Anda di halaman 1dari 72

KOMPLIKASI AKUT DAN

MASALAH SELAMA HD
Tatik Dwi wahyuni, SKep.Ns
Instalasi Dialisis RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
• Hemodialisis, yang merupakan salah satu
terapi pengganti ginjal
• Hemodialisis berhasil dilakukan untuk
pertama kalinya pada tahun 1944 oleh Willem
Kollf
• Komplikasi yang umum disebabkan oleh
kekurangan teknis yang terkait dengan mesin
dialisis dan sistem air
Komplikasi yang banyak terjadi
selama waktu hemodialisis
• Hipotensi 20 – 30 %
• Crams 5 – 20%
• Mual dan muntah 5 – 15%
• Sakit kepala 5%
• Chest pain 2 – 5%
• Back pain 2 – 5%
• Gatal-gatak 5%
• Demam < 1%
HIPOTENSI

• Suatu penurunan tekanan


darah sistolik ≥20 mmHg
• atau penurunan MAP>
10 mmHg dan
menyebabkan
• munculnya gejala
• (Burtonet al., 200)
1. Penurunan Volume Darah
Fluktuasi rata-rata ultrafiltrasi
Rata-rata ultrafiltrasi tinggi
Membuat target dry weight terlalu
rendah
Konsentrasi Na dalam dialisat
rendah
2. Kegagalan efek vasokonstriksi

(Acetate accumulation in the blood has vasodilator


activity).
Food Ingestion
ISKEMIA
3. Faktor Jantung
Kegagalan untuk meningkatkan cardiac
output

Beta Bloker Usia dan Uremia


Ketidak sanggupan untuk
meningkatkan cardiac output
Gejala dan tanda-tanda
• Tekanan darah turun mendadak
• Lemas, berkeringat, pandangan
berkunang-kunang
• Kadang-kadang mual/muntah,
• Sesak nafas
Penatalaksanaan
Pencegahan
B. KRAM OTOT
1. Penyebab
• Patogenesis kram otot selama hemodialisis
tidak diketahui. Ada tiga factor predisposisi
yang menyebabkan kram otot adalah:
• Hipotensi : pengeluaran cairan terlalu cepat
• BB pasien dibawah BB kering
• Penggunaan dialisat dengan kadar Na rendah
• Hipocalcemia
• Disequilibrium
2. Penatalaksanaan
• Cek TD, ketika hipotensi dan kram otot
terjadi bersamaan, hipotensi bisa diberikan
NaCL 0,9%, tetapi kram otot mungkin
masih terjadi. Gunakan cairan hypertonic.

• Turunkan ultrafiltrasi at matikan


• Turunkan kecepatan aliran darah
• Berikan cairan hipertonik 23,4% NaCL,
atau glukosa 40 % pada pasien-pasien non
diabetic
lanjutan
• Berikan calsium glukonas injeksi
• Beri kompres hangat
• Lakukan pemijatan dengan cream
• Program ulang UF
Pencegahan
o Edukasi ulang ke pasien ttg BB ideal
o Lakukan latihan peregangan otot terutama pada
otot-otot yang sering mengalami kram
o Pemberian quinine sulfate 260 mg atau oxazepam
5-10 mg oral 2 jam sebelum dialysis
o Mempertimbangkan UF profilling dan atau Na
profilling
o Mempertimbangkan UF dengan waktu sialisis
C. MUAL dan MUNTAH
1. Penyebab
– Penyebabnya banyak factor, tetapi yang paling
sering adalah berhubungan dengan hipotensi,
Uremia, Gastro intestinal illnes. Mual dan muntah ini
juga merupakan gejala awal disequilibrium
syndrome.
2. Pengelolaan
– Pengelolaan ditujukan pada hipotensi, kalau masih
mual dan muntah dapat diberikan obat antiemetic
(kolaborasi dengan dokter)
– Mempertimbangkan adanya sakit lambung
3. Pencegahan
1. Hindari kejadian hipotensi selama dialysis.
Kadang-kadang penggunaan dialisat bikarbonat
juga dapat menolong.
2. Pengaturan BFR, waktu,daializer tepat
3. Sesuaikan kelebihan BB pasien dg waktu
dialisis
D. SAKIT KEPALA
1. Penyebab
 Penyebab umunya tidak diketahui.
 Dapat timbul pada disequilibrium syndrome
 Penggunaan dialisat asetat.
 Selain itu dapat juga terjadi pada pasien-pasien
peminum kopi, karena kadar kafein mendadak
turun ketika hemodialisis.
2. Pengelolaan
 Pemberian obat-obat analgetik, seperti:
 Asam mafenamat
 Acetaminophen
 Untuk pengelolaan nyeri
 Matikan UFR, turunkan BFR
 Mengkaji penyebab sakit kepala
 Chek BP, Pulse, status kesadaran
 Jika hypotensi, beri NaCl sesuai prosedur
Pencegahan
• Sesuaikan UFR selama dyalisis
• Monitoring scr adequat terapi anti sakit kepala
• Monitoring elektrolit dan chek dialysat
• Edukasi kepasien tentang pentingnya minum
obat yang tepat
E. NYERI DADA DAN NYERI PUNGGUNG

Gejala dan Tanda-Tanda


1. Nyeri dada sentral, dapat menyebar
keleher, tangan dan punggung
2. Gelisah
3. Dyspnea
4. Tingling jaw
Penyebab
• Kemungkinan penyebabnya adalah:
1. Hipotensi
2. Anemia
3. Penarikan cairan dengan cepat
4. Angina
5. Perikarditis
6. Miokard infark
7. Ketidakseimbangan elektrolit
8. Aritmia
9. Hemolisis
10. Emboli udara
Pengelolaan
1. Turunkan QB
2. Kurangi ultrafiltrasi
3. Terlentangkan pasien ( kecuali kalau duduk lebih
nyaman)
4. Berikan oksigen
5. Kaji: macam, lokasi, dan gambaran nyeri
6. Monitor pasien dan cek tekakan darah secara
rutin
7. Lakukan EKG
8. Cek ulang HB dan elektrolit
9. Antihistamin → gejala akan mereda dlm 1 jam
Pencegahan
1. Monitor dan hitung TMP dengan cermat
2. Jangan pergunakan ultrafiltrasi terlalu
tinggi
3. Cegah terjadinya hipertensi
4. Monitor HB, jika rendah berikan tranfusi
5. Menggunakan membran yang lebih
biokompetible
F. GATAL-GATAL

1. Penyebab
Penyebab yang jelas tidak diketahui,
tetapi kemungkinan disebabkan karena:
 Toksin uremia yang kurang terdialis
 Peningkatan Ca phosphor (deposit
kristal kalsium – fosfat pada kulit)
 Kulit yang kering (xerosis)
lanjutan
– Alergi terhadap bahan-bahan yang dipakai
pada proses hemodialisis, misalnya:
• Heparin
• bahan plastic dari sirkuit darah
• gas ethyen oxide
– Pelepasan histamine dari sel-sel mast
(mast cell)
Penatalaksanaan
1. Kaji penyebab dari gatal gatal
2. Berikan topical emoltien yang berisi linolin atau
campor, ini hanya efektif 20%
3. Fototerapi dengan sinar ultraviolet
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-
obatan:
• Phospat binder
• Dipenhydramin 25-50mg, 12-24 jam
• Hydroxyzine 10 mg, 8-12 jam
• lidocain
G. FEBRIS, DEMAM DAN MENGGIGIL

1. Gejala dan Tanda-Tanda


1. Panas
2. Menggigil
3. Gelisah
4. Hypotensi
5. Tachicardia
2. Penyebab
• Endotoxins pada dialyzer, air atau dialisat
• Infeksi pada akses
• Reaksi tranfusi
• Filtrasi pada dialisat jelek
lanjutan
• Reaksi Pirogen
– Gambaran klinis :
• Sifatnya low grade fever
• Terjadi selama tindakan HD dan afebris diluar HD
• Tidak disertai menggigil
• Faktor predisposisi :
• High flux dialysis
• Dializer pakai ulang kualitas tidak baik
• Reaksi tranfusi
• Indotoxines pada dialyser, air, atau dialysat
lanjutan
• Kausal Infeksi
– Infeksi ini berhubungan dengan
penurunan kondisi umum pasien HD
regular. Etiologi panas lama (prolonged
fever) pada pasien HD regular adalah
sebagai berikut:
lanjutan
1. Infeksi dari vaskuler akses
2. Hepatitis virus
3. Divertikulosis
4. Trombosis dari AV –Fistula
5. Perikarditis
6. Infeksi hidung, telinga dan gigi
7. Effusi pleura (bakteri atau virus
8. Infeksi saluran kemih
9. Infeksi penyakit ginjal polikistik
Penatalaksanaan
1. Pasang selimut tebal
2. Ukur suhu badan, observasi
3. Periksa darah lengkap, elektrolit, cultur
4. Stop dialisis, atau masukkan jika aman
5. Membuang darah yg terkontaminasi
6. Ambil sampel air atau dialysat jika penyebab
tidak pasti
7. Memberikan obat-obatan ( antihistamin,
antipiretik)
8. Penyebabnya dicari
H. EMBOLI UDARA
Gejala dan Tanda-tanda
Pasien dengan posisi duduk
1. Pasien biasanya berteriak dan memegang telinga
(karena suara udara yang masuk ke otak dengan cepat)
2. Kejang
3. Muka merah/biru, sesak nafas
4. Twicing otot
5. (Kadang-kadang) tidak sadar
Pasien dengan posisi tidur terlentang

1. Pernafasan dalam, batuk, cianosis


2. Pernafasan tertahan/megap-megap
3. Kadang-kadang tidak sadarkan diri
4. Denyut nadi lemah
5. Cardiak autput berkurang(karena jantung
dipenuhi oleh udara)
6. Murmur dijantung
Penyebab
• Udara masuk ke sirkuiit
• Lubang udara buble trap/sebelum blood pump
• Mengakiri HD dengan udara
• Tidak berfungsi disarmed air detector
• Terbuka sentral venous catheter
• Dialyser jelek
Penatalaksanaan
1. Posisi tidur terlentang (kaki lebih tinggi
dari kepala) ,Berbaring kesisi kiri badan
2. Monitor tekanan darah, nadi, kesadaran
3. HD dihentikan
4. Berikan oksigen
5. Mempertahankan jalan nafas
Pencegahan

– Bubbletrap jangan terlalu rendah


– Pasang detector udara
– Sambungan-sambungan dikencangkan
– Pada waktu mengakiri HD harus hati-hati
apabila mempergunakan udara sebagai
pendorong darah masuk ketubuh
HIPERKALEMIA

Gejala dan Tanda-tanda


– Kadar kalium darah tinggi (> 6 mEg )
– Gelombamg T tinggi (gambaran EKG)
– Gelisah, lemas, capek
– Kelumpuhan otot, gangguan saraf, semutan
– Denyut jantung cepat
Penatalaksanaan
– HD tanpa kalium ( potassium free)
– Monitor EKG
– Membatasi intake kalium
J. DISEQUILIBRIUM SYNDROME

1. Definisi:
Disequilibrium syndrome adalah kumpulan gejala
yang sering terjadi baik secara systemic dan
neurology, diketahui karakteristiknya dengan EEG
dan dapat ditemukan selama atau segera setelah
dialysis. Manifestasi yang biasa timbul mual,
muntah, lemah, kram dan sakit kepala, yang lebih
serius bisa seizure, dan coma
2. Penyebab:
1. Penambahan cairan acut di otak (oedema)
2. BUN dalam darah tinggi/ acut uremic
3. Therapi: untuk disequilibrium ringan
dengan
1. Simtomatis
2. HD dengan blood flow yang tinggi
3. HD dengan bicarbonate
4. Bila kram diberi NaCl hypertonic atau glucosa
5. Bila sampai coma, dialysis stop, berikan bantuan
nafas
K. FIRST-USE SYNDROME
• Yaitu dua kondisi klinis: dari reaksi hipersensitif
segera dan gejala komplek non spesifik; nyeri dada
dan nyeri punggung.
1. Hypersensitif
– Reaksi hypersensitive segera adalah yang
berhubungan dengan membranes cuprophone.
– Pada beberapa kasus, first-use syndrome
dikarenakan reaksi ethylene oxite yang dipakai
untuk sterilisasi diaizer baru.
• Gejala yang timbul:
keletihan, dyspnoe, urticaria, pruritus, nyeri dada,
cardiac arrest, wheezing, batuk.
• Therapi yang segera:
1. HD distop
2. Diberi oksigen
3. Antihistamin
4. Bronchodilators
5. Epinephrine
6. Kalau perlu steroid
7. Bila sudah membaik, HD dilanjutkan dengan dialyzer
baru dengan beda membrane, maupun dialyzer yang
sudah dibilas berulang.
2. Complement activation
First-use syndrome acut, sedikit hebat
lebih komplek dan non spesifik
gejalanya, nyeri dada atau punggung
dengan tingkat nyeri bervariasi. Untuk
mual, gatal-gatal dan rasa tidak enak
yang tidak jelas tipenya, terjadi pada
setengah jam pertama HD
Therapi:
–Diberi oksigen
–Antihistamin
–Kalau tidak berat, dan lamanya
kurang dari satu jam, HD tetap
jalan.
L. ARITMIA PADA PASIEN HEMODIALISIS

Faktor predisposisi:
• Asam basa dan atau elektrolit berubah
• Alkalosis
• Hiperkalemia,
• Hipomagnesium?
• Miocaedial ischemia:
1. Jantung mengalami peningkatan kebutuhan
oksigen
2. Berkurangnya pasokkan oksigen kejantung
3. Pasien dengan ischemia resiko terjadi aritmia,
karena kebutuhan oksigen meningkat, miss:
pada anemia, hypoxemia.
Manajemen therapy:
1. Pemberian oksigen
 Cek EKG
 HD dengan ultrafiltrasi yang sesuai
 Kolaborasi untuk pemberian obat, miss:
Quinidine sulfate 200mg x 3
HAEMOLYSIS
Adalah lisis cell darah merah
Penyebab:
1. Temperatur dialysate high
2. Dialysate hypotonic
3. Formaldehyde/Bleach/Oxycide/Peracide
4. Air terkontaminasi chloramines,copper, dan nitrates
5. Reaksi obat, atau tranfusi darah tdk match
6. Trauma darah: ukuran jarum kecil , kecepatan aliran
darah tinggi
Tanda-tandanya
• Nyeri punggung/nyeri dada
• Sesak pada dada
• Darah pada Line-dialyser sangat gelap (merah
cerry atau warna anggur)
• Dyspnoea
• Nyeri pada lengan yg dipasang fistula
• Kelemahan, cardiac arrest
Penatalaksanaan
• Stop blood pump dan clam A-V line
• Lepaskan pasien dari mesin dialysis
• Kaji pasien dan panggil dokter
• Ambil sampel darah dan dialysate utk konfirmasi
hemolisis
• Membuang darah di sirkuit extracorporial
• Kaji pasien dan cari penyebab hemolisis
• Mulai lagi HD dgn menggunakan mesin, cirkuit dan
dialysat baru
HYPOGLYCAEMIA SELAMA
DIALYSIS
Insiden
1.Sangat sering pada pasien diabetik
2.Pasien malnutrisi
3.Resiko pada pasien diabetik meningkat jika
memakai beta bocker (memperburuk tolerasi
glukosa, mengganggu respon metabolik)
4.Resiko juga besar pada hi-flux dilysis
Tanda dan gejala
• Yang utama selalu hypoglycaemia
• Tremor
• Berkeringat
• Rasa lapar
• Takikardi, hypertensi
• Sakit kepala
• Pusing, stupor
Penatalaksanaan
• Periksa gula darah, atau kirim darah utk
glukosa dan elektrolit
• Terapi sama utk pasien diabetik, jika
pusing kasih gula per oral
• Jika tdk mungkin per oral, secara IV
melalui sirkuit
N. DIALIZER BOCOR (blood leak)

Difinisi:
– Bocor atau keluarnya cell darah merah dari
membran dialyzer ke dialysat
Penyebab:
– 1. Kerusakan atau rusaknya membrane
dialyzer
– 2. Selama priming menggunakan tekanan
tinggi
Klasifikasi Bood Leak:
 Major leak : kelihatan/tampak bercak-bercak
darah pada dializat line di dialyser
 Minor leak: Hemastix test positive, tetapi darah
tidak kelihatan
 Alarm palsu: alarm berbunyi tetapi haemastix test
negative

Tanda-Tanda
o Blood leak detector alarm
o Kompartemen dialisat, selang dialisat (from
kidney) berwarna merah
Penatalaksanaan

Jika darah kelihatan pada saat digunakan


Stop dialisis segera
Buang sirkuit dan dialyzer yang tidak bisa
diselamatkan, diamati, didokumentasikan type
dialyzernya, dan dicatat berapa no nya.
Mulai lagi dengan blood line dan dialyzer baru,
dengan cara:
Pompa darah dimatikan
ABL diklem
Klem infuse dibuka, pompa darah dijalankan
pelan-pelan
1. Darah dikembalikan kedalam tubuh dengan
menggunakan NaCl sebagai pendorong, samai
cairan bening
2. Pompa darah dimatikan
3. Klem ujung A-VBL yang masuk kedalam
dializer ( jarak 10-15 cm)
4. Kedua sisi selang (A-VBL) dicabut, kemudian
dipasangkan ke dializer yang sudah disoking
dan priming (posisi dializer terbalik)
5. Klem pada ABL dibuka
6. Pompa darah dijalankan pelan-pelan, sambil
mengontrol udara pada AVBL dan dializer
lanjutan
– Bila udara sudah tidak ada, Qb dinaikkan, posisi
dializer dikembalikan keposisi semula
– Berikan ekstra heparin 1000 u
– HD deprogram kembali
• Cek Hb pasien, catat kejadian secara lengkap
dan dokumentasikan secara lengkap
• Mesin disteril/chemical sebelum dialisis
berikutnya
Jika darah tidak kelihatan saat dialyzer digunakan
( Haemastix positive)
– 1. Turunkan UFR dan DFR di off
– 2. Reset atau mengesampingkan alarm bood leak
– 3. Kembalikan darah
– 4. Beri heparin pada jarum
– 5. Jaga dan amati dialyzer
– 6. Mulai lagi dengan dilyzer baru
Jika alarm palsu
– Cek udara pada slang dialysat, mungkin itu penyebab alarm
palsu
– Lapor ke bagian teknik
O. DIALIZER BEKU (CLOT)
1. Tanda-Tanda
– Dializer berwarna gelap, hitam, bisa keseluruhan/sebagian
membrane, (warna darah didializer berbeda lebih gelap
disbanding warna darah pada AVBL)
– Bila dializer dibilas dengan NaCl, dializer tetap gelap
– Delta pressure
2. Penyebab:
– Antikoagulan tidak adequat
– Gangguan pembekuan darah
– Blood pump berhenti
– BFR pelan
– Harmoglobin tinggi
2. Penatalaksanaan

o Darah dimasukkan semua


o Ujung VBL yang menuju dializer diklem, kemudian dilepas
o Dializer diguyur NaCl dengan heparin, sambil memijit-mijit
bubbletap
o Qb dibuat 150-200ml/mnt
o Kemudian bergantian ujung ABL disambungkan ke dializer biru
o Bubbletrap dipijit-pijit terus sampai dializer putih
o Bila berhasil HD dilanjutkan kembali dan deprogram
o Bila tidak berhasil dializer diganti, cara mengganti sama dengan
mengganti dializer bocor
PROBLEM DGN ACCES SELAMA
DIALYSIS
Alarm pada tekanan,mungkin perubahan
peningkatan tekanan pada sirkuit karena
masalah acces. Dua perubahan yg segera bisa
dilihat selama dialisis:
1.High venous pressure, penyebabnya:
• Cloting pada bubble vanus
• Kinkit/ venus line terklem
• Problem acces venus
2. Low arterial pressure
a. Cloting pada arterial line terutama yg menuju
blood pump
b. Kinkit atau arterial line terklem
c. Cardiac output kecil- BP pasien rendah
atau cardiac arrest
d. Masalah pada arterial acces
Penatalaksanaannya
1. Jika karena jarum tidak sesuai dgn pem darah:
• Hentikan blood pump
• Pasang turniquet di lengan (jk fistula)
• Reposisi jarum
• Turniquet dilepas
• Program ulang dialysis dan mulai dialisis pelan
pelan observasi tekanan
Jika masalahnya bukan karena kecepatan ( atau
pembuluhnya trauma ), lakukan resirkulasi

• Matikan blood pump


• Clamp arteri dan venus bloodline
• Clamparteri venus fistula
• Lepaskan A-VBL dari jarum
• Sambungkan arteri dan venous line dgn cnektr steril
• Hidupkan blood pump dan buka klem infus
line
• Matikan UF
• Jika salah satu jarum dilepan, gunakan
penekan
• Bersihkan jarum dgn salin dan heparin
• Pasang jarum dengan ukuran yg sesuai
• Program ulang dilysis

Anda mungkin juga menyukai