PENDAHULUAN
1
1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan KAD dan HHNK?
2. Apa saja etiologi dari KAD dan HHNK?
3. Apa saja manifestasi dari KAD dan HHNK?
4. Bagaimana patofisiologi dari KAD dan HHNK?
5. Bagaimana pathway dari KAD dan HHNK?
6. Apas aja komplikasi dari KAD dan HHNK?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari KAD dan HHNK?
8. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan penyakit KAD dan HHNK?
1.3 TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan KAD dan HHNK
2. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari KAD dan HHNK
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi dari KAD dan HHNK
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari KAD dan HHNK
5. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari KAD dan HHNK
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari KAD dan HHNK
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari KAD dan HHNK
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit KAD
dan HHNK
BAB 2
2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
2.1.1 KAD (Ketoasidosis Diabetik)
KAD adalah komplikasi metabolik yang paling serius pada diabetes tipe 1,
dimana terjadi peningkatan hormon kontra regulator (glukagon, ketokolamin,
epinefrin, kortisol, dan hormon petumbuhan) dan disebabkan karena defisiensi
insulin yang dapat mengancam kehidupan metabolisme (Stillwell, 2011).
Ketoasidosis diabetik (DKA) adalah terjadi akibat dari tidak adanya atau
sangat minimalnya jumlah insulin yang di hasilkan. Kondisi ini menyebabkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Morton, 2011).
2.1.2 HHNK (Hiperglikemia, hyperosmolar, koma nonketotik)
HHNK adalah komplikasi dari DM tipe II, dampak kekurangan hormon
insulin walaupun relatif. Kadar insulin yang rendah mengakibatkan penurunan
penggunaan glukosa oleh sel sehingga glukosa darah akan tetap berada di
pembuluh darah dan menyebabkan hiperglikemia yang menyebabkan
peningkatan osmolalitas darah (hiperosmolar) (Corwin, 2009).
Koma nonketotik hiperglikemik hipersomolar adalah suatu keadaan darah
dimana didominasi oleh hyperosmolar, hiperglikema dan disertai perubahan
kesadaran, dimana tidak terjadi ketosis. Hal ini, merupakan petunjuk perburukan
drastis penyakit, dimana penderita mengalami dehidrasi berat yang bisa
menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang
disebut koma (Sudoyo Aru, 2013).
2.2 Etiologi
2.2.1 KAD (Ketoasidosis Diabetik)
1. Kekurangan insulin berat (akibat kerusakan sel ) dan dalam masa
penanganan KAD pemberian Insulin tidak diberikan atau diberikan
dengan dosis yang dikurangi.
2. Adanya infeksi, yang mempengaruhi kebutuhan insulin meningkat
disertai peningkatan kadar hormon anti insulin (misalnya: glukogen,
3
epineprin, kortisol) biasanya pada penyakit IMA, pneumonia, infeksi
traktus urinarius, dan sepsis.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
4. Stressor-stressor yang dapat mencetuskan diabetic ketoasidosis adalah
pembedahan, trauma, terapi dengan steroid, andregenik dan emosional.
2.2.2 HHNK (Hiperglikemia, hyperosmolar, koma nonketotik)
1. Insufisiensi insulin relatif
2. Up take glukosa
3. Infeksi: pneumonia, sepsis, gastroenteritis.
4. Penyakit akut: perdarahan gastrointestinal, pankreatitits dan gangguan
kardiovaskular.
5. Pembedahan/operasi, pemberian cairan hipertonik, luka bakar.
2.3 Manifestasi
2.3.1 KAD (Ketoasidosis Diabetik)
1. Poliuria disertai rasa haus yang berlebihan
2. Penglihatan kabur
3. Polidipsia
4. poliphagia
4
5. Sakit kepala
6. Kelemahan
7. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk
mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
8. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
2.3.2 HHNK
1. Poliuria disertai rasa haus yang berlebihan
2. Dehidrasi
3. Takikardi
4. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (perubahan sensori,
kejang, hemiparesis)
5. Kerusakan fungsi ginjal.
6. Hipotonik
7. Hipernatremia.
8. Penurunan kesadaran (Morton, 2011).
2.4 Patofisiologi
KAD dan HHNK terjadi akibat sedikitnya produksi hormon insulin, adapun
beberapa penyebab defisiensi insulin diantaranya gangguan autoimun, idiopatik
dan faktor genetik. Dimana tubuh tidak bisa menyalurkan glukosa keseluruh sel
tubuh sebagaimana mestinya. Ketika glukosa tidak dapat disalurkan untuk dirubah
menjadi energi, glukosa tersebut akan tertahan didalam darah. Menyebabkan
produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
mengakibatkan hipergikemia. Hiperglikemia pada desiensi insulin terjadi karena:
glukoneogenesis meningkat, glikogenolisis dipercepat, gangguan penggunaan
glukosa oleh jaringan perifer, dan atau pengaruh hormon anti insulin. Produksi
insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel
sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan
protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam
tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang
disebut poliphagia.
5
Pada penyakit KAD dan HHNK terjadi karena ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi, maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka
semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Kegagalan
tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan hiperglikemia,
hiperosmolar dimana perpindahan cairan dari dalam sel ke luar sel, menyebabkan
diuresis osmotik dengan ditandai poliuri mengakibatkan dehidrasi berat sehingga
kehilangan elekrolit. Yang merangsang pusat haus sehingga pasien akan
mengalami polidipsi. Pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesadaran pasien
yang kemungkinan dapat menyebabkan koma diabetik.
Pada dasarnya keduanya sama, hanya bedanya pada KAD terjadi
ketoasidosis yang dipicu defisensi insulin, mengaktifasi hormon lipase sensitif
pada jaringan lemak. Akibatnya lipolysis meningkat (pembakaran lemak dan
protein menjadi asam asam lemak bebas dan gliserol), sehingga terjadi
peningkatan produksi benda keton (ketogenesis dan ketonemia) dan asam lemak
bebas secara berlebihan oleh sel hati. Benda keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah akan menimbulkan asidosis metabolic (Stillwell,
2011).
6
2.5 Pathway
KAD HHNK
Lipolisis
Defisiensi Insulin autoimun, idiopatik,
faktor genetik
ketogenesis ketonemia
Uptake glukosa
Metabolisme
(B3) Penumpukan
lemak,protein, hiperglikemi
surbitol
karbohidrat
poliuri
Perubahan
Intoleran aktivitas
presepsi sensori:
polidipsi dehidrasi penglihatan
Asidosis metabolik
syok koma
Gg. Keseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7
2.6 Komplikasi
2.6.1 Ginjal diabetik
Ginjal diabetik dapat diketahui bahwa didalam urin mengandung
protein. Menyebabkan penurunan fungsi ginjal disertai naiknya tekanan
darah. Pada kurun waktu yang lama penderita ginjal diabetik akan berakhir
dengan gagal ginjal bisa menimbulkan gagal jantung kongestif.
2.6.3 Syaraf
Akibat kerusakan pada syaraf ditandai dengan mati rasa.
2.6.5 Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Gejala yang
timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa koma dan kejang kejang.
2.6.6 Hipertensi
Karena harus membuang kelebihan glukosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah
pada diabetes juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan
pembuluh kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan
mengirimkan signal keotak untuk menambah tekanan darah (Nordmark, 2009).
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi),
2.7.2 Menghentikan ketogenesis (insulin),
2.7.3 Koreksi gangguan elektrolit,
2.7.4 Mencegah komplikasi,
2.7.5 Pemberian insulin, cairan, penggantian natrium, kalium (Sudoyo Aru, 2013).
8
BAB 3
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur
(biasanya menyerang umur 40th keatas), jenis kelamin (wanita lebih
rentan daripada laki-laki), agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat, status perkawinan, dan penanggung biaya.
3.1.2 Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : sesak
2. Riwayat penyakit sekarang : klien datang mengeluh sering kencing dengan
volume air kencing banyak, mudah haus, nafsu makan meningkat, tetapi
mual muntah, mudah lelah dan pandangan kabur terkadang terjadi
penurunan kesdaran.
3. Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit sebelumnya yang dimiliki
pasien misalnya, diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan
hipertensi.
4. Riwayat penyakit keluarga: adakah salah satu anggota keluarga pernah
menderita penyakit yang sama dengan pasien.
9
3.2.3 Pemeriksaan head to toe
1. Pemeriksaan kepala
- Kepala : Kepala simetris, rambut agak kusam,
- Mata : Edema pada palpebra, sklera putih, conjunctiva pucat,
pupil isokor,
- Hidung : Pernapasan Cuping hidung (-), secret (- ),epitaksis(-)
- Telinga : Serumen (-), bentuk simetris
- Mulut : Tidak ada lesi sekitar mulut,
- Leher : Ditensi vena jugularis, ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada
- Inspeksi : Bentuk normal, pengembangan dada simetris, ada retraksi
dinding dada
3. Jantung
- Inspeksi : Ada pembesaran/ tidak ada
- Palpasi : Teraba ictus cordis,
- Perkusi : Bunyi jantung pekak
- Auskultasi : Distritmia (vibrilasi atrium) (-), irama gallop (-), murmur
(-),
4. Paru-paru
- Inspeksi : pengembangan paru kanan kiri simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : pernafasan vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
5. Abdomen
- Inspeksi : abdomen tampak rata, tidak / ada pembesaran
- Palpasi : tidak ada pengerasan pada abdomen, terkadang nyeri perut
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus menurun dan lemah
6. Genetalia
- Inspeksi : tidak ada kelainana
- Palpasi : tidak ada pembesaran genetalia
10
7. Ekstremitas
- Inspeksi : tidak ada oedema baik ekstermitas atas/bawah
- Palpasi : turgor kulit menurun
11
3.3 Contoh Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Pasien mengeluh sesak saat Asidosis metabolik Pola nafas tidak
beraktivitas efektif
DO :
Pasien terlihat terengah-engah saat hiperventilasi
bernafas, nampak terjadi retraksi
dada
TTV :
sesak
TD : Hipotensi/Hipertensi
Nadi : Takikardi
Suhu : Hiperteemi
RR : Takipnea nafas dada cepat dan
Pemeriksaan laboratorium: dalam
- Foto rongsen dada.
- Gas darah arteri : biasanya
menunjukkan pH < 7,3 dan
penurunan pada HCO3 250
mg/dl
12
kulit kembali >2 detik
- D : Diet makan rendah gula, mual, muntah,
lemak tinggi protein
- Pasien sering mual dan muntah
3.4 Diagnosakeperawatan
3.4.1 Pola nafas inefektif b/d asidosis metabolik ditandai dengan pernafasan
kusmual.
3.4.2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d diuresis osmotic ditandai
dengan poliuria dan dehidrasi.
3.4.3 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d metabolisme menurun
13
(3) hiperventilasi, pernafasan
- Peningkatan kedalaman kusmaul,)
pernafasan (3) - Monitor saturasi oksigen
- Pernafasan kusmaul (4) - Monitor keluhan sesak nafas
klien, termasuk kegiatan yang
memperburuk sesak
- Beri bantuan terapi nafas bila
diperlukan (nebulizer)
14
3 1) Status nutrisi 1) Manajemen nutrisi
- Asupan gizi (kalori, protein, - Tentukan status gizi pasien
lemak, karbohidrat, vitamin, - Identifikasi adanya alergi
mineral, zat besi, kalsium makanan
dan natrium (3) - Intruksikan mengenai
- Rasio berat badan/tinggi kebutuhan nutrisi (yaitu:
badan (3) piramida makanan dan
2) Eliminasi usus pedoman diet)
- Pola eliminasi (3) - Tentukan jumlah kalori dan
- Warna feses (4) jenis nutrisi untuk memenuhi
- Kemudahan BAB (4) gizi pasien
- Suara bisisng usus (3) - Atur diet yang diperlukan
- Konstipasi (3) klien (misalnya makanan
- Nyeri pada saat BAB (3) tinggi serat)
3) Keparahan mual & muntah - Pastikan diet makanan tinggi
- Frekuensi mual (4) serat untuk mencegah
- Frekuensi muntah (4) konstipasi
- Kehilangan berat badan (3) - Anjurkan pasien memantau
- Rasa panas dalam perut (3) kalori dan intake makanan
- Nyeri lambung (3) yang dikonsumsi (misalnya
dicatat dibuku harian)
2) Bantuan peningkatan berat
badan
- Monitor mual muntah
- Kaji penyebab mual muntah
- Monitor asupan kaalori tiap
hari
- Instruksikan cara
meningkatkan asupan kalori
- Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai target
peningkatan berat badan yang
ideal
15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah terjadi akibat dari tidak adanya atau
sangat minimalnya jumlah insulin yang di hasilkan, sedangkan koma nonketotik
hiperglikemik hipersomolar (HHNK) adalah suatu keadaan darah dimana
didominasi oleh hyperosmolar, hiperglikema dan disertai perubahan kesadaran,
dimana tidak terjadi ketosis. Adapun penyebabnya uptake glukosa, pemberian
insulin yang tidak sesuai maupun karena infeksi. Diantaranya gejala KAD dan
HHNK yaitu poliuri, polidipsi, poliphagia, dan dehidrasi berat.
Dalam hal ini, diketahui komplikasi yang terjadi akibat KAD dan HHNK
ialah gagal jantung, gagal ginjal dan lainnya. Untuk penatalaksanaannya sendiri
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh misalnya pemberian insulin dan
pemenuhan cairan elektrolit.
Pada pasien dengan kelainan KAD dan HHNK didapatkan diagnosa
diantaranya pola nafas inefektif b/d asidosis metabolik ditandai dengan
pernafasan kusmual, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d diuresis
osmotic ditandai dengan poliuria dan dehidrasi dan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan b/d metabolisme menurun
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan pada pasien
penderita KAD dan HHNK diharapkan nantinya akan member manfaat bagi
para pembaca, terutama pemahaman yang berhubungan dengan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan hidrosefalus.
Dan diharapkan Mahasiswa mampu untuk mendemonstasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit hidrosefalus.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru, d. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
17