Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIS

A. Konsep Gagal GinjalKronis


1. Pengertian Gagal GinjalKronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankanmetabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
 penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.

Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis


didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR). CKD atau gagal
ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif,irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia. Gagal ginjal kronik merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimanaginjal gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain dalam
darah.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah
metabolisme lainnya serta ketidakseimbangan cairan danelektrolit.

2. Etiologi Gagal GinjalKronis


Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa
disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.

a.Penyakit dariginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.

2) Infeksi kuman: pyelonefritis,ureteritis.


3) Batu ginjal:nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung padaginjal.
6) Keganasan padaginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.b.
Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.

2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5)Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (lukabakar).

3. Patofisiologi danPathway
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan
reabsorpsitubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
 beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi
ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya
kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
3 stadium, yaitu:
a. StadiumI
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimptomatik.

b. StadiumII
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%

 jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus FiltrationRate)

 besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung

dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat

disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan

 pemekatan urin.

c. StadiumIII
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa

nefrontelah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh.

GFR
(Glomerulus Filtration Rate)  hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin

serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang

lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis

cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma

dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500cc/hari.
Pathway
4. Manifestasi Klinis Gagal GinjalKronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% darinormal
 b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir ( ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandaidengan
GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma,2015).

5. Penatalaksanaan Gagal GinjalKronis


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah danurin
- Observasi balancecairan
- Observasi adanyaodema
- Batasi cairan yangmasuk
 b) Dialysis
-  peritoneal dialysis
 biasanya dilakukan pada kasus –  kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
 bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasisdilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena danarteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung)
c) Operasi
- Pengambilanbatu
- Transplantasiginjal

6. PemeriksaanPenunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
 b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu
 penderita diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises
danureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam
Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim
ginjal,kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises,ureter
 proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsiginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali,efusi
 perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasimetastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir
ini dianggap sebagaibendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksiyang
reversibel.
 j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit(hiperkalemia).
k. Biopsiginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik:
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, danhipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureumdankreatininlebihkurang20:1.Ingatperbandingan
 bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam,
luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi salurankemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
 pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihancairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnyadiuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena
 berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase linditulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendahprotein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringanferifer)
- Hipertrigliserida,akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik
dan menurunnya lipoproteinlipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasimenunjukan
 pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.

7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diitberlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidakadekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darahmerah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis,Neuropati
 perifer, Hiperuremia
B. AsuhanKeperawatan

Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut:
1. Demografi

Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
 proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidaksehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktusurinarius
 bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi danmetabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik
atauturun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dantekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dansuhu.
5. Pengkajianfisik
a. Penampilan / keadaanumum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
 b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihancairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir keringdan
 pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dantenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhibasah),terdapatpembesaranjantung,terdapatsuaratambahanpada
 jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
 j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

C. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal

 b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap

gagal ginjal.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostik, rencana tindakan danprognosis.

d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder

terhadap gagalginjal.
e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan,

sistem pendukung kurangadekuat.

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekasia,

mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet takenak.


D. Rencana AsuhanKeperawatan

No DiagnosaKeperawatan Tujuan danKriteriaHasil Intervensi Rasional


1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan 1. Pantau kreatinin dan BUNserum 1. Perubahan ini menunjukkan kebutuhan

 berhubungan dengan kerusakan tindakan keperawatan 2. Rujuk pasien ke ahli diet untuk penyuluhan dialisatsegera

fungsi ginjal selama 3x24 jam, volume diet dan bantu dalam merencanakan 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan dapat
cairan tubuhdapat
kebutuhan makanan dengan modifikasi menjelaskan alasan modifikasi diet dan dapat
 berrkurangdengankriteria
dalam protein, kalium, fosfor, natrium dan membantu pasien merencanakan makanan
hasil:
kalori. untuk memenuhi kebutuhan nutrisidalam
1.  Nilai elektrolit serum
dalam rentangnormal 3. Jangan memberikan obat-obatan sampai  batas diet.

2. Bunyi nafasbersih setelahdialisat,bilatekanandarahtetapdi 3. Kebanyakan obat-obatan dikeluarkan melalui


3. Tak adaedema
 bawah 90/60 mmHg, jangan berikan obat dialisat
4. Tekanan darah sistolik
(TD) diantara 90-140 anti hipertensi.

mmHg
5. Peningkatan berat badan
saatiniduapondariberat
 badan tidak edema.

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Pantau berat badan setiap hari, kreatinin 1. Untuk mengidentifikasi indikasi

berhubungandengan anemia dan tindakan keperawatan dan BUN serum, jumlah makanan yang  perkembangan atau penyimpangan dari hasil

nyeri sendi sekunder terhadap


selama 3x24 jam, dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil yang diharapkan
intoleransiaktivitaspasien 2. Ini dapat menandakan kemajuankerusakan
gagalginjal. laporan JDL, terutama hemoglobindan
dapat teratasi dengan hematokrit, kadar besi dan feritin serum, ginjal dan perlunya penilaian tembahan

kriteria hasil: nilai protein serum, masukan dan haluaran, dalamterapi


1. Berkurangnya keluhan
hasil kalsium serum dan kadar fosfat. 3. Istirahat memungkinkan tubuh untuk
lelah
2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan menyimpan energi yang digunakan oleh
2. Peningkatanketerlibatan
menetap aktivitas
 pada aktivitas social
3. Mungkin periode istirahat sepanjanghari 4. Stomatitis dapat terjadi karena toksinuremik
3. Laporan perasaanlebih
4. Bila pasien mengeluh mulut kering,  berlebihan pada mukosa oral dan penurunan
 berenergi
izinkan pasien untuk berkumur dengan air masukan cairan. Selain itu anoreksia,
4. Frekuensi pernafasan dan
sedikitnya tiap jam atau berikan batu es ditambah dengan mulut kering dan lengket.
frekuensi jantung kembali
atau permen lemonkeras. Tindakan ini meningkatkansaliva.
normal setelah
5. Jamin lingkungan kondusif untuk makan 5. Meskipun anoreksia akibat dari kombinasi
 penghentian aktivitas,
selama waktu makan (bebas bau, makanan faktor-faktor seperti kelelahan, toksinuremik
 berkurangnya nyerisendi.
disajikan sesuai kesukaanpasien).  berlebihan dan depresi, penilaian dapat dibuat

6. Berikan agen ikatan fosfat yang untuk meningkatkan nafsu makan.

diprogramkan, suplemen kalsium dan 6. Defosit kalsium mengakibatkan

suplemen vitaminD. ketidaknyamanan sendi pada gagal ginjal,

7. Bantu pasien dalam merencanakan jadwal metabolisme vitamin D berkurang, yang

aktivitas setiap hari untuk menghindari menyebabkan penurunan absorpsi kalsium

imobilisasi dankelelahan. dansaluranGI.Bilakalsiumserumturun


produksi parathormon meningkat,

mengakibatkan peningkatan resorpsi fosfat

dan kalsium dari tulang meningkat dan

akhirnya demineralisasitulang.

7. Imobilisasi meningkatkan resorbsi kalsium

daritulang.

3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari 1. Individu yang berhasil dalam koping

dengankurang pengetahuan tentang tindakan keperawatan individu yang mendapatterapi terhadap gagal ginjal kronikdapat

selama 3x24 jam, ansietas 2. Berikan informasi tentang:  berpengaruh positif untuk membantu pasien
kondisi, pemeriksaan diagnostik,
dapat berkurang dengan
rencana tindakan danprognosis. (1) Sifat gagalginjal yang baru didiagnosis memperhatikan
kriteria hasil:
(2) Pemeriksaan diagnostik termasuk harapan dan mulai menilai perubahan gaya
1. Mengungkapkan
tujuan, deskripsi singkat, persiapan hidup yang akanditerima.
 pemahaman tentang
yang diperlukan sebelumtes. 2. Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa
kondisi
(3) Tujuan terapi yangdiprogramkan. akan diperlukan selamanya bila gagal ginjal
2. Pemeriksaan diagnosik
3. Sediakan waktu untuk pasien dan orang tak dapat pulih. Memberi pasien informasi
dan rencana tindakan;
terdekat untuk membicarakan tentang mendorong partisipasi dalam mengambil
sedikit melaporkan
masalah dan perasaan tentang perubahan keputusan dan membantu mengembangkan
 perasaan gugup dan takut.
gaya hidup yang akan diperlukan untuk kepatuhan dan kemandirianmaksimum.

memilihterapi. 3. Pengekspresian perasaan membantu


mengurangi ansietas, tindakan untuk gagal

ginjal berdampak pada seluruh keluarga.

4 Risiko tinggi kerusakan integritas


Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk mempertahankan 1. Kuku pendek kurang mungkin untuk
kulit berhubungan dengan pruritus merobek. Keringat, panas dan kulit kering
tindakan keperawatan kuku terpotong pendek, mempertahankan
meningkatkan pruritus. Toksinurenik
sekunder terhadap gagalginjal. selama 3x24 jam, risiko suhu ruangan pada keadaan nyaman untuk menyebabkan pruritus. Sabun ringan kurang
kerusakan integritas kulit mungkin untuk menyebabkan kulit kering
mencegah keringat, mengikuti pembatasan
dapat diatasi dengan dan mengiritasi kulit.
diet yang diprogramkan, mandi dengan
kriteria hasil: 2. Kadar fosfor serum terlalu tinggi. Karna
sabun tanpa deodorant danhipoalergik. kalsium dan fosfor berbanding terbalik
1. Tidak ada tanda garukan
2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk dialisa secara proporsional, kalsium serum turun
 pada kulit, keluhan
dan pasien menjadi tremor.Dialisa
sesuaiprogram.
 pruritus lebih sedikit. membuang toksin dan membantu
menormalkan biokimia.

5 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
memodifikasi diet yangdiprogramkan
terhadapketidakpatuhan tindakan keperawatan mengalami efek-efek tindakan yang
 pada rencana pulang :
berhubungan dengan kurang
selama 3x24 jam,ketidak diprogramkan untuk kondisimereka
1). Tinjau kembali rasional untuk
 patuhan dapat berkurang menghindari kelebihan yang meningkatkan 2. Instruksi verbal dapat mudahdilupakan
pengetahuan, sistem
dengan kriteria hasil : kadarureum.
 pendukung kurang adekuat. 3. Untuk memastikan keamananpemberian
1. Merupakan pemahaman 2). Pembatasan natrium untuk mengurangi
retensicairan.  pengobatan
tentang instruksi pulang,
mendemonstrasikan 3). Pembatasankalium 4. Tim pendukung yang tersedia dan konsisten
4). Bila oliguria, pembatasan cairan untuk
kemampuan untuk diperlukan sepanjang hidup pasien
mengurangiedema.
merawatklien.
5). Kalori tinggi untukmenjamin
 pengguna protein dan sintesis protein
 jaringan dan supai energi.
2. Yakinkan bahwa pasien dan orang terdekat
mempunyai hal tertulis mengenai:
1). Perjanjian untuk instruksi perawatan
lanjut untuk perawatan diri dirumah.
2). Petunjuk dan nomor telepon pusat
dialisa yang memberikan terapi
 pemeliharaan.
3. Berikan instruksi tertulis tentang semua
rencana pengobatan untuk digunakan di
rumah,termasuknama,dosis,jadwal,
tujuan dan efek samping yang dapat
dilaporkan.
4. Yakinkan pasien mempunyai nomor telepn
orang sumber seperti perawat dialisa atau
koordinator transplantasi, dokter, ahli diet
ginjal,pekerjasosialginjalyayasanginjal
Indonesia.

1. Konsul ahli diet untuk bantu


6 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Persepsi diet yang tepat pentingdalam
 pengkajian nutrisi,mengidentifikasi
kebutuhan tubuh yangberhubungan tindakan keperawatan  penatalaksanaan gagal ginjal kronik yang
dengan anorekasia, mual, muntah, 6. Berikan lingkungan yang
selama 3x24 jam, tujuannutrisi,meresepkanmodifikasi
kehilangan selera, bau, stomatitis kebutuhan nutrisi diet dan memberikan nutrisi pada menynangkan selama waktu makan dan

klien. bantu sesuaikebutuhan.


dan diet tak enak.  pasiendapat teratasi
2. Pertegas instruksi diet dan berikan 7. Jelaskan perlunya kebutuhan klien
dengan kriteria hasil:
materitertulisuntuknstruksiverbal. untuk makan protein maksimum dari

3. Diskusikan tentang pemilihan diet diet yangdiizinkan.

dari pada pembahasan pantangan 8. Bekerja bersama klien untuk

diet. mengembangkan rencana untuk

4. Siapkan dan berikan dorongan oral memasukkan diet yangdiresepkan

hygiene yang baik sebelum dan


sesudahmakan.
5. Batasi masukan cairan satu jam
sebelumdansesudahmakan.
mencegah toksisitas uremik,kepatuhanterhadap 4. Oral hygiene yang tepat dapat 6.  Nafsu makan dirangsang pada situasi yang

ketidakseimbangan cairan elektrolit  pembatasan diet. mengurangi mikroorganisme dan relaks danmenyenangkan

dan katabolisme. 3. Klien dan keluarga akan membantu mencegah stomatitis 7. Protein adekuat diperlukan untuk mencegah
menjadi tidak
2. Empati dan penguatan terhadap 5. Pembatasan ini akan mencegahperasaan katabolisme protein dan penggunaanotot
 berselera bila diet terlalu
instruksi diet dapat meningkatkan  begah dan mengurangi anoreksia. 8. Kolaborasi memberikan kesempatanbagi
dibatasi dan tidak enak.

secara berhasil ke dalam gaya hidup klien melakukan kontrol, yang cenderung
sehari-hari klien.
meningkatkan kepulihan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.

Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011.  Asuhan Keperawatan Gangguan SistemPerkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
 Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management . USA : Oxford University Press.
 Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis SDKI, SIKI, SLKI
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai