DISUSUN OLEH :
NAMA : RIZKY ADITHIA RHAMA
NIM : 201701096
NIM : 201701096
MAHASISWA
PRECEPTOR ACADEMIK
A. DEFINISI
Meningitis adalah infeksi serius pada meninges, selaput yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang. Ini adalah penyakit yang menghancurkan dan tetap menjadi
tantangan kesehatan masyarakat yang utama. Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak
patogen yang berbeda termasuk bakteri, jamur atau virus, tetapi beban global tertinggi
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat .Infeksi meningeal
biasanya muncul melalui aliran darah akibat infeksi lain (selulitis) atau melalui perluasan
langsung (setelah cedera traumatik pada tulang wajah). Meningitis bakterial atau
meningokokal juga muncul sebagai infeksi oportunis pada pasien AIDS dan sebagai
meningitis di klasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya antara lain terdiri dari
a. Asepsis
gondongan, herpes simpleks dan herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada
meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak di temukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri
dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus
c. Tuberkulosa
tuberkulosis primer, biasanya dari paru. Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya
selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra
yang kemudian pecah kedalam rongga arachnoid. Kadang dapat juga terjadi
B. ETIOLOGI
Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman secara
peradangan organ/jaringan di dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media,
a. Bakteri
Sebagian besar kasus meningitis pada neonatus disebabkan oleh flora dalam saluran
manusia (HIV).
c. Faktor maternal: ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat , pembedahan atau injury yang
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Meningitis bakteri
c. Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai terlihat dan
f. Diare
i. Fontanela yang penuh, tegang dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan
penyakit
b. Ikterus
c. Iritabilitas
d. Mengantuk
e. Kejang
g. Sianosis
a. Demam
c. Vomitus
f. Fontanela menonjol
a. Demam
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Vomitus
e. Perubahan sensorik
f. Kejang
g. Iritabilitas
h. Agitasi
l. Ruam ptikie atau purpurik (infeksi meningokokus), khusus nya jika disertai
Awitan meningitis aseptik bisa bersifat mendadak atau bertahap. Manifestasi awal
adalah sakit kepala, demam, malaise, gejala gastrointestinal, dan tanda-tanda iritasi
meningen yang timbul satu atau dua hari setelah awitan penyakit. Nyeri abdomen, mual
dan muntah merupakan gejala yang sering ditemukan; nyeri punggung dan tungkai,
tukak tenggorokan serta nyeri dada kadang-kadang di jumpai dan dapat terjadi ruam
mukulopapular. Biasanya semua gejala ini menghilang secara spontan dan cepat. Anak
akan sembuh dalam waktu 3 sampai 10 hari tanpa dampak yang tersisa.
D. PATOFISIOLOGI / WOC
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen, edema
sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya organisme dapat melalui trauma,
penetrasi prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf
pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan
meningitis, dimana terjadi hubungan antara Cerebral spinal fluid (CSF) dan dunia
luar.Masuknya mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel, dari reaksi
radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar
Hidrosefalus.(Romanda, 2016)
WOC
MK : kekurangan
Volume cairan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG /DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Darah : pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000 – 40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya
mikroorganisme patogen.
b. Urine : albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam
urine.
2. Radiografis
Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya rongen dada
untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,
pneumonia, abses paru. CT scan untuk memeriksa ada kelainan otak
atau tidak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi
Untuk membandingkan keadaan CSF normal dengan meningitis.
Karakteristik cairan Serebrospinal pada meningitis sebagai berikut :
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Meningitis purulenta
diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat di ulang dengan
selama 2 hari.
seperti di atas atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan hasil
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Gangguan kesadaran
O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain itu pasien
Buat catatan khusus jika belum ada catatan perawatan untuk mencatat
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk
dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul berapa agar
bersikap lembut (jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan tahu).
2012).
4) Penatalaksanaan kejang
a) Airway
b) Breathing
c) Circulation
sadar).
G. KOMPLIKASI
daerah tersebut.
4. Defisit saraf kranial, terjadinya kelainan fungsional area tubuh akibat dari
karena infeksi.
7. Kerusakan visual, terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf pusat
jantung. Kondisi ini dapat terjadi akibat dari penyebaran infeksi yang
10. Penemonia, adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada kantung paru –
11. Syok sepsis, adalah kondisi yang mengancam jiwa dimana terjadi infeksi
luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan darah yang sangat
rendah.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
cukup bulan atau tidak, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang
tua.Keluhan Pasien.
B. Riwayat Keshatan
1. Keluhan utama
imunisasi BCG dan DPT Hib pada anak. Selain itu pengkajian
c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Keadaran
2. Tanda-tanda vital
3. kepala
4. Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi
5. Hidung
6. Mulut
evaporasi
7. Telinga
8. Dada
a) Thoraks
b) Jantung
9. Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit
10. Ekstremitas
alat gerak.
c) Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
sismetris.
persepsi
i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
a) Kaku kuduk
Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
c) Tanda brudzinski
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang
d. Pemeriksaan Penunjang
normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai serum
glukosa).
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan
laki : 14-18gr/dl).
4) Pemeriksaan kultur
penyebab.
5) Pemeriksaan diagnostik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Hipertermia
4. Resiko cidera
Nyeri akut
SLKI SIKI
Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri:
keperawtan selama 24 jam 1. Identifikas skala nyeri
keluhan nyeri menurun dengan 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
kriteria hasil : memperingan nyeri
1. Sulit tidur menurun 3. Fasilitas istirahat dan tidur
2. Meringis menurun 4. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
3. Gelisah menurun pemilihan strategi meredaka nyeri.
4. Mual mntah menurun 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
5. Tekanan darah membaik 6. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
6. Pola napas membaik 7. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
Hipertermia
SLKI SIKI
Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermi :
keperawtan selama 24 jam 1. monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan
demam menurun dengan kriteria nadi
hasil : 2. monitor suhu tubuh
1. Kejang membaik 3. identifikasi penyebab hipertermi
2. Tachicardi membaik 4. sediakan lingkungan yang dingin
3. Suhu tubuh membaik 5. longgarkan atau lepaskan pakaian
4. Menggigil menurun 6. ajarkan tirah baring
7. kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
jika perlu
SLKI SIKI
Setelah dilakukan intervensi Pemantauan tekanan intrakranial:
keperawtan selama 24 jam kaku 1. Monitor peningkatan tekanan darah
pada leher menurundengan 2. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kriteria hasil : 3. Ambil sempel drainase cairan serebrospinal
1. Tingkat kesadaran 4. Pertahankan posisi kepala dan leher netral
meningkat 5. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Sakit kepala menurun 6. Informasikan pemantauan jika perlu
3. Gelisah menurun
4. Muntah menurun
5. Tekanan darah membaik
6. Tekanan nadi membaik
7. Pola napas membaik
Resiko cidera
SLKI SIKI
Setelah dilakukan intervensi Pencegahan cidera :
keperawtan selama 24 jam resiko 1. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
cedera menurun dengan kriteria cidera.
hasil : 2. Klarifikasi area lingkungan yang berpotensi
1. Tingkat cedera menurun menyebabkan cidera.
2. Tekanan darah membaik 3. gunakan alas lantai jika beresiko mengalami cidera
3. Frekuensi nadi membaik serius
4. Frekuensi napas 4. sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi ditempat
membaik tidur jika perlu
5. diskusikan bersama keluarga yang dapat
mendampingi pasien
6. tingkatkan frekuensi obserfasi dan pengawasan
pasien sesuai edukasi
7. jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
SLKI SIKI
Setelah dilakukan intervensi Terapi relaksasi :
keperawtan selama 24 jam 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
gangguan rasa nyaman menurun berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu
dengan kriteria hasil : kemampuan kongnitif.
1. Status kenyamanan 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
meningkat digunakan.
2. Keluhan tidak nayaman 3. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
menurun dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
3. Gelisahmenurun memungkinkan
4. Keluhan sulit tidur 4. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
menurun analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai.
5. Pola tidur membaik
II. ASUHAN KEPERAWATAN
kasus.
kalau anaknya sakit kepala (pada bagian frontal) dan sudah terjadi selama
2minggu, kaku leher dan demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu. Ibu klien
detik. Ibu klien juga mengatakan anaknya sering sulit tidur ketika hendak
tidur. Hal ini membuat klien terlihat lemah dan juga lemas .
Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat tanda krenik (+), tanda brudnizki (+),
kaku kuduk (+). Ekstrimitas teraba panas dan terdapat benjolan pada leher
bagian dextra TD: 100/90 mmhg S: 400C suhu selalu tinggi, N : 98x/mnt RR:
28x/mnt. Pada hasil CT scan menunjukan terdapat edema kepala pada bagian
K A
A
R Y
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri A H U SA
D
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
I. DATA UMUM
Nama : An.A
Ruang :
No. Register :
Umur : 6 tahun
Agama :islam
Pekerjaan :-
Pendidikan Terakhir : S1
Golongan Darah : o
Keluhan Utama :
anaknya selalu menangis dan memegangi kepalakaku leher dan demam tinggi sejak 1 minggu
yang lalu. Ibu klien mengatakan bahwa klien sering mengalami kejang-kejang kurang lebih
30 detik.
Ibu klien mengatakan bahwa sudah 2 minggu mengalami nyeri dibagian kepala, selain itu
juga terasa kaku dibagian leher klien. Klien juga sudah demam selama satu minggu.
Sebelumnya klien sudah minum obat untuk menurunkan demamnya tapi demamnya tidak
mau turun. Suhu klien saat diperiksa 40 0C. Ibu klien juga mengatakan bahwa klien sering
mengeluh sulit tidur karena nyeri yang sering ia rasakan. Ibu klien mengatakan bahwa di
bagian leher kiri klien terdapat benjolan yang sudah lama (± 1 bulan) awalnya klien merasa
biasa saja dengan benjolannya, namun lama kelamaan klien merasa risih dengan
benjolannya. Dari ahri ke hari menjolan tersebut semankin membesar. Ukuran benjolan ± 4
cm . akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Klien masuk di
bangsal Melati dan mendapat terapi RL 500 ml (20 tpm)
kompres
Riwayat Kesehatan Dahulu :
Ibu klien mengatakan bahwa sewaktu berumur 2 tahun, klien pernah mengalami Herpes
Zoster selama satu minggu , dan sempat dirawat di rumah sakit. Namun penyakitnya sudah
sembuh. (imuninisasi )
Ibu klien mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang mengalami hal seperti An.
A
Genogram:
3. Tindakan operasi
-
4. Riwayat alergi
-
5. Kecelakaan
-
6. Imunisasi
- imunisasi lengkap
2. Motorik Halus
anak sudah bisa menggambar, menulis, menyusun mainan, memakai baju sendiri dan
memasang kancing
3. Personal Sosial
anak bermain dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar, hubungan sosialnya dengan
anggota keluarga dirumah sangat baik, mampu berinteraksi dengan orang lain.
4. Bahasa
anak sudah bisa berbicara dengan lancar dan spontan, mengikuti perintah yg diberikan
orang tua, memahami bahasa yang dipakai orang disekitarnya
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh
diasuh oleh orang tua
4. Lingkungan rumah
lingkungan perumahan yang bersih
POLA FUNGSI KESEHATAN
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eleminasi
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Gosok gigi
Keterangan :
Eliminasi Alvi
Nilai Khusus
BB ideal : 21
Perkembangan BB : menurun 1 kg
TD : 100/90 mmhg
N : 98x/menit
Suhu : 40℃
RR : 28 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik ( B1 – B6 )
1) B1 (Breathing)
a. Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan ataupun bekas luka, ekspansi paru
maksimal dan simetris, RR : 28 x/menit
b. Palpasi : taktil fremitus seirama
c. Perkusi : bunyi sonor
d. Auskultasi : trakeal
2) B2 (Bleeding)
a. Inspeksi :-
b. Palpasi : ictus cordis : ICS V midclavicle sinistra,
c. TD : 100/90 x/menit,
d. N : 98x/menit
e. Perkusi : suara pekak
f. Auskultasi : S1, S2 tunggal
3) B3 (Brain)
a. Kesadaran : Composmetis
b. Pasien rewel dan lemah
c. Suhu : 40℃
d. Kejang (+), kaku kuduk (+), karnig (+), Brudzinski (+)
e. Hasil CT Scan terdapat edema pada kepala bagian parietal
f. GCS : Eye = 3, Verbal = 5, Motorik = 6 (Total 14 )
4) B4 (Bladder)
a. BAK
Frekuensi normal (8 - 10x)
Input : 800 ml/hari
Output : 800 ml/hari
Tidak terpasang kateter.
b. BAB
Frekuensi BAB normal (1x/hari)
5) B5 (Bowel)
a. Inspeksi : tidak terdapat lesi, namun terdapat splenomegali pada abdomen
kuadran III
b. Palpasi : Tidak terdapat asites
c. Perkusi : Bunyi timpani dan redup pada kuadran III
d. Auskultasi : Peristaltic usus 12x/mnt
6) B6 (Bone)
Warna kulit sama dengan warna kulit sekitar
Pasien tampak lemah
Terdapat benjolan di leher
4 4
4 4
0 : Tidak ada gerakan
1 : Gerakan pasien terbatas dan hanya bisa melakukan gerakan
kontraksi seperti menggerakkan jari.
2 : Gerakan pasien hanya dapat menggeser tangan ke kanan dan
ke kiri, namun tidak dapat melakukan gerakan grafitasi.
3 : Pasien hanya dapat melakukan grafitasi.
4 : Pasien dapat melakukan gerakan grafitasi namun bila
diberikan tekanan kekuatan pasien terasa lemah.
5 : Kekuatan pasien sama dengan kekuatan pemeriksa.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
4. Terapi
1. Oral
diazepam 3x1 mg
2. Parenteral
3. Lain - lain
B. ANALISIS DATA
N
DATA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PARAF
O
1. DS : ibu klien mengatakan adanya benjolan dan
Nyeri akut yang berhubungan
anaknya merasa nyeri di bagian kepalanya yang
sudah ia rasakan selama dua minggu dengan Abses meningen
DO : Klien tampak rewel , hasil CT-scan terdapat
odema/abses pada selaput meningen, tanda krenik
(+)
4. DS : ibu Pasien mengatakan kaku pada bagian leher, Odema pada serebral
sakit kepala
DO : pemeriksaan CT scen terdapat edema di
serebral (pariental), Tanda Brudzinski (+)
C. Rumusan Diagnosa
1. Hipertermia b.d peningkatan suhu pada tubuh d.d suhu 40℃, kemerahan dan
3. Nyeri akut b.d abses meningen d.d hasil CT.Scan terdapat edema pada selaput
4. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b.d odema pada cerebral d.d CT.Scan aa
RENCANA KEPERAWATAN
Daftar pustaka
PPNI, T. P. (2018). Strandar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.