Anda di halaman 1dari 32

GAGAL GINJAL AKUT DAN

KRONIK
Dr. Suhardi Darmoatmojo, SpPD-KGH
Gagal Ginjal akut (GGA)
 suatu sindrom yang yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak
 akibat terjadinya penimbunan hasil hasil
metabolit persenyawaan nitrogen seperti,
ureum dan kreatinin
 Hal ini dapat terjadi dalam beberapa jam
sampai beberapa hari
Gagal Ginjal Kronik yang belum perlu dialisis
Kriteria:
• Kerusakan ginjal setidaknya selama 3 bulan atau
lebih,
• Abnormalitas struktural atau fungsional ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG)
• LFG yang kurang dari 60 mL/menit/1,73m2 lebih
dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Gagal Ginjal Kronik yang mulai perlu dialisis
adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami
penurunan fungsi ginjal dengan LFG < 15 menit.
Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat
menurun sehingga terjadi akumulasi toksin di dalam
tubuh yang disebut sebagai uremia.
Pada keadaan uremia dibutuhkan terapi pengganti
ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam
mengeliminasi toksin tubuh sehingga tidak terjadi
gejala yang berat.
Gagal Ginjal Akut pada gagal ginjal kronik
(Acute on Chronic Renal Failure)
 Episode akut pada pasien gagal ginjal kronik yang
tadinya stabil.
 Pada beberapa kasus perlu dilakukan terapi dialisis.
Etiologi GGA

A. GGA pra renal,

 terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan


hipoperfusi ginjal sbb :
– Kehilangan darah : trauma, perdarahan.
– Kehilangan plasma : luka bakar, peritonitis.
– Kehilangan air dan elektrolit : gastroenteritis akut.
– Hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik.
– Dekompensasi jantung : infark miokard.
– Pada neonatus akibat syok septik atau asfiksia
berat
B. GGA renal

terjadi karena :
– Kerusakan epitel tubulus : nekrosis tubuler akut (ATN)
• Tipe iskemik : karena GGA pra renal yang akut
berlangsung lama.
• Tipe nefrotoksik karena obat antara lain: aminoglikosida,
zat kontras radiopak dan lain-lain.
– Kerusakan glomerulus
• Glomerulonefritis akut
• Sindrom hemolitik uremik

– Penyakit vaskuler : trombosis, hipertensi


C. GGA pasca renal

Obstruksi bisa disebabkan oleh :


– Kelainan kongenital : mis : valvula uretrovesikal

– Batu (urolithiasis)
– Bekuan darah (trombosis arteri/vena renalis)
– Tumor (prostat, pelvis)
Penatalaksanaan GGA

Gagal ginjal pra renal


Jenis cairan yang diberikan tergantung etiologi hipovolemia.

– Pada gastroenteritis dehidrasi diberikan Ringer Laktat


atau Dextrose 1/2 salin sesuai protokol.
– Pada syok hemoragik diberikan trannsfusi darah
– Pada syok yang terjadi pada sindrom nefrotik akibat
hipoalbuminemia diberikan infus albumin
– Pada dehidrasi yang tak jelas etiologinya sebaiknya
diberi Ringer Laktat 20 ml/kg BB dalam waktu 1 jam.
Biasanya terjadi diuresis setelah 2-4 jam pemberian
terapi rehidrasi
Gagal ginjal akut post renal

• Bila ditemukan GGA pasca renal pada USG maka


perlu ditentukan lokasi sumbatan dengan pielografi
antegrad atau retrograd.

• Tindakan bedah tergantung pada situasi, dapat


bertahap dengan melakukan nefrostomi dulu untuk
mengeluarkan urin dan memperbaiki keadaan
umum atau segera melakukan pembedahan
definitif dengan menghilangkan obstruksinya.
Gagal ginjal renal

 Tujuan pengobatan pada GGA renal ialah :


mempertahankan hemostasis tubuh sambil menunggu ginjal
berfungsi kembali.

Pemantauan yang perlu dilakukan ialah :


1. Tanda-tanda vital : tensi, nadi, pernafasan, ritme jantung.
2. Pemeriksaan darah : Hb, Ht, Trombosit.
3. Darah : ureum & kreatinin.
4. Elektrolit : K, Na, Cl, Ca, P dan asam urat.
5. Analisis gas darah.
6. Pengukuran diuresis.
Terapi GGA dapat dibagi dua yaitu :

– Terapi konservatif

– Tindakan Dialisis.
Terapi konservatif:

• Terapi cairan dan kalori


• Asidosis
Bila hasil pemeriksaan gas darah menunjukan hasil asidosis
metabolik, dikoreksi dengan cairan natrium bikarbonat sesuai
dengan hasil analisis gas darah

• Hiperkalemia
Hiperkalemia perlu segera ditanggulani karena bisa
membahayakan jiwa penderita.

• Tetani
Bila timbul gejala tetani akibat hipokalsemia perlu diberikan
glukonas kalsium 10 % i.v. 0,5 ml/kg BB pelan-pelan 5-10 menit
dilanjutkan dengan dosis rumat kalsium oral 1-4 gram/hari
• Kejang
Bila terjadi kejang dapat diberikan diazepam 0,3-
0,5 mg/kg BB I.V.

• Anemia
Transfusi dilakukan bila kadar Hb < 6 g/dl atau Ht <
20 % sebaiknya diberikan packed red cel untuk
mengurangi penambahan volume darah.
• Hipertensi
Hipertensi ditanggulangi dengan diuretika,
bila perlu dikombinasi dengan ACE Inhibitor 2-3
kali sehari dinaikan secara bertahap.

• Edema paru
Merupakan hal yang sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan kematian
dapat diberikan diuretik/furosemid IV
Bila pemberian diuretik tidak memberi hasil yang
efektif maka dialisis harus segera dilakukan
Tindakan Dialisis.

Tindakan dialisis dilakukan bila tindakan


konservatif tidak memberi respon yang baik,
misalnya terjadi anuria > 3 hari, sindroma
uremikum, edema paru, hiperkalemia refrakter
Prognosis

• Tergantung dari beberapa faktor:


• Penyakit dasarnya
• Komplikasi: perdarahan saluran pencernaan, infeksi
sekunder disertai sindroma sepsis
• Oliguria lebih 24 jam
• Umur lebih 50 tahun
• Diagnosis dan pengobatan terlambat
GAGAL GINJAL KRONIK
(GGK)
Gambaran klinis

• Pasien GGK dengan kadar ureum < 150 mg% biasanya


tanpa keluhan maupun gejala, sering ditemukan
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

• Gambaran klinis semakin nyata bila ureum > 200mg%

• GGK yang disertai sindroma uremikum  sangat


komplek, meliputi kelainan: hemopoetik, mata, kulit,
saluran cerna, psikiatri dan sistim kardiopulmonal.
Gambaran klinis

• Kelainan hematopoetik: anemia normokrom normositer


terutama oleh karena defisiensi hormon eritropoetin

• Kelainan saluran cerna: mual, muntah merupakan gejala


yang paling sering ditemukan, terutama pada stadium
terminal. Hiccup/cegukan juga sering ditemukan.

• Kelainan kulit: gatal sering mengganggu pasien. Kullit


terlihat kering dan bersisik. Sering ditemukan bekas
garukan.
Gambaran klinis

• Kelainan psikiatri: kelainan mental ringan seperti emosi


labil, insomnia, depresi, sampai kelainan mental berat
seperti konfusi, psikosis

• Kelainan neurologis: kejang otot sering ditemukan


sampai yang terberat koma uremikum.

• Kelainan kardiopulmonal: sering terjadi gagal jantung


kongestif dengan gejala sesak napas berat. Juga dapat
terjadi hipertensi.
Stages of Chronic Kidney Disease: A Clinical Action Plan

Stage Description GFR Action


(mL/min/1.73m3)

1 Kidney damage with  90 Diagnosis & Treatment, Treat


normal or  GFR comorbid condition, slowing
progression, CVD risk
reduction

2 Kidney damage with mild  60 – 89 Estimating Progression


GFR
3 Moderate  GFR 30 – 59 Evaluating & Treating
complications
4 Severe  GFR 15 – 29 Preparation for kidney
replacement therapy
5 Kidney failure < 15 or dialiysis Replacement (if uremia
present)
Diagnosis

Pendekatan diagnosis GGK mempunyai sasaran:

1. Memastikan adanya penurunan faal ginjal


2. Mengejar etiologi yg masih mungkin dikoreksi
3. Mengidentifikasi faktor2 pemburuk faal ginjal
4. Menentukan strategi terapi rasional
5. Prognosis
Diagnosis

Pendekatan diagnosis GGK mempunyai sasaran:

1. Memastikan adanya penurunan faal ginjal


2. Mengejar etiologi yg masih mungkin dikoreksi
3. Mengidentifikasi faktor2 pemburuk faal ginjal
4. Menentukan strategi terapi rasional
5. Prognosis
Mencari & mengobati Komplikasi :
Hiperkalemia
 Hipertensi
 Asidosis berat
 Dehidrasi
 Infeksi
Gagal jantung
Ditentukan apakah penyakit ginjalnya reversibel
Obstrukrif
I.S.K. fungsi ginjal
kadang-kadang
GGK Hipertensi Reno Vaskuler dapat
dipertahankan

Glomerulonefritis
Penatalaksanaan :
kesabaran
ketelitian
Perlu
GGK
frustasi
sukses
Tahapan :
1. Tegakan diagnosis
2. Dinilai kegagalan ginjal
3. Cari dan obati kompilkasi yang mengancam jiwa
antara lain : - Hiperkalemia
- Hipertensi
- Infeksi
4. Apakah penyakit ginjalnya reversibel
5. Rencana pengobatan :
• Konservatif
• Dialisis
• Transplantasi
Pengobatan Konservatif :
A. Diit :
 Rendah protein : 1-2 gr/kg BB (As. Amino esensial Protein hewan)
 GGN ginjal berat : 0,3-0,5 gr/kg BB
 Karbohidrat & lemak sesuai kebutuhan
 Susu dibatasi : Kadar fosfat , kalium tinggi
 Vitamin D : 2000-25.000 unti per hari
B. Natrium dan air :
ginjal tidak dapat menahan Na
intake ketat

Hiponatremia

diuretika
muntah & diare
 Na Cl per oral
 Larutan isotonik I.V.
 koreksi hipertensi
C. Asidosis Metabolik
ringan : koreksi dengan pemberian
natrium bikarbonat astrup
berat : dialisis
D. Hiperkalemia dan Hipokalemia
komplikasi akhir GGK
Hiperkalemia asidosis
infeksi
GGK
Hipokalemia
diuretika
E. Anemia
 Normositik normokronik
 Hb : 7-8 gr % tidak perlu transfusi
bila ku baik
 Hb : 6 gr % (HMT < 20 %)
 bahaya D.C./hipoxia
 packed red cell (30-100)
 Zat besi dalam makanan
F. Infeksi
 mudah kena infeksi segera infeksi
 biakan darah Antibiotik hati-hati
 biakan urin GGK
G. Osteo Distrofi Renal
- Intake fosfat dikurangi
- Aluminium hidroxid gel dapat mengurangi absorbsi
fosfat
- Parsial para tiroidiktomi

H. Obat-obat pada GGK


hati-hati atas indikasi
Terapi Pengganti Ginjal

• Dialisis:
– Hemodiaisis
– Peritoneal dialisis

• Transplantasi
Kesimpulan

1. Penanganan GGK merupakan seni


tersendiri : kesabaran, kejutan, frustasi, sukses.
2. Dinegara maju : penanganan konservatif merupakan
antara dialisis transplantasi
3. Di negara berkembang : kadang-kadang penaganan
konserfatif merupakan titik akhir mempertahankan
hidup penderita.
4. Perlu peningkatan kemampuan dan fasilitas.

Anda mungkin juga menyukai