• Hipotensi pada pasien nefropati diabetik dan usia lanjut sering berbahaya karena
dapat memicu (trigger) penyakit jantung iskemik dan gangguan irama jantung
Pencegahan Hipotensi
1. Faktor pasien
a. Hindari kenaikan berat badan interdialisis yang
berlebih (tidak > 5% dari BBK)
b. Penentuan berat badan kering yang tepat
c. Hindari konsumsi OAH sebelum dialisis
d. Anjuran tidak mengkonsumsi makanan berat selama
HD berlangsung
e. Kurangi pemberian narkotik, analgetik dan sedative
f. Tingkatkan status nutrisi
2. Prosedur dialisis
a. Hindari UFR > 1,2 L/jam
b. Penggunaan mesin hemodialisis yang dilengkapi UF profil
c. Natrium dialisat tinggi (140 -149 mEq/L)
d. Na Profilling
e. Dialisat bicarbonate
f. Temperature dialisat yang rendah ( 34⁰ - 35⁰ C)
Penatalaksanaan
a. Posisikan pasien datar/trendelenberg
b. Turunkan Qb dan UFR
c. Berikan NaCl 100 – 200 ml, monitor TD dan nadi
d. Bila belum membaik, lanjutkan pemberian NaCl sampai 500 ml
f. Jika tekanan darah sudah stabil, lanjutkan dialisis dan atur kembali
UFR
g. Jika tekanan darah masih rendah setelah di bilas NaCl 500 ml
kolaborasi
h. Hentikan HD sementara waktu
i. Mempertimbangkan penyebab lain
MUAL DAN MUNTAH
Mual dan Muntah
Penyebab
a. Multifaktor dan jarang berdiri sendiri
b. Hipotensi, hipertensi : disertai keluhan lain
c. Gangguan GIT
TES FUNGSI
d. Ketakutan (psikosomatis)
GINJAL
e. Dialysis Disequilibrium Syndrome (DDS)
f. Reaksi dari dialiser
g. Kontaminasi dialisat : tinggi Ca, Na
h. Reaksi obat
Penanganan
a. Jika disertai hipotensi turunkan Qb dan UF
b. Berikan kantong plastik muntah
c. Bantu kebutuhan pasien (kalau perlu berikan minyak gosok pada daerah
epigastrik)
TES FUNGSI GINJAL
e.Jika TD turun, hidrasi dengan NaCl 0.9% 100 ml sesuai kondisi pasien
f. Pertimbangan pemberian antiemetik
g. Observasi tanda-tanda vital selama proses dialisis berlangsung
h. Jika keadaan sudah membaik, program dialisis diatur secara bertahap sesuai
kebutuhan pasien
i. Mencari timbulnya muntah : hipotensi, penarikan cairan terlalu cepat, atau
kenaikan BB > 1 Kg/hari
SAKIT KEPALA
Sakit Kepala
Penyebab
a. Hipertensi
b. Ketakutan (psikosomatis)
Penanganan
TES FUNGSI GINJAL
a.Darah dimasukan semua
b.Ujung VBL yang menuju dializer diklem, kemudian dilepas
c.dializer diguyur NaCL bercampur dengan heparin sambil memijit bubble trap
d.Qb 150-200ml/mnt
e.Kemudian bergantian ujung ABL disambungkan dengan dializer biru
f.Bubble trap dipijit terus sampai dializer putih
g.Bila berhasil, HD dilanjutkan Kembali
h.Bila tidak berhasil dializer diganti
DIALIZER BOCOR
Dializer Bocor
Tanda
a.Blood leak detector alarm
b.Kompartemen dialisat, selang dialisat berwarna merah
Penanganan
TES FUNGSI GINJAL
a.Qb dan TMP dikecilkan
b.Dializer diganti dengan cara :
-Pompa darah dimatikan
-ABL diklem
-Klem infus dibuka, pompa darah dijalankan perlahan
-Darah dikembalikan ke tubuh pasien dengan menggunakan NaCl
-Pompa darah dimatikan
-Klem ujung A-VBL yang masuk ke dalam dializer( jarak 10-15cm)
Lanjutan . .
-Kedua sisi selang (A-VBL) dicabut, kemudian dipasang ke dializer yang sudah
disoking dan priming (posisi dializer terbalik)
-Klem ABL dibuka
-Pompa darah dijalankan pelan-pelan sambil mengontrol udara yang ada di
AVBL dan dializer
TES FUNGSI GINJAL
-Bila udara sudah tidak ada, Qb dinaikan, posisi dializer dikembalikan ke posisi
semula
-Berikan ekstra heparin 1000 iu
-HD diprogram kembali
EVALUASI