Anda di halaman 1dari 47

KOMPLIKASI INTRADIALISIS

dr. Ade Novita Reslina


KOMPLIKASI
INTRADIALISIS
HIPOTENSI INTRADIALISIS
HIPOTENSI INTRADIALISIS
• Hipotensi intradialisis (IDH)  penurunan tekanan darah sistolik sebesar ≥20
mmHg atau penurunan MAP sebesar 10 mmHg

• Gangguan hemodinamik berupa hipotensi merupakan masalah yang paling sering


terjadi selama HD rutin dibanding yang lain dan beberapa laporan menempatkan
hipotensi intradialisis sebagai penyebab utama kematian saat HD

• Hipotensi pada pasien nefropati diabetik dan usia lanjut sering berbahaya karena
dapat memicu (trigger) penyakit jantung iskemik dan gangguan irama jantung
Pencegahan Hipotensi

1. Faktor pasien
a. Hindari kenaikan berat badan interdialisis yang
berlebih (tidak > 5% dari BBK)
b. Penentuan berat badan kering yang tepat
c. Hindari konsumsi OAH sebelum dialisis
d. Anjuran tidak mengkonsumsi makanan berat selama
HD berlangsung
e. Kurangi pemberian narkotik, analgetik dan sedative
f. Tingkatkan status nutrisi
2. Prosedur dialisis
a. Hindari UFR > 1,2 L/jam
b. Penggunaan mesin hemodialisis yang dilengkapi UF profil
c. Natrium dialisat tinggi (140 -149 mEq/L)
d. Na Profilling
e. Dialisat bicarbonate
f. Temperature dialisat yang rendah ( 34⁰ - 35⁰ C)
Penatalaksanaan
a. Posisikan pasien datar/trendelenberg
b. Turunkan Qb dan UFR
c. Berikan NaCl 100 – 200 ml, monitor TD dan nadi
d. Bila belum membaik, lanjutkan pemberian NaCl sampai 500 ml
f. Jika tekanan darah sudah stabil, lanjutkan dialisis dan atur kembali
UFR
g. Jika tekanan darah masih rendah setelah di bilas NaCl 500 ml
kolaborasi
h. Hentikan HD sementara waktu
i. Mempertimbangkan penyebab lain
MUAL DAN MUNTAH
Mual dan Muntah
Penyebab
a. Multifaktor dan jarang berdiri sendiri
b. Hipotensi, hipertensi : disertai keluhan lain
c. Gangguan GIT
TES FUNGSI
d. Ketakutan (psikosomatis)
GINJAL
e. Dialysis Disequilibrium Syndrome (DDS)
f. Reaksi dari dialiser
g. Kontaminasi dialisat : tinggi Ca, Na
h. Reaksi obat
Penanganan
a. Jika disertai hipotensi  turunkan Qb dan UF
b. Berikan kantong plastik muntah
c. Bantu kebutuhan pasien (kalau perlu berikan minyak gosok pada daerah
epigastrik)
TES FUNGSI GINJAL
e.Jika TD turun, hidrasi dengan NaCl 0.9% 100 ml sesuai kondisi pasien
f. Pertimbangan pemberian antiemetik
g. Observasi tanda-tanda vital selama proses dialisis berlangsung
h. Jika keadaan sudah membaik, program dialisis diatur secara bertahap sesuai
kebutuhan pasien
i. Mencari timbulnya muntah : hipotensi, penarikan cairan terlalu cepat, atau
kenaikan BB > 1 Kg/hari
SAKIT KEPALA
Sakit Kepala
Penyebab
a. Hipertensi
b. Ketakutan (psikosomatis)

TES FUNGSI GINJAL


c. Dialysis Disequilibrium Syndrome (DDS)
d. Penyakit serebrovaskular jika disertai muntah dan defisit nerologis
Penanganan
a.Kecilkan Qb
b.Observasi tanda-tanda vital (terutama TD dan nadi)
c.Jika TD tinggi atau hipertensi emergensi : pemberian antihipertensi
d.Pertimbangan untuk pemberian analgetik
TES FUNGSI GINJAL
e.Kompres dan masage ringan area leher dan kepala
f.Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialisis kembali seperti semula
secara bertahap
g.Mencari penyebab sakit kepala ; cairan dialisat asetat, minum kopi atau ada
masalah, pemeriksaan lanjutan jika keluhan menetap : CT scan dll
DEMAM DISERTAI MENGGIGIL
Demam disertai menggigil
Penyebab
Reaksi pirogen :
a. Dialiser reuse
b. Reaksi transfusi
TES FUNGSI
c. Infeksi sistemik
GINJAL
d. Infeksi akses vaskular : CDL, trombosis fisula AV
e. Suhu dialisat terlalu rendah
f. Reaksi vibrogen RO yang kurang baik
Penanganan
a. Observasi tanda-tanda vital : Ukur suhu tubuh
b. Berikan selimut/penghangat lain
c. Pemberian terapi
d. Mencari penyebab deman karena : bahan pirogen dari set dialisis atau
TES FUNGSI GINJAL
penyebab lain pada pasien spt infeksi
e. Pengaturan suhu ruangan
f. Pemberian obat-obatan antihistamin dan antipiretik
NYERI DADA
Nyeri Dada
Penyebab
a.Hipertensi
b.Anemia
c.Penarikan cairan yang terlalu cepat
TES FUNGSI GINJAL
d.Angina
Penanganan
a. Turunkan kecepatan Qb, UF
laporkan nefrologis untuk kemungkinan program SLED
b. Pasang EKG monitor, rekam : EKG 12 lead
c. Pertimbangan untuk pemberian terapi
d. Transfusi dan pemberian erytopetin sesuai indikasi dan kolaborasi
TES FUNGSI GINJAL
Pencegahan
a. Edukasi minum obat jantung secara teratur
b. Anjurkan pasien untuk kontrol ke dokter secara teratur
c. Pengaturan penarikan cairan jika nyeri dada terjadi karena UF
GATAL
Gatal
Penyebab
a. Toksin uremia yang kurang terdialisis
b. Kulit yang kering
c. Alergi terhadap bahan-bahan yang dipakai pada proses
TES FUNGSI GINJAL
hemodialisis, misalnya : heparin, bahan plastik yang dibuat dari
sirkuit darah, gas ethylen oxide
d. Peningkatan Ca-Phospor
Penanganan
a. Beri bedak/ krim khusus untuk gatal
b. Jika karena transfusi pikirkan reaksi alergi
c. Kontrol lab : Ca, P

TES FUNGSI GINJAL


Pencegahan
a. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet
b. Anjurkan pasien taat menjalani hemodialisis sesuai program
c. Anjurkan pasien menjaga kebersihan badan
KRAM OTOT
Kram Otot
Penyebab
a. Belum sepenuhnya diketahui
b. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)

TES FUNGSI GINJAL


c. Penarikan cairan di bawah BBK
d. Cairan dialisat dengan kadar Na rendah
e. Berat badan naik > 1 kg/hari
f. Posisi tidur berubah terlalu cepat
g. Hal lain yang perlu diperhatikan : hipokalsemia, hipomagsium, defisiensi vit E
Penanganan
a. Kecilkan QB dan UFR
b. Massage pada daerah yang kram, kalau perlu berikan obat gosok
c. Perhatikan periode kram intradialisis untuk melakukan modifikasi UF (profiling dialisis)
d. Evaluasi BBK
TES FUNGSI GINJAL
e.Karena volume : berikan NaCl 0.9% disesuaikan dengan estimasi pemenuhan berat
badan kering, berikan cairan hipertonis sesuai kolaborasi (perhatikan dampak post
dialisis akibat terapi cairan)
f. Mengatur kenaikan BB sesuai rekomendasi (tidak > 5% dari BBK)
g. Kompres hangat
h. Observasi tanda-tanda vital
i. Evaluasi nilai lab : Ca,P,Mg
DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME
(DDS)
Dialysis Disequilibrium Syndrome
Penyebab : terutamanya adalah perubahan volume dan
konsentrasi plasma
1.Masih kontroversial
2.Sebagian menyatakan karena peningkatan kadar air otak ketika zat
TES FUNGSI GINJAL
terlarut diturunkan dengan cepat selama dialisis yang menjadikan
komposisi plasma menjadi hipotonis dan pergeseran cairan plasma ke
dalam jaringan atau sel otak yang menyebabkan edema sel otak
3.Perubahan akut pH plasma di serebrospinal secara cepat
Penanganan
1.DDS Ringan
Gejala mual, muntah, gelisah, sakit kepala yg tidak spesifik : menurunkan aliran
darah untuk menurunkan zat terlalu cepat, memberikan cairan hipertonis : Nacl
atau glukosa terutama jika disertai kram otot/kejang

TES FUNGSI GINJAL


2.DDS Berat
Gejala kejang, penurunan kesadaran : segera hentikan HD, lakukan pertolongan
gawat darurat
Pencegahan
1.DDS Ringan
Kolaborasi perencanaan dialisis yang tidak terlalu agresif, (SLED atau TD yg
pendek), penurunan plasma untuk sementara cukup 40%,
hindari penggunaan dialisis dengan Na rendah akan memperburuk edema
serebral, pada pasien hipertermi perbaikan kadar Na dan ureum tidak harus
TES FUNGSI GINJAL
bersamaan, dan bisa diperbaiki post dialisis dengan dextrose 5%

2.DDS Berat (Kejang, Penurunan kesadaran)


Profiling Na (dinaikan di awal HD dan berangsur diturunkan pada jam
berikutnya) konsentrasinya antara 140-160
PERDARAHAN CIMINO
Perdarahan Cimino
Penyebab
a.Tempat tusukan membesar
b.Masa pembekuan darah lama

TES FUNGSI GINJAL


c.Dosis heparin yang berlebihan
d.Tekanan darah tinggi
e.Penekanan bekas punksi tidak tepat
Penanganan
a.Tekan area bekas punksi dengan tepat : 5-15 menit
b.Mencari penyebab perdarahan
c.Observasi tanda-tanda vital dengan ketat
d.Pertimbangan terapi jika perdarahan lama berhenti
TES FUNGSI GINJAL
Pencegahan
a.Evaluasi laboratorium : PT, APTT
b.Bekas punksi cimino tidak boleh digaruk-garuk atau dipijat
c.Hindari punksi pada bekas tusukan dialisis sebelumnya
d.Heparinisasi yg adekuat atau free heparin jika risiko tinggi post HD perdarahan
akses sangat lama berhenti
EMBOLI UDARA
Emboli Udara
Pengertian : terjadinya penyumbatan pembuluh darah oleh embolus
udara akibat masuknya gelembung udara ke dalam system sirkulasi darah
pasien yang sedang menjalani HD

Penyebab : udara dari outlet/venous masuk ke dalam tubuh


TES FUNGSI
Tanda dan gejala
GINJAL
a.Adanya gelembung udara dalam jumlah cukup banyak didalam sirkulasi
ekstrakorporeal, bila udara masuk 1 ml/kg BB dapat berakibat fatal
b.Bila posisi pasien duduk : kejang,penurunan kesadaran, koma
c.Bila posisi pasien berbaring : batuk,sesak,nyeri dada dan dada terasa
terikat
Penanganan
1.Hentikan HD, darah dalam sirkulasi ekstrakorporeal jangan dimasukkan lagi
2.Atur posisi pasien dalam posisi trendelenburg, miringkan ke kiri
3.Tepuk- tepuk punggung pasien
4.Pemberian oksigen via NRM

TES FUNGSI GINJAL


5.Kolaborasi untuk terapi atau bila perlu dilakukan cardio
6.Observasi ketat tanda-tanda vital
Lanjutan . .
7. Bersamaan dengan penatalaksanaan pasien, lakukan :
• Cari sumber masuknya udara
• Bebaskan udara dalam blood line
Dengan sirkulasi tertutup :
• Isi buble trap jangan terlalu rendah
TES FUNGSI GINJAL
• Pastikan sensor udara berfungsi
8.Bila kondisi pasien stabil, HD dapat dilanjutkan, bila tidak stabil dipersiapkan
untuk merujuk
DIALIZER BEKU (CLOTTING)
Dializer Beku (Clotting)
Tanda
a.dializer berwarna gelap, hitam, keseluruhan atau sebagian membran
b.Bila dializer dibilas dengan Nacl tetap gelap

Penanganan
TES FUNGSI GINJAL
a.Darah dimasukan semua
b.Ujung VBL yang menuju dializer diklem, kemudian dilepas
c.dializer diguyur NaCL bercampur dengan heparin sambil memijit bubble trap
d.Qb 150-200ml/mnt
e.Kemudian bergantian ujung ABL disambungkan dengan dializer biru
f.Bubble trap dipijit terus sampai dializer putih
g.Bila berhasil, HD dilanjutkan Kembali
h.Bila tidak berhasil dializer diganti
DIALIZER BOCOR
Dializer Bocor
Tanda
a.Blood leak detector alarm
b.Kompartemen dialisat, selang dialisat berwarna merah

Penanganan
TES FUNGSI GINJAL
a.Qb dan TMP dikecilkan
b.Dializer diganti dengan cara :
-Pompa darah dimatikan
-ABL diklem
-Klem infus dibuka, pompa darah dijalankan perlahan
-Darah dikembalikan ke tubuh pasien dengan menggunakan NaCl
-Pompa darah dimatikan
-Klem ujung A-VBL yang masuk ke dalam dializer( jarak 10-15cm)
Lanjutan . .
-Kedua sisi selang (A-VBL) dicabut, kemudian dipasang ke dializer yang sudah
disoking dan priming (posisi dializer terbalik)
-Klem ABL dibuka
-Pompa darah dijalankan pelan-pelan sambil mengontrol udara yang ada di
AVBL dan dializer
TES FUNGSI GINJAL
-Bila udara sudah tidak ada, Qb dinaikan, posisi dializer dikembalikan ke posisi
semula
-Berikan ekstra heparin 1000 iu
-HD diprogram kembali
EVALUASI

1. Komplikasi selama HD tidak terjadi / minimal


2. Berat badan kering meningkat(tidak ada tanda-tanda

MUAL DAN MUNTAH


kelebihan cairan)
3. Aktivitas sehari-hari pasien baik
4. Pasien mandiri
5. Nutrisi baik
6. Dialisis adekuat
7. Kualitas hidup baik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai