Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Di susun oleh :
YUDI SUPRIYADI
221FK09022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
2022
A. Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2011). Chronic kidney disease (CKD)
atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3
bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
2010). Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan
sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak
mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan
menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme lainnya serta
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Tanda dan gejala


Gejala gagal ginjal kronik
- Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
- Hilang nafsu makan
- Gangguan tidur atau insomnia
- Pembengkakan cairan didaerah kulit
- Adanya gatal gatal secara terus menerus dibagian tubuh
- Sulit buang air kecil
- Erythropoetin sintesis menurun

C. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b. Penyakit umum
di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).

D. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi dari
nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang masih utuh untuk
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme adaptasi pertama
adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk meningkatkan
kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan tubulus
tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi
disertai dengan hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik
dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal. Selama
stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya 25%
dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar protein dalam
diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai dengan nokturia dan
poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron telah hacur
atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR (Glomerulus
Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan
meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal tidak
lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin
menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran
urin kurang dari 500 cc/hari.
E. Pathway
F. Klasifikasi
Klasifikasi CKD didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan
atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar
GFR, yang dihitung menggunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
GFR pria(ml/menit/1,73 m2 ) = (140−𝑢𝑚𝑢𝑟) 𝑋 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 / 72 𝑋 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛
𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎 ( 𝑚𝑔 𝑑𝑙 )
GFR wanita(ml/menit/1,73 m2 ) = (140−𝑢𝑚𝑢𝑟) 𝑋 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 / 72 𝑋 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛
𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎 ( 𝑚𝑔 𝑑𝑙 ) 𝑥 0,

Drajat Penjelasan Gfr


1 Kerusakan ginjal dengan >90
GFR normal atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan 60 - 89
GFR menurun ringan
3 Kerusakan ginjal dengan 30 - 59
kerusakan GFR menurun
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan 15 - 29
kerusakan GFR menurun
berat
5 Gagal ginjal < 15

G. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang
terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan
tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks
jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap
sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan
adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah
protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24
(OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal
ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian
hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.

H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urine
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
- Peritoneal dialisis
- Hemodialisa
- AV fistula : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung
c. Operasi
- Pengambilan batu
- Tranplantasi ginjal

I. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia

J. Diagnosa banding
- Gagal ginjal akut
- Sindrom alport
- Anti grlomerular basement membrane disease
- Gromerulonefritis
- Nefropati diabetik
- Multiple myeloma
- Batu ginjal
- Nefrosklerosis

K. Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Data fokus pengkajian
2. Pemeriksaan fisik
3. Analisa data
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder
terhadap gagal ginjal.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap gagal ginjal.
e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang
pengetahuan, sistem pendukung kurang adekuat.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet tak enak.
5. Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kreatinin dan BUN serum 1. Perubahan ini menunjukkan kebutuhan

berhubungan dengan kerusakan


keperawatan selama 3x24 dialisat segera
2. Rujuk pasien ke ahli diet untuk
jam, volume cairan tubuh
fungsi ginjal 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan
dapat berrkurang dengan penyuluhan diet dan bantu dalam
dapat menjelaskan alasan modifikasi
kriteria hasil : merencanakan kebutuhan makanan
diet dan dapat membantu pasien
1. Nilai elektrolit serum
dengan modifikasi dalam protein, kalium,
merencanakan makanan untuk
dalam rentang normal
fosfor, natrium dan kalori. memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
2. Bunyi nafas bersih
3. Tak ada edema 3. Jangan memberikan obat-obatan sampai batas diet.

4. Tekanan darah sistolik setelah dialisat, bila tekanan darah tetap 3. Kebanyakan obat-obatan dikeluarkan
(TD) diantara 90-140 melalui dialisat
di bawah 90/60 mmHg, jangan berikan
mmHg
5. Peningkatan berat badan obat anti hipertensi.

saat ini dua pon dari


berat badan tidak
edema.

2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan setiap hari, kreatinin 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
dengan anemia dan nyeri sendi keperawatan selama 3x24 dan BUN serum, jumlah makanan yang perkembangan atau penyimpangan

sekunder terhadap gagal ginjal.


jam, intoleransi aktivitas dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil dari hasil yang diharapkan
pasien dapat teratasi
laporan JDL, terutama hemoglobin dan 2. Ini dapat menandakan kemajuan
dengan kriteria hasil :
1. Berkurangnya keluhan hematokrit, kadar besi dan feritin serum, kerusakan ginjal dan perlunya

lelah nilai protein serum, masukan dan penilaian tembahan dalam terapi

2. Peningkatan keterlibatan haluaran, hasil kalsium serum dan kadar 3. Istirahat memungkinkan tubuh

pada aktivitas social fosfat. untuk menyimpan energi yang

3. Laporan perasaan lebih 2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan digunakan oleh aktivitas

berenergi menetap 4. Stomatitis dapat terjadi karena

4. Frekuensi pernafasan 3. Mungkin periode istirahat sepanjang hari toksin uremik berlebihan pada

dan frekuensi jantung 4. Bila pasien mengeluh mulut kering, mukosa oral dan penurunan

kembali normal setelah izinkan pasien untuk berkumur dengan masukan cairan. Selain itu

penghentian aktivitas, air sedikitnya tiap jam atau berikan batu anoreksia, ditambah dengan mulut

berkurangnya nyeri es atau permen lemon keras. kering dan lengket. Tindakan ini

sendi. 5. Jamin lingkungan kondusif untuk makan meningkatkan saliva.

selama waktu makan (bebas bau, 5. Meskipun anoreksia akibat dari

makanan disajikan sesuai kesukaan kombinasi faktor-faktor seperti


pasien). kelelahan, toksin uremik berlebihan

6. Berikan agen ikatan fosfat yang dan depresi, penilaian dapat dibuat

diprogramkan, suplemen kalsium dan untuk meningkatkan nafsu makan.

suplemen vitamin D. 6. Defosit kalsium mengakibatkan

7. Bantu pasien dalam merencanakan ketidaknyamanan sendi pada gagal

jadwal aktivitas setiap hari untuk ginjal, metabolisme vitamin D

menghindari imobilisasi dan kelelahan. berkurang, yang menyebabkan

penurunan absorpsi kalsium dan

saluran GI. Bila kalsium serum

turun produksi parathormon

meningkat, mengakibatkan

peningkatan resorpsi fosfat dan

kalsium dari tulang meningkat dan

akhirnya demineralisasi tulang.

7. Imobilisasi meningkatkan resorbsi

kalsium dari tulang.

3a. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari 1. Individu yang berhasil dalam
kurang pengetahuan tentang keperawatan selama 3x24 individu yang mendapat terapi koping terhadap gagal ginjal kronik

kondisi, pemeriksaan diagnostik,


jam, ansietas dapat dapat berpengaruh positif untuk
2. Berikan informasi tentang :
berkurang dengan kriteria
rencana tindakan dan prognosis. (1) Sifat gagal ginjal membantu pasien yang baru
hasil :
1. Mengungkapkan didiagnosis memperhatikan
(2) Pemeriksaan diagnostik termasuk

pemahaman tentang harapan dan mulai menilai


tujuan, deskripsi singkat, persiapan

kondisi perubahan gaya hidup yang akan


yang diperlukan sebelum tes.

2. Pemeriksaan diagnosik diterima.


(3) Tujuan terapi yang diprogramkan.

dan rencana tindakan; 3. Sediakan waktu untuk pasien dan orang 2. Pasien sering tidak memahami

sedikit melaporkan bahwa dialisa akan diperlukan


terdekat untuk membicarakan tentang
perasaan gugup dan selamanya bila gagal ginjal tak
masalah dan perasaan tentang
takut. dapat pulih. Memberi pasien
perubahan gaya hidup yang akan
informasi mendorong partisipasi
diperlukan untuk memilih terapi.
dalam mengambil keputusan dan

membantu mengembangkan

kepatuhan dan kemandirian

maksimum.

3. Pengekspresian perasaan
membantu mengurangi ansietas,

tindakan untuk gagal ginjal

berdampak pada seluruh keluarga.

4b. Risiko tinggi kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk mempertahankan 1. Kuku pendek kurang mungkin
keperawatan selama 3x24 untuk merobek. Keringat, panas
kulit berhubungan dengan kuku terpotong pendek,
jam, risiko kerusakan dan kulit kering meningkatkan
pruritus sekunder terhadap gagal mempertahankan suhu ruangan pada
integritas kulit dapat diatasi pruritus. Toksin urenik
ginjal. dengan kriteria hasil : keadaan nyaman untuk mencegah menyebabkan pruritus. Sabun

1. Tidak ada tanda garukan ringan kurang mungkin untuk


keringat, mengikuti pembatasan diet
menyebabkan kulit kering dan
pada kulit, keluhan yang diprogramkan, mandi dengan sabun
mengiritasi kulit.
pruritus lebih sedikit. tanpa deodorant dan hipoalergik. 2. Kadar fosfor serum terlalu tinggi.
Karna kalsium dan fosfor
2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk
berbanding terbalik secara
dialisa sesuai program. proporsional, kalsium serum turun
dan pasien menjadi tremor. Dialisa
membuang toksin dan membantu
menormalkan biokimia.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
keperawatan selama 3x24 memodifikasi diet yang diprogramkan
ketidakpatuhan berhubungan mengalami efek-efek tindakan yang
dengan kurang pengetahuan, jam, ketidak patuhan dapat pada rencana pulang : diprogramkan untuk kondisi
berkurang dengan kriteria 1). Tinjau kembali rasional untuk
sistem pendukung kurang mereka
hasil : menghindari kelebihan yang
adekuat. 2. Instruksi verbal dapat mudah
1. Merupakan pemahaman meningkatkan kadar ureum.
dilupakan
tentang instruksi pulang, 2). Pembatasan natrium untuk
mengurangi retensi cairan. 3. Untuk memastikan keamanan
mendemonstrasikan
3). Pembatasan kalium pemberian pengobatan
kemampuan untuk
4). Bila oliguria, pembatasan cairan 4. Tim pendukung yang tersedia dan
merawat klien.
untuk mengurangi edema.
konsisten diperlukan sepanjang
5). Kalori tinggi untuk menjamin hidup pasien
pengguna protein dan sintesis protein
jaringan dan supai energi.

2. Yakinkan bahwa pasien dan orang


terdekat mempunyai hal tertulis
mengenai :
1). Perjanjian untuk instruksi perawatan
lanjut untuk perawatan diri di rumah.

2). Petunjuk dan nomor telepon pusat


dialisa yang memberikan terapi
pemeliharaan.

3. Berikan instruksi tertulis tentang semua


rencana pengobatan untuk digunakan di
rumah, termasuk nama, dosis, jadwal,
tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan.
4. Yakinkan pasien mempunyai nomor
telepn orang sumber seperti perawat
dialisa atau koordinator transplantasi,
dokter, ahli diet ginjal, pekerja sosial
ginjal yayasan ginjal Indonesia.
6 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Konsul ahli diet untuk bantu 1. Persepsi diet yang tepat penting

kebutuhan tubuh yang


keperawatan selama 3x24 pengkajian nutrisi, mengidentifikasi
dalam penatalaksanaan gagal ginjal
jam, kebutuhan nutrisi tujuan nutrisi, meresepkan modifikasi
berhubungan dengan anorekasia, kronik yang mencegah toksisitas
pasiendapat teratasi dengan diet dan memberikan nutrisi pada
mual, muntah, kehilangan selera, kriteria hasil : klien. uremik, ketidakseimbangan cairan

bau, stomatitis dan diet tak enak. 2. Pertegas instruksi diet dan berikan elektrolit dan katabolisme.
materi tertulis untuk nstruksi verbal.
2. Empati dan penguatan terhadap
3. Diskusikan tentang pemilihan diet dari
pada pembahasan pantangan diet. instruksi diet dapat meningkatkan

4. Siapkan dan berikan dorongan oral kepatuhan terhadap pembatasan


hygiene yang baik sebelum dan diet.
sesudah makan.
3. Klien dan keluarga akan menjadi
5. Batasi masukan cairan satu jam
tidak berselera bila diet terlalu
sebelum dans esudah makan.
6. Berikan lingkungan yang menynangkan dibatasi dan tidak enak.

selama waktu makan dan bantu sesuai 4. Oral hygiene yang tepat dapat
kebutuhan.
mengurangi mikroorganisme dan
7. Jelaskan perlunya kebutuhan klien
untuk makan protein maksimum dari membantu mencegah stomatitis

diet yang diizinkan. 5. Pembatasan ini akan mencegah


8. Bekerja bersama klien untuk
perasaan begah dan mengurangi
mengembangkan rencana untuk
anoreksia.
memasukkan diet yang diresepkan
secara berhasil ke dalam gaya hidup 6. Nafsu makan dirangsang pada
sehari-hari klien. situasi yang relaks dan

menyenangkan

7. Protein adekuat diperlukan untuk

mencegah katabolisme protein dan

penggunaan otot
8. Kolaborasi memberikan

kesempatan bagi klien melakukan

kontrol, yang cenderung

meningkatkan kepulihan.
6. Evidence based practice
7. Daftar pustaka
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi


2), Alih. Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk.


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical


Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University Press.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta;
MediAction.

Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta
: EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis


Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

8. Lampiran jurnal

Anda mungkin juga menyukai