Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Dengan Masalah Harga Diri Rendah
Di Ruang Kasuari RSJ. Dr. Radjiman Wediodingrat Lamongan
Pembimbing Klinik:
Beny Sucipto, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Akademik:
Abdul Rokhman, S.Kep., Ns., M.Kep
Di Susun Oleh :
Kelompok 07/R. Kasuari
1. Hani Rosyada 19.02.03.1716
2. Nurul Hidayatus S 19.02.03.1737
3. Ummu Dwi Chanifah 19.02.03.1740
4. Lana Intan Tsuroyya 19.02.03.1684
5. Andi Nila Enggar P 19.02.03.1667
6. Munawaroh 19.02.03.1649
Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Dengan Masalah Harga Diri Rendah
Di Ruang Kasuari Rsj. Dr. Radjiman Wediodingrat Lamongan
Disusun Oleh :
Kelompok 07/R. K asuari
1. Hani Rosyada 19.02.03.1716
2. Nurul Hidayatus S 19.02.03.1737
3. Ummu Dwi Chanifah 19.02.03.1740
4. Lana Intan Tsuroyya 19.02.03.1684
5. Andi Nila Enggar P 19.02.03.1667
6. Munawaroh 19.02.03.1649
Beny Sucipto, S.Kep., Ns., M.Kep Abdul Rokhman, S.Kep., Ns., M.Kep
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu “bagiamana
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep
diri harga diri rendah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi dari konsep diri
2) Mengetahui klasifikasi konsep diri
3) Mengetahui masalah keperawatan pada gangguan konsep diri
4) Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
5) Mengetahui data yang perlu dikaji
6) Mengetahui standart pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien
gangguan konsep diri harga diri rendah
7) Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada klien gangguan
konsep diri harga diri rendah
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan
demi keberhasilan dimasa yang akan datang (Muhith, 2015).
1.1.2 Perkembangan Konsep Diri
Ini merupakan bgaian dari diri kita dalam proses menjadi (becoming).
Prosesnya dimulai dengan perkembangan (Stuart dan Sundeen, 1998, dalam
Muhith, 2015):
Usia 0-1 tahun Trust
Berhubungan dengan lingkungan
Usia 20-40 tahun Hubungan yang intim dengan pasangan keluarga dan
orang terpenting
Stabil
Positf pada diri sendiri
4
Usia 40-60 tahun Dapat menerima kemunduran
Mencapai tujuan hidup
Menunjukkan proses penuaan
5
4. Self perception
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilainnya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan.
Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan
sosial yang terganggu.
1.1.4 Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan
dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh
bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain entang dirinya. Konsep
diri atas komponen: citra diri, ideal diri, harga diri dan penampilan peran, dan
identitas personal. Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi
sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif. Staines
(dalam Stuart and Sunden, 1995) mengataakan bahwa konsep diri memiliki
peranan penting dalam terbentuknya pola kepribadian seseorang karena konsep
diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai sifat
dalam diri seseorang (Muhith, 2015).
6
tua yang terbaca oleh anak akan menumbuhkan konsep dari
pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap
negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan
menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk
dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat
kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
7
1.2 Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri
tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen, 1995, dalam Muhith, 2015 yang
terdiri dari:
1.2.1 Citra tubuh
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,
fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan penampilan baru setiap individu.
1.2.2 Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
1.2.3 Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada bebagai kelompok sosial. Tiap individu
mempunyai berbagai fungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
1.2.4 Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang berrsumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh.
1.2.5 Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
8
1.3.1. Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, stuktur, fungsi, keterbatasan, makna
dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Dengan tanda dan gejala sebagai
berikut:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
1.3.2. Gangguan ideal diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai,
tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit karna sakit, maka ideal dirinya dapat
terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi atau
sukar dicapai. Dangan tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalkan: saya tidak bisa ikut
ujian karea sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operas di
muka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi misalnya saya pasti sembuh
padahal prognosa dokter penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah
lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak lagi sekolah
1.3.3. Gangguan harga diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagi perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara: situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba – tiba. Misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena suatu terjadi (korban perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba - tiba), dan
9
kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sakit/dirawat klien telah mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Tanda dan gekala
gangguan harga diri, antara lain:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap peyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahgunakan atau mengejek dan megkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien lebih suka mengambil keputusan, misalnya tentang
memilihi alternatif tindakan.
6. Mencederai diri sendiri. akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
1.3.4. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan
kerja. Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya fungsi peran yang biasa
dilakukan tersebut menyebabkan seseorang harus menyesuaikan dengan susana
baru sesuai dengan peran pengganti yang didapatkan atau sesorang harus mampu
menyesuaikan dengan kondisi ang dialami setelah kehilangan fungsi peran yang
biasa dilakukan. Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit, otomatisperan
sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah: peran
dalam keluarga, peran dalam peerjaan/sekolah, peran dalam berbagai kelompok,
dan klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di
rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa. Tanda dan
gejala yang timbul pada gangguan peran, yaitu:
10
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
1.3.5. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri
sendiri, penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan. Hal ini sering terjadi pada klien berpenyakit fisik
yang dirawat di rumah sakit karena tubuh klien dikontrol orang lain. Misalnya:
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan
persetujuan klienn, untuk “self care” perlu dibantu orang lain sehingga
otomatis/kemandirin terganggu. Klien yang dirawat di rumah sakit berubah peran
menjadi peran sakit sehingga perannnya sehari-hari tidak dapat dijalankan. Tanda
dan gejala yang ditunjukkan gangguan identitas adalah:
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu/tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi (menyalahkan orang lain)
11
5. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
6. Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
7. Gangguan identitas personal
8. Ketidakberdayaan
9. Risiko perilaku kekerasan
12
1.6 Standart Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada klien
1. Tujuan keperawatan
a) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki.
b) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c) Klien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
d) Klien dapat melatih kegiatan yang di pilih sesuai dengan
kemampuan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan yang sudah di latih sesuai jadwal.
b. Tindakan keperawatan
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih di miliki klien.
Untuk membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang masih di milikinya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini.
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang di
miliki klien seperti kegiatan klien di rumah sakit, dan dimrumah,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien.
2) Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative.
b) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat di gunakan dengan cara-cara
berikut
1) Diskusikan dengan pasie mengenai kemampuanya yang masih dapat di
gunaka saat ini.
2) Bantu klien menyebutkanya dan beri penguatan terhadap kemampuan
diri yang di ungkapkan klien.
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar
yang aktif.
c) Membantu klien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan di
latih. Tindakan keperawatan yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan klien kegiatan yang akan di pilih sebagai kegiatan
yang akan klien lakuka sehari-hari
13
2) Bantu klien untuk memilih kegiatan yang dapat klien lakukan dengan
mandiri atau dengan bantuan minimal.
d) Latih kemampuan yang di pilih klien dengan cara berikut.
1) Diskusikan dengan klien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2) Bersama klien, peragakan kegiatan yang di tetapkan.
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat di
lakukan klien.
e) Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang di latih.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di
latihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat di lakukan klien setiap hari.
3) Tingkatan kegiatan sesuai dengan tingkat tolransi dan perubahan setiap
kegiatan
4) Susunan jadwal untuk melaksanakan kegiatan yg telah dilatih.
5) Berikan klien kesempatan mengungkapan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
14
merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat di kerjakan di rumah
sakit?(mis. Ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan
yang masih bisa di kerjakan di rumah sakit ini!”
“sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur
T! Coba lihat sudah rapikah tempat tidurya?”
“nah, kalau kita merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya,dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas,ya bagus! Sekarang
sebelah kaki,tarik dan masukan, lalu sebelah pinggir masukan. Sekarang ambil
bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut!
bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan bagus!”
“coba T lakuakan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis
M (mandiri) kalau T lakukan tanpa di suruh tulis B (bantuan) kalau T melakukan
dengan dibantu , dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan ( perawat memberi
kertas berisi daftar kegiatan atau harian ).’
Terminasi
“ bagaimana perasaan T setelah kita bercakap cakap dan latihan merapikan tempat
tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yg dapat dilakukan dirumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur , yg sudah T praktikan dengan
baik sekali.Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukan dalam jadwal harian. T Mau berapa hari sekali
merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat, jm 4 sore.”
‘’Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yg kedua. T masih ingat kegiatan apa
lagi yg mampu dilakukan dirumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya, bagus
15
cuci piring.....kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jm 8 pagi
didapur ruangan ini sehabis makan pagi.sampai jumpa ya !.”
16
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari.”
“T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga
kali setelah makan.”
“Besok kita akan latih untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel.”
“Mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!”
17
SP 1 keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
klien dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan
cara merawat klien dengan harga diri rendah, dan member kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktikkan cara merawat. Peragakan komunikasi di bawah
ini!
Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T ?
Berapa lama? Bagaimana kalau tiga puluh menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”
Kerja
“Apa yang Bapak/Ibuk ketahui tentang masalah T?”
“Ya memang, benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya
diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya adalah
orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah
harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negative terhadap diri sendiri. Jika keadaan terus menerus seperti itu, T dapat
mengalami masalah yang lebih beratl agi, misalnya T jadi malu bertemu dengan
orang lain dan memilih mengurung diri.”
“Sampai di sini, Bapak/Ibumengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?
Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti!”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius,
kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T.”
“Bapak/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T ? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama.” (Jika sama dengan kemampuan yang dikatakan T).
“T telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur dan cuci
piring. T juga telah dibuatkan jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai
jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Jangan lupa
18
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula member tanda
contreng pada jadwal kegiatannya. Selain itu, jika T sudah tidak lagi dirawat di
rumah sakit, Bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, Bpak/Ibu dapat membawa
T ke puskesmas.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktikan cara memberkan pujian
kepada T. Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dialakukan lalu berikan
pujian seperti, “Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring!”
“Coba Bapak/Ibu praktikan sekarang. Bagus!”
Terminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali
Bapak/Ibu mengunjungi T lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
member pujian langsung kepada T?”
“Pukul berapa Bapak/Ibu datang? Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!”
19
juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”(Kemudian anda berbicara kepada
keluarga sebagai berikut).
“Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktikan apa yang sudah kita
latihkan beberapa bulan lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
anak Bapak/Ibu.” (Perawat mengobservasi keluarga mempraktikan cara merawat
klien seperti yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya).
“Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan orang tua T?”
“Baiklah, sekarang suster dan orang tua T keruang perawat dulu!”
(Perawat dan keluarga meninggalkan klien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga).
Terminasi
‘’Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara perawatan tadi pada T.”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melekukan cara merawat yang sudah kita pelajari Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya?”
20
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera
menghubungi perawat K di Puskemas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah
Bapak/Ibu, ini nomer telepon puskesmasnya : (0651) 554 xxx. ”
“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan membantu perkembangan T selama di
rumah.”
Terminasi
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas?”
“Ini kegiatan jadwal harian T intuk dibawa pulang. Ini surat rujukan unytuk
perawat K di puskesmas Inderapuri. Janagn lupa kontrol ke puskesmas sebelum
obat habis atau ada gejala yang terlihat. Silahkan selesaikan administrasinya!”
21
1.7 Analisa Proses Interaksi
a. Analisa Proses Interaksi pada Klien
Initial klien :
Usia :
Interaksi :
Lingkungan :
Deskripsi :
Tujuan :
Waktu interaksi :
Bangsal :
No. CM :
Analisa
Komunikasi Komunikasi Analisa Berpusat
Berpusat Rasional
Verbal Non Verbal Pada Perawat
Pada Klien
P : Selamat P : Menghampiri Menerima Penuh percaya diri Penuh percaya diri
pagi Tn.T klien, tersenyum kehadiran dan senang bertemu dan senang
dan menjabat perawat dengan klien bertemu dengan
tangan klien klien
K : Klien
tersenyum
sambil melihat
pada Y
22
lain dan Tn.T.
P : Bagaimana K : Ada Berharap dapat Belum terbawa
kalau kita memperhatikan keraguan melanjutkan hubungan saling
berbincang 20 perawat pada diri pertemuan percaya sehingga
menit, apa Tn.T kelihatan agak klien klien nampak ragu
setuju? ragu.
K : Ya K : kontak mata
singkat
menunduk
P :
memperhatikan
tingkah laku
klien
23
P : sekarang P : kontak mata, Klien Perawat berharap Memenuhi
kita akan mengamati senang klien menjawab kebutuhan rasa
latihan mencuci exprsi klien dengan pertanyaannya nyaman klien
piring didapur K : kontak mata kegiatan
dengan waktu singkat, bicara yang
15 menit. Mari pelan dilakukan
kita kedapur!.
K : Ya
P : bagus sekali,
Tn.T dapat
mempraktekan
dengan baik.
24
b. Analisa Proses Interaksi pada Keluarga
Analisa
Analisa
Komunikasi Berpusat
Komunikasi Verbal Berpusat Pada Rasional
Non Verbal Pada
Klien
Perawat
P : selamat pagi bu, P : kontak mata, Bicara lancar, Berharap Menggali
bagaimana kalu pagi ini bicara pelan, isi sesuai keluarga informasi untuk
kita berbincang- nada suara menjawab menimbulkan
bincang tentang cara pelan, tersenyum pertanyaan rasa percaya
merawat Tn.T, selama K : kontak mata,
30 menit, apa bicara lancar
Bapak/Ibu
menyetujuinya?
K : selamat pagi, baik.
25
jangan lupa berikan
pujian agar harga
dirinya meningkat
26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH
I. DENTITAS KLIEN
Inisial : Tn A
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Arjuna 05/01, Batu Malang
Pekerjaan : Serabutan
No. RM : 60628
27
Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Keluhan utama
Klien merasa malu dengan dirinya sendiri karena tidak dapat bekerja
membantu ekonomi keluarga
Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah
28
Klien mengatakan tidak pernah mengalami perpisahan dengan orang
yang disayang
d. Riwayat penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
fisik yang berat dan gangguan tumbuh kembang
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan dulu pernah diajak temannya untuk
mengkonsumsi sabu-sabu dan ganja sebanyak dua kali
Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Klien mengatakan pernah berobat ke pengobatan alternatif di Kediri
dan pernah berobat ke dokter, namun klien merasa belum sembuh.
Diagnosa keperawatan : regimen terapeutik inefektif
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
klien berhubungan baik dengan keluarga maupun saudaranya.
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
29
Keterangan:
: Meninggal
: Klien
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: orang yang dekat dengan klien
Penjelasan :
Pola asuh : klien diasuh oleh kedua orang tuanya
Pola komunikasi : klien di rumah sering komunikasi dengan orang tuanya
Pengambilan keputusan: dalam keluarga pengambil keputusan adalah orang
tuanya
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan dapat menerima bentuk tubuhnya dan merasa tidak ada
yang kurang dalam dirinya
b. Identitas
Klien mengatakan dapat menerima perannya sebagai seorang laki-laki dan
puas terhadap jenis kelaminnya sebagai seorang laki-laki
c. Ideal diri
Klien mengatakan ingin bekerja dengan memperoleh gaji yang cukup
untuk membantu keluarganya
d. Harga diri
Ketika di masyarakat klien merasa malu untuk melakukan kegiatan diluar
rumah karena banyak yang mengejek klien
Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah
30
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Dirumah: klien mengatakan mempunyai adek yang disayang yang
biasanya diajak bicara dengan klien
Di RSJ: klien mengatakan ada teman dekat yang biasanya berbicara
dengan klien.
Klien dapat berinteraksi baik dengan teman-temannya di RSJ Lawang
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Di rumah: klien mengatakan sebelum sakit sering mengikuti kegiatan
dimasyarakat
Di RSJ: klien aktif dan patuh dalam mengikuti kegiatan selama di
ruangan dan sering ngobrol dengan temannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berinteraksi dengan orang
lain
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam dan yakin bahwa Allah SWT
adalah tuhannya
b. Kegiatan ibadah
Di rumah: klien mengatakan di rumah sholat 5 waktu
Di RSJ: klien mengatakan saat di RSJ Lawang menjalankan sholat 5
waktu bersama teman-temannya
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
31
2. Kesadaran (kuantitas)
Composmentis. GCS : 4 5 6
3. Tanda vital
TD : 110/60 mmHg
N : 82x/mnt
S : 36,3 oC
RR : 22x/mnt
4. Ukur
BB : 70 Kg
TB : 161 cm
5. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Diagnosa keperawatan: Tidak ada masalah
32
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak tenang, santai dan sangat kooperatif ketika berckap-cakap
dengan perawat
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
4. Mood dan Afek
1) Mood
Anhedonia dibuktikan dengan klien mengatakan ketika dirumah klien
senang sekali jika disuruh karena klien senang dengan kebersihan
menyapu dan ketika di RS klien merasa biasa saja ketika disuruh
menyapu.
2) Afek
Afek klien labil, dibuktikan dengan klien sering kali terlihat menyendiri
dengan wajah yang tegang kemudian tiba-tiba berubah menjadi ceria, dan
klien sempat mengatakan terkadang tiba-tiba merasa kesal sendiri
Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir
5. Interaksi Selama Wawancara
Klien tampak kooperatif disertai kontak mata yang cukup baik sehingga saat
berbincang-bincang dengan perawat klien merasa nyaman, klien bicara
dengan nada yang sedang
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
6. Persepsi Sensorik
Klien mengatakan alasan masuk ke RSJ Lawang klien merasa mendengar
ada suara orang satu desa yang berteriak menjelek-jelekkan klien, halusinasi
itu dirasakan hanya satu kali saja saat klien masih dirumah dan muncul saat
malam hari ketika klien bangun tidur tengah malam dan menjadikan klien
dibawa ke RSJ Lawang. Namun saat pengkajian klien mengatakan sudah
tidak lagi mendengar atau berhalusinasi lagi.
Diagnosa keperawatan: resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
33
7. Proses Pikir
a. Arus pikir
Koheren, yaitu dimana klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan
sesuai dan tepat
b. Isi pikir
Rendah diri, dibuktikan dengan klien merasa tidak ada orang yang
menghargai apa yang telah klien sampaikan dan kemampuan yang
dimilki klien selalu saja diragukan
c. Bentuk pikir
Non realistik, dibuktikan dengan ketika klien direndahkan oleh orang
lain, kermudian orang yang merendahkan klien mengalami musibah,
klien menganggap bahwa itu adalah sebuah balasan atas perbuatannya
pada klien
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
a. Orientasi
1) Orang
Klien mampu mengingat nama pengkaji dengan benar
2) Tempat
Tidak ada masalah dibuktikan saat klien di tanya klien berada dimana,
klien menjawab di RSJ ruang kasuari.
3). Waktu
Tidak ada masalah dibuktikan dengan saat di tanya waktu senam klien
menjawab pagi hari.
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
9. Memori
a. Daya ingat jangka panjang
Tidak ada masalah dibuktikan ketika ditanya kapan bapak dibawa ke RSJ
ini? Klien menjawab seminggu yang lalu (10 juni 2019).
34
b. Daya ingat jangka pandek
Klien masih bisa mengingat nama (mahasiswa) yang merawat klien
selama praktik di ruang kasuari
c. Daya ingat pendek
Klien masih mengingat kegiatan – kegiatan yang baru saja di lakukan
seperti: makan dan senam
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik dibuktikan dengan klien
mampu menyebutkan 5 macam buah secara berurutan seperti yang
diucapkan perawat
b. Berhitung
Klien mampu berhitung dengan baik dan benar, dibuktikan dengan saat
diberikan pertanyaan klien mampu menjawab dengan benar meskipun
dengan bantuan jari tangan untuk menghitung (100 – 7 = 93 - 7 = 86)
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
11. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan, dibuktikan dengan klien menceritakan
pengalaman dan masalahnya, dan pada saat perawat memberikan solusi atau
nasehat klien mau menerima dengan baik dan berterimakasih pada perawat
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
12. Daya Tilik Diri
Klien tidak mengingkari penyakitnya dan tidak menyalahkan hal-hal diluar
dirinya yang membuat klien dibawa ke RSJ Lawang, klien menyadari dan
menrima penyakit yang dialami
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
35
VIII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
a. Perawatan kesehatan
Klien mandi 2x/hari memakai sabun dan gosok gigi
b. Transportasi
Klien masih ingat jalan menuju kerumahnya, kalau pulang kerumah saya
naik bis kemudian masuknya naek becak
c. Tempat tinggal
Klien mengatakan setelah pulang dari RSJ Lawang akan tinggal bersama
bapak dan ibu
d. Keuangan
Klien setelah pulang dari RSJ ingin bekerja ikut pamannya yang punya
usaha mebel kayu
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan diri
1) Klien mengatakan mandi 2 sampai 3x/hari memakai sabun dan
menggosok gigi tanpa bantuan orang lain
2) Klien dapat merapikan rambutnya sendiri tanpa bantuan dan klien dapat
mengganti pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
3) Klien dapat makan 3x/hari tanpa bantuan
4) Klien dapat BAB 5x/seminggu dan BAK 3-4x/hari
b. Nutrisi
1) Klien mengatakan makan 3x/hari dan mendapat kudapan 1 dalam sehari
2) Porsi makan selalu habis, dengan nasi lauk sayur dan buah dan kadang
ada makanan tambahan seperti kacang hijau dan pisang
3) Berat badan klien turun
c. Tidur
Klien mengalami gangguan tidur pada saat malam hari karena setiap
malam sekitar pukul 2 klien selalu terbangun dan tidak bisa tidur lagi,
ketika siang hari klien juga mengalami sulit saat tidur
36
Diagnosa keperawatan: ganguan pola tidur: halusinasi pendengaran
3. Kemampuan lain
Klien mampu minum obat secara mandiri
4. Sistem pendukung
a. Teman
Klien mengatakan teman saya belum ada yang menjenguk
b. Terapis
Dokter dan perawat
c. Keluarga
Klien mengatakan keluarga saya belum ada yang menjenguk sama sekali
d. Kelompok sosial
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok sosial
karena minder
37
5. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan pernah kerja membantu ibu dikantin dan yang terakhir
didepot pengisian air
6. Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan keadaan ekonominya masih kurang
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan saat ada keluarga yang sakit di bawa ke pelayanan
kesehatan terdekat
38
XIV. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan
39
sabu sabu dan ganja kurang lebih dua
kali, klien juga mengatakan dulu pernah
mempunyai cita cita ingin sekolah TNI
AL namun tidak lolos dan klien merasa
bersalah karena membuat orangtuanya
kecewa
DO: klien serius ketika menceritakan
pengalamannya dahulu sebelum masuk
rumah sakit jiwa
4. DS: klien mengatakan sudah 15 kali Koping keluarga inefektif
keluar masuk rumah sakit
DO: klien sudah hafal lingkungan
rumah sakit
5. DS: Klien mengatakan marah ketika Resiko gangguan sensori
temannya tidak menepati janji, persepsi halusinasi
sehingga klien melempari rumah pendengaran
temannya dengan batu, saat marah klien
mendengar bisikan seperti sorakan
orang sekampung menjelekannya.
DO: klien bercerita dengan ekspresi
sedih, intonasi rendah
6. DS: klien sering kali terlihat Gangguan proses pikir
menyendiri dengan wajah yang tegang
kemudian tiba-tiba berubah menjadi
ceria, dan klien sempat mengatakan
terkadang tiba-tiba merasa kesal sendiri
DO: ekspresi klien sering berubah-ubah
7. DS: Klien mengatakan pernah berobat Regimen terapeutik
ke pengobatan alternatif di Kediri dan inefektif
pernah berobat ke dokter, namun klien
merasa belum sembuh.
DO: Saat bercerita ekspresi wajah klien
terlihat bingung
40
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DENGAN KLIEN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
41
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
2. Saat bertemu dengan
klien, hindarkan
memberikan
penilaian negatif,
utarakan memberi
pujian yang realistis
TUK 3 :
1. Diskusikan
kemampuan klien
yang masih dapat
digunakan selama
sakit
2. Diskusikan juga
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di RS
dan di rumah nanti
TUK 4
1. Rencanakan
bersama klien
aktivias yang masih
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kemampuan
kegiatan mandiri,
kegiatan dengan
bantuan minimal
2. Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi
klien
3. Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien dilakukan
TUK 5 :
1. Diskusikan dengan
klien untuk melatih
kemampuan yang
sudah dipilih
2. Bersama klien
42
memperagakan
kegiatan yang akan
ditetapkan
3. Berikan dukungan
dan pujian pada
setiap kegiatan yang
dapat dilakukan
klien
TUK 6 :
1. Diskusikan dengan
klien untuk
merencanakan
kegiatan yang sudah
dipilih
2. Tentukan jadwal
kapan dan dimana
kegiatan yang sudah
dipilih akan
dilaksanakan
3. Bantu memasukkan
kedalam jadwal
harian
.
43
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Selasa, 25 Juni 2019
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Klien mengatakan dia ingin bekerja dan memperoleh gaji yang cukup
namun banyak orang disekitarnya yang meremehkannya
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus (TUK):
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki klien
4. Tindakan Keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c. Memperkenalkan diri dengan sopan
d. Membantu klien mengenali aspek positif dan negatif pada diri
47
“Jadi bapak merasa tidak bisa bekerja dengan mendapatkan gaji yang
cukup”
“Tadi Bapak mengatakan telah gagal dalam bekerja dengan
memperoleh gaji yang cukup, sebenarnya apa saja harapan Bapak?”
“Agar dapat mencapai harapan itu, mari kita sama-sama menilai
kemampuan apa saja yang bapak pernah miliki?”
“Bagus semua kegiatan yang positif bisa bapak lakukan dengan
kemampuan yang sangat bagus”
c. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bapak mampu melakukan kegiatan yang diagendakan dengan baik”
Evaluasi Obyektif (perawat)
“Klien tampak rajin dan bersih dalam menyelesaikan tugasnya”
b. Rencana tindak lanjut
“Nah, besok saya akan datang kembali. Kita latihan kegiatan yang kedua ya
pak?”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok kita melakukan kemampuan yang dimiliki bapak lagi ya?
Waktu : “Besok pagi saya datang lagi ya pak?
Tempat : “Untuk tempat terserah bapak mau dimana?”
48
IMPLEMENTASI EVALUASI
Nama: Tn. A Ruang: Kasuari No.RM: 60628
No. Tempat
Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx & Jam
1. 25/06 1. Membina hubungan saling S: “Selamat siang mbak, nama
10.00 percaya saya Tn. A, boleh mbak, lagi
2. Menanyakan nama lengkap seneng mbak, dibuat seneng aja
dan nama panggilan mbak, maunya pulang saja
3. Menunjukkan sikap empati mbak. Iya mbk. Kita ngobrol
dan menerima apa adanya disini saja mbak”
4. Mendiskusikan tentang aspek “Saya orang yang tidak berguna
positif yang dimilIki klien bagi orang tua mbak, karena
5. Memberikan pujian yang saya tidak bekerja mbak dan
realistis hindarkan penilaian tidak pernah mendapatkan gaji
negatif yang cukup” saya pengen
bekerja menetap mbak dengan
gaji yang sebanding untuk
mencukupi kebutuhan keluarga,
saya pernah bekerja dikantin dan
ditempat penjualan air galon
mbak
“Terimakasih mbak”
O:
- klien mau diajak bercakap-
cakap
- klien mau mengutarakan
keinginannya
P: Ulangi SP 1 TUK 2
- bantu klien mengenali aspek
positif
- ajarkan klien untuk
membuat daftar kegiatan
49
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Rabu, 26 Juni 2019
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Klien tampak sedih memikirkan dirinya dan keluarga yang diremehkan
dan ingin segera pulang
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus (TUK):
a. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
b. Klien dapat mengetahui dan menilai kemampuan yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan:
a. Membantu klien mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki
b. Memberi penilaian positif terhadap kemampuan klien
50
yang bisa dilakukan. Dari daftar ini, bapak pilih salah satu, nanti kita
akan melakukannya bersama-sama.”
“Bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan rapi, coba bedakan
dengan tadi sebelum dirapikan. Kalau begitu, bapak harus
melakukannya setiap hari dengan mandiri. Setelah dilakukan, jangan
lupa mengisi kertas daftar kegiatan ini. Tulis mandiri kalau bapak
melakukan tanpa disuruh, maka tulis B (Baik), jika bapak
melakukannya dengan bantuan teman atau perawat maka tulis C
(Cukup), jika bapak tidak melakukan maka kosongi saja daftar
kegiatan.”
4. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur?”
Evaluasi Obyektif (perawat)
“Ya pak, ternyata bapak banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan disini, salah satunya merapikan tempat tidur. Saya berharap
bapak bisa melaksanakannya setiap hari.”
b. Rencana tindak lanjut
“Besok pagi kita latihan lagi yah pak.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok pagi kita latihan lagi untuk aktivitas yang kedua?”
Waktu : “Kita akan latihan besok jam 10.00 ya pak?”
Tempat : “Untuk tempat terserah bapak mau dimana?”
51
IMPLEMENTASI EVALUASI
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri di klarifikasi menjadi tiga
peran diri, ideal diri dan harga diri. Data objektif yang dapat ditemukan yaitu
mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, mengungkapkan dirinya merasa
tidak mampu, mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja, mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan atau toileting).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Klien
Anjurkan klien untuk meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan
kegiatan ibadah agar selalu mengingat dan bersyukur terhadap rizki yang
diberikan Allah kepadanya dan rutin melakukan kegiatan positif dan bermanfaat
untuk orang lain.
4.2.2 Bagi Perawat
Ajarkan klien untuk membuat daftar kemampuan yang masih bisa dilakukan
klien dan dijadikan sebagai jadwal kegiatan harian klien.
53
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Iqbal, W., & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Ed. 1.
Yogyakarta: CV Andi
54