Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya . Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Magelang , 04 Maret 2014
Penyusun





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. 1
KATA PENGANTAR.. 2
DAFTAR ISI. 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang 4
Tujuan. 4
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Stroke 5
Etiologi Stroke 7
Patofisiologi Stroke. 7
Pathway Stroke. 9
Asuhan Keperawatan pasien dengan Stroke.. 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.. 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18





BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke
meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab
kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus
stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan
berulang. Menurut WHO, ada 15 juta populasi terserang stroke setiap tahun di seluruh dunia
dan terbanyak adalah usia tua dengan kematian rata-rata setiap 10 tahun antara 55 dan 85
tahun. (Goldstein,dkk 2006; Kollen,dkk 2006; Lyoyd-Jones dkk,2009).
Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Stroke
merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Disamping itu,
stroke juga merupakan penyebab kecatatan. Sehingga keadaan tersebut menempatkan
stroke sebagai masalah kesehatan yang serius.
Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke, kurang dikenalinya gejala stroke, belum
optimalnya pelayanan stroke dan ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan
stroke ulang yang rendah merupakan permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di
Indonesia. Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke baru,
tingginya angka kematian akibat stroke, dan tingginya kejadian stroke ulang di Indonesia
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Tujuan Penulisan
Mampu memahami pengertian dan klasifikasi Stroke
Mampu memahami penyebab Stroke
Mampu memahami tanda dan gejala dari Stroke
Mengetahui macam-macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan
Stroke
Mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan kepada klien dengan Stroke
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan neurologik
pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada pembuluh darah serebral
misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar,
misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan kelainan perkembangan (Price,
1995).
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda
yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah
kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya.
Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
Stroke karena pendarahan (Haemorragic)
Pada Stroke Iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena atheroklerosis (penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke
jenis ini.
Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya pembuluh darah
di otak terdiri dari perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid.
2. Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik)
Pada stroke haemorragic pembulih darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Hampir 70%
kasus stroke ini terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke otak terhambat
atau berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA), trombosis serebri, emboli serebri.
B. Etiologi
Penyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling penting adalah aterosklerosis
(trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur
aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti
hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau
penyakit vascular perifer.
Stroke Iskhemik
Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri sehingga menyebabkan
penurunan suplay oksigen pada jaringan otak ( iskhemik ) hingga menimbulkan nekrosis.
Sekitar 87 % kasus stroke disebabkan kerena adanya sumbatan yang berupa thrombus atau
embolus. Trombus adalah gumpalan/sumbatan yang berasal dari pembuluh darah otak.
Embolus adalah gumpalan/sumbatan yang berasal dari tempat lain, misalnya jantung atau
arteri besar lainnya.
Faktor lain yang berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler (atrial fibrillation) yang
merupakan tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat keluar menuju otak. Adanya
penimbunan lemak pada pembuluh darah otak (aterosklerosis) akan meningkatkan resiko
terjadinya stroke iskhemik.
Stroke Hemoragi
Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh diotak. Dua tipe
pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragi, yaitu ; aneurysms dan
arteriovenous malformations (AVMs). Aneurysms adalah pengembangan pembuluh darah
otak yang semakin rapuh sehingga data pecah. Arteriovenous malformations adalah
pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, sehingga mudah pecah dan
menimbulkan perdarahan otak.
C. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 mcmeter
mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa
hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol
dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus (talamo perforate
arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris mengalami perubahan-
perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam
jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada
pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6
jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala
klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan
menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi
darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang
luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan menurunnya tekanan
perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya
tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih
dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60
cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat
di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf Misbach, 1999)
D. Pathway







Pathway CVA (Stroke)

Tanda dan gejala
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adequat dan jumlah aliran darah
kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
Lumpuh pada salah satu sisi wajah Bells Palsy
Tonus otot lemah atau kaku
Menurun atau hilangnya rasa
Gangguan lapang pandang Homonimus Hemianopsia
Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara
defeksif/kehilangan bicara)
Gangguan persepsi
Gangguan status mental
Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
Scan Tomografi Komputer (Computer Tomografy Scan CT Scan). Mengetahui adanya
tekanan normal dan adanya trobosis, emboli serebral, dan tekanan intracranial (TIK).
Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
subarachnoid dan perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
thrombosis disertai proses inflamasi.
Magnetik Resonance I maging (MRI). MMenunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi
arteriovena (MAV).
Ultrasonografi Dopler ( USG dopler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system
arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
Elektroensepalogram (Electroensephalogram-EEG). Mengidentifikasi masalah pada
gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trobosis
serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pad perdarahan subarachnoid.
Pemeriksaan lab : Darah rutin, Gula darah, Urin rutin, Cairan serebrospinal, Analisa gas
darah (AGD), Biokimia darah, Elektrolit
PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1. Airway
Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik akibat
hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun sebagai akibat strokenya sendiri.
2. Breathing
Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat
stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas
3. Circulation
Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu fungsi jantung dan pembuluh darah.
Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus, atau gangguan tekanan darah yang
harus ditangani secara cepat. Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab stroke,
akan tetapi juga bisa merupakan komplikasi dari stroke tersebut.
b. Pengkajian Sekunder
1. Wawancara
a) Identitas klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosa medis
b) Keluhan utama: Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c) Riwayat penyakit sekarang: Identifikasi faktor penyebab, Kaji saat mulai timbul; apakah
saat tidur/ istirahat atau pada saat aktivitas, Bagaimana tanda dan gejala berkembang; tiba-
tiba kemungkinan stroke karena emboli dan pendarahan, tetapi bila onsetnya berkembang
secara bertahap kemungkinan stoke trombosis, Bagaimana gejalanya; bila langsung
memburuk setelah onset yang pertama kemungkinan karena pendarahan, tetapi bila mulai
membaik setelah onset pertama karena emboli, bila tanda dan gejala hilang kurang dari 24
jam kemungkinan TIA, Observasi selama proses interview/ wawancara meliputi; level
kesadaran, itelektual dan memory, kesulitan bicara dan mendengar, Adanya kesulitan dalam
sensorik, motorik, dan visual.
d) Riwayat penyakit dahulu: Ada atau tidaknya riwayat trauma kepala, hipertensi, cardiac
desease, obesitas, DM, anemia, sakit kepala, gaya hidup kurang olahraga, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator dan obat-obat adiktif
e) Riwayat penyakit keluarga: Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes militus.
f) Riwayat psikososial: Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
g) Pola-pola fungsi kesehatan:
1. Pola kebiasaan. Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol.
2. Pola nutrisi dan metabolisme , adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
3. Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
4. Pola aktivitas dan latihan, adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah,
5. Pola tidur dan istirahat biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena
kejang otot/nyeri otot,
6. Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
7. Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
8. Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien mengalami gangguan
penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/ sentuhan menurun pada muka dan
ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
9. Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari
beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamine.
10. Pola penanggulangan stress: Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah
laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
2. Pemeriksaan fisik (Brunner dan Suddarth)
a. Keadaan umum: mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia: tanda-tanda vital: TD
meningkat, nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integument:
1. Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
2. Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
c. Pemeriksaan leher dan kepala:
1. Kepala: bentuk normocephalik
2. Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
3. Leher: kaku kuduk jarang terjadi
d. Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang
lama, dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat incontinensia atau retensio
urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi:
1. Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII
central.
2. Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah satu
sisi tubuh.
3. Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.
4. Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.
A. Pemeriksaan Penunjang
Angiografi serebral. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
Scan Tomografi Komputer (Computer Tomografy Scan CT Scan). Mengetahui adanya
tekanan normal dan adanya trobosis, emboli serebral, dan tekanan intracranial (TIK).
Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
subarachnoid dan perdarahan intracranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
thrombosis disertai proses inflamasi.
Magnetik Resonance I maging (MRI). MMenunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi
arteriovena (MAV).
Ultrasonografi Dopler ( USG dopler). Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system
arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
Elektroensepalogram (Electroensephalogram-EEG). Mengidentifikasi masalah pada
gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Sinar tengkorak. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trobosis
serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pad perdarahan subarachnoid.
Pemeriksaan lab : Darah rutin, Gula darah, Urin rutin, Cairan serebrospinal, Analisa gas
darah (AGD), Biokimia darah, Elektrolit
G. Diagnosa keperawatan
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah ke otak
Kerusakan mobilitas fisik b.d kelumpuhan atau paralysis
Defisit perawatan diri: hygiene, makanan dan toileting b.d penurunan kekuatan dan
ketahanan otot.
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan pusat bicara di otak
H. Intervensi keperawatan
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah ke otak
Tujuan: tidak terjadi perfusi jaringan
Intervensi:
Catat perubahan dalam penglihatan seperti adanya kebutaan.
Tentukan factor yang berhubungan dangan keadaan atau penyebab
Pantau status neurologis secara teratur (GCS)
Pantau TTV
Berikan obat
Kerusakan mobilitas fisik b.d kelumpuhan atau paralysis
Tujuan: mempertahankan atau maningkatkan fungsi bagian tubuh yang terkena
Intervensi:
Ubah posisi minimal 2 jam (terlentang, miring)
Kaji kemampuan secara fungsional
Lakukan latihan tantang gerak aktif dan pasif ekstremitas
Anjurkan pasien untuk membantu pergeseran dan latihan menggunakan ekstremitas yang
tidak sakit
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi.
Defisit perawatan diri: hygiene, makanan dan toileting b.d penurunan kekuatan dan
ketahanan otot.
Intervensi:
Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan
bantuan sesuai kebutuhan
Pertahankan dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya
Berikan ucapan balik yang positif
Konsultasikan dangan ahli fisioterapi
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi
Tujuan: pengetahuan pasien bertambah
Intervensi:
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Memberikan penyuluhan tantang perawatan pasien stroke
Berikan motivasi pasien atau keluarga untuk mengungkapkan perasaannya
Identifikasi cara meneruskan program setelah pulang
Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan pusat bicara di otak
Tujuan: gangguan komunikasi dapat diatasi
Intervensi;
Kaji tingkat gangguan fungsi bicara
Observasi apakah pasien mengalami afasia atau disertria
Lakukan pembicaran langsung dengan pasien dengan bicara pelan dan jelas
Berikan metode alternatif untuk mengekspresikan perasaannya
Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang
menderita kelumpuhan atau kematian
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi 2 yaitu Stroke karena pendarahan (Haemorragic)
dan Stroke bukan karena pendarahan (Non Haemorragic/ Iskemik)
Penyebab utama dari stroke adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi yang
menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
Saran
Kami dari kelompok 1 mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan
saran untuk kesempurnaan makalah Stroke. Kami dari kelompok juga menyarankan kepada
para pembaca hendaknya tidak hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja
dikarenakan kami dari penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil reperensi
dari beberapa sumber saja.
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/stroke.html
http://whiteteaindonesia.blogspot.com/2012/02/gejala-dan-cara-mencegah-stroke.html
http://eprints.undip.ac.id/29354/3/Bab_2.pdf
http://id.scribd.com/doc/66503799/Etiologi-Stroke
http://akperku.blogspot.com/2011/08/patofisiologi-stroke.html
Carpenito, 1995 Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:EGC
Kapitaselekta Kedokteran. 1982. Jakarta: Media Aeskulapius FKUI
Askep Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. 1996. Jakarta: Depkes

Anda mungkin juga menyukai