Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CHOLELITHIASIS

Disusun Oleh:

Putri Septia Sari


113120031

sPROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021
LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITIASIS

A. DEFINISI

Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu


atau saluran empedu (duktus koledekus) atau keduanya. Kolelitiasis adalah batu
empedu yang biasanya terbentuk dalam kandungan empedu dari unsur-unsue
padat yang membentuk cairan empedu.
Kolelitiasis disebut juga batu empedu,gallstones,biliary calculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Batu kandungan empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material. Batu adalah timbunan kristal did lam kandung
empedu.
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu empedu
didalam kandung empedu (visika felea) dan unsur-unsur padat yang
membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran bentuk dan komposisi yang
bervariasi.
1. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada saluran empedu
(Duktus Koledocus ).
2. Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung
empedu.
3. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.

4. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.


B. ETIOLOGI

Batu empedu di sebabkan oleh perubahan susunan empedu,statis


empedu dan infeksi kandung empedu. Sementara komponen empedu adalah
kolesterol yang biasanyatetap terbentuk cairan, jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan diluar empedu.
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari
pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin,
kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:

1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan


penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:

a. Infeksi kandung empedu

b. Usia yang bertambah

c. Obesitas

d. Wanita

e. Kurang makan sayur

f. Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol

2. Batu pigmen empedu, ada dua macam:

a. Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan


disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
b. Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan
infeksi
3. Batu saluran empedu

Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah


vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula
oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus
koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan
pembentukan batu.
Faktor resiko
a. Wanita beresiko lebih besar daripada laki-laki

b. Usia lebih dari 40 tahun

c. Kegemukan

d. Faktor keturunan

e. Aktivitas fisik

C. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada
saluran empedu lainnya. Faktor predisposisi yang penting adalah :
1. Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
2. Statis empedu
3. Infeksi kandung empedu

Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting


pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap
dalam kandung empedu . Stasis empedu dalam kandung empedu dapat
mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan
pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat
menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat
dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan
insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada
pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan
mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat
presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu
dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.
Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada
pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan
memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus)
atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan
obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung
beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut
atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke
doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus
obstruktif.
Pathway
D. MANIFESTASI KLINIS
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.

1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme.

2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas

3. Kandung empedu membesar dan nyeri

4. Ikterus ringan

5. Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap

6. Mual dan muntah

7. Febris (38,5°°C)

8. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen

9. Kadang terdapat nyeri di kuadran kanan atas

10. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid
epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula
kanan
11. Intoleransi dengan makanan berlemak

12. Flatulensi

13. Eruktasi (bersendawa)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes laboratorium :

1. Leukosit

2. Bilirubin

3. Amilase serum

4. Protrombin
5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena
adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai
dengan prosedur diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP),
bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu
melalui ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan
kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya
batu di sistim billiar.
9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran
empedu, obstruksi/obstruksi joundice.

10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones,


pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.
G. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Non Bedah

a. Indoskopi

b. Pemberian agen pelarut kolesterol

c. Obat-obatan antibiotik, analgetik, antasida

d. Diet rendah lemak

e. Penatalaksanaan keseimbangan cairan

f. Penatalaksanaan muntah k/p NGT

2. Penatalaksanaan Bedah

a. Extra corpeal shock wave litotripsi lesw

b. Kolesitosistoli totomi perkutan

c. Kolistatomi
d. Fisioterapi dan rehabilitasi

e. Konsultasi secara teratur

H. KOMPLIKASI

1. Asimtomatik

2. Obstruksi duktus sistikus

3. Kolik bilier

4. Kolesistitis akut

5. Peradangan pankreas/pankreatitis

6. Perforasi

7. Hidrop kandung empedu

8. Empiema kandung empedu

9. Ileus batu empedu

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan. Data yang dikumpulkan


meliputi :
1. Identitas
a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,


pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode


PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh
klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu
posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien
merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut.
Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar ke punggung ,
dan bertambah berat setelah makan disertai dengan mual dan muntah.

c. Riwayat penyakit dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi,
mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan
dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun tinggi.
d. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit


kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini
menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis
mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
e. Riwayat psikososial

Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan


mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap
tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi
diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah
dilakukan tindakan cholesistektomi.
f. Riwayat lingkungan

Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit kolelitiasis. Karena


kolelitiasis dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak
baik.
3. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas dan istirahat:

Subyektif : kelemahan

Obyektif : kelelahan

b. Sirkulasi :

Obyektif : Takikardia, Diaphoresis

c. Eliminasi :

Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces

Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran


kanan atas, urine pekat .
d. Makan / minum (cairan)

Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.

Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.

Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.


Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).

Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.

Obyektif :

Kegemukan.

Kehilangan berat badan (kurus).

e. Nyeri/ Kenyamanan :

Subyektif :

Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.

Nyeri apigastrium setelah makan.

Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.

Obyektif :

Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku


hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin
(+).
f. Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :

1) Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)

2) Auskultasi : peristaltik (+)

3) Perkusi : timpani

4) Palpasi : supel, nyeri tekan (+) regio kuadran kanan atas, heparlien
tidak teraba, massa (-)

g. Respirasi :

Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa


tak nyaman.
h. Keamanan :

Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus ,


cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).
B. Diagnosa Perawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus kolelitiasis adalah sebagai berikut

1. Nyeri akut

SLKI : Tingkat Nyeri

SIKI : Manajemen Nyeri

2. Defisit nutrisi
SLKI : Status Nutrisi
SIKI : Manajemen Nutrisi
3. Hipovolemia

SLKI : Status Cairan

SIKI : Manajemen Hipovolemia

4. Ansietas

SLKI : Tingkat Ansietas

SIKI : Reduksi Ansietas

5. Resiko infeksi
SLKI : Tingkat Infeksi

SIKI : Pencegahan Infeksi


DAFTAR PUSTAKA
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 2011.
Fa. Davis Company, Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Philadelpia,P: 523536.
Nucleus Precise New Sletter, Edisi 72,2011

Sutrisna Himawan, 2011, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.

Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih


Bahasa Adi Dharma, Edisi II.P: 329-330.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1, Jakarta Selatan
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1, Jakarta Selatan
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1, Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai