1. DEFINISI
2. KLASIFIKASI CORONAVIRUS
Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi
menginfeksi manusia, yaitu:
a. HCoV-229E.
- Human coronavirus 229E adalah spesies coronavirus yang menginfeksi
manusia dan kelelawar. Ini adalah virus RNA beruntai positif, beralasan
positif, berantai tunggal yang memasuki sel inangnya dengan mengikat
reseptor APN.
1
- Virus ini pertama kali dilaporkan menginfeksi manusia pada
pertengahan 1960-an. Mereka yang terinfeksi virus ini dilaporkan
memiliki tanda-tanda flu biasa. Virus ini lebih mudah menyerang anak-
anak dan lanjut usia. Sejauh ini, belum dilaporkan penularan virus ini
sampai menimbulkan korban jiwa, seperti dilaporkan jurnal Hindawi.
b. HCoV-OC43.
- Human coronavirus OC43 adalah anggota dari spesies Betacoronavirus
1 yang menginfeksi manusia dan ternak. Virus korona yang menginfeksi
adalah virus RNA beruntai positif, berasa positif, berurutan yang masuk
ke dalam sel inangnya dengan mengikat reseptor asam N-asetil-9-O-
asetilenuramin.
- Virus corona tipe ini adalah virus yang biasa menyebabkan flu. Ini
adalah varian virus corona yang lebih umum di beberapa bagian dunia.
Penelitian terbaru menunjukkan virus ini dapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan bawah yang parah pada anak-anak.
- Subtipe OC43 (HCoV-OC43) adalah virus corona manusia yang lebih
umum di beberapa bagian dunia.Penelitian terbaru menunjukkan virus
ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan bawah yang parah
pada anak-anak, seperti dilaporkan NCBI.
c. HCoV-NL63.
- Human coronavirus NL63 adalah spesies coronavirus yang diidentifikasi
pada akhir 2004 pada seorang anak berusia tujuh bulan dengan
bronchiolitis di Belanda. Virus ini adalah virus RNA beruntai positif,
berotak positif, yang masuk ke dalam sel inangnya oleh reseptor ACE2.
- Kasus manusia yang terinfeksi virus ini pertama kali diisolasi di
Amsterdam pada 2004. Virus itu menginfeksi seorang bayi tujuh bulan.
Ia menderita infeksi pernapasan mirip bronkhitis, seperti tertulis
pada Institut Kesehatan nasional AS (NCBI).
d. HCoV-HKU1.
- Human coronavirus HKU1 adalah spesies koronavirus yang berasal dari
tikus yang terinfeksi. Pada manusia, infeksi mengakibatkan penyakit
pernapasan bagian atas dengan gejala pilek, tetapi dapat berlanjut ke
radang paru-paru dan bronkiolitis.
2
- Virus ini ditemukan pada 2005 pada pasien di Hong Kong.
Mengutip Institut Kesehatan Nasional AS, saat itu virus ini menginfeksi
kakek berusia 71 tahun yang baru kembali dari Shenzhen, China.
e. SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
- (Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus) adalah virus
yang menyebabkan sindrom pernapasan akut berat SARS).
- SARS-CoV merupakan sindrom pernafasan akut yang parah dan
pertama kali diidentifikasi di China pada November 2002. Para ilmuwan
juga belum yakin hewan apa yang menjadi sumber penularan virus ini
ke manusia.
- Diperkirakan virus ini bermula dari kelelawar yang kemudian menyebar
ke hewan lain, seperti musang. Manusia pertama yang terinfeksi virus
ini berada di provinsi Guangdong, China Selatan, seperti tertulis di
situs WHO.
- Virus corona ini mengakibatkan wabah dengan 8.098 kemungkinan
kasus termasuk 774 kematian pada 2002-2003, atau sekitar 9 persen
pasien yang terjangkit SARS tewas.
f. MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
- Sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS) adalah penyakit
pernapasan menular yang terkadang fatal. Penyakit ini sering menyebar
melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.MERS-CoV adalah
virus korona yang diyakini berasal dari kelelawar. Manusia; Namun,
biasanya terinfeksi dari unta , baik selama kontak langsung atau tidak
langsung.
- MERS-CoV pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada 2012. Hingga
1 Agustus 2013, terdapat 94 kasus MERSCoV dan 47 meninggal.
Negara yang terjangkit: Saudi Arabia, Yordania, Qatar, Uni Emirat Arab,
Inggris, Jerman, Perancis, Italia dan Tunisia.
- WHO menyebut bukti ilmiah saat ini menunjukkan bahwa unta
dromedaris adalah inang penampung utama untuk MERS-CoV. Unta ini
juga menjadi hewan penular infeksi MERS pada manusia. Namun,
peran pasti unta dromedari dalam penularan virus dan rute penularan
yang tepat masih belum diketahui.
3
g. COVID-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan
wabah pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan
menyebar ke negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri
mengumumkan adanya kasus covid 19 dari Maret 2020)
- Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus jenis baru yang belum perhan teridentifikasi pada
manusia.
- Virus ini menyebabkan penyakit saluran pernapasan (seperti flu)
dengan gejala seperti batuk, demam, dan pada kasus yang lebih serius,
pneumonia.
3. ETIOLOGI CORONAVIRUS
4
4. ANATOMI FISIOLOGI
Bagian-bagian system pernapasan yaitu Cavum nasi, faring, laring,
trakea, karina, bronchus principalis, bronchus lobaris, bronvhus segmentalis,
bronchioles terminalis, bronchioles respiratoryus, saccus alveolus, ductus
alveolus dan alveoli. Terdapat lobus, dextra ada 3 lobus superior, lobus media
dan lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Pulmo dextra terdapat fissure horizontal yang membagi lobus superior dan
lobus media, sedangkan fissure oblique yang membagi lobus superior dan
lobus inferior. Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis
(luar) dan viscelaris (dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga
pleura (cavum pleura).
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru.
Pergerakan udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh tekanan pleura,
tekanan alveolus, dan tekanan transpulmonal. Serat saraf yang meneruskan
impuls inspirasi, berkumpul pada neuron motorik N.Phrenicus pada kornu
ventral C3-C5 serta neuron motorik intercostales externa pada kornu ventral
sepanjang segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls
ekspirasi, bersatu terutama pada neuron motorik intercostales interna
sepanjang segmen toracal medulla.
Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron
motorik untuk otot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal
ikut berperan pada persarafan timbal-balik (reciprocal innervation), aktivitas
pada jaras descendens-lah yang berperan utama. Impuls melalui jaras
descendens akan merangsang otot agonis dan menghambat yang antagonis.
Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini adalah terdapatnya
sejumlah kecil aktivitas pada akson N.Phrenicus untuk jangka waktu singkat,
setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini nampaknya
adalah untuk meredam daya recoil elastik jaringan paru dan menghasilkan
pernapasan yang halus (smooth).
5
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,
kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular
tertentu.
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan
Middle East respiratory syndrome (MERS).
Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm
civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka
sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa
luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda
(horseshoe bars) sebagai host alamiahnya.8,14,15,17 Secara umum, alur
Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia melalui
transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.
6
Selain itu, terkait dengan karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu
dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi.
7
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus
tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah
menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk
virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.
Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu
tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel
host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat
ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus
halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel
epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel
otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari
RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus
RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.
8
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Tidak berkomplikasi
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia
tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak
disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat
a. Pada pasien dewasa :
9
- Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas
- Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90%
udara luar.
10
dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam
menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi. Berikut rincian
oksigenasi pada pasien ARDS.
1. Dewasa:
- ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan
PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
- ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan
PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
- ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O
atau tanpa diventilasi
- Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS
(termasuk pasien tanpa ventilasi)
2. Anak:
- Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah :
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
- ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5
≤ OSI < 7.5
- ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation
index using SpO2 (OSI) < 12.3
- ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.3
e. Sepsis
11
(tingkat kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale) dan ginjal
(luaran urin berkurang atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan
peningkatan skor Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment
(SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan
≥ 2 kriteria systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah
satunya harus suhu abnormal atau hitung leukosit.
f. Syok septik
7. PEMERIKSAAN FISIK
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks Pada
pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
12
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan perubahan
intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian
berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di
kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan
“white-lung” dan efusi pleura (jarang).
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
- Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)
- Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia).
Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat.
Ketika mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral
(Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan media transport virus.
c. Pemeriksaan EKG
d. Bronkoskopi
e. Pungsi pleura sesuai kondisi
f. Pemeriksaan kimia darah
g. Darah perifer lengkap
h. Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit
menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
i. Analisis gas darah
j. Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
k. Fungsi ginjal
l. Gula darah sewaktu
m. Elektrolit
n. Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
meningkat
o. Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
p. Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
13
a. Pemberian Obat inhaler yang terdiri dari beberapa jenis yaitu: Short-acting
beta-agonist, antikolinergik, kortikosteroid oral, dan obat kombinasi
b. Pemberian obat kortikosteroid yang tergolong: beclomethasone,
budesonide, fluticasone, dan mometasone
c. Intubasi untuk pemasangan ETT
d. Pemasangan ventilator mekanik (Positive and expiratory pressure) untuk
mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
e. Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan
ventilator
f. Pemberian Inotropik agent (dopamine) untuk meningkatkan curah jantung
dan tekanan darah
g. Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi
h. Pemberian Avigan-Faviprivir
Avigan adalah merek dagang dari zat aktif bernama favipavir yang
digunakan pada penegobatan influenza. Avigan memiliki sifat antivirus
yang dapat menghambat petumbuhan virus.
Favipiravir yang terkandung dalam Avigan bekerja secara selektif
menghambat RNA polymerase yang terlibat dalam replikasi virus
influenza.
i. Pemberian Chloroquine phospate
Adalah obat yang telah lama digunakan untuk mengobati maupun
mencegah malaria. Selain itu klorokuin juga diyakini dapat menghambat
pertumbuhan virus dengan cara menghambat endositosis atau proses
masuknya virus ke dalam tubuh.
j. Pemberian Hydroxychloroquine sulfate
k. Pemberian Hydroxychloroquine and azithromycin
l. Pemberian Remdesivir
m. Pemberian Lopinavir dan ritonavir
n. Pemberian Fingolimod
o. Pemberian Bevacizumab
p. Pemberian Leronlimab
10. KOMPLIKASI
a. Pneumonia
14
Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di paru-paru
meradang dan membuat sulit bernapas. Pada sebuah riset pada pasien
postif Covid-19 yang kondisinya parah, terlihat bahwa paru-parunya terisi
oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa atau kotoran sel.
b. Gagal napas akut
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup oksigen
untuk tidak dapat membuang cukup banyak karbondioksida. Kondisi gagal
napas akut terjadi pada kurang lebih 8% pasien yang positif Covid-19 dan
merupakan penyebab utama kematian pada penderita infeksi virus
corona.
c. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum terjadi.
Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di Tiongkok, sekitar 15%-
33% pasien mengalaminya.
ARDS akan membuat paru-paru rusak karena penyakit ini membuat paru-
paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan susah masuk, sehingga
menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas hingga perlu bantuan
ventilator atau alat bantu napas.
d. Kerusakan hati akut
Meskipun virus corona menyebabkan infeksi di saluran pernapasan, tapi
komplikasinya bisa menjalar hingga ke organ hati. Orang dengan infeksi
Corona yang parah berisiko paling besar mengalami kerusakan hati
e. Kerusakan jantung
Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang berkaitan dengan
jantung. Gangguan jantung yang berisiko muncul antara lain aritmis atau
kelainan irama jantun, dan miokarditis atau peradangan pada otot jantung
f. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi kedua yang terjadi setelah infeksi awal dan
tidak berhubungan dengan penyakit yang awalnya diderita. Pada pasien
Covid-19, komplikasi ini jarang terjadi, tapi masih berpotensi untuk
muncul.
g. Gagal ginjal akut
Komplikasi Corona yang satu ini jarang terjadi. Namun saat muncul,
komplikasi tersebut bisa sangat berbahaya. Jika fungsi ginjal sampai
15
terganggu, maka dokter mungkin saja melakukan proses cuci darah
hingga kondisi ini sembuh.
h. Syok septik
Syok septik terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi malah salah
sasaran. Jadi, bukannya menghancurkan virus penyebab penyakit, zat-zat
kimia yang dibuat tubuh justru menhancurkan organ yang sehat.
Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID19. Cara terbaik
untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab.
Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-
hari.
1. Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
2. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
3. Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
4. Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda
sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak
beraktifitas di luar.
16
5. Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
7. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang
dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-
usaha pencegahan lainnya.
8. Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena
selain dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang
salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam
mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya
seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat.
17
- Personal higienitas yang baik
- Etika batuk dan bersin
- Cuci tangan, jangan menyentuh mata, hidung atau mulut
dengan tangan kotor
- Ventilasi ruangan yang baik, jaga tetap bersih
- Hindari kontak dekat dengan orang dengan gejala sistem
respirasi
- Hindari tempat ramai, jika perlu, gunakan masker
- Hindari kontak dengan hewan liar, unggas dan ternak
- Makanan yang aman, dan dimasak dengan matang
- Hindari makan makanan yang mentah
- Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran napas
c) Pencegahan transmisi di fasilitas publik (bus, busway, kapal, kereta,
pesawat dan tempat ramai lainnya)
- Gunakan masker
- Terapkan etika batuk dan bersin
- Sering mencuci tangan menggunakan alkohol atau sabun
dengan air
2. Rekomendasi perjalanan internasional
a) Rekomendasi skrining keluar negara atau keluar daerah transmisi
COVID-19 (Orang-orang Tiongkok)
- Melakukan skrining keluar di bandara internasional dan tempat
keluar area terinfeksi, ditujukan untuk deteksi dini gejala untuk
dievaluasi dan ditatalaksana lebih lanjut dan mencegah
pengiriman penyakit.
- Skrining keluar mencakup tanda dan gejala, anamnesis
penumpang dengan gejala infeksi saluran napas sebelum
meninggalkan area terinfeksi dan paparan potensial kontak
tinggi atau sumber hewan yang dicurigai, pemeriksaan medis,
diikuti dengan pemeriksaan COVID-19, dan jika terkonfirmasi
dilakukan tatalaksana dan isolasi.
- Skrining di bandara domestik, stasiun kereta dan stasiun bus
jarak jauh
18
- Orang yang kontak langsung dengan kasus yang
terkonfirmasi atau paparan langsung terhadap sumber
potensial infeksi harus ditempatkan dalam golongan observasi
medis. Kontak risiko tinggi harus menghindari perjalanan
selama masa inkubasi yaitu 14 hari.
- Kampanye informasi penerapan kesehatan pada titip masuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala infeksi
saluran napas akut.
b) Rekomendasi skrining masuk untuk negara atau area tanpa transmisi
COVID-19
- Tidak cukup hanya memeriksa suhu ketika masuk karena
pada kasus suspek yang dalam masa inkubasi atau belum
muncul demam dapat terlewatkan. Namun, mayoritas kasus
kiriman dideteksi melalui skrining masuk. Selain memeriksa
suhu, perlunya deteksi dini gejala penumpang dan rujukan
tindak lanjut medis.
- Skrining suhu diikuti dengan pesan risiko penyebaran. Dapat
diberikan dengan poster, leaflet, bulletin dan lainnya bertujuan
untuk meningkatkan kewaspadaan penumpang mengenai
tanda dan gejala penyakit dan kapan mencari pelayanan
kesehatan serta melaporkan riwayat perjalanan.
- Menghitung hasil skrining: jumlah orang yang diskrining dan
kasus terkonfirmasi dari hasil skrining serta metode skrining.
- Kebijakan kesehatan publik berkolaborasi dengan operator
penerbangan untuk managemen kasus ketika mengudara dan
melaporkannya dan melakukan tatalaksana di kabin sesuai
panduan IATA.
19
- Triage, deteksi dini dan pengontrolan sumber
- Penerapan standard pencegahan untuk semua pasien
- Penerapan tindakan pencegahan tambahan secara empiris
(droplet dan kontak dan pencegahan airborne lain) untuk
kasus yang dicurigai infeksi COVID-19.
- Penerapan kontrol administratif
- Penggunaan kontrol lingkungan dan engineering
20
b. Alat pelindung diri Penggunaan
APD yang rasional, benar dan konsisten membantu mengurangi
penyebaran patogen. Efektivitas APD tergantung pada persediaan
yang memadai, pelatihan staf yang memadai, hand hygiene yang
tepat dan perilaku yang baik.
21
- Gunakan masker medis/bedah
- Gunakan gaun APD yang bersih, non steril, dan berlengan
panjang
- Gunakan pelindung mata dan wajah (misal googles atau face
shield)
- Gunakan gloves / handscoon
- Setelah kontak pasien, lakukan pelepasan APD dengan tepat
dan lakukan cuci tangan. APD baru dibutuhkan untuk kontak
atau merawat pasien yang berbeda.
- Gunakan alat-alat sekali pakai atau gunakan alat yang
diperuntukkan hanya untuk pasien COVID-19. Alat seperti
stetoskop, cuff sphygmomanometer, termometer tidak boleh
dicampur. Jika alat harus digunakan untuk pasien lain,
bersihkan dan desinfeksi setiap selesai pemakaian (misalnya
dengan alkohol 70%)
- Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang berpotensi terkontaminasi
- Hindari memindahkan pasien keluar ruangan kecuali
diperlukan secara medis. Gunakan portable X-ray atau alat
diagnostik lain yang diperlukan. Jika perpindahan dibutuhkan,
gunakan jalur perpindahan yang sudah ditentukan
sebelumnya untuk meminimalisir paparan terhadap staff,
pasien lain, dan pengunjung. Pasien menggunakan masker.
- Pastikan petugas kesehatan yang mengantar pasien pada
saat perpindahan pasien menggunakan APD dan melakukan
hand hygiene yang baik
- Beritahu area yang akan menerima pasien sebelum
memindahkan pasien. Pastikan area yang akan menerima
telah melakukan tindakan pencegahan (precaution) yang baik
sebelum kedatangan pasien
- Bersihkan dan desinfeksi permukaan yang kontak dengan
pasien secara rutin
- Batasi jumlah petugas kesehatan, keluarga, dan pengunjung
yang melakukan kontak dengan terduga pasien COVID-19
22
- Catat setiap orang yang masuk dan keluar ruangan pasien
termasuk staff dan pengunjung.
23
ALUR PENANGANAN PNEUMONIA COVID-19
Pernah kontak dengan pasien positif COVID-19 (berada dalam satu ruangan yang
sama/kontak dalam jarak 1 meter) ATAU pernah berkunjung ke negara/daerah
endemis COVID-19 dalam 14 hari terakhir
YA TIDAK
YA TIDAK YA TIDAK
YA
TIDAK
Hubungi Dinkes dan Pasien dalam Pengawasan
Posko KLB
Terapi simptomatik
Terapi cairan
Pasien dapat dipulangkan bila: Klinis membaik dan
Terapi oksigen
pemeriksaan PCR menunjukkan hasil negatif 2 kali
Ventilator mekanik (bila gagal napas) berturut - turut
Serial foto toraks sesuai indikasi
Tatalaksana syok sepsis (bila terjadi)
Pemberian antibiotik empiris 25
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
Nama : Tn “G”
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 51 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : -
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. Maipa No.19
Tanggal :-
Diagnosa Medik : Covid-19
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak
26
3) Pengkajian Pola Gordon
a. Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
c. Pola eleminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami
gangguan berkemih maupun BAK sebelumnya
Saat sakit :
Pasien mengatakan bahwa ia sering merasa mual disertai BAB
encer 8 kali sehari.
27
Saat sakit :
Pasien mengatakan bahwa semenjak sakit ia sangat sulit untuk
beraktivitas karena pasien merasa sesak sehingga
pekerjaannyapun terhambat.
4) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau
beratnya manifestasi klinis.
- Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
- Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat.
Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
- Dapat disertai retraksi otot pernapasan
- Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris
statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki
kasar.
28
- Pemeriksaan fisik pada warna bibir dan kuku
- Pemeriksaan fisik dinding dada
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG
toraks Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral,
konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,
tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan
multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang
menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua
paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru
bahkan “white-lung” dan efusi pleura (jarang).
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
- Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan
orofaring)
- Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila
tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan APD
yang tepat. Ketika mengambil sampel dari saluran napas atas,
gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan
media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada
pasien dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau
sakit berat, sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk
eksklusi diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah
direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel saluran
napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan
intubasi. Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan risiko
transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah)
dapat diperiksakan jenis patogen lain. Bila tidak terdapat RT-PCR
29
dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus terkonfirmasi infeksi
COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas
dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi
pemeriksaan 24 hari sampai 2 kali hasil negative dari kedua
sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika
sampel diperlukan untuk keperluan pencegahan infeksi dan
transmisi, specimen dapat diambil sesering mungkin yaitu harian.
c. Bronkoskopi
d. Pungsi pleura sesuai kondisi
e. Pemeriksaan kimia darah
Darah perifer lengkap
- Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis
limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP
meningkat.
- Analisis gas darah
- Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot
meningkat)
- Fungsi ginjal
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit
- Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat,
Ddimer meningkat
- Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
- Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
c. Penatalaksanaan untuk pemberian obat Emergency
- Pemberian Obat inhaler yang terdiri dari beberapa jenis yaitu:
Short-acting beta-agonist, antikolinergik, kortikosteroid oral,
dan obat kombinasi
- Pemberian obat kortikosteroid yang tergolong:
beclomethasone, budesonide, fluticasone, dan mometasone
- Intubasi untuk pemasangan ETT
- Pemasangan ventilator mekanik (Positive and expiratory
pressure) untuk mempertahankan keadekuatan level O2
darah.
30
- Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat
pemasangan ventilator
- Pemberian Inotropik agent (dopamine) untuk meningkatkan
curah jantung dan tekanan darah
- Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi
- Pemberian Avigan-Faviprivir
- Avigan adalah merek dagang dari zat aktif bernama favipavir
yang digunakan pada penegobatan influenza. Avigan memiliki
sifat antivirus yang dapat menghambat petumbuhan virus.
- Favipiravir yang terkandung dalam Avigan bekerja secara
selektif menghambat RNA polymerase yang terlibat dalam
replikasi virus influenza.
- Pemberian Chloroquine phospate
- Adalah obat yang telah lama digunakan untuk mengobati
maupun mencegah malaria. Selain itu klorokuin juga diyakini
dapat menghambat pertumbuhan virus dengan cara
menghambat endositosis atau proses masuknya virus ke
dalam tubuh.
- Pemberian Hydroxychloroquine sulfate
- Pemberian Hydroxychloroquine and azithromycin
- Pemberian Remdesivir
- Pemberian Lopinavir dan ritonavir
- Pemberian Fingolimod
- Pemberian Bevacizumab
- Pemberian Leronlimab
B. ANALISA DATA
31
berlendir
DO :
- Terpasang O2 nasal 4
liter
- Hasil pemeriksaan thorax
pneumoni bilateral
- TTV :
TD : 130/80 mmHg
P : 22x/menit
N : 97x/menit
S : 38,5oc
SpO2 : 99%
DS : Hipertemi Penyakit
- Klien mengatakan
memiliki riwayat pergi
keluar negeri 10 hari yang
lalu
- Klien mengatakan demam
turun naik sejak 2 hari
yang lalu
DO :
- Pemeriksaan Lab : PLT
420/uL
- HCT : 42,2%
S : 38,5oc
DS : Kekurangan volume Diare
- Klien mengatakan sering cairan abnormal
mual
- Klien mengatakan BAB
encer 8x
DO : -
32
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d mukus berlebih
2. Hipertermi b/d penyakit
3. Kekurangan volume cairan normal b/d diare
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
33
5. Kemampuan untuk
mengeluarkan
secret
dipertahankan pada
skala 1 ditingkatkan
ke skala 4
2 Hipertermi b/d Setelah dilakukan Perawatan demam
Penyakit perawatan selama …x24 - Pantau suhu dan tanda-
jam diharapkan hiertermi tanda vital lainnya.
dapat teratasi dengan - Tingkatkan sirkulsi udara
kriteria hasil: - Mandikan psien dengan
- Denyut nadi radial spons hangat dengan hati-
dipertahankan pada hati
skala 1 ditingkatkan - Berikan obat atau cairan IV
ke skala 5 (misalnya ,antipiretik,agen
- Tingkat pernapasan antibakteri,dan agen anti
dipertahankan pada menggigil)
skala 1 ditingkatkan - Tutup psien dengan selimut
ke skala 5 atau pakaian ringan
- Melaporkan ,tergantungpada fase
kenyamanan suhu demam.
dipertahankan pada - Fasilitasi istirahata,terapkan
skla 1 ditingkatkan pembatasan aktifitas: jika
ke skala 5 diperlukan.
- Peningktan suhu
tubuh dipertahankan
pada skala 1
ditingkatkan ke skala
5
- Hipertermia
dipertahankan pada
skala 1 ditingkatkan
ke skala 5
3 Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan
34
volume cairan perawatan selama …x24 - Monitor status hidrasi pasien
normal b/d jam diharapkan - Monitor tanda-tanda vital
diare kekurangan volume cairan pasien
normal dapat teratasi - Jaga intake yang akurat dan
dengan kriteria hasil: catat output pasien
- Kelembababan - Berikan cairan dengan tepat
membran mukosa - Dukung pasien dan keluarga
dipertahankan pada untuk membantu dalam
skala 1 ditingkatkan pemberian makan dengan
ke skala 5 baik
- Kram otot - Berikan terapi IV ,seperti
dipertahankan pada yang ditentukan
skala 1 ditingkatkan - Berikan diuretik yang
ke skala 5 diresepkan
- Perfusi jaringan Manajemen Diare
dipertahankan pada 1. Tentukan riwayat diare
skala 1 ditingkatkan 2. Monitor tanda dan gejala
ke skala 5 diare
- Peningkatan suhu 3. Ambil tinja untuk
tubuh dipertahankan pemeriksaan kultur dan
pada skala 1 sensitifitas bila diare
ditingkatkan ke skala berlanjut
5 4. Evaluasi kandungan nutrisi
- Keseimbangan dari makanan yang sudah
intake dan output dikonsumsi sebelumnya
dalam 24 jam 5. Identifikasi faktor yang bisa
menyebabkan diare
6. Ukur diare/output
pencernaan
7. Lakukan tindakan untuk
mengistirahatkan perut
8. Beritahu dokter jika terjadi
peningkatan frekuensi atau
35
suara perut
9. Konsultasikan dengan
dokter jika tanda dan gejala
diare menetap
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
36
peningkatan suhu tubuh Intervensi dihentikan
13.0
0
37
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.nature.com/articles/s41586-020-2012-7
2. https://www.uny.ac.id/sites/www.uny.ac.id/files/u10/Buku%20Bunga
%20Rampai%20Covid-19.pdf
38