Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari
komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik
dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II.
Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis merupakan komplikasi dari DM
tipe II telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat global dan
menurut International Diabetes Federation (IDF) pemutakhiran ke-5 tahun 2012,
jumlah penderitanya semakin bertambah. Menurut estimasi IDF tahun 2012,
lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM, 4,8 juta orang
meninggal akibat penyakit metabolik ini dan 471 miliar dolar Amerika
dikeluarkan untuk pengobatannya.
Di Indonesia pervalensi HHNK belum teridentifikasi secara
pasti.Namun terjadinya HHNK tersebut disebabkan oleh DM tipe 2. Prevalensi
DM Tipe 2 yang terdiagnosis dokter tertinggi menurut Riskesdas terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan
Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan
(3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen.
Hiperglikemia ditemukan 85% pasien HHNK mengidap penyakit ginjal atau
kardiovaskuler, pernah juga ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis,
dan penyakit Chusing. Pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali
mempunyai penyakit lain. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian
mencapai 25%-50%.
Angka kematian HHNK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis.
Karena pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai

1
penyakit lain. Sindrom koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting
diketahui karena kemiripannya dan perbedaannya dari ketoasidosis diabetic berat
dan merupakan diagnosa banding serta perbedaan dalam penatalaksanaan. Pasien
yang mengalami sindrom koma hipoglikemia hiperosmolar nonketosis akan
mengalami prognosis jelek. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian
mencapai 25%-50% (Morton, 2011).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan klien Hiperglikemia
Hyperosmolar Non Ketotik(HHNK)
2. Tujuan Khusus
a) Diharapkan mahasiswa mengertiapa itu hiperglikemia hyperosmolar non
ketotik(HHNK)
b) Mengetahui apa saja penyebab HHNK
c) Mengetahui manifestasi klinis dari HHNK
d) Mengetahui patofisiologi HHNK
e) Mengetahui komplikasi HHNK
f) Mengetahui pemeriksaan penunjang HHNK
g) Mengetahui penatalaksanaan HHNK

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)adalah suatu situasi
dimana hiperglikemia dan hiperosmularitas terjadi menonjol dengan perubahan
sensorium (indra kesadaran). Ketoasidosis terjadi minimal atau tidak ada (Diane
c.2000)
Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan
dengan kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita
NIDDM. Secara klinis diperlihatkan dengan hiperglikemia berat yang
mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada ketosis/ada tapi ringan
dangangguan neurologis. Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah
keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan
metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darah sangat tinggi, meningkatkan
dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe
IIKoma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang
ditandai dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).
HHNK adalah varian ketoasidosis diabetic ditandai dengan hiperglikemik
esktrim (600-2000mg/dl) dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak terdeteksi
dan tidak ada asidosis( black&hawks,2009).

B. Etiologi
Terdapat 2 hal yang mempengaruhi terjadinya HHNK yaitu faktor penyebab
dan faktor resiko diantaranya :
1. Etiologi : Diabetes mellitus tipe 2
2. Faktor resiko :
a. Usia

3
b. Riwayat keluarga diabetes mellitus
c. Obesitas
d. Hipertensi
e. Gaya hidup

C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum pada klien dengan HHNK gejala-gejala meliputi :
1. Hipotensi
2. Takikardi
3. Dehidrasi nyata (10-15% kehilangan cairan tubuh)
4. Membrane mukosa kering, turgor kulit kurang baik
5. Tanpa atau adanya ketosis ringan
6. Perubahan sensorium, kejang, hemiparesis
7. Hyperosmolar plasma dan peningkatan kadar nitrogen
8. kelemahan
9. perubahan tingkat kesadaran

D. Patofisiologi
Pada DM tipe II terdapat dua permasalah utama resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikat nya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.Pada penderita
toleransi yang terganggu, keadaan ini terjadi akibat dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak

4
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi DM tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe
II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi bahan keton yang menyertainya.oleh karena itu
ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, DM
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmolah non ketotik (HHNK).
Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik menggambarkan
kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin
menyebabkan glikogen meningkat sehingga terjadi proses pemecahan gula
baru(glukoneugenesis)yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.
Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya proses
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonurea dan kadar
natrium menurun serta Ph serum menurun.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal yaitu ambang batas untuk gula
darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama
urine yang disebut glukosuria.Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra
selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Perfusi
ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul
hiperosmolar hiperglikemik. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan
menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan
simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan

5
untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Kegagalan tubuh
mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia,
hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem
saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi
koma. Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat
mengakibatkan pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral,
jantung.

6
E. Pathway
Glukotosisitas,lipotoksisitas kurang gerak badan stress yang berlangsung lama

Penumpukan amiloid, umur metabolisme menurun mengaktifkan sisyem hipotalamus pituitari

Penurunan fungsi sel pembakaran glukosa corticotrophin releasing factor

Beta pancreas menjadi energy menstimulasi pituitary interior

Produksi insulin turun pembakaran gula menjadi Produksi kortisol

Kadar gula darah (>180mg/dl) energy menurun kadar gula darah (>180mg/dl)

Kadar gula darah

Glukosa diubah menjadi glikogen

Disimpan dihati dan otot

Obesitas

Lemak bebas & gula darah tinggi

Memblokir kerja insulin

Insulin resistance

Gula darah tidak dapat

diserap tubuh

Kadar gula darah (>180mg/dl)

Hiperglikemia

7
Polifagia Klien merasa lapar

(makan terus menerus)

Sel tubuh kekuragan glukosa Diabetes mellitus Sel tubuh kekurangan glukosa tubuh produksi sorbitol sorbitol tdk

Glikoneogenesis viktositas darah tidak dpt diserap tubuh

masa otot hipertensi(<140/90mmHg) BB klien menurun

klien makin kurus

kerusakan pembuluh darah perifer jantung ginjal mata Dx :Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Suplai o2 keotak gangguan suplai darah Kerusakan arteri ginjal tidak dapat kerusakan pembuluh NOC :Nutritional Status : food
and Fluid Intake, Nutritional
Hipoksia jaringan Koroner jantung reabsorbsi glukosa kapiler mata Status : nutrient Intake,Weight
control
Kerusakan saraf gangguan suplai darah kerusakan glomerulus Perdarahan NIC :Nutrition Management
Pola nafas tidak efekif
NOC : Neuropati perifer kejantung ginjal proteinuria,uremia Thrombus & jaringan parut
 Respiratory status :
Ventilation ketidakefektifan perfusi Iskemik glomerulosklerosis Kegagalan Gangguan suplai darah
 Respiratory status : jaringan
Airway patency NOC : Miokard infrak Nefropati proses filtrasi Retinopati
 Vital sign Status  Circulation status
NIC :  Tissue Prefusion : Resiko gagal jantung Resiko gagal ginjal Glikosuria Kebutaan
Airway Management cerebral
Terapi Oksigen NIC :Peripheral Dehidrasi (kurang cairan) Osmotic dieresis Gangguan persepsi sensori
Sensation Management
Glukosa menarik air
Dx : Resiko cedera
Dx : Defisit volume
cairan Poliuria
NOC : Risk Kontrol
NOC:
NIC : Environment
 Fluid balance Elektrolit tubuh terbuang melalui urine
Management
 Hydration
Merangsang rasa haus Polidipsi
 Nutritional
Status : Food
and Fluid Intake
NIC :
 Fluid
management
8
F. Komplikasi
1. Koma
2. Gagal jantung
3. Gagal ginjal
4. Gangguan hati

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik sangat
membantu untuk membedakan dengan ketoasidosis diabetik. Kadar glukosa darah
> 600 mg%, aseton negative, dan beberapa tambahan yang perlu diperhatikan :
adanya hipertermia, hiperkalemia, azotemia, kadar blood urea nitrogen (BUN):
kreatinin = 30 : 1 (normal 10:1), bikarbonat serum > 17,4 mEq/l.

H. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan pada pasien dengan HHNK adalah sebagai berikut:
1. Memastikan jalan nafas lancar dan membantu pernafasan dengan suplementasi
oksigen.
2. Pemeriksaan tanda vital dan gula darah.
3. Memasang kateter urine untuk pemantauan cairan.
4. Pengobatan
Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan menggunakan cairan NACL bisa
diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam sampai
keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru
diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan
isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan
jantung, penyakit ginjal atau hipernatremia.Gklukosa 5% diberikan pada waktu
kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.

9
5. Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik
non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan
dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat.
Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat menggunakan skema mirip
proprotokol ketoasidosis diabetik
6. Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal
membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan

I. Peran dan Fungsi Perawat


1. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan, sebagai
perawat, pemberian pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan asah, asih dan asuh.Contoh pemberian asuhan
keperawatan meliputi tindakan yang membantu klien secara fisik maupun
psikologis sambil tetap memelihara martabat klien.Tindakan keperawatan
yang dibutuhkan dapat berupa asuhan total, asuhan parsial bagi pasien dengan
tingkat ketergantungan sebagian dan perawatan suportif-edukatif untuk
membantu klien mencapai kemungkinan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
tertinggi.
2. Conselor (Pemberi konseling/bimbingan)
a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-
sakitnya.
b. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode
untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.

10
d. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
e. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah
perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.
3. Advocator
a. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien.
b. Membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun profesional.
c. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.
d. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus
dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
4. Educator (Pendidik)
a. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga
dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
b. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan
kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan
lain sebagainya.

11
J. Discharge Planing
1. Diet
Anjuran diet bagi penderita diabetes juga akan sangat baik .tujuan makan
harus sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat mencapai dan
mempertahankan berat badan serta kadar gula darah yang normal.
2. Olahraga
Olahraga teratur dapat membantu menurunkan berat badan dan
mengendalikan kadar gula darah
3. Monitor kadar gula darah

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien biasanya akan mengeluh merasa lemah, gangguan penglihatan dapat
pula ditemukan keluhan mual muntah kadang pasien datang dengan disertai
keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sebelumnya : pasien dengan penyakit diabetes
mellitus tipe 2, memiliki penyakit dasarnya seperti akromegali,
tirotoksikosis dan penyakit cushing.
b. Riwayat kesehatan keluarga : dapat ditemukan riwayat keluarga dengan
diabetes mellitus.
3. Pemeriksaan fisik
a. Primary survey
1) B1. Breathing
- Tachypnea
- Dyspnea
- Nafas tidak bau aseton
- Pernapasan cepat yang tidak di sertai nafas kusmaul
2) B2. Blood
- Takikardi
- Curah jantung rendah
- Capillary refill > 3 detik
3) B3. Brain
Penurunan kesadaran dan gangguan status mental dari konfusi
hingga koma.

13
4) B4. Blader
- Poliuria (tahap awal)
- Oliguria (tahap lanjut)
- Nocturia
- Inkontinensia
5) B5. Bowel
Distensi abdomen dan penurunan bising usus
6) B6. Bone
- Pasien terlihat lemah
- Membrane mukosa dan kulit kering
- Tugor kulit buruk

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan.
3. Defisit volume cairan.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
5. Resiko injury.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan
dengan kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita
NIDDM.Angka kematian HHNK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik
ketoasidosis. Karena pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali
mempunyai penyakit lain. Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
mengambarkan kekurangan hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon.
Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel,
sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon glukagon
menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma.
Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar
serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat
menurunkan volume cairan intraselluler.

B. Saran
Sebagai tenaga keperawatan penting untuk kita dapat mengetahui serta
memahami semua aspek-aspek penting mengenai hiperosmolar hiperglikemi
hipoglikemi agar dapat menerapkan perawatan yang profesional dan holistik,
mengingat bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang memiliki komplikasi
serta dapat menyebabkan resiko terjadinya koma bahkan kematian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, & Diane. (2000). Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk Dari
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Jakarta: Elsevier.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan Definisi
Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC.
https://dokumen.tips/documents/askep-hhnk-569ef1c299b54.html
https://docslide.net/dokuments/koma-hiperglikemik-hiperosmolar-non-ketotik.html
Joyce, B., & Hawld, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.
Masjoer, A. (2000). Kapita Salekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medika
Acesculpalus.
Morton, d. (2011). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik . Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. Jakarta: Elsevier.

16

Anda mungkin juga menyukai