Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

CHRONIC KIDNEY DISEASE


( CKD )

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

MERRY KRISYANTI (C1814201135)


RISDA WATI SIRA (C1814201143)
VALEN PITER KEMPA (C1814201151)
YELMIDA YULIUS (C1814201155)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STELLA MARIS MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
memberikan dan melimpahkan berkat rahmat pertolongan-Nya sehingga kami
dapat mengerjakan dan menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan CKD”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen untuk
memperoleh nilai dalam proses pembelajaran.
Namun dalam menyelesaikan Makalah ini kami sempat mengalami kendala
atau masalah. Tapi, itu tidak membuat semangat kami menjadi berkurang. Namun,
itu menjadi motivasi kami dalam membuat Makalah ini.
Tidak luput dari itu dimana dalam penulisan dan penyusunan Makalah ini
tidak terlepas dari bantuan bebagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat Ibu Yuliana Tolaba, Ns.,M.Kes selaku dosen
mata kuliah sistem perkemihan sekaligus sebagai pembimbing kami, karena tanpa
beliau mungkin Makalah ini tidak dapat selesai dengan semestinya dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam membuat Makalah ini.
Semoga melalui Makalah ini, dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca agar dapat lebih memahami mengenai penyakit CKD (Gagal Ginjal
Kronis).
Akhirnya, kami mengucapkan semoga Makalah ini dapat diterima dalam
masyarakat dan kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas Makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami meminta maaf dan
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun. Sekian dan terima
kasih.

Penulis

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................1


Daftar Isi .....................................................................................2
Bab. I Pendahuluan ....................................................................3
Latar Belakang ...........................................................................3
Rumusan Masalah ......................................................................4
Tujuan Penulisan .......................................................................5

Bab. II Pembahasan ...................................................................6


Konsep Dasar Medik...................................................................6
Pengertian CKD..........................................................................6
Anatomi dan Fisiologi CKD.......................................................6
Etiologi CKD..............................................................................13
Patofisiologi CKD......................................................................15
Manifestasi Klinis CKD............................................................17
Klasifikasi CKD.........................................................................18
Pemeriksaan Diagnostik CKD.................................................19
Penatalaksanaan CKD..............................................................20
Komplikasi CKD.......................................................................22
Konsep Dasar Keperawatan.....................................................24
Pengkajian ................................................................................24
Diagnosa Keperawatan.............................................................25
Intervensi Keperawatan...........................................................27

Bab. III Penutup .......................................................................39


Kesimpulan ...............................................................................39
Saran ..........................................................................................39

Daftar Pustaka ..........................................................................41

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang
penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin
meningkat, pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita
gagal ginjal merupakan pengobatan yang sangat mahal (Permanasari, 2012).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan terjadi secara
perlahan dalam waktu yang lama (menahun) yang di sebabkan oleh berbagai
penyakit ginjal, bersifat progesif dan umumnya tidak dapat pulih. Ginjal
adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius)
yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari
dalam tubuh. Fungsi ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai ultrafiltrasi
yaitu proses ginjal dalam menghasilkan urine, keseimbangan elektrolit,
pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis yaitu fungsi ginjal
dalam produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau mengatur kalsium
serum dan fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa metabolik dan toksin
(Handayani, 2012).
Chronic Kidney Disease ( CKD ) atau Gagal Ginjal Kronik disebabkan oleh
berbagai keadaan, meliputi penyakit – penyakit yang mengenai ginjal atau
pasokan darahnya misalnya glumeluropati, hipertensi, diabetes. Pada gagal
ginjal kronis ( GGK ) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium,
amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami peningkatan
sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air akan menaikan
volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2007) dan
Burden of disease, Gagal Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan
serius di dunia. Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukan bahwa
penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Prevelensi
gagal ginjal kronik telah mengalami peningkatan cukup tinggi. Di Amerika
Serikat angka kejadian penyakit ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun, dari
data tahun 2002 terjadi 34.500 kasus, tahun 2007 menjadi 80.000 kasus, dan
pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu 2 juta orang yang menderita
penyakit ginjal. Dari data tersebut pravelensi penyakit ginjal kronik
meningkat hingga 43% selama decade tersebut.
Penyakit Gagal Ginjal di Indonesia menempati urutan ke 10 dalam
penyakit tidak menular (Kemenkes RI, 2013). Pravelensi gagal ginjal di
Indonesia mencapai 400.000 juta orang tetapi belum semua pasien tertangani
oleh tenaga medis, baru sekitar 25.000 orang pasien yang dapat ditangani,
artinya ada 80% pasien yang tidak mendapat pengobatan dengan baik.
Masalah yang dapat muncul pada pasien Gagal ginjal kronik yaitu dapat
mengalami gangguan dalam fungsi kognitif, adaptif, atau sosialisasi
dibandingkan dengan orang normal lainnya. Penatalaksanaan gagal ginjal
kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi konservatif dan terapi
pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan – keluhan
akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal,
dan memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan
konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien gagal
ginjal kronis.
Berdasarkan paparan diatas maka kami mengangkat judul mengenai
“Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik atau Chronic Kidney Disease
(CKD )”.

II. Rumusan Masalah

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


1. Bagaimana konsep dasar medik CKD atau Gagal Ginjal Kronik?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan CKD atau Gagal Ginjal Kronik?

III. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui konsep dasar medik dan konsep dasar keperawatan CKD
(Chronic Kidney Disease) atau Gagal Ginjal Kronik.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Medik


A. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal ginjal kronis disebut juga sebagai Chronic Kidney
Disease (CKD). Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut
adalah kronologis waktu dan tingkat fisiologis filtrasi. Gagal ginjal
kronis merupakan gagl ginjal akut yang sudah berlangsung lama,
sehingga mengakibatkan gangguan yang persisten dan dampak yag
bersifar kontinyu (Prabowo & Pranata, 2014).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) di dalam darah.
Gagal ginjal kronis (chronic Renal Failure) adalah kerusakan
ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea
dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal).

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi ginjal

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


a. Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang, berwarna
merah tua, yang terletak dikedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal
kanan lebih rendah, dibandingkan ginjal kiri karena tertekan
kebawah oleh hati. Ginjal terletak dibagian belakang abdomen
atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir dan tiga
otot besar: tranversus abdominis, kuadratus lumborum dan proas
mayor. Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12-13
cm (4,7-5,1 inci) lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1
inci) dan beratnya sekitar 120-150 gram. Ukurannya tidak
berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh
b. Nefron
Nefron adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal
memiliki sekitar 1 juta nefron. Nefron terdiri dari lima
komponen:
1) Kapsula bowman adalah struktur kantung yang terletak
pada permukaan dari komponen tubulus dari sebuah nefron
pada ginjal manusia. Sebuah glomerulus dibungkus kantong
tersebut, cairan nantinya akan di proses menjadi urin.
2) Tubulus proksimal adalah bagian dari ginjal yang
membantu terjadinya proses reabsorbsi (penyerapan
kembali zat-zat yang diperlukan setelah filtrasi, penyaringan
dilakukan di glomerulus). Pada saat reabsorpsi zat-zat yang

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


di serap kembali adalah glukosa, asam amino, dan ion-ion
anorganik (Na+, K+, Ca+, Cl-, HCO3)
3) LENGKUNG Henle merupakan bagian lanjutan tubulus
proksimal yang bermuara di tubulus distal, juga berfungsi
menjaga gradient osmotic dalam pertukaran lawan arus
yang digunakan untuk filtrasi.
4) Tubulus distal yaitu tubulus yang jauh dari badan Malpighi,
antara tubulus proksimal dengan tubulus distal dihubungkan
oleh lengkung henle.
5) Duktus Kolektifus, pemekatan urine dan menyalurkan urine
kembali ke renal pelvis.
Secara garis besar nefron terdiri dari 2 komponen yaitu
komponen tubular yang terdiri dari glomerulus sampai dengan
tubulus exretori dan komponen vascular yang terdiri dari kapiler
glomerulus dan kapiler.
c. Pembuluh arteri
Arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke
ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal
dan menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk
simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malphigi,
yautu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari
glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular
kapiler. Kapiler ini menyuplai tubulus dan menerima materi
yang direabsorpsi oleh struktur tubular. Pembuluh aferen
menjadi arteriola aferen yang bercabang-cabang membentuk
jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini
bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah ke
vena cafa inverior. Kapiler arteriola lainnya membentuk
vasarekta yang berperan dalam mekanisme konsentrasi ginjal.
d. Ureter

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


Ureter adalah merupakan saluran retroperitonium yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Setiap ureter
panjangnya 25-30 cm atau 10-12 inci dan berdiameter 4-6 mm.
e. Kandung kemih
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat
mengempis terletak di belakang simpisis pubus. Kandung kemih
berfungsi sebagai tempat penampungan urin dan mendorong
urine keluar tubuh dengan bantuan uretra. Dinding kandung
kemih terdapat scratch reseptoryang akan bekerja memberikan
stimulus sensai berkemih apabila volume kandung kemih telah
mencapai ± 150 cc.
f. Uretra
Utetra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan
dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada
wanita sekitar 3-5 cm, sedangkan pada pria 23-25 cm.
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan
komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Komposisi
dan volume cairan ekstrasel ini di kontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorbsi, sekresi tubulus.
b. Fungsi utama ginjal
1) Fungsi ekskresi
a) Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 m-
Osmol dengan mengubah-ubah ekskresi air
b) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit
plasma dalam batas normal
c) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembali
HCO3-

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


d) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari
metabolisme protein, terutama urea, asam urat, dan
kreatinin.
2) Fungsi nonekskresi
a) Menghasilkan renin, penting untuk tekanan darah.
b) Menghasilkan eritropoietin, faktor penting dalam
stimulasi produksi sel darah merah oleh sum-sum
tulang
c) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya
d) Degradasi insulin
e) Menghasilkan prostaglandin
3) Kedua ginjal mampu memproduksi konsentrasi urine
dengan konsentrasi osmotic 1200-1400 m-Osmol, melebihi
empat kali konsentrasi plasma. Proses pembentukan urine
terdiri dari tiga proses, diantaranya:
a) Filtrasi
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah melalui
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal
nefron tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang
mendapat darah lewat vasa aferen dengan mengalirkan
darah balik lewat vasa aferen. Tekanan darah
menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah
yang melalui glomerulus. Ketika darah berjalan
melewati struktur ini, maka filtrasi akan terjadi. Air dan
molekul-molekul kecil akan dibiarkan lewat sedangkan
molekul-molekul besar tetap tertahan dalam aliran
darah. Cairan di saring lewat jonjot-jonjot kapiler
glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal
sebagai “filtrat”.
b) Reabsorbsi

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


Proses reabsorbsi berlangsung pada tubulus proksimal,
ansa henle, tubulus distal, dan duktus koligens. Prinsip
reabsorbsi adalah bila zat tersebut masih di butuhkan
oleh tubuh maka akan di reabsorbsi dan jika tidak akan
dibuang. Disini terjadi penyerapan kembali sebagaian
dari air, glukosa, sodium, klorida, fosfat, sulfat, dan
berbagagai ion bikarbonat.
Reabsorbsi adalah perpindahan air dan larutan dari
filtrasi, melintas epitel tubulus dan kedalam cairan
peritubular. Kebanyakan material yang diserap kembali
adalah nutrien gizi yang di perlukan tubuh. Dengan
kata lain, elektrolit seperti natrium, klorida, dan
bikarbonat di reabsorpsi dengan sangat baik sehingga
hanya sejumlah kecil saja yang tampak dalam urin. Zat
nutrisi tersebut, seperti asam amino dan glukosa di
reabsorpsi secara lengkap dari tubulus dan tidak
muncul dalam urine meskipun sejumlah besar zat
tersebut di filtrasi oleh kapiler glomerulus
c) Sekresi
Sekresi adalah transportasi larutan dari peritubulus ke
epitel tubulus dan menuju cairan tubulus. Sekresi
merupakan proses penting sebab filtrasi tidak
mengeluarkan seluruh material yang dibuang dari
plasma. Sekresi menjadi metode penting untuk
membuang beberapa material, seperti beberapa jenis
obat yang dikeluarkan ke dalam urine.
4) Pengaturan hormone terhadap fisiologi ginjal
ADH membantu dalam mempertahankan volume dan
osmolalitas cairan ekstraseluler pada tingkat konstan
dengan mengatur volume dan osmolalitas kemih. Hormone
lain yang mempengaruhi konsentrasi urine adalah renin.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


Bila laju filtrasi glomerulus turun karena dehidrasi atau
kehilangan darah kadar natrium di bawah normal maka
ginjal akan dirangsang untuk mensekresi renin. Renin
mengubah angiotensin yang disekresi hati menjadi
angiotensin I, sel kapiler paru-paru selanjutnya mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II, angiotensin II
mengkonstriksi otot polos di sekeliling arteriole. Hal ini
meningkatkan tekanan darah dan selanjutnya meningkatkan
LFG angiotensin juga merangsnag sekresi hormone
aldosterone yang mempengaruhi osmolalitas urine.
Korteks adrenal jika dirangsang oleh angiotensin II akan
mensekresi aldosterone yang dapat meningkatkan
reabsorpsi air di ginjal, meningkatkan tekanan darah dan
menurunkan osmolalitas serum.
5) Keseimbangan asam basa ginjal
Agar sel dapat berfungsi normal, perlu juga dipertahankan
pH 7,35 untuk daerah vena dan pH 7,45 untuk darah arteri.
Keseimbangan ini dapat dicapai dengan mempertahankan
rasio darah bikarbonat dan karbondioksida pada 20:1.
Ginjal dan paru-paru bekerja dengan menyesuaikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Ginjal menyekresikan atau
menahan bikarbonat dan ion hidrogen sebagai respon
terhadap pH darah.
6) Pengaturan keseimbangan cairan
Konsentrasi total solute cairan tubuh orang normal sangat
konstan meskipun fluktuasi asupan dan ekskresi air dan
solute cukup besar. Kadar plasma dan cairan tubuh dapat
dipertahankan dalam batas-batas yang sempit melalui
pembentukan urine yang jauh lebih pekat (aug
mentasi/pemekatan) atau lebih encer dibandingkan dengan
plasma dimana urine dibentuk. Cairan yang banyak

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


diminum menyebabkan cairan tubuh menjadi encer. Urine
menjadi encer dan kelebihan air akan diekskresikan dengan
cepat. Sebaliknya, pada waktu tubuh kehilangan air dan
asupan solut berlebihan menyebabkan cairan tubuh menjadi
pekat, maka urine akan sangat pekat sehingga solut banyak
terbuang dalam air. Dan air yang dipertahankan cenderung
mengembalikan cairan tubuh kembali pada konsentrasi
solut yang normal.

C. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya penyakit gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Presipitasi
a. Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan
perubahan-perubahan struktur pada arteriol diseluruh tubuh,
ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding
pembuluh darah. Pada ginjal, arteriosklerosis ginjal akibat
hipertensi lama menyebabkan nefroskelerosis benigna.
Gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena
penyempitan lumen pembuluh darah intrarenal. Ginjal dapat
mengecil, biasanya simetris, dan mempunyai permukaan
berlubang-lubang dan bergranula. Penyumbatan arteria dan
arteriol akan menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi
tubulus, sehingga seluruh nefron rusak.
b. Nefropati diabetik (35-40%)
Nefropati diabetika (penyakit ginjal pada pasien diabetes)
merupakan salah satu penyebab kematian terpenting pada
diabetes mellitus yang lama. Diabetes mellitus menyerang
struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


diabetik adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di
ginjal pada diabetes mellitus. Glomerulusskelerosis adalah lesi
yang paling khas dan dapat terjadi secara difuse atau nodular.
c. Glomerulonefritis kronik (24%)
Pada glomerulonephritis kronis terjadi infeksi yang berulang,
dimana ukuran ginjal sedikit berkurang sekitar seper lima dari
ukuran normal dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas. Berkas
jaringan parut merusak sisa korteks, menyebabkan permukaan
ginjal kasar dan irregular, sejumlah glomeruli dan tubulus akan
berubah menjadi jaringan parut, cabang-cabang arteri renal
menebal. Akhirnya terjadi kerusakan glomerulus yang parah,
ketika glomerulus sudah tidak bisa melakukan fungsinya maka
akan terjadi gagal ginjal.
d. Ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple,
bilateral dan berekspansi yang lambat laun mengganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan yang
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif yang
menyebabkan kerusakan ginjal.
e. Batu ginjal
Batu yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses
presipitasi yang terkandung dalam urine. Batu yang berukuran
kecil dapat dikeluarkan lewat urine, namun batu yang berukuran
terlalu besar tidak bisa keluar lewat urine, maka akan
menimbulkan obstruksi akibat terhambatnya aliran urine keluar.
f. Pielonefritis
Pielonefritis mencakup penyakit ginjal stadium akhir mulai dari
hilangnya nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut.
Ketika terjadi kerusakan nefron maka nefron tidak dapat lagi
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga terjadi gagal ginjal.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


g. Medikasi
Penggunaan agen toksik dapat menyebabkan insufiensi renal.
Penggunaan analgesik kronik, terutama disertai NSAID
menyebabkan nefritis interstisial, dan nekrosis papiler.
h. Infeksi saluran kemih
Adanya bakteri yang memasuki ginjal sehingga menimbulkan
jenis infeksi yang serius yaitu pyelonefritis (peradangan pada
ginjal yang dapat meluas mengenai unit penyaring dan
pembuluh darah).
2. Faktor predisposisi
a. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang dapat menyebabkan terjadinya gagal
ginjal. Seperti peningkatan berat badan, mengkonsumsi
makanan banyak kolesterol, merokok, dan kurang berolahraga.
b. Lingkungan
Lingkungan dan agen berbahaya yang mempengaruhi gagal
ginjal mencakup timah, cadmium, merkuri, dan kronium.
c. Umur
Fungsi ginjal akan berubah bersamaan dengan bertambahnya
usia. Lansia yang berumur antara 55-65 tahun merupakan
kelompok yang berkembang cepat untuk mengalami penyakit
renal tahap akhir.

D. Patofisiologi
Kegagalan fungsi ginjal dimulai pada keadaan dimana fungsi renal
menurun, yang mengakibatkan produk akhir metabolism protein yang
normalnya disekresi kedalam urine tertimbun dalam darah, sehingga
terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
tertimbun produk sampah, maka kerusakan ginjal semakin berat.
Nefron yang berfungsi sebagai akan mengalami penurunan fungsi
akibat dari punumpukan sampah dalam darah sehingga terjadi gangguan

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


pada Klirens Renal, sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang
berfungsi yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Suplai cairan mulai berkurang, dan
fungsi nefron semakin menurun sehingga mengakibatkan gangguan
ginjal secara irreversible.
Menurunnya filtrasi glomerulus, (akibat tidak berfungsinya
glomeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum
akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang penting dari
fungsi renal, karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan
medikasi seperti steroid.
Retensi cairan dan natrium terjadi krena ginjal tidak mapu untuk
mengkonsentrasi atau mengencerkan urine secara normal, pada penyakit
ginjal tahap akhir. Respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi karena cairan dan
natrium yang tertahan maka akan meningkatkan resiko terjadinya edema,
gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi jiga dapat terjadi
akibat aktivitas aksis renin angiotensin, yang mempunyai kecenderungan
untuk kehilangan garam sehingga mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,
yang semakin mamperburuk status uremik.
Asidosis juga dapat terjadi karena semakin berkembangnya
penyakit renal. Terjadi asidosis metabolic seiring dengan
ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam, terutama akibat ketidakmampuan
tubulus ginjal untuk meyekresi ammonia (NH3) dan mengabsorbsi
(HCO3) penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain yang terjadi.
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoetin merupakan suatu
substansi normal yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum
tulang unruk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi
eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi disertai keletihan, angina
dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat. Abnormalitas utama yang
lain pada gagal ginjal kronik adalah gangguan metabolism kalsium dan
fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh, memiliki hubungan saling
timbal balik; jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan
menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan
kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum, menyebabkan sekresi parathormon dari
kelenjar paratiroid. Namun demikian, pada gagal ginjal tubuh tidak
berespon secara normal, terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan
akibatnya kalsium ditulang menurun, menyebabkan perubahan pada
tulang dan penyakit tulang (pruritus, kulit kering bersisik). Selain itu,
metabolism aktiv vitamin D (1,25-dehidrokolikalsiferol) yang secara
normal, dibuat di ginjal dan akan menurun seiring dengan
berkembangnya gagal ginjal

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik secara umum yaitu:
1. Edema
2. Anoreksia
3. Pucat
4. Malaise
5. Sulit tidur
6. Oliguria
7. Kulit kering dan gatal

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


8. Mual dan muntah
Gagal ginjal kronik dapat dilihat dari berbagai gangguan pada
sistem tubuh sebagai berikut:
1. Sistem gastrointestinal: ulserasi saluran pencernaan, anoreksia,
mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering, diare,
stomatitis.
2. Sistem kardiovaskuler: hipertensi, nyeri dada, sesak napas,
piting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher.
3. Sistem respirasi: edema paru, efusi pleura, pleuritis, pernapasan
kusmaul, dyspnea, pneumonitis, sputum kental.
4. Sistem neuromuskuler: lemah, gangguan tidur, sakit kepala,
letargi, neuropati perifer, bingung, konsentrasi buruk,
kekacauan mental, otot mengecil dan lemah.
5. Sistem perkemihan: poliuri, berlanjut menuju oliguria, lalu
anuri, nokturia, proteinuria
6. Sistem endokrin: hiperlipidemia
7. Sistem hematologi: anemia, perdarahan meningkat
8. Sistem integument: kulit berwarna pucat akibat anemia dan
kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal
akibat toksik, pruritus, Kristal uremia, kulit kering, dan memar,
kuku tipis dan rapuh.

F. Klasifikasi
Stadium-stadium gagal ginjal kronik antara lain:
1. Stadium I
Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologis kerusakan,
mencakup dalam pemeriksaan darah atau urine atau dalam
pemeriksaan pencitraan) dengan laju filtrasi glomerulus normal atau

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


hamper normal, tepat atau di atas 90 ml/menit (≥ 75% dari nilai
normal).
2. Stadium II
Laju filtrasi glomerulus antara 60 dan 89 ml/menit (kira-kira 50%
dari nilai normal) dengan tanda-tanda kerusakan ginjal. Stadium ini
dianggap sebagai suatu tanda penurunan cadangan ginjal. Nefron
yang tersisa dengan sendirinya mengalami kegagalan fungsi saat
terjadi kelebihan beban. Gangguan ginjal lainnya mempercepat
penurunan ginjal.
3. Stadium III
Laju flitrasi glomerulus antara 30 dan 59 ml/menit (25-50% dari
normal). Insufisiensi ginjal dianggap terjadi pada stadium ini. Nefron
terus-menerus mengalami kematian.
4. Stadium IV
Laju filtrasi glomerulus antara 15 dan 29 ml/menit (12-21% dari
nilai normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisa.
5. Stadium V
Gagal ginjal stadium lanjut: laju filtrasi glomerulus kurang dari 15
ml/menit (<12% dari nilai normal). Nefron yang masih tersisa
tinggal beberapa terbentuk jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal

G. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam menentukan diagnosa gagal ginjal kronis, maka diadakan
pemeriksaan diagnostic seperti:
1. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan
kreatinin plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui
fungsi ginjal adalah dengan analisa creatinine clearance (klirens
kreatinine). Selain pemeriksaan fungsi ginjal (Renal Function Test),
pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dilakukan untuk mengetahui

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


status keseimbangan elektrolit dalam tubuh sebagai bentuk kinerja
ginjal.
2. Urinalisis
Urinalis dilakukan untuk menapis ada/tidaknya infeksi pada ginjal
atau ada/tidaknya pendarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan
parenkim ginjal.
3. Ultrasonografi (USG) ginjal
Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi
yang mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada
klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya atrofi ginjal,
obstruksi atau jaringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari
ginjal pun akan terlihat.
4. EKG
Mungkin abnormal karena menunjukkan ketidakseimbangan
asam/basa.
5. Uji klirens kreatinin
Untuk melakukan tes ini, cukup mengumpulkan specimen urine 24
jam dan satu specimen darah diambil dalam waktu 24 jam yang
sama. Pada penyakit gagal ginjal kronik, nilai GFR turun di bawah
nilai normal sebesar 125 ml/menit.
6. Kreatinin serum
Pada pemeriksaan kreatinin serum maka akan terlihat peningkatan
kadar kreatinin serum. Kreatinin serum, pria: 0,85-1,5 mg/100 ml
sedangkan wanita: 0,7-1,25 mg/100 ml.
7. Pemeriksaan BUN (Blood Ureum Nitrogen)
Konsentrasi BUN normal besarnya antara 10 sampai 20 mg per 100
ml, sedangkan konsentrasi kreatinin plasma besarnya 0,7-1,5 mg/100
ml. kedua zat merupakan hasil akhir nitrogen dari metabolism
protein yang normal diekskresikan dalam urin. Bila GFR turun
seperti pada insufisiensi ginjal, kadar kreatinin BUN plasma

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


meningkat. Keadaan ini di kenal sebagai azotemia (zat nitrogen
dalam darah).

H. Penatalaksanaan
Pengobatan gagal ginjal kronik dapat di bagi menjadi 2 tahap, yaitu
tindakan konservatif dan dialysis atau transplantasi ginjal:
1. Tindakan Konservatif
Tujuan pengobatan pada tahapan ini adalah untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
a. Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan
1) Pembatasan protein
Pembatasan protein bukan hanya untuk mengurangi kadar
BUN, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat,
serta mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari
protein.
2) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah dari pada gagal
ginjal kronis. Asupan kalium dikurangi. Diet yang di
anjurkan adalah 40-80 mEq/hari.
3) Diet rendah natrium
Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2g Na).
asupan natrium terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi
cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal
jantung kongestif.
4) Pengaturan cairan
Aturan yang digunakan untuk menentukan banyaknya
asupan cairan adalah jumlah urine yang dikeluarkan selam
24 jam terakhir +500 ml
b. Pencegahan dan Pengobatan Komplikasi
1) Hipertensi

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan
cairan.
a) Pemberian obat antihipertensi: metildopa (aldoment),
propranolol, klonidin (catapres). Apabila penderita
sedang mengalami hemodialisa, pemberian
antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan
hipotensi dan syok yang diakibatkan oleh keluarnya
cairan intravascular melalui ultrafiltrasi.
b) Pemberian diuretik: furosemide (Lasix)
2) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius,
karena bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat
mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena, yang akan memasukkan K+ kedalam sel,
atau dengan pemberian kalsium glukonat 10%.
3) Anemia
Anemia pada gagal ginjal kronik diakibatkan penurunan
sekresi eritropoetin oleh ginjal. Pengobatannya adalah
pemberian hormone eritopoetin, pemberian vitamin dan
asam folat, besi dan transfuse darah.
4) Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma
turun dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis akan
dikoreksi dengan pemberian Na HCO3- (natrium bikarbonat)
parenteral.
2. Dialisis dan Transplantasi
Dialisis diadakan apabila dasar kreatinin serum biasanya diatas 6
mg/100 ml pada laki-laki atau 4 ml/100 ml pada wanita, dan GFR
kurang dari 4 ml/menit.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


I. Komplikasi
Apabila gagal ginjal kronik tidak segera ditangani maka akan
menimbulkan komplikasi-komplikasi sebagai berikut:
1. Hiperkalemia
Hiperkalemia terjadi akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
2. Pericarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung, akibat retensi
produk sampah dan dialysis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi
Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldodteron.
4. Anemia
Anemia timbul akibat adanya penurunan eritropoetin, penurunan
tentang usia sel darah merah, pendarahan gastrointestinal akibat
iritasi oleh toksin dan kehilangan darah hemodialisa.
5. Penyakit tulang
Penyakit tulang terjadi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
albumin.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita
gagal ginjal kronik meliputi:
1. Demografi
Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium berisiko untuk
gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 55-65 tahun, jenis
kelamin lebih banyak perempuan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler
hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital
dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati
obstruktif.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat
menderita penyakit gagal ginjal kronik.
11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Personal hygiene kurang

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


b. Riwayat terpajan pada toksin
c. Kontrol tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada
penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Mual dan muntah, anoreksia, intake cairan tidak adekuat,
peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut
(pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam karena
sepsis dan dehidrasi.
3. Pola Eliminasi
a. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen kembung,
perubahan warna urin.
4. Pola Aktifitas dan Latihan
a. Keram otot/nyeri kaki, takipnea, dyspnea, malaise, keterbatasan
gerak sendi.
5. Pola tidur dan istirahat
a. Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Sakit kepala, penglihatan kabu, keram otot, gangguan status
mental, penurunan lapang perhatian, kehilangan memori, tingkat
kesadaran menurun
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran.
8. Pola Peran dan Hubungan dengan sesama
a. Kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja),
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga, lemas,
penampilan tak berharga, murung, suka menyendiri
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


a. Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi
testikuler.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres
a. Hubungan perasaan tidak berdaya, taka da harapan, mudah
tersinggung
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Pasien tidak dapat beribadah karena penyakit yang dideritanya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyebab multipel
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus
berlebih
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang proses penyakit (mis., diabetes,
hiperlipidemia)
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
metabolisme
10. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
11. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh
(karena anomaly, penyakit, medikasi, kehamilan, radiasi, bedah,
trauma, dll)

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


12. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal
13. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC


Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Manajemen cairan
eliminasi urin b/d x24 jam diharapkan:  Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output
penyebab multipel Eliminasi urine (pasien)
 Jumlah urine dengan skala outcome 2 banyak  Monitor hasil laboratoium yang relevan dengan
terganggu ditingkatkan ke skala 4 sedikit retensi cairan (misalnya, peningkatan berat jenis,
terganggu. peningkatan BUN penurunan hematocrit, dan
 Mengosongkan kantong kemih dengan skala peningkatan kadar osmolalitas urin)
outcome 2 banyak terganggu ditingkatkan ke  Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
skala 4 sedikit terganggu pemberian makan dengan baik.
 Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan
gejala kelebihan volume cairan menetap atau
memburuk.
Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Monitor cairan
cairan b/d x24 jam diharapkan:  Catat dengan akurat asupan dan pengeluaran
gangguan Keseimbangan cairan (misalnya asupan oral dan air seni)
mekanisme  Keseimbanagn intake dan output dalam 24 jam Manajemen Cairan
regulasi dipertahankan pada skala 3 cukup terganggu  Kaji lokasi dan luasnya edema
ditingkatkan ke skal 5 tidak terganggu  Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
 Berat badan stabil dipertahankan pada skala 3  Berikan deuretik yang diresepkan
cukup terganggu ditingkatkan ke skala 5 tidak Manajemen elektrolit
terganggu  Batasi cairan yang sesuai
 Edema perifer dipertahankan pada skala 2 cukup  Mengistruksikan alasan untuk batasa cairan
berat ditingkatkan ke skala 4 ringan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Monitor pernapasan
bersihan jalan x24 jam diharapkan:  Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
napas b/d mucus Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Nafas bernafas
berlebih  Kemampuan untuk mengeluarkan sekret  Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau
dipertahankan pada skala 3 deviasi sedang dari mengi
kisaran normal ditingkatkan ke skala 5 tidak ada  Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif
deviasi dari kisaran normal (misalnya, pasang alat pada jari, hidung dan dahi)
 Akumulasi sputum dipertahankan pada skala 2 dengan mengatur alaram pada pasien berisiko tinggi
berat ditingkatkan ke skala 4 ringan (misalnya pasien yang obesitas, melaporkan pernah
mengalami apnea saat tidur, mempunyai
riwayatpenyakit dengan terapi oksigen menetap usia
ekstrim)
 Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


(misalnya,, nebulizer).
Manajemen jalan nafas
 Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
 Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
 Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam,
berputar dan batuk
 Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
efektif
 Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau
nasotrakea, sebagaimana mestinya
 Ajarkan pasien bagiaman menggubakan inhaler
sesuai resep, sebagaiamana mestinya
 Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Manajemen sensasi perifer
perfusi jaringan x24 jam diharapkan:  Monitor sensasi tumpul atau tajam dan panas dan
perifer Perfusi Jaringan: Perifer dingin yang dirasakan pasien
berhubungan  suhu kulit ujung kaki dan tangan dipertahankan  Dorong pasien untuk menggunakan bagian tubuh
dengan kurang pada skala 3 deviasi sedang dari kisaran normal yang tidak terganggu dalam rangka mengetahui

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


pengetahuan ditingkatkan ke skala 5 tidak ada deviasi dari tempat dan permukaan suatu benda
tentang proses kisaran normal  Instruksikan pasien dan keluarga untuk menjaga
penyakit (mis.,  edema perifer dipertahankan pada skala 2 cukup posisi tubuh ketika sedang mandi, duduk, berbaring
diabetes, berat ditingkatkan ke skala 4 ringan atau meru.bah posisi
hiperlipidemia)
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Perawatan Jantung
jantung x24 jam diharapkan:  Pastikan tingkat aktifitas pasien yang tidak
berhubungan Keefektivan Pompa Jantung membahayakan curah jantung atau memprofokasi
dengan perubahan  Urin output dipertahankan pada skala 2 deviasi serangan jantung
kontraktilitas yang cukup besar dari kisaran normal  Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera
ditingkatkan ke skala 4 deviasi ringan dari melaporkan bila merasakan nyeri dada
kisaran normal  Monitor TTV
 Keseimbanagn intake dan output dalam 24 jam  Bangun hubungan saling mendukung antara pasien
dipertahankan pada skala 2 deviasi yang cukup dan keluarga
besar dari kisaran normal ditingkatkan ke skala
4 deviasi ringan dari kisaran normal
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Manajemen jalan nafas
pertukaran gas x24 jam diharapkan:  Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
berhubungan Status Pernafasan: Pertukaran Gas menurun atau tidak ada adanya suara tambahan

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


dengan perubahan  Saturasi oksigen dipertahankan pada skala 3  Kelola pengobatan aerosol, sebagaimana mestinya
membrane deviasi sedang dari kisaran normal ditingkatkan  Posisikan untuk meringankan sesak nafas
alveolar-kapiler ke skala 5 tidak ada deviasi dari kisaran normal  Monitor status pernafasan dan oksigenasi,
 Keseimbangan ventilasi dan perfusi sebagiamana mestinya.
dipertahankan pada skala 3 deviasi sedang dari Terapi oksigen
kisaran normal ditingkatkan ke skala 5 tidak ada  Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan
deviasi dari kisaran normal tepat
 Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan
 Monitor aliran oksigen
 Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai
penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan
dan/atau tidur
 Atur dan ajarkan pasien mengenai penggunaan
perngkat oksigen yang memudahkan mobilitas.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Manajemen nutrisi.
nutrisi kurang dari x24 jam diharapkan:  Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan
kebutuhan tubuh Status Nutrisi: Asupan Nutrisi yang dimiliki pasien.
b/d  Asupan vitamin dengan skala outcome 2 sedikit  Berikan pilihan makanan sambil menawarkan

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


ketidakmampuan adekuat ditingkatkan ke skala 4 sebagian besar bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih
mencerna makanan adekuat sehat, jika diperlukan.
 Asupan zat besi dengan skala outcome 2 sedikit  Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit
adekuat ditingkatkan ke skala 4 sebagian besar pasien sementara (pasien) berada di rumah sakit atau
adekuat fasilitas perawatan, yang sesuai.
 Asupan kalsium dengan skala outcome 2 sedikit  Beri obat-obatan sebelum makan (misalnya,
adekuat ditingkatkan ke skala 4 sebagian besar penghilang rasa sakit, antiemetic), jika diperlukan.
adekuat Terapi nutrisi.
 Monitor intake makanan/cairan dan hitung masukan
kalori perhari, sesuai kebutuhan.
 Bantu pasien untuk memilih makanan yang lunak,
lembut dan tidak mengandung asam sesuai
kebutuhan.
 Motivasi (pasien) untuk membawa makanan yang
telah di masak dari rumah sesuai kebutuhan.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Manajemen energi
b/d x24 jam diharapkan:  Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
ketidakseimbangan Toleransi Terhadap Aktivitas kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
antara suplai dan  Kemudahan bernafas ketika beraktivitas perkembangan.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


kebutuhan oksigen dipertahankan pada skala 2 banyak terganggu  Tingkatkan tirah baring / pembatasan kegiatan
ditingkatkan ke skala 3 cukup terganggu (misalnya, meningkatkan jumlah waktu istirahat
 Saturasi okesigen ketika beraktivitas pasien) dengan cakupannya yaitu pada waktu
dipertahankan pada skala 2 banyak terganggu istirahat yang dipilih.
ditingkatkan ke skala 3 cukup terganggu  Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan
teknik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan.
 Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara
meningkatkan asupan energi dari makanan.
Terapi aktivitas
 Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual
terhadap aktivitas.
 Berikan aktivitas motorik untuk mengurangi
terjadinya kejang otot.
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk
malaksanakan aktivitas yang diinginkan maupun
yang [telah] diresepkan.
 Berkolaborasi dengan [ahli] terapis fisik, okupasi
dan terapis rekreasional dalam perencanaan dan

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


pemantauan program aktivitas, jika memang
diperlukan.
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Pengecekan kulit
integritas kulit b/d x24 jam diharapkan:  Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan
gangguan Integritas Jaringan: Kulit & Membran Mukosa adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau
metabolisme  Pigmentasi abnormal dengan skala outcome 2 drainase.
banyak terganggu ditingkatkan ke skala 4  Amati warna, kehangatan, bengkak, puilsasi tekstur,
sedikit terganggu edema dan ulserasi pada ekstremitas.
 Lesi pada kulit dengan skala outcome 2 banyak  Monitor sumber tekanan dan gesekan.
terganggu ditingkatkan ke skala 4 sedikit  Lakukan langkah-langkah untuk mencegah
terganggu kerusakan lebih lanjut( misalnya, melapisi kasur,
menjadwalkan reposisi.
 Ajarkan anggota keluarga/ pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda kerusakan kulit dengan tepat.
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Peningkatan citra tubuh
tubuh b/d penyakit x24 jam diharapkan:  Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
Citra Tubuh mana yang berubah.
 Gambaran internal diri dipertahankan pada skala  Monitor pernyataan yang mengidentifikasi citra
2 jarang positif ditingkatkan ke skala 3 kadang- tubuh mengenai ukuran dan berat badan.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


kadang positif  Bantu pasien yang berada pada risiko anoreksia
 Penyesuaian terhadap perubahan status atau bulimia untuk mengembangkan harapan citra
kesehatan dipertahankan pada skala 2 jarang tubuh yang lebih realistik
positif ditingkatkan ke skala 3 kadang-kadang Peningkatan harga diri
positif  Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu,
dengan tepat.
 Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri.
Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Konseling Seksual
b/d gangguan x24 jam diharapkan:  Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan
fungsi tubuh Fungsi Seksual  Kumpulkan riwayat seksualitas pasien, beri
(karena anomaly,  Mencapai gairah seksual dipertahankan pada perhatian pada pola normal fungsi seksual dan istilah
penyakit, medikasi, skala 3 kadang-kadang menunjukkan yang dipakai pasien untuk mendeskripsikan fungsi
kehamilan, radiasi, ditingkatkan ke skala 4 sering menunjukkan seksual
bedah, trauma, dll)  Mengkespresikan minat seksual dipertahankan  Monitor timbulnya stress, kecemasan dan depresi
pada skala 3 kadang-kadang menunjukkan sebagai kemungkinan penyebab dari disfungsi
ditingkatkan ke skala 4 sering menunjukkan seksual
 Bantu pasien untuk mengekspresikan kesedihan dan
kemarahan mengenai perubahan dalam fungsi bagian

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


tubuh
 Rujuk pasien pada terapis hubungan seksual, sesuai
kebutuhan.
Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Peningkatan mekanika tubuh
mobilitas fisik b/d x24 jam diharapkan:  Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
gangguan Ambulasi menggunakan postur ( tubuh yang benar)
musculoskeletal  Berjalan dengan langkah yang efektif dengan  Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam
skala outcome 3 cukup terganggu ditingkatkan mengembangkan peningkatan mekanika tubuh
ke skala 4 sedikit terganggu sesuai indikasi tubuh
 Berjalan dengan pelan dengan skala outcome 3  Edukasi pasien tentang pentingnya postur tubuh dan
cukup terganggu ditingkatkan ke skala 4 sedikit latihan misalnya mendemostrasikan kembali teknik
terganggu melakukan aktivitas atau latihan yang benar
 Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi
telungkup
 Monitor perbaikan postur (tubuh)/ mekanika tubuh
pasien
Terapi aktivitas
 Pertimbangkan kemampuan klien dalam
bepartisipasi melalui aktivitas spesifik

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


 Berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasif dan
terapis rekreasional dalam perencanaan dan
pemantauan program aktivitas, jika memang
diperlukan
 Instruksikan pasien dan keluarga untuk melakukan
aktivitas yang diinginkan maupun yang telah
diresepkan
 Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur
(misalnya; ambulasi, transfer atau berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai dengan
kebutuhan
Insomnia b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama… Peningkatan Tidur
ketidaknyamanan x24 jam diharapkan:  Monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik
fisik Tidur (misalnya, apnea tidur, sumbatan jalan nafas,
 pola tidur dipertahankan pada skala 2 banyak nyeri/ketidaknyamanan, dan frekuensi buang air
terganggu ditingkatkan ke skala 4 sedikit kecil) dan/atau psikologis (misalnya, ketakutan atau
terganggu kecemasan) keadaan yang mengganggu tidur
 Kualitas tidur dipertahankan pada skala 2  Ajarkan pasien bagaimana melakukan relaksasi otot
banyak terganggu ditingkatkan ke skala 4 autogenic atau bentuk nonfarmakologi lainnya untuk

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


sedikit terganggu memancing tidur
 Sesuaikan jadwal pemberian obat untuk mendukung
tidur/ siklus bangun pasien
 Dorong penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung (zat) penekan tidur REM
 Atur rangsangan lingkungan untuk mempertahankan
siklus siang-malam yang normal

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


D. Discharge Planning
Adapun penyuluhan yang harus diberikan perawat kepada pasien dan
keluarga untuk pertimbangan perawatan di rumah, sebagai berikut:
1. Menganjurkan kepada keluarga untuk memantau pemberian cairan
yang diberikan pada pasien.
2. Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap
nutrisi yang direkomendasikan oleh ahli gizi.
3. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah
diinformasikan seperti mengurangi makanan yang banyak
mengandung garam, kalium.
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian dan
support kepada pasien.
5. Memberikan saran kepada keluarga pasien untuk mempersiapkan
diri dalam menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membaca isi dari pembahasan makalah diatas maka kami menarik
suatu kesimpulan :
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu
tak dapat pulih, dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah
dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad, walaupun
sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak seluruhnya
disebabkan retensi urea dalam darah.
Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah :
1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan
struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi
glomerulus (LGF), berdasarkan :
a. Kelainan patologik atau
b. Pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah
atau urin, atau kelainan pada pemerikasaan pencitaraan.
2. LFG <60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan
atau tanpa kerusakan ginjal.
Banyak hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Banyak penyakit
ginjal yang mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tetapi semuanya
sama-sama menyebabkan destruksi nefron yang progresif pada tabel dibawah
dapat dilihat dua golongan utama penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
gagal ginjal kronik.

B. Saran
Sebagai tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan olahraga,
menjaga asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


Semoga dengan pembelajaran ini kita sebagai mahasiswa keperawatan, akan
lebih mudah mengetahui seluk beluk penyakit Gagal Ginjal Kronik,
bagaimana gejala hingga komplikasinya sehingga kita mampu  memberikan
asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien penderita gagal ginjal
kronik kelak.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Handayani, T. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gagal Ginjal Kronik Yang
Mengalami Hipoglikemia Di Ruang Hemodialisa Rsud Dr. Moewardi Surakarta. 1-
12.

Permanasari, N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Ny. M Dengan Chronic Kidney


Disease di Ruang Hemodialisa RSUD DR Moewardi Surakarta. Naskah Publikasi,
1-10.

Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.

“”CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Page 18

Anda mungkin juga menyukai