OLEH:
APRIANA MONE
213111047
3. Klasifikasi Stroke
Klasifikasikan stroke non hemoragik (iskemik) dan stroke hemoragik.Stroke
iskemik (non hemoragik) merupakan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan
aliran darah ke otak sebagian atau seluruhnya terhenti menurut (Nurarif dan kusuma,
2016).
Stroke iskemik dibagi menjadi 3 bagian:
a. Stroke trombotik : merupakan proses terbentuknya trombus yang membuat
penggumpalan.
4. Etiologi
Trombosis yang menuju pada penurunan atau oklusi pada aliran darah akibat
proses oklusi local pada pembuluh darah. Oklusi aliran darah terjadi karena perubahan
karaktreristik pada pembuluh darah serta pembentukan bekuan. Patologi vaskuler yang
paling sering penyebab thrombosis adalah aterosklerosis, dimana terjadi deposisi material
lipid dan adesi trombosit yang mempersempit lumen pembuluh darah (Setiati dkk, 2014
dalam Getrudis un, 2019).
5. Faktor Risiko
Faktor risiko Stroke non hemoragik yang dapat disembuhkan dengan bantuan obat
– obatan atau perubahan gaya hidup menurut (Tarwoto, 2013).
1) Hipertensi
2) Diabetes Melitus
Diabetes militus ini dapat menebalkan dindinng pembuluh darah yang sangat
berukuran besar, jika pembuluh darah mengalami penyempitan maka akan
mengganggu kelancaran aliran darah yang menuju otak yang kemudian akan
menyebabkan infark pada sel-sel.
3) Penyakit jantung
4) Obesitas/kegemukan
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.
6. Patofisilogi
Jika pembuluh darah yang timbul memiliki ukuran yang kecil, maka hanya dapat
merusak selaput akson dan massa putih. Dalam keadaan ini absobsi darah pun akan
diikuti oleh pulihnya fungsi neurologi. Sedangakan pendarahan yang luas akan terjadi
distruksi pada massa otak. tingginya penekanan intracranial dan yang lebih berat akan
menyebabkan herniasi otak pada falk selebri ataupun lewat foramen magnum.
Kematian pun dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemifer otak, dan
perdarahan yang menuju batang otak.Kemudian perembesan darah yang menuju
ventrikel otak sering kali terjadi sepertiga kasus perdarahan otak pada nekleus
kaudatus, thalamus dan pons.
4) Sering kali pasien akan mengalami gangguan pada saat bicara dan bahasa
6) Seseorang yang telah terkena stroke akan mengalami perubahan pada bentuk
mulutnya yang berubah menjadi mencong atau tidak bisa simetris lagi
7) Gangguan daya ingat juga mulai berkurang dan bisa saja hilang
9) Vertigo
12) Gangguan pada bagian fungsi di dalam otak menurut pendapat dari
a) Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motorik neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik, misalnya :
Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
Menurunnya tonus otot abnormal
b) Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi,
misalnya:
Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara
Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif/represif.
Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
c) Gangguan persepsi
Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi
visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang
sakit dan mengabaikan sisi/ruang yang sakit tersebut.
Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan hubungan
dua atau lebih objek dalam area spasial.
Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan bagian
tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterpretasikan stimulasi visual, taktil,
auditorius.
9. Komplikasi
Menurut Tutu April Ariani (2012) komplikasi stroke adalah sebagai berikut:
1) Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
a) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian
b) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
2) Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
a) Pneumonia: akibat imobilisasi lama
b) Infark miokard
c) Emboli paru :cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi
d) Stroke rekunen: dapat terjadi pada setiap saat.
3) Komplikasi jangka pendek
Stroke rekunen, infark miokard, gangguan vaskular lain:penyakit vaskular perifer.
Menurut Smeltzer & Bare (2011), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu
sebagai berikut:
a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
b) Penurunan darah serebral
c) Embolisme serebral
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,obstruksi
arteri, oklusi/ruptur.
2) Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3) Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.Kalsifikasi
parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
4) Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis/aliran
darah/plaque/arterosklerosis).
5) CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
6) MRI
Menunjukkan adanya tekanan anormal dan biasanya ada trombosisi, emboli dan
TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragi sub
arachnoids/perdarahan intrakranial.
7) Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas
8) Pemeriksaan laboratorium
a) Pungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningklat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein
total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
Kembali
Pendekatan pada terapi darurat memiliki tujuan (Silvya & Loraine, 2010):
1) Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik
noninfark
2) Membalikan cedera saraf sedapat mungkin
3) Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di daerah
penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.
Stroke akut di unit gawat darurat membutuhkan penanganan yang cepat, tepat dan
cermat, seperti (Silvya & Loraine, 2010):
1) Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC
2) Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas.
3) Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan
20ml/jam, jangan memakai larutan hipotonis seperti dekstrose 5% dalam air dan
salin normal 0,9% karena akan memperhebat edema otak.
4) Berikan Oksigen 2-4liter/menit melalui kanul hidung.
5) Jangan memberikan makanan dan minuman melalui mulut
1) Penatalaksanaan medis
a) Thrombosis intravena
Merupakan terapi yang bertujuan untuk rekanalisasi pada pembuluh darah yang
tersumbat.
b) Terapi antitrombosis
Terapi ini dapat berupa anhibisi platelet dan antikougolasi.Aspirin adalah salah
satu anti platelet yang sangat terbukti efektif untuk terapi akut.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Atur posisi kepala dan badan pasien 20-30 derajat dan berikan posisi miring
b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilisasi yang adekuat, jika perlu berikan
oksigen sesui dengan kebutuhan
c) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
d) Bed rest
e) Koreksi adanya hipergliekemia atau hipogliekemia
f) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
g) Kosongkan kandung kemih yang penuh
h) Pemberian cairan intravena
i) Hindari kenaikan suhu tubuh, batuk, konstipasi, atau suction yang berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
j) Nutrisi peroral hanya diberikan apabila fungsi menelan baik, jika kesadaran
menurun akan dipasang NGT
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan utama : Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
2. Primary survey
Airway : peningkatan produksi sputum,
Breathing : sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi
Circulation : tingkat kesadaran koma, CRT > 2, hipertensi, takikardi
Disability : adanya penurunan tingkat kesadaran koma
Exposure : cedera kepasa sedang sampai berat
3. Secondary survey
Sign dan symptoms : dispnea, takikardi, CRT > 2,
adanya retaksi dinding dada, RR meningkat,
penurunan kesadan, SpO2 <95%, Hipoksemia
Alergi : adanya Asma
Post histori : mengalami traum,
Last meal : keracunan makanan,
memakanan makanan yang membuat alergi
4. Riwayat penyakit sekarang
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
bahan evaluasi untuk pemantauan pemberianasuhan.
8) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal, dan emisfer.
9) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental
klien mengalami perubahan.
10) Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa
kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
11) Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi
fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
posterior dari girus temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca)
didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan
berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
b. Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Wijaya & Putri (2013) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf
kranial I - XII.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di
antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat
pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidak mampuan untuk mencocokkan pakaian
ke bagian tubuh.
2) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis pada tubuhh.
3) Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit.
4) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus
daneksternus.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik ke bagian sisi yangsehat.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tulipersepsi.
7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta
indra pengecapan normal.
c. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuhh
dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi berlawanan dariotak.
1) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuhh adalah tanda yang lain.
2) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
A. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2016) diagnosis keperawatan yang timbul pada pasien Stroke
Hemoragik antara lain :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d benda asing dalam jalan napas d.d
adanya bunyi napas tambahan (mengi, wheezing dan/atau ronkhi)
2. Pola Napas tidak Efektif b.d gangguan neurologis d.d pola napas abnormal
B. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis SLKI SIKI
1 Pola Napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Efektif b.d tindakan keperawatan
- Monitor pola napas (frekuensi,
gangguan selama 3x24 jam,
kedalaman, usaha napas)
neurologis d.d diharapkan Pola napas
- Monitor bunyi napas
pola napas pasien membaik dengan
abnormal criteria hasil : - Posisikan pasien semi fowler atau
- Frekuensi napas fowler
membaik (5) - Berikanoksigenjikaperlu
- Dispnea berkurang(5)
- Kedalaman napas
membaik(5)
membaik(5)
3 Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi : Defisit
Komunikasi tindakan keperawatan Bicara(I.13492)
Verbal b.d selama 3x24 jam, - Monitor proses kognitif, anatomis dan
penurunan diharapkan komunikasi fisiologis yang terkait dengan bicara
sirkulasi serebral verbal pasien membaik - Gunakan metode komunikasi
d.d afasia dengan criteria hasil : alternatif
- Afasia menurun (5) - Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan
- Kemampuan
- Ulangi apa yang disampaikan pasien
berbicara meningkat
(5) - Anjurkan bicara perlaha
C. Implementasi
Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri:
aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada kesimpulan sendiri dan
bahan petunjuk dari tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi: tindakan yang
dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter dan petugas kesehatan lain.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.
a. S = subjektif data (Data Subjektif)
Masalah yang dikemukan atau dikeluhkan atau dirasakan sendiri oleh pasien
b. O =objektif data (Data Objektif)
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan
c. A = Assemesment (Analisis)
Analasis data subjektif dan objektif dalam menetukan masalah keperawatan
d. P = Planning (Perencanaan)
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating dari intervensi tindakan
untuk mencapai status kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2008). Handbook Of Nursing Diagnosis (12 ed). Philandhelphia. Lippincott
Company.
Judha M & Rahil H.N 2011 Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan.Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Miller, CA. 2004.Nurssing For wellness in older adults: theory and practice. Philadelphia:
Lippincott Williams & wilkin
Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajaran Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
SistemPersyarafan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sarani, D. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakberdayaan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Setyopranoto, L., 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran 185.
38(4): 247-250.
Smeltze & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Pasien Dengan Stroke Non Hemoragik. Poltekes
Kemenkes Padang.
Wijaya, Andra.S Dan Yessie M. Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika