Anda di halaman 1dari 13

LP Meningitis

LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS

A. PENGERTIAN

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza
dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal
cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya
seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput
yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi
berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari meningitis adalah :

Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum
diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
Haemophillus influenza
Nesseria meningitides (meningococcal)
Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
Streptococcus, grup A
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Klebsiella
Proteus

Pseudomonas
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh
seperti AIDS.

Virus
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari berbagai
penyakit yang disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes
zoster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak
ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter dan lapisan
meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada
herpes simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa
menyebabkan gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut
terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat
self-limitting, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat
sempurna. Contohnya virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia

Jamur
Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling serimh, biasanya
menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system
kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai
demam atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah dan
penurunan status mental

Protozoa
( Donna D., 1999)

Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :

Otitis media

Pneumonia

Sinusitis

Fraktur cranial, trauma otak

Operasi spinal

Sickle cell anemia

Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita

Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry masuknya
kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah,
penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang
memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.

C. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :

1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih.

Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,

Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.


2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul.
Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang
sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan
edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya
tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan
tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

Gambaran yang umum terjadi meliputi :

Aktivitas / istirahat :
Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan, hipotonia

Sirkulasi :
Riwayat endokarditis, abses otak, TD , nadi , tekanan nadi berat, takikardi dan disritmia
pada fase akut

Eliminasi :
Adanya inkontinensia atau retensi urin

Makanan / cairan :
Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosa kering

Higiene :
Tidak mampu merawat diri

Neurosensori ;
Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, Hiperalgesiameningkatnya rasa nyeri, kejang,
gangguan oenglihatan, diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan
memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia,
tandaBrudzinskipositif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal
menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki

Neyri / kenyamanan :

Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan,
gelisah, mengaduh/mengeluh

Pernafasan :
Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas , letargi dan gelisah

Keamanan :
Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal,
pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak,
chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan sensasi.

Penyuluhan / pembelajaran :
Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis, diabetes mellitus

Gejala yang timbul pada :


1. Neonatus

Gejala tidak khas

Panak (+)

Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun.

Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.

Pernafasan tidak teratur.

2. Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun

Gambaran klasik (-).

Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.

Kadang-kadang high pitched ery.

3. Anak Umur Lebih 2 Tahun


Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.
Kejang
Gangguan kesadaran.
Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan kering (+).
E. PATHOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah

dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula
spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan
dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat
terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.

F. PATHWAY MENINGITIS
Agen penyebab

Invasi ke SSP melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarahnoid

Respon inflamasi di piamatter, arahnoid,CSF dan ventrikuler

Exudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist
( Donna D., 1999)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein
meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis Virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal,
kultur biasanya negative

Glukosa & LDH : meningkat

LED/ESRD : meningkat

CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik


Rontgent kepala : mengindikasikan infeksi intracranial

Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi

MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis meningitis :
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
6. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt ( Ventrikel Periton

I.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi adalah ;

Gangguan pembekuan darah

Syok septic

Demam yang memanjang

Hidrosefalus obstruktif

MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )

Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)

SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )

Efusi subdural

Kejang Edema dan herniasi serebral

Cerebral palsy

Gangguan mental Gangguan belajar

Attention deficit disorder

J.

PRAGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau
meninggal tergantung :

1. umur penderita.
2. Jenis kuman penyebab
3. Berat ringan infeksi
4. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
5. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
6. Adanya dan penanganan penyakit

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
1.1 Biodata
- Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan sampai 12 tahun.
- Laki-laki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
1.2 Keluhan Utama
- Kejang dan kesadaran menurun.
1.3 Riwayat Penyakit sekarang

a. Gejala infeksi akut : keadaan umum lemah, nafsu makan menurun,muntah serta pada anak sering
mengeluh sakit kepala.
b. Gejala tekanan intra kranial :anak sering muntah, nyeri kepala(pada orang dewasa), pada
neonatus kesadaran menurun dari apatis sampai koma, kejang umum.
1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
- Tuberkulosa, trauma kepala.
1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
- Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen
tuberkulosis.
1.6 ADL
a. Nutrisi : Menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami kesukaran/tidak dapat
menelan, dampak dari penurunan kesadaran.
b. Aktivitas : Mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang mengakibatkan gerak serta
ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan.
c. Tidur : Terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang dialami.
d. Eliminasi : Terjadi obstipasi dan inkontinensia urin.
e. Hygiene : Sangat tergantung dalam hal perawatan diri karena penurunan kesadaran.
1.7 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
- Suhu tubuh lebih dari 38 C.
- Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi menjadi cepat.
- Nafas lebih dari 24 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
- Kepala dan leher : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan nistagmus (gerakan bola
mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan), pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir
kering,sianosis serta kaku kuduk.
- Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma pernafasan cheyne stokes,
adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-S2.
- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.
- Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan tanda Kernig
positif, tanda hemiparesis.
- Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi lumbal.
- Kultur darah.
- CT-scan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan dan penurunan
tingkat kesadaran.
2.2 Perubahan perfusi jaringan (otak) berhubungan dengan proses inflamasi adanya peningkatan
tekanan intra kranial.
2.3 Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya intake dan kehilangan yang
abnormal.
2.4 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
anoreksia, kelemahan, mual, muntah.
2.5 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilitas, diaforesis dan defisit neurologis.
2.6 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi meningeal.
3. PERENCANAAN
3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN I

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan kebutuhan O2 sesuai kebutuhan.


Kriteria Hasil :
1. Tidak ada suara nafas tambahan
2. Frekwensi pernafasan dalam batas normal (20-24 x/menit)
3. Kebersihan jalan nafas terjaga.
Rencana Tindakan :
1. Dengarkan suara nafas setiap 4 jam, segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti
whezing dan ronchi.
R/: Timbulnya akumulasi segera pada saluran nafas ditandai dengan adanya suara nafas
tambahan.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, persiapkan peralatan suction didekat pasien.
R/: Penempatan peralatan suscion didekat pasien merupakan salah satu alternatif untuk
kecepatan dalam pemberian tindakan.
3. Lakukan program kolaborasi dan pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan.
R/: Pemberian terapi O2 sesuai dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya hipoksia jaringan.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN II
Tujuan : Perfusi jaringan keotak dapat terjaga.
Kriteria Hasil :
1. Individu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan sirkulasi perifer.
2. Terhindar dari trauma.
3. Keluarga dapat melaporkan perubahan pasien dalam peningkatan kenyamanan.
Rencana tindakan :
1. Observasi gejala-gejala dari peningkatan tekanan intra kranial.
R/: Peningkatan tekanan intra kranial merupakan salah satu penyebab terjadinya syok
2. Observasi TTV tiap 1 jam.
R/: Perubahan jalan nafas, meningkatnya denyut nadi tanda dari tekanan intra kranial meningkat
3. Anjurkan pasien untuk bedrest.
R/: Aktivitas menyebabkan meningkatnya metabolisme yang dapat memperburuk keadaan dan
TIK.
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah.
Kriteria Hasil :
1. Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal.
2. TTV normal.
3. Kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik.
4. Suhu normal (36,5C-37,5C).
Rencana Tindakan :
1. Obsevasi TTV tiap 4 jam.
R/: Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi
2. Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti membran mukosa kering,rasa haus , penurunan BB,
penurunan produksi urine.
R/: Pengawasanan terjadi dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan
kriteria beratnya dehidrasi.
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN IV
Tujuan : Nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak mual dan tidak muntah.
2. Pasien mengkonsumsi 75% nutrisi sesuai dengan umur.
3. Menunjukkan peningkatan BB.
Rencana tindakan :
1. Kaji makanan yang disukai pasien.

2.
3.
4.
3.5
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
3.6
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.

R/: Dengan mengetahui jenis makanan yang disukai pasien akan sangat membantu dalam
pemberian kalori sesuai dengan tingkat usia.
Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
R/: Pengkajian makanan mempengarui selera makan dan proses ogertif.
Libatkan keluarga dalam penentuan jenis diet yang digunakan.
R/: Partisipasi keluarga sangat menunjang dalam keberhasilan perawatan dan proses
penyembuhan pasien.
Observasi peningkatan BB.
R/: Peningkatan BB merupakan salah satu tanda keberhasilan dari program yang dilakukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN V
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit.
Kriteria Hasil :
Perubahan posisi secara teratur.
Dapat mengidentifikasi kerusakan kulit.
Kulit selalu dalam keadaan kering.
Rencana tindakan :
Jaga kulit dalam keadaan bersih dan kering.
R/: Keadaan kulit yang kotor dan basah mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian
jaringan dan terjadi ulkus
Ubah posisi tidur pasien setiap 2 jam.
R/: Penekanan yang lama pada kulit akan mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian
jaringan dan terjadi ulkus.
Gunakan pakaian tipis dan menyerap panas.
R/: Pakaian yang tipis dan tidak menyerap panas akan membantu.
Lakukan masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan tiap 4 jam.
R/: Masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan akan membantu sirkulasi darah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN VI
Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman.
Kriteria Hasil :
Tidak menunjukkan tanda-tanda kaku kuduk dan infasi meningkat.
Tidak terdapat nyeri kepala, kekuatan dan fotofobia.
TTV normal.
Tanda kernig dan brudzenski.
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda infasi meningeal.
R/: Adanya infasi meningeal akan meningkatkan rasa nyeri.
Observasi tanda-tanda peningkatan TIK.
R/: Adanya peningkatan TIK dapat menyebabkan syok meningeal.
Atur posisi pasien senyaman mungkin.
R/: Posisi nyaman mengurangi penekanan pada saraf perifer.
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
R/: Mengurangi ketegangan pada otot
Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik.
R/: Kolaborasi pada tim medis untuk pemberian analgesik.
DAFTAR PUSTAKA

Adele Pelliteri. (2001). Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (1984). Medical Surgical Nursing. Philadelphia : JB Lippincot Company.
Brunner & Suddarth. (2000). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Donnad. (1991). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis. Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (1999). Jakarta : Media Aesculapius.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. (1994). Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter
Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta :
EGC.
Suriadi. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama.
Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi pertama. Jakarta : KDT.
Tucker, Susan Martin et al. (1998). Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih
bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati.
Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC

Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press


Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung :
yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.
L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

http://gudangkeperawatan.blogspot.com/2009/02/laporan-pendahuluan-meningitis.html. Diakses
pada tanggal 1 April , 2010.
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa
Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome.
Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.

Anda mungkin juga menyukai