MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa atas berkat dan
pertolongan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini dengan baik. Dalam laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini, kami
membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Paliatif dengan End Of Life Care
Penulis berharap ASKEP ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun menambah isi dari ASKEP ini agar
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan dan pengetahuan kami, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan ASKEP ini terdapat kesalahan pengetikan
dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.
1 Desember 2020
Peyusun
DAFTAR ISI
Cover ……………………………………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
B. Saran ……………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kondisi pasien tahap akhir kehidupan (end of life=EOL) tidaklah sama
problemnya.Kondisi psikologisnya juga beragam, terlbih pasien yang lanjut usia yang
memilikipotensi masalah psikososial. Berbagai modalitas terapi dilakukan yang
melibatkan banyak personel baik medis, paramedis dan non-medis dengan pengobatan
medis dan complementary and alternative medicine (CAM). Tujuan pertolongan pada
EOL adalah agar sisa umur dapat selama mungkin dengan kualitas hidup yang sebaik
mungkin (bebas nyeri dan penderitaan lain). Perawatan paliatif dengan sistim perawatan
terpadu memberikan hasil yang memuaskan, caranya dengan tindakan medis (terutama
pain killer), dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat. Idealnya dukungan terus diberikan kepada keluarganya yang merasa
kehilangan/berduka. Di Indonesia aturan telah ada sejak 1989, namun sosialisasi
layanan perawatan paliatif harus selalu digencarkan, mengingat sejumlah 93,5-100%
masyarakat belum tau “apakah paliatif itu?” perawatan paliatif bukan hanya bagi
penderita kanker stadium lanjut, tetapi juga penderita HIV/AIDS, gagal ginjal, gagal hati
berat, COP, demensia berat, dan para lanjut usia yang dependen total untuk Aktifitas
Hidup Dasar Sehari-harinya. Pengelolaan EOL membutuhkan pendekatan yang lebih
cermat, sabar, dan melibatkan profesi lain, lebih-lebih jika pasien memiliki comorbid
gangguan/penyakit. Dokter sebagai care manager menangani secara medis kondisi yang
mengancam jiwa dan gangguan yang lain (sesak nafas karena pneumonia, ISK,
konstipasi, mual, muntah, diare dengan dehidrasi, dekubitus, obstruksi saluran
pencernakan, dll) dan harus berkolaborasi dengan profesi lain (perawat, fisioterapi,
psikolog, pekerja sosial, rohaniwan, ahli gizi, pramurukti, dll). Case manager dapat
berpindah peran ke perawat yang memang sehari-hari mengelola pasien.
Perawatan EOL yang sifatnya paliatif bisa dilakukan di rumah sakit atau klinik, tetapi
juga dapat diberikan di rumah sehingga diperlukan caregiver. Pengetahuan penanganan
masalah sesak nafas, nutrisi, mual-muntah, sulit tidur, cemas-depresi, nyeri secara medis
dan CAM (doa, zikir, meditasi, terapi musik, terapi suara al-quran, dll, dukungan
keluarga, cara berkomunikasi, ilmu interaksi obat, discharge patient, ketajaman
placement, dll) harus disebarluaskan. Carefiver seharusnya memiliki sifat penyayang,
santun, sabar, simpatik, pintar, dan disiplin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi end of life ?
2. Bagaimanakah prinsip-prinsip end of life ?
3. Bagaimana teori the peacefull end of life ?
4. Apakah perbedaan mati klinis dan biologis ?
5. Apa sajakah isu end of life ?
6. Bagaimana hubungan end of life dengan perawatan palliative ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada pasien paliatif dengan end of life ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi end of life
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip end of life
3. Untuk teori the peacefull end of life
4. Untuk mengetahui perbedaan mati klinis dan biologis
5. Untuk mengetahui isu end of life
6. Bagaimana hubungan end of life dengan perawatan palliative
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada pasien paliatif dengan end of life ?
BAB II
PEMBAHASAAN
ditemui Hipotermia
Kriteria 1) Berhentinya detak jantung 1) Dilatasi bilateral dan fixaxi pupil
2) Berhentinya denyut nadi 2) Berhentinya semua reflek
3) Berhentinya pernafasan spontan. 3) Berhentinya respirasi tanpa
bantuan
4) Berhentinya aktivitas
cardiaovaskuler
5) Gambaran gelombang otak datar
D. Isu End Of Life
1. Konsep Do Not Resucitation
Do Not Resuscitate (DNR) atau Jangan Lakukan Resusitasi merupakan suatu
tindakan dimana dokter menempatkan sebuah instruksi berupa informed concent yang
telah disetujui oleh pasien ataupun keluarga pasien di dalam rekam medis pasien,
yang berfungsi untuk menginformasikan staf medis lain untuk tidak melakukan
resusitasi jantung paru (RJP) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada pasien.
Pesan ini berguna untuk mencegah tindakan yang tidak perlu dan tidak diinginkan
pada akhir kehidupan pasien dikarenakan kemungkinan tingkat keberhasilan CPR
yang rendah (Sabatino, 2015). DNR diindikasikan jika seorang dengan penyakit
terminal atau kondisi medis serius tidak akan menerima cardiopulmonary
resuscitation (CPR) ketika jantung atau nafasnya terhenti. Form DNR ditulis oleh
dokter setelah membahas akibat dan manfaat dari CPR dengan pasien atau pembuat
keputusan dalam keluarga pasien (Cleveland Clinic, 2010).
American Heart Association (AHA) mengganti istilah DNR (Do Not Resuscitate)
dengan istilah DNAR (Do Not Attempt Resuscitate) yang artinya adalah suatu
perintah untuk tidak melakukan resusitasi terhadap pasien dengan kondisi tertentu,
atau tidak mencoba usaha resusitasi jika memang tidak perlu dilakukan, sehingga
pasien dapat menghadapi kematian secara alamiah, sedangkan istilah DNR (Do Not
Resuscitate) mengisyaratkan bahwa resusitasi yang dilakukan akan berhasil jika kita
berusaha (Brewer, 2008).
Keputusan penolakan resusitasi (DNAR) menurut Brewer (2008) melibatkan tiga
prinsip moral yang dapat dikaji oleh perawat, yaitu autonomy, beneficience, dan
nonmalefecience, ketiga prinsip tersebut merupakan dilema etik yang menuntut
perawat berpikir kritis, karena terdapat dua perbedaan nilai terhadap profesionalisme
dalam memberikan asuhan keperawatan, secara profesional perawat ingin
memberikan pelayanan secara optimal, tetapi disatu sisi terdapat pendapat yang
mengharuskan penghentian tindakan.
2. Tahapan DNR
Sebelum menulis form DNR, dokter harus mendiskusikannya dengan pasien atau
seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga pasien. Semua
hal yang didiskusikan harus didokumentasikan dalam rekam medis, siapa saja yang
mengikuti diskusi, dan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, isi diskusi
serta rincian perselisihan apapun dalam diskusi tersebut. Dokter merupakan orang
yang paling efektif dalam membimbing diskusi dengan mengatasi kemungkinan
manfaat langsung dari resusitasi cardiopulmonary dalam konteks harapan keseluruhan
dan tujuan bagi pasien. Formulir DNR harus ditandatangani oleh pasien atau oleh
pembuatan keputusahan yang diakui atau dipercaya oleh pasien jika pasien tidak
dapat membuat atau berkomunikasi kepada petugas kesahatan. Pembuat keputusan
yang dipercaya oleh pasien dan diakui secara hukum mewakili pasien seperti agen
perawat kesehatan yang ditetapkan dalam srata kuasa untuk perawatan kesehatan,
konservator, atau pasangan / anggota keluarga lainnya. Dokter dan pasien harus
menandatangani formulir tersebut, menegaskan bahwa pasien akan diakui secara
hukum keputusan perawatan kesehatannya ketika telah memberikan persetujuan
instruksi DNR ( EMSA).
Beberapa standar yang harus dilakukan pada saat diskusi menentukan
keputusan DNAR yaitu, dokter harus menentukan penyakit/kondisi pasien,
menyampaikan tujuan, memutuskan prognosa, potensi manfaat dan kerugian dari
resusitasi (CPR), memberikan rekomendasi berdasarkan penilaian medis tentang
manfaat/kerugian CPR, dokter penanggung jawab harus hadir dalam diskusi,
mendokumentasikan isi diskusi, dan alasan pasien/keluarga dalam pengambilan
keputusan ( Breault 2011).
Pengeloaan EOL membutuhkan pendekatan yang lebih cermat, sabar, dan melibatkan
profesi lain, lebih-lebih jika pasien memiliki comorbid gangguan/ penyakit.
Dokter sebagai case manager menangani secara medis kondisi yang mengancam jiwa
dan gangguan yang lain (sesak nafas karena pneumonia, ISK, konstipasi, mual, muntah,
diare dengan dehidrasi, dekubitus, obstruksi saluran pencernakan, dll) dan harus
berkolaborasi dengan profesi lain (perawat, fisioterapis, psikolog, pekerja sosial, rohaniwan,
ahli gizi, pramurukti, dll). Di dalam prakteknya case manager dapat berpindah peran ke
perawat yang memang seharihari mengelola pasien.
Perawatan EOL yang sifatnya paliatif bisa dilakukan di rumah sakit atau klinik, juga
dapat diberikan di rumah (rawat rumah=home care) sehingga diperlukan caregiver. Care
giver (CG) bisa oleh keluarga (family caregiver), oleh tenaga terampil (perawat dengan
berbagai tingkat pendidikan dan keahlian khusus), maupun oleh tenaga terlatih sebagai
asisten perawat (pramurukti). Dokter dapat memberikan pendidikan perawatan sederhana
kepada pasien, care giver dan atau keluarganya, bagaimana cara merawat diri dan mencegah
perburukan, serta memberikan catatan gejala dn tanda kegawatan pasien (misalnya cirri-ciri
pasien yang dekat dengan akhir kehidupan). Pendidikan ini diberikan secara kerjasama
dengan perawat, ahli gizi, fisioterapis, dll.
Caregiver memiliki posisi yang sangat penting pada EOL, karena CG merupakan
kepanjangan tangan tenaga medis & paramedic. Pembekalan yang cukup dalam kasus yang
khusus sebaiknya diberikan kepada CG dengan bahasa yang sederhana, sekaligus mendidik
kea rah yang professional dan etis. Karea itu CG seharusnya memiliki sifat penyayang,
santun, sabar, simpatik, pintar dan disiplin.
Diajarkan kepada tim paliatif agar bagaimana teguh dalam prinsip tetapi lembut dan
luwes dalam penyampaian (terutama dalam penyampaian bad news), sehingga kualitas
hidupnya pasien EOL sebagus mungkin,bahagia sesering mungkin, bisa mandiri selama
mungkin dan bermanfaat seluas mungkin meski memiliki keterbatasan. Probosuseno (2010)
menyusun akronim tentang ringkasan Perawatan Paliatf, yakni:
1. P-pasien untung (Pain, Pembuangan : BAB & BAK, Sekret; Plan, Placement.
2. A-asupan nutrisi (makan-minum) yagh tepat
3. L-Lingkungan (jasmani, rohani, social), tegah-tengah orang yg di/me-
syayanginya)
4. I-istirahat; Iman (kuat) : husnul khotimah (haram & syirik No!)
5. A-antusias (energik SDM), Attitude : stewardship
6. T-team (nakes, relawan, dll), Tuntun dengan sabar : husnul khotimah
7. I-improve/day SDM-quality of life; idea & invention
8. I-improve/day SDM-quality of life; idea & invention
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DIAGNOSA
INTERVENSI
A. Kesimpulan
End of life merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan
kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup. End of life adalah perawatan yang
diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan
mereka.
End of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya dan
meninggal dengan bermartabat. End of life care adalah salah satu kegiatan membantu
memberikan dukungan psikososial dan spiritual.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-
masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
B. Saran
Setelah pembaca mengetahui tentang Isu End Of Life di Keperawatan Kritis ,
diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan
bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Munn, JC, Dobbs, D, et.al. (2008). The end of life experience in long term care: five themes
identified from focus groups with residents, family members, and staff. The
Gerontologist 48.4
Murish, J., (2010). Development of an End of Life Care Pamhflet in the ICU. California.
Nanda International. 2014. Nursing Diagnoses;definition & Clasification. Tenth edision.
Wiley Blackwell.
Reinette Powars Murray. circle diagram: peaceful journey end of life process. (online).
http://www.endoflifejourney.com/circle.htm