Anda di halaman 1dari 5

Hemo Filtrate Reinfusion

Alwi Thamrin Nasution


Divisi Nefrologi dan Hipertensi
FK USU/RSUP HAM
Abstrak
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) masih merupakan masalah besar dalam kesehatan dan berhubungan
dengan tinginya angka morbiditas, mortalitas, menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan biaya
kesehatan. Tehnik terapi pengganti ginjal juga terus berkembang yang bertujuan untuk menurunkan
angka morbiditas, mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Hemodialisis (HD) masih
merupakan terapi pengganti ginjal utama disamping peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal di
sebagian besar negara di dunia. Dalam perkembangannya tehnik HD dimulai dengan HD low flux,
HD high flux, Hemodiafiltrasi (HDF) dan saat ini sampai kepada Hemo Filtrate Reinfusion (HFR).
HFR adalah bentuk hemodiafiltrasi (HDF) dimana cairan replacemen berasal dari ultrafiltrasi cairan
tubuh pasien sendiri yang sudah “diregenerasi” melaluai adsorben resin hydrofobik. Pada proses ini
pembersihan zat dalam darah terjadi melelui proses konveksi, difusi dan adsorpsi. Teknik HFR
banyak digunakan pada pasien-pasien penyakit ginjal kronik tahap akhir dengan risiko inflamasi,
malnutrisi dan aterosklerosis yang tinggi, termasuk pasien dengan diabetes, usia lanjut ataupun
pasien-pasien dengan risiko kardiovaskuler yang tinggi.

Kata kunci Hemodialisis (HD), Hemodiafiltrasi (HDF), Hemo Filtrate Reinfusion (HFR)

Pendahuluan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) masih merupakan masalah besar dalam bidang
kesehatan, berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas, menurunkan kualitas hidup
dan meningkatkan biaya kesehatan. Prevalensinya semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah pasien hipertensi dan diabetes mellitus. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah
meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data Riskesdas Kementerian kesehatan
Republik Indonesia, diketahui bahwa prevalensi nasional penderita PGK pada tahun 2013
sebesar 0,2 % .1,2,3,4
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
penyakit ginjal tahap akhir. Selanjutnya, penyakit ginjal tahap akhir adalah suatu keadaan
klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal irreversible, yang pada akhirnya akan
memerlukan terapi pengganti ginjal, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.5
Hemodialisis (HD) masih merupakan terapi pengganti ginjal utama disamping peritoneal
dialisis dan transplantasi ginjal di sebagian besar negara di dunia. Terdapat lebih dari 2 juta
pasien yang saat ini menjalani hemodialisis di seluruh dunia. HD terbanyak dilakukan di
Amerika Serikat yang mencapai sekitar 350.000 orang, jepang 300.000 orang, sedangkan di
Indonesia mendekati 15.000 orang.5
Berbagai teknik dilisis saat ini terus dikembangkan dan diaplikasikan untuk menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas serta untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. 5
Perkembangan HD dimulai dengan HD low flux, HD high flux, Hemodiafiltrasi (HDF) dan
saat ini sampai kepada Hem filtrate Reinfusion (HFR).

Hemo Filtrate Reinfusion


Hemo Filtrate Reinfusion (HFR) adalah bentuk hemodiafiltrasi (HDF) dimana cairan
replacemen berasal dari ultrafiltrasi cairan tubuh pasien sendiri yang sudah “diregenerasi”
melaluai adsorben resin hydrofobik. Pada proses ini pembersihan zat dalam darah terjadi
melelui proses konveksi, difusi dan adsorpsi.6 HFR dikembangkan sejak tahun 1999-2000.
HFR adalah terapi penggantian ginjal yang dalam proses pembersihan zat dalam darah
memanfaatkan konveksi, difusi dan adsorpsi. HFR menggunakan dua tahap penyaringan atau
filter yang terdiri dari polyethersulfone high-fluks filter (DIAPESTM) pada tahap konveksi
pertama dan polyethersulfone low-fluks Filter (DIAPES) padatahap kedua. Tahapan-tahapan
penyaringan ini memungkinkan pemisahan lengkap konveksi dan difusi. Bagian konveksi
pada tahap pertama memungkinkan ultrafiltrasi (UF) murni dapat melewati sebuah cartridge
resin adsorbent.7Resin yang digunakan pada HFR adalah resin styrenic hidrofobik terdiri dari
saluran berpori yang memiliki area permukaan yang luas,kira-kira 700 m 2/g resin. Resin
memiliki daya afinitas yang tinggi terhadap toksin uremik, molekul-molekul ukuran
menengah seperti β-2-microglobulin, angiogenin, hormone paratiroid dan beberapa kemokin
dan sitokin. Toksin dan molekul-molekul ini akan diadsorbsi oleh resin sehingga
menghasilkan UF murni yang kemudian direinfusekan ke port antara filter pertama dan
kedua. Pada tahap konveksi/adsorpsi pertama belum dihasilkan darah yang bebas dari
molekul-molekul kecil seperti ureum,kreatinin,asam urat, natrium,kalium dll., sehingga harus
di reinfuse untuk menjalani tahapan kedua berupa HD klasik sehingga didapatkan UF yang
bersih dan target penurunan berat badan (UFG) yang diinginkan.7
Gambar. 1 Skema kerja HFR7

Indikasi HFR
Terdapat beberapa penelitian klinis penggunaan HFR. HFR biasanya diindikasikan
untuk pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan peningkatan risiko komplikasi yang terkait
dengan inflamasi, malnutrisi dan aterosklerosis, termasuk pasien dengan diabetes, pasien
dengan C - reaktif protein (CRP) yang tinggi, pasien usia lanjut dan pasien dengan risiko
penyakit kardiovaskular yang tinggi.9
Meloni dkk., melakukan penelitian kadar toksin dan sitokin pada postdilusi HFR. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa terjadi pengurangan kadar urea dan sitokin (Il-6, β-2
microglobulin dan TNF) yang sangat signifikan.10
Penelitian Splendiani dkk., mendapatkan bahwa HFR tidak mengurangi homosistein,
vitamin B12 dan asam folat yang artinya berpengaruh positif pada kejadian anemia. Mereka
juga menduga mekanisme kerja HFR sangat penting dalam upaya penurunan resiko
kardiovaskuler.11
Bolasco dkk., mendapatkan pengurangan CRP yang signifikan pada HFR dibandingkan
dengan HD standar. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa HFR meningkatkan
pembuangan fosfat dan alkali fosfatase yang berhubungan dengan perburukan metabolisme
tulang bahkan kematian.12
Panichi dkk., melakukan penelitian dengan membandingkan HFR dan HD standar
terhadap marker inflamasi, dan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan CRP dan IL-6 serta
peningkatan IL10 pada penggunaan HFR.13
Penelitian Calo dkk., mendapatkan bahwa HFR berpengaruh pada ekspresi gen.
Penelitian ini mendapatkan penurunan produksi mRNA dan penurunan protein p22phox dan
plasminogen activator inhibitor 1 (PAI-1) yang berperan pada inflamasi dan stress oksidasi.14
HFR juga baik dalam menahan asam amino di dalam tubuh pasien. Hal ini dibuktikan
oleh Ragazzoni dkk. dalam peneliannya yang membandingkan cadangan asam amino pada
pasien HFR dan HDF. Ragazzoni dkk., mendapatkan bahwa terdapat cadangan asam amino
yang lebih banyak pada pasien yang menjalani HFR dibandingkan dengan yang menjlani
HDF.15

Kesimpulan
HFR adalah suatu metode dialisis yang meggunakan proses konveksi, diffusi dan
adsorsi dalam pembersihan darah dari molekul toksin, dengan demikian metode ini dapat
membersihkan molekultoksin dengan berat molekul kecil samapi sedang. Teknik HFR
ditujukan pada pasien-pasien dengan risiko inflamasi, malnutrisi dan aterosklerosis yang
tinggi, termasuk pasien dengan diabetes, usia lanjut ataupun pasien-pasien dengan risiko
kardiovaskuler yang tinggi.

Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Hipertensi: Mencegah dan Mengontrol
Hipertensi Agar Terhindar dari kerusakan organ jantung, otak dan ginjal.2014.
2. World Kidney Day: Chronic Kidney Disease. 2015;
http://www.worldkidneyday.org/faqs/chronic-kidney -disease/.
3. Levey AS, De jong PE, et al. The definition, classification and prognosis of chronic
kidney disease: a KDIGO Controversies Confrence report. International Society of
Nephrology.2011; http://www.kidney-international.org.
4. CDC MMWR: Prevalence of Chronic Kidney Disease and Associated Risk Factors –
United states, 1999-2004; http://www.cdc.gov/mmwrq
5. Ojo Akinlolu, Arbor Ann. Adressing The Global Burden of Chronic Kidney Disease
Through Clinical and Translational Research. Transaction of the American Clinical
And Climatological Association, vol 125.2014
6. De Nitti C, Giordano R, Gervasio R, et al: Choosing new adsorbents for endogenous
ultrapureinfusion fluid: performances, safety and fl ow distribution. Int J Artif Organs
2001;24:765–776.
7. Wratten M.L and Ghezzy P.M. Hemodiafiltration with endogenous reinfusion. Ronco
C, Canaud B, Aljama P (eds): Hemodiafi ltration. Contrib Nephrol. Basel, Karger.
2007; 158: 94-102.
8. Wratten ML, Sereni L, Lupotti M, et al: Optimization of a HFR sorbent cartridge for
high molecular weight uremic toxins. G Ital Nefrol 2004;21(suppl 30):67–70.
9. Meloni C, Ghezzi PM, Cipriani S, et al: One year of experience in postdilution hemofi
ltration with online reinfusion of regenerated ultrafi ltrate. Blood Purif 2004;22:505–
509.
10. Tessitore N, Poli A, Bedogna V, Corazza L, Campostrini N, Atti M, et al. A single
dialysis session of hemodiafiltration with sorbent-regenerated endogenous ultrafiltrate
reinfusion (HFR) removes hepcidin more efficiently than bicarbonate hemodialysis: a
new approach to containing hepcidin burden in dialysis patients?. Journal of
Nephrology.2018;31(2): 297-306.
11. Splendiani G, De Angelis S, Tullio T, et al: Selective adsorption of homocysteine
using an HFR online technique. Artif Organs 2004;28:592–595.
12. Bolasco PG, Ghezzi PM, Ferrara R, et al: Effect of on-line hemodiafi ltration with
endogenous reinfusion (HFR) on the calcium-phosphorus metabolism: medium-term
effects. Int J Artif Organs 2006;29:1042–1052.
13. Panichi V, Scatena A, Rosati A, Giusti R, Ferro G, Malagnino E, et al. High volume
online hemodiafiltration improves erythropoiesis-stimulating agent resistance in
comparison with low flux bicarbonate dialysis: result of the REDERT study. Nephrol
Dial Transplant. 2015; 30(4): 682-9.
14. Calò LA, Naso A, Carraro G, et al: Effect of haemodiafi ltration with online
regeneration of ultrafiltrate on oxidative stress in dialysis patients. Nephrol Dial
Transplant 2007;22:1413–1419

Anda mungkin juga menyukai