak dianjurkan menggunakan 5 liter larutan dialysis
untuk satu kali pertukaran.

 Jika karet penutup pada medication port hilang atau


rusak, jangan gunakan produk ini jika dibutuhkan
pemberian tambahan obat.

 Setelah plastik pembungkus dibuka, periksa adanya


kebocoran dengan cara menekan secara lembut
kantong cairan, dan jika ada kebocoran jangan
digunakan karena terjadi kegagalan sterilitasnya.
Peringatan dan Perhatian :
 Tehnik aseptik harus dilakukan untuk
mencegah komplikasi infeksi.

 Jika terjadi peritonitis, pemilihan dan dosis


dari antibiotik jika memungkinkan harus
berdasarkan pada hasil uji sensitifitas dari
organisme. Bisa digunakan antibiotik
spektrum luas.
Peringatan dan Perhatian :
 Kehilangan protein, asam amino dan vitamin yang
larut dalam air dapat terjadi selama proses dialysis
peritoneal. Terapi pengganti diberikan jika perlu.

 Belum diketahui apakah larutan dialysis ini dapat


mempengaruhi fetus jika diberikan pada wanita hamil
atau dapat mempengaruhi system reproduksi. Jadi
sebaiknya diberikan pada wanita hamil jika benar-
benar diperlukan.

 Jangan diberikan jika cairan tidak jernih atau segel


rusak.
Efek Samping
 Meliputi efek samping karena masalah mekanis dan masalah
larutannya, seperti kontaminasi dari larutan atau tehnik dalam
pemasangan kateter

 Efek samping dari prosedurnya dapat meliputi nyeri abdomen,


perdarahan, peritonitis, infeksi subkutan disekitar kateter,
sumbatan pada kateter, kesukaran pembuangan cairan dan
ileus

 Sedangkan efek samping yang berhubungan dengan larutannya


dapat berupa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
hipovolemia, hipervolemia, hipertensi, hipotensi dan kram otot
Dosis dan Cara Pemberian
 Larutan Dianeal PD-2 dan PD-4 hanya
digunakan untuk pemberian intraperitoneal.

 Untuk mencegah resiko dehidrasi atau


hipovolemia, sebaiknya dipilih larutan dialysis
peritoneal dengan osmolaritas yang rendah
yang disesuaikan dengan kebutuhan
pembuangan cairan untuk tiap kali pertukaran.
Dosis dan Cara Pemberian
 Pemberian heparin pada larutan dialysis dapat
diindikasikan untuk mencegah sumbatan pada
kateter pada pasien dengan peritonitis atau bila
larutan yang keluar mengandung fibrin atau produk-
produk protein.

 Untuk dewasa, dosis heparin 1000 – 2000 USP unit


per liter larutan direkomendasikan.

 Untuk anak-anak, dosis heparin 50 unit per 100 ml


larutan direkomendasikan.
Dosis dan Cara Pemberian
 Untuk CAPD, pada dewasa, dapat diberikan larutan
1,5 – 3 liter tergantung dari berat badan. Sedangkan
untuk anak-anak diberikan dengan dosis 30 – 50
ml/kgBB dengan maksimum dosis 2 liter.

 Larutan akan tetap berada dalam kavum peritoneum


(dwell time) selama 4 – 8 jam pada siang hari dan 8
– 12 jam pada malam hari. Periode ini diulang
sebanyak 3 – 5 kali sehari dan 7 hari dalam
seminggu.
Dosis dan Cara Pemberian
 Pertukaran volume larutan dan frekuensi dari
pertukarannya bersifat individual untuk mencapai
keseimbangan volume cairan dan biokimiawi.

 Umumnya pertukaran ini menggunakan larutan 1,5%


atau 2,5%. Sedangkan larutan 4,25% dipakai jika
dibutuhkan pembuangan cairan yang berlebihan.

 Jika terjadi kelebihan cairan tubuh 1 kg/hari atau


lebih, dapat diberikan Dianeal 2,5% pada 1 sampai 4
kali pertukaran, atau Dianeal 4,25% pada 1 sampai 2
kali pertukaran yang dikombinasi dengan Dianeal
1,5%.
Penyimpanan
 Sebaiknya disimpan pada temperatur ruang
(30oC).

 Paparan dengan temperatur lebih dari 30oC


pada proses transportasi dan penyimpanan
akan menyebabkan hilangnya sedikit dari
kandungan pada campuran.
Cara Penggunaan

 Gunakan tehnik aseptik


 Hangatkan larutan Dianeal PD-2, jika diperlukan dapat
dilakukan di dalam pembungkusnya dengan menggunakan
pemanas kering. Pasien akan merasa nyaman jika larutan
berada pada temperatur tubuh (37oC).
 Jika karet penutup medication port hilang atau rusak,
jangan gunakan larutan ini jika dibutuhkan penambahan
obat. Penambahan obat dapat menjadi tidak cocok.
Setelah obat dimasukkan ke dalam medication port
memakai syringe, atur kantong larutan dengan posisi port
diatas, kemudian kosongkan medication port dengan cara
menekan dan mengetuk. Setelah itu campur larutan
dengan obat.
MINICAPS

 Merupakan kelengkapan dari produk CAPD,


sebagai pelindung pada locking connector
di transfer set, mengandung povidone
iodine.

 Diganti dengan yang baru setiap kali


dilakukan pertukaran cairan.
TRANSFER SET

 Merupakan kateter penghubung antara


titanium adaptor dan kateter Y dengan
system connector on – off.

 Diganti setiap 6 bulan sekali.


ULTRACLAMP

 Merupakan clamp/penjepit pada


selang / kateter Y, digunakan sebagai
pengatur mengalir/tidaknya cairan.
T2O2 ( TENCKOFF )
 Merupakan kateter yang dimasukkan ke dalam
peritoneum dan terhubung dengan titanium
adaptor.

 Dipasang permanen, satu kali pada permulaan


akan menjalani dialysis peritoneal. Bisa dilepas
apabila terjadi infeksi yang berat.

 Ada 2 macam, yang lurus dan yang ada koilnya.


TITANIUM ADAPTOR

 Adaptor yang digunakan untuk


menghubungkan kateter tenckoff dengan
transfer set. Sistem Luer lock sehingga tidak
memungkinkan terjadinya rembesan air dan
mengurangi resiko terjadinya infeksi.

 Seperti kateter tenckoff, hanya dipasang satu


kali pada permulaan akan menjalani dialysis
peritoneal.
Gambar titanium adaptor dengan kateternya
UJI KLINIS (1)

1. Perbandingan Infeksi Pada pasien CAPD


dengan system “Y-tubing” yang berbeda
(Kiernan L,et al, Journal of the American
Society of Nephrology, 1995)
 Penelitian ini melibatkan 82 pasien yang
dirandomisasi menggunakan Ultra Twin bag
system atau Ultra Y-set system.
 Kemudian dibandingkan angka kejadian
peritonitis dan infeksi pada exit site antara kedua
system tersebut.
Uji Klinis (1)

50

40

30
Ultra Twin bag
20 Ultra Y-set

10

0
Peritonitis Infeksi Exit site
Uji Klinis (1)
Kesimpulan :
1. Angka kejadian peritonitis lebih rendah pada Ultra
Twin bag system (1 episode/33,9 pasien/bulan)
dibandingkan dengan Ultra Y-set system (1
episode/11,7 pasien/bulan)
2. Angka kejadian infeksi pada exit site lebih rendah
pada Ultra Twin bag system (1 episode/28,3
pasien/bulan) dibandingkan dengan Ultra Y-set
system (1 episode/12,5 pasien/bulan)
3. Ultra Twin bag system terbukti lebih sedikit
menyebabkan infeksi daripada Utra Y-set system
Uji Klinis (2)
2. Penurunan angka kejadian peritonitis 5 kali lipat
dengan Program CQI ( Continous Quality
Initiative ) (Advance in Peritoneal Dialysis, Vol
19, 2003)
 Penelitian dilakukan antara bulan September 1998 dan
Oktober 2002 di RS Henry Ford dan Greenfield Health
System, melibatkan 134 pasien yang dibagi 2 kelompok
yaitu yang memakai CAPD dan yang memakai APD.
 CQI Program meliputi retraining pasien dan pemakaian
titanium adapator. Yang memakai CAPD dibagi 2 yaitu
yang memakai CAPD dari Baxter (UltraBag system) dan
yang memakai CAPD dari Fresenius (Premier DoubleBag
system dan Single Bag Disposable freedom).
Uji Klinis (2)
 Sedang yang memakai APD juga dibagi 2 yaitu
yang memakai APD dari Baxter (HomeChoice
cycler) dan yang memakai APD dari Fresenius
(Freedom cycler PD).
Uji Klinis (2)
Uji Klinis (2)
Kesimpulan :
1. Angka kejadian peritonitis pada pasien
yang menggunakan Ultrabag sistem lebih
sedikit daripada pasien yang
menggunakan sistem lain
2. Angka kejadian peritonitis lebih rendah
pada pasien yang menggunakan
HomeChoice daripada yang lain
FEATURES AND BENEFITS
FEATURES BENEFITS
1. Tersedia dalam 2 1. Memberikan
sediaan, yaitu PD2 dan keleluasaan dalam
PD4 pemilihan sediaan, bisa
dipilih yang kadar Ca
normal atau kadar Ca
rendah
2. Tersedia dalam 3 2. Menyediakan pilihan
macam konsentrasi sesuai dengan
dextrose, yaitu 1,5%, kebutuhan pasien
2,5% dan 4,25%.
FEATURES AND BENEFITS
FEATURES BENEFITS
3. Tidak mengandung 3. Bisa dipakai untuk
kalium mengkoreksi
hiperkalemia
4. Larutan berdasar pada 4. Menghasilkan larutan
dextrose yang hiperosmolar dan
dapat dipakai sebagai
sumber energi
FEATURES AND BENEFITS
FEATURES BENEFITS
5. pH larutan rendah 5. Mengurangi
(5,2) pembentukan GDPs
(Glukosa Degradation
Products) dan
karamelisasi dextrose
pada proses
pemanasannya
6. Sistem twin bag 6. Sistem tertutup,
dengan kateter Y mengurangi resiko
kontaminasi
FEATURES AND BENEFITS
FEATURES BENEFITS
7. Memakai titanium 7. Mengurangi resiko
adaptor infeksi

8. Penyimpanan pada 6. Memudahkan dalam


suhu kamar proses penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai