Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun Oleh:

Putri Septia Sari


113120031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021
A. Pengertian

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk


mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
B. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di
luar ginjal.
1. Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
b) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
c) Batu ginjal: nefrolitiasis.
d) Kista di ginjal: polycstis kidney.
e) Trauma langsung pada ginjal.
f) Keganasan pada ginjal.
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
2. Penyakit umum di luar ginjal
a) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
b) Dyslipidemia.
c) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
d) Preeklamsi.
e) Obat-obatan.
C. Manifestasi Klinis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria
dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin
serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir ( ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan
GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
D. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara
bertahap fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi
nefron yang masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan
elektrolit. Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi
dari nefron yang masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi,
beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi
dan beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga
keseimbangan glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan.
Terjadi ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan
hilangnya kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik
dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
1. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan
cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar
BUN normal dan pasien asimptomatik.
2. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih
dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR
(Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya 25% dari normal.
Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar protein dalam
diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai dengan
nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan
urin.
3. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa
nefron telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang
masih utuh. GFR (Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari
keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat. Klien
akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal tidak
lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien menjadi
oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
E. Pathways

GAGAL GINJAL KRONIK / CKD

Gangguan produksi
protein Retensi Na Sekresi eritropoetin
menurun
Sindrom Uremia Edema
Anemia

Kelebihan
Volume Cairan Aliran ke jaringan
Ganggua asam Ureum
perifer menurun
basa tubuh bersifat basa

Ketidakefektifan
Mual
Alkalosis Perfusi Jaringan
respiratorik Perifer
Intake
Tidak bisa tidur
menurun Pola Nafas
Tidak Efektif
Pucat, letih, lesu
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Gangguan Rasa
Kebutuhan Nyamman
F. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
6. Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis,
Neuropati perifer, Hiperuremia.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi).
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab
itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan
ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada
keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam
Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises,
ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali,
efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir
ini dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
a. Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia.
b. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
c. Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat
perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran
cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
d. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin,
pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
e. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
f. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
g. Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi
karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
h. Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
i. Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
j. Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan ferifer)
k. Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik
dan menurunnya lipoprotein lipase.
l. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang
menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi
asam-asam organik pada gagal ginjal.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana
saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisa
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisa
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung (
vaskularisasi ke jantung )
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan
mengacu pada Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai
berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan
penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme,
obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB
dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan
input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak
singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea,
nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan.
d. Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat
kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung,
mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa
mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada
leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.

g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek,
perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema,
pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat/uremia, dan terjadi perikarditis.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas.
2. Hipervolemia b.d Gangguan Mekanisme Regulasi
3. Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala Penyakit
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi
sekunder terhadap gagal ginjal.
5. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan
prognosis.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anorekasia, mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis
dan diet tak enak.
K. Tujuan Rencana Tindakan
a. Pola Nafas Tidak Efektif
SLKI : Pola Nafas
No Indikator IR ER
1 Dispnea 3 5
2 Penggunaan Otot 3 4
Bantu Nafas
3 Frekuensi Nafas 3 5
4 Kedalaman Nafas 3 5
Keterangan ke 1: Keterangan ke 2:
1: Meningkat 1: Memburuk
2: Cukup Meningkat 2: Cukup Memburuk
3: Sedang 3: Sedang
4: Cukup Menurun 4: Cukup Membaik
5: Menurun 5: Membaik
SIKI : Dukungan Ventilasi
1. Posisikan semi fowler/fowler
2. Berikan Oksigenasi
3. Memonitor status respirasi
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
6. Kolaborasikan pembeian bronkodilator (Amonifilin)
b. Hipervolemia
SLKI : Status Cairan
No Indikator IR ER
1 Ortopnea 3 4
2 Dispnea 3 4
3 Edema Anasarka 3 4
4 Perasaan Lemah 3 4
Keterangan :
1: Meningkat
2: Cukup meningkat
3: Sedang
4: Cukup Menurun
5: Menurun
SIKI : Manajemen Hipervolemia
1. Periksa tanda gejala (hipervolemia,ortopnea, dispnea,edema)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Moonitor status hemodinamik (frekuensi jantung, tekanan
darah)
4. Ajarkan cara membatasi cairan
5. Kolaborasikan pemberian analgetik (furosemid)
c. Gangguan Rasa Nyaman
SLKI : Status Kenyamanan
No Indikator IR ER
1 Keluhan tidak nyaman 3 5
2 Gelisah 3 5
3 Keluhan sulit tidur 3 4
4 Pola tidur 3 4
SIKI : Pengaturan Posisi
1. Monitor status oksigen sebelum dan sesudah mengubah posisi
2. Atur posisi tidur yang disukai
3. Atur posisi untuk mengurangi sesak
4. Tinggikan tempat tidur bagian kepala
5. Berikan bantal yang tepat pada leher
6. Berikan topangan pada area edema.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi
8 volume 2.Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan
(Edisi 2), Alih.Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk. Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A
Practical Guide to Understanding and Management . USA : Oxford
University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Edisi 1, Jakarta Selatan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1, Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Edisi 1, Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai