Anda di halaman 1dari 12

.

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN FRAKTUR CLAVICULA DI RUANG IGD RSUD NAIBONAT

Oleh
Nama: Kristina H. Sasi

PRODI PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR CLAVICULA

A. PENGERTIAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya yang biasanya disebabkan oleh ruda
paksa atau tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang ( Apley dan Salomon, 2017).
Fraktur klavikula adalah terputusnya hubungan tulang klavikula yang
disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputar atau
tertarik keluar ( outtretched hand), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan
tangan sampai klavikula, trauma ini dapat disebabkan fraktur klavikula ( Apley dan
Salomon, 2017).
B. ETIOLOGI
Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan
kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak langsung
(kontraksi otot, fleksi berlebihan). 
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang
tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi.
Yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF ( Helmi, 2017).
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau benjolan
pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit, tidak terlihat
normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan kesemutan. Pergerakan
bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin perlu untuk membantu
pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk mengurangi rasa sakit atau ketika
ingin menggerakan (Black & Hawks, 2017).

D. PATOFISIOLOGI
Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera
atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu juga
dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan perfusi
jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal
maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi
neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya
pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada
tempatnya sampai sembuh. (Black & Hawks, 2017).

E. KLASIFIKASI
1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture).
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.

2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture).


Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari
dalam), atau from without (dari luar).
3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture).
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi,
misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang (Black &
Hawks, 2017).
F. PATHWAY

Benturan Bahu Kiri

Trauma akibat diselerasi/ akselerasi

Jaringan tertekan

Fraktur Terputusnya
kontinuitas jaringan
(pembuluh darah,
Perubahan Jaringan Pergeseran Fragmen kapiler darah,
Sekitar Tulang syaraf)

Impuls nyeri dikirim


Operasi / ke pusat pengaturan
Laserasi Spasme otot
Pembedahan nyeri di otak
kulit

Tekanan kapiler Tubuh


Post Operasi mengeluarkan
Kerusakan
reseptor nyeri
integritas Edema
(bradikinin,
kulit
sitokinin)
Perfusi jaringan
Nyeri Akut
Gg perfusi jaringan

Adanya Gangguan Istirahat dan Adanya Luka


tidur

Gangguan Rasa Nyaman Keruskan Motorik

Penurunan Kerusakan dan ketahanan Otot

Gangguan Mobilitas Fisik


G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Istianah, 2017. Adapun pemeriksaan penunjang antara lain:
1.      CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar
diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda (Intra
Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik.
Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang)
mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Anda alergi
terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
2.      Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil
gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama
MRI, gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Anda
perlu berbaring diam selama MRI.
3.      X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi pada
anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan pada bahu, baik
fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang secara kosmetik
mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan proses pemugaran. Yang
penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada tingkat siku,
analgetik, dan latihan gerak jari dantangan pada hari pertama dan latihan gerak bahu
setelah beberapa hari.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(Black & Hawks, 2017).
I. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2017) diperoleh data
sebagai berikut :
a) Aktivitas (istirahat)
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan
nyeri)
b) Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri) atau
hipotensi ( kehilangan darah), takikardia ( respon stress, hipovolemia), penurunan
/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat
pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi
cedera.
c) Neurosensori
Gejala : Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis)
Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,
spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan
dengan nyeri atau trauma)

d) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi ; tidak ada nyeri
akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
e) Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan,
pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
f) Penyuluhan
Gejala : Lingkungan cedera
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI, 2018)
1. Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan Agen pencera fisik
( Fraktur)
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
3. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Hari/ Diagnoasa Standar Luaran Standar Intervensi


Tgl Keperawatan Keperawatan Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI) (SIKI)
Nyeri Akut Goal: setelah Manajemen nyeri:
dilakukan tindakan a. Observasi
keperawatan selama  Identifikasi lokas,
1×24 jam tingkat karakteristik, durasi,
nyeri berkurang frekuensi, kualitas,
Kriteria Hasil: intensitas nyeri
- Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun (5)  Identifikasi respon
- Meringis menurun nyeri non verbal
(5) b. Terapeutik
- Frekuensi nadi  Berikan teknik non
membaik (5) farmakologi untu
- Pola napas mengurangi rasa nyeri
membaik (5) (mis, TENS, hypnosis,
- Tekanan darah akupresur, terapi music,
membaik (5) biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat nyeri
( mis. Suhu ruangan,
encahayaan,
kebisingan)
 Fasilitas istrahat dan
tidur
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan rasa Goal: setelah Manajemen Nyeri


nyaman dilakukan tindakan a. Observasi
keperawatan selama  Identifikasi lokasi,
1×24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
status kenyamanan frekuensi, kualitas,
meningkat intensitas nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi skala nyeri
- Kesejahteraan  Identifikasi respon nyeri
fisik meningkat (5) non verbal
- Kesejahteraan  Identifikasi faktor yang
psikologis memeperberat ddan
meningkat (5) memperingan nyeri
- Dukungan sosial b. Terapeutik
dari keluarga  Berikan teknik non
meningkat (5) farmakologis untuk
- Keluahan tidak mengurangi rasa nyeri
nyaman menurun (mis. TENS, hypnosis,
(5) teknik imajinasi
- Gelisah menurun terbimbing, kompres
(5) hangat/dingin, terapi
- Mual menurun (5) bermain)
- Lelah menurun (5)  Kontrol lingkungan
yang memperberat nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitas istrahat dan
tidur
c. Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
 Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik

Gangguan Goal: setelah Dukungan Mobilisasi


Mobilitas Fisik dilakukan tindakan a. Observasi
keperawat selama  Identifikasi adanya
1×24 jam nyeri atau keluhan fisik
diharapkan mobilitas lainnya
fisik meningkat  Identifikasi toleransi
Kriteria Hasil: fisik melakukan
- Pergerakan pergerakan
ekstremitas b. Terapeutik
meningkat (5)  Fasilitasi aktivitas
- Kekuatan otot mobilisasi dengan alat
meningkat (5) bantu ( mis. Pagar
- Rentang gerak tempat tidur)
(ROM)  Fasilitasi melakukan
meningkat (5) pergerakan
- Nyeri menurun  Libatkan keluarga untuk
(5) membantu pasien dalam
- Gerakan terbatas meningkatkan
menurun (5) pergerakan
- Kelemahan fisik c. Edukasi
menurun (5)  Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Dudk
ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur
ke kursi).

L. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah ke empat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan ( tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam tindakan keperawatan ( Azis Alimul, 2018).

M. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan 2 caraa yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
(Asmadi, 2018).
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang
dilakukan
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan
tercapai atau tidak
DAFTAR PUSTAKA

Apley dan Salomon, 2017. System of Orthopaedics and Trauma: Principles of Fraktures.
Florida: CRS Press

Alimul, Aziz H. 2018. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Jakarta: Salemba Medika
Asmadi, 2018. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Black & Hawks, 2017. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emban Patria

Doenges, 2017. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman untuk Perencanaan dan
Pedokumentasian Perawatan Pasien . Edisi III. EGC. Jakarta

Helmi Noor Zairin, 2017. Buku Ajar Ganguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.

Istianah, Umi. 2017. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

SDKI, 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator


Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

SLKI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

SIKI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: defenisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai