Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Dengan Masalah Harga Diri Rendah
Di Ruang Kasuari RSJ. Dr. Radjiman Wediodingrat Lamongan

Pembimbing Klinik:
Beny Sucipto, S.Kep., Ns., M.Kep

Pembimbing Akademik:
Abdul Rokhman, S.Kep., Ns., M.Kep

Di Susun Oleh :
Kelompok 07/R. Kasuari
1. Hani Rosyada 19.02.03.1716
2. Nurul Hidayatus S 19.02.03.1737
3. Ummu Dwi Chanifah 19.02.03.1740
4. Lana Intan Tsuroyya 19.02.03.1684
5. Andi Nila Enggar P 19.02.03.1667
6. Munawaroh 19.02.03.1649

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A Dengan Masalah Harga Diri Rendah
Di Ruang Kasuari Rsj. Dr. Radjiman Wediodingrat Lamongan

Disusun Oleh :
Kelompok 07/R. K asuari
1. Hani Rosyada 19.02.03.1716
2. Nurul Hidayatus S 19.02.03.1737
3. Ummu Dwi Chanifah 19.02.03.1740
4. Lana Intan Tsuroyya 19.02.03.1684
5. Andi Nila Enggar P 19.02.03.1667
6. Munawaroh 19.02.03.1649

Telah diterima dan disetujui

Lamongan, Juli 2019


Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Beny Sucipto, S.Kep., Ns., M.Kep Abdul Rokhman, S.Kep., Ns., M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sebagai tugas pendidikan profesi Departemen Keperawatan Jiwa.
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang
penulis miliki, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Budi Utomo, M.Kes., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Abdul Rokhman, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku dosen pembimbing
Departemen Keperawatan Jiwa.
4. Beny Sucipto, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing klinik RSJ Dr.
Radjiman Widiodiningrat Lawang.
5. Seluruh pihak yang telah turut mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.
Kami menyadari proposal yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Besar harapan agar proposal ini berguna bagi pembaca.

Lamongan, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi ....................................................................................................... 3
2.2 Pembagian Konsep Diri ............................................................................. 8
2.3 Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri .......................................... 8
2.4 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 11
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HDR
3.1 Pengkajian ................................................................................................. 27
3.2 Analisa Data ............................................................................................... 39
3.3 Intervensi ................................................................................................... 41
3.4 Implementasi ............................................................................................. 44
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 45
4.2 Saran .......................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.
23 Tahun 1992, Pasal 1). Departemen Kesehatan (DEPKES) memberikan
perhatian besar untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia dengan
visi dan misi Indonesia Sehat 2010.
Jumlah penduduk gangguan jiwa di Jawa Barat diperkirakan lebih dari
30% dari jumlah penduduk dewasa. Jumlah tersebut bakal semakin bertambah
dengan kesulitan ekonomi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM). Keadaan tersebut diperparah dengan beberapa kejadian yang menimpa
Indonesia seperti bencana alam, diantaranya tsunami di Aceh dan Pangandaran,
Lumpur panas sidoarjo, serta gempa di Yogyakarta. Selain itu adanya gejolak
politik lokal diberbagai daerah dan meningkatnya tingkat persaingan antar
individu merupakan salah satu pemicu terjadinya gangguan mental.
Penyebab gangguan jiwa yang diderita terjadi karena frustasi, napza
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan,
organik dan ekonomi. Namun jika dilihat dari persentase, penyebab tertinggi yaitu
karena frustasi.
Stigma penderita gangguan jiwa sat ini masih tinggi, tetapi masih sedikit
yang sadar untuk meminta bantuan psikiater. Akibatnya banyak penderita
gangguan jiwa yang sudah sembuh dan dipulangkan ke rumahnya, balik lagi ke
rumah sakit. Para klien itu memilih untuk tinggal lagi di rumah sakit karena
mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di rumahnya. Keluarga mereka
merasa malu karena ada anggota keluarganya yang tidak waras. Akibatnya tidak
sedikit yang memilih kabur.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu “bagiamana
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep
diri harga diri rendah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi dari konsep diri
2) Mengetahui klasifikasi konsep diri
3) Mengetahui masalah keperawatan pada gangguan konsep diri
4) Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
5) Mengetahui data yang perlu dikaji
6) Mengetahui standart pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien
gangguan konsep diri harga diri rendah
7) Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada klien gangguan
konsep diri harga diri rendah

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Konsep Diri


1.1.1 Definisi
Dalam buku Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi, Stuart dan
Sudden (1998) dalam Muhith (2015) menjelaskan bahwa semua ide, pikiran,
kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain merupakan
definisi dari konsep diri, sedangkan Varcarolis, E. M (2000) dalam Muhith (2015)
mengemukakan bahwa konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi
sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep
diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, sosial, spiritual. Terdapat dua aspek besar dalam menjelaskan konsep
diri yaitu, identitas dan evaluasi diri.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan
mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya
lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, tidak
menarik diri, tidak disukai, dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang
dengan konsep diri negatif cenderung bersikap pseimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagi kesempatan,
namun lebih sebgai halangan. Orang dengan konsep diri negatif akan mudah
menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan,
entah itu menyalahkan diri sediri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis,
penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga
terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai
kematian, namun lebih lebih menjadikannya sebgai penemuan dan pelajaran
berharga auntuk melangkah ke depan. Orang dengan kosep diri yang positif akan

3
mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan
demi keberhasilan dimasa yang akan datang (Muhith, 2015).
1.1.2 Perkembangan Konsep Diri
Ini merupakan bgaian dari diri kita dalam proses menjadi (becoming).
Prosesnya dimulai dengan perkembangan (Stuart dan Sundeen, 1998, dalam
Muhith, 2015):
Usia 0-1 tahun Trust
Berhubungan dengan lingkungan

Usia 1-3 tahun Belajar dan mengontrol bahasa


Mulai beraktivitas mandiri dan otonomi
Menyukai diri sendiri
Menyukai tubuh sendiri

Usia 3-6 tahun Berinisiatif


Mengenal gender
Meningkatkan kesadaran diri
Meingkatkan kemampaun bahasa

Usia 6-12 tahun Berhubungan dengan kelompok sebaya


Tumbuh harga diri dengan kemampuan baru yang
dimiliki
Menyadari kekurangan dan kelebihan

Usia 12-20 tahun Menerima perubahan tubuh


Eksplorasi tujuan dan masa depan
Merasa positif pada diri sendiri
Memahami hal-hal terkait seksualitas

Usia 20-40 tahun Hubungan yang intim dengan pasangan keluarga dan
orang terpenting
Stabil
Positf pada diri sendiri

4
Usia 40-60 tahun Dapat menerima kemunduran
Mencapai tujuan hidup
Menunjukkan proses penuaan

Usia 60 tahun ke atas Perasaan positif, menemukan makna hidup


Melihat kepada kelanjutan keturunannya

1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri


Berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri
antara lain (Stuart and Sunden, 1998, dalam Muhith, 2015):
1. The significant others
Yaitu orang lain yang kita anggap penting atau biasa, di mana konsep diri
dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri
melalui cermin orang lain dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri
pandangan orang lain terhadap diri sendiri. Sebagai contoh anak saat dipengaruh
orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya.
2. Reference group
Yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan. Kelompok tersebut memberi
arahan dan pedoman agar kita mengikuti perilaku yang sesuai dengan norma yang
berlaku dalam kelompok tersebut. Ini terkait dengan salah satu sifat manusia yang
selalu hidup dalam kelompok.
3. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap
sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain.
Dalam melakukan kegiatannya, memiliki batasan diri yang terpisah dari
lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui
bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya
dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang
nyata.

5
4. Self perception
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilainnya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif sehingga konsep
merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan.
Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan
sosial yang terganggu.
1.1.4 Rentang Respon Konsep Diri
Konsep diri dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan
dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh
bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain entang dirinya. Konsep
diri atas komponen: citra diri, ideal diri, harga diri dan penampilan peran, dan
identitas personal. Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi
sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif. Staines
(dalam Stuart and Sunden, 1995) mengataakan bahwa konsep diri memiliki
peranan penting dalam terbentuknya pola kepribadian seseorang karena konsep
diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai sifat
dalam diri seseorang (Muhith, 2015).

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Dispersonilsasi


Positif rendah identitas

1.1.5 Penyebab Gangguan Konsep Diri


Berbagai hal yang dapat menyebabkan gangguan konsep diri (Stuart &
Sundeen, 1998, dalam Muhith, 2015), antara lain:
Pola asuh Pola asuh orang tua turut menjadi faktor signifikan dalam
orang tua mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang

6
tua yang terbaca oleh anak akan menumbuhkan konsep dari
pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap
negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan
menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk
dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat
kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.

Kegagalan Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan


pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan
bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri.
Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai


pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan
merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri.
Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara
negatif.

Kritik internal Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk


menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan.
Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator
atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar
keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi
dengan baik.

Merubah Seringkali kita sendirilah yang menyebabkan persoalan


konsep diri bertambah rumit dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap
suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun, dengan
sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan
ke arah yang lebih positif.

7
1.2 Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian konsep diri
tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sundeen, 1995, dalam Muhith, 2015 yang
terdiri dari:
1.2.1 Citra tubuh
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,
fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan penampilan baru setiap individu.
1.2.2 Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
1.2.3 Peran
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada bebagai kelompok sosial. Tiap individu
mempunyai berbagai fungsi peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
1.2.4 Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang berrsumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh.
1.2.5 Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

1.3 Masalah Keperawatan Gangguan Konsep Diri


Gangguan konsep diri dalah suatu kondisi di mana individu mengalami
kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang
negatif, berikut gangguan menurut Keliat, 1994, dalam Muhith, 2015 antara lain:

8
1.3.1. Gangguan citra tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, stuktur, fungsi, keterbatasan, makna
dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Dengan tanda dan gejala sebagai
berikut:
1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Persepsi negatif pada tubuh
5. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan
1.3.2. Gangguan ideal diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai,
tidak realistis, ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit karna sakit, maka ideal dirinya dapat
terganggu atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi atau
sukar dicapai. Dangan tanda dan gejala sebagai berikut:
1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalkan: saya tidak bisa ikut
ujian karea sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operas di
muka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi misalnya saya pasti sembuh
padahal prognosa dokter penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah
lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak lagi sekolah
1.3.3. Gangguan harga diri
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagi perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara: situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba – tiba. Misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena suatu terjadi (korban perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba - tiba), dan

9
kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sakit/dirawat klien telah mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Tanda dan gekala
gangguan harga diri, antara lain:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap peyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahgunakan atau mengejek dan megkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien lebih suka mengambil keputusan, misalnya tentang
memilihi alternatif tindakan.
6. Mencederai diri sendiri. akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
1.3.4. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan
kerja. Perubahan fungsi peran atau bahkan berhentinya fungsi peran yang biasa
dilakukan tersebut menyebabkan seseorang harus menyesuaikan dengan susana
baru sesuai dengan peran pengganti yang didapatkan atau sesorang harus mampu
menyesuaikan dengan kondisi ang dialami setelah kehilangan fungsi peran yang
biasa dilakukan. Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit, otomatisperan
sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah: peran
dalam keluarga, peran dalam peerjaan/sekolah, peran dalam berbagai kelompok,
dan klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di
rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa. Tanda dan
gejala yang timbul pada gangguan peran, yaitu:

10
1. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung jawab
6. Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
1.3.5. Gangguan Identitas
Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri
sendiri, penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan. Hal ini sering terjadi pada klien berpenyakit fisik
yang dirawat di rumah sakit karena tubuh klien dikontrol orang lain. Misalnya:
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan
persetujuan klienn, untuk “self care” perlu dibantu orang lain sehingga
otomatis/kemandirin terganggu. Klien yang dirawat di rumah sakit berubah peran
menjadi peran sakit sehingga perannnya sehari-hari tidak dapat dijalankan. Tanda
dan gejala yang ditunjukkan gangguan identitas adalah:
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu/tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi (menyalahkan orang lain)

1.4 Diagnosa Keperawatan


Dari pengkajian seluruh komponen konsep diri, dapat disimpulkan
masalah keperawatan diri, yaitu:
1. Gangguan harga diri: harga diri rendah situasional atau kronik
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
3. Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri, harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak
realistis

11
5. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
6. Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
7. Gangguan identitas personal
8. Ketidakberdayaan
9. Risiko perilaku kekerasan

1.5 Data yang Perlu Dikaji


Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat menangani klien yang
mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan
pendekatan secara individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan
pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga klien dengan
harga diri rendah.
Data yang perlu dikaji pada klien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias,
makan atau toileting).
b. Data obyektif
Mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimistis, tidak menerima pujian, penurunan produktivitas, penolakan terhadap
kemampuan diri, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
berkurang selera makan, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.

12
1.6 Standart Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada klien
1. Tujuan keperawatan
a) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki.
b) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.
c) Klien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
d) Klien dapat melatih kegiatan yang di pilih sesuai dengan
kemampuan.
e) Klien dapat melakukan kegiatan yang sudah di latih sesuai jadwal.
b. Tindakan keperawatan
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih di miliki klien.
Untuk membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang masih di milikinya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini.
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang di
miliki klien seperti kegiatan klien di rumah sakit, dan dimrumah,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien.
2) Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative.
b) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat di gunakan dengan cara-cara
berikut
1) Diskusikan dengan pasie mengenai kemampuanya yang masih dapat di
gunaka saat ini.
2) Bantu klien menyebutkanya dan beri penguatan terhadap kemampuan
diri yang di ungkapkan klien.
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar
yang aktif.
c) Membantu klien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan di
latih. Tindakan keperawatan yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan klien kegiatan yang akan di pilih sebagai kegiatan
yang akan klien lakuka sehari-hari

13
2) Bantu klien untuk memilih kegiatan yang dapat klien lakukan dengan
mandiri atau dengan bantuan minimal.
d) Latih kemampuan yang di pilih klien dengan cara berikut.
1) Diskusikan dengan klien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
2) Bersama klien, peragakan kegiatan yang di tetapkan.
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat di
lakukan klien.
e) Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang di latih.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di
latihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat di lakukan klien setiap hari.
3) Tingkatan kegiatan sesuai dengan tingkat tolransi dan perubahan setiap
kegiatan
4) Susunan jadwal untuk melaksanakan kegiatan yg telah dilatih.
5) Berikan klien kesempatan mengungkapan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.

SP 1 Klien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,


membantu klien menilai kemampuan yg masih dapat digunakan , membantu klien
memilih\ menetapkan kemampuan yg akan dilatih, melatih kemampuan yg telah
dilatih, dalam rencana harian.
Orientasi
‘’ selamat pagi ! bagaimana keadaan T Hari ini ? T terlihat segar.’’
‘’ bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yg
pernah T lakukan ? setelah itu kita akan nilai kita akan pilih satu kegiatan untuk
kita latih.’’
‘’ dimana kita duduk ? bagaimana kalau diruang tamu ? berapa lama? Bagaimana
kalau 20 menit’’?
Kerja
“ T, apa saja kemampuan yg dimiliki ? bagus , apa lagi? Saya buata didaftarnya ya
! apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan

14
merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali
ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat di kerjakan di rumah
sakit?(mis. Ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan
yang masih bisa di kerjakan di rumah sakit ini!”
“sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini. Baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat tempat tidur
T! Coba lihat sudah rapikah tempat tidurya?”
“nah, kalau kita merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya,dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas,ya bagus! Sekarang
sebelah kaki,tarik dan masukan, lalu sebelah pinggir masukan. Sekarang ambil
bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut!
bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan bagus!”
“coba T lakuakan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis
M (mandiri) kalau T lakukan tanpa di suruh tulis B (bantuan) kalau T melakukan
dengan dibantu , dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan ( perawat memberi
kertas berisi daftar kegiatan atau harian ).’
Terminasi
“ bagaimana perasaan T setelah kita bercakap cakap dan latihan merapikan tempat
tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yg dapat dilakukan dirumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur , yg sudah T praktikan dengan
baik sekali.Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukan dalam jadwal harian. T Mau berapa hari sekali
merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat, jm 4 sore.”
‘’Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yg kedua. T masih ingat kegiatan apa
lagi yg mampu dilakukan dirumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya, bagus

15
cuci piring.....kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jm 8 pagi
didapur ruangan ini sehabis makan pagi.sampai jumpa ya !.”

SP 2 klien: melatih klien melakukan kegiatan lain yg sesuai dengan kemampuan


klien . latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih . setiap kemampuan yg dimiliki akan meningkatkan harga diri
klien.
Peragakan komunikasi dibawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah!
Bagaimana T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi? Bagus kalau
sudah dilakukan (jika klien belum mampu melakukannya, ulang dan bantu
kembali) sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan
itu?”
“Ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci piring di dapur.”
“Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita kedapur!”
Kerja
“T, sebelum mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut / spons untuk membersih kanpiring, sabunkhususuntukmencucipiring,
dan air untukmembilas, T dapatmenggunakan air yang mengalir dari keran ini. Oh
ya, jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan.”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya
perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran
yang ada di piring tersebut ketempat sampah. Kemudian T bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut / spons yang sudah diberikan sabun pencuci
piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa
sabun sedikit pun di piring tersebut. Setelah itu, T bias mengeringkan pirinng
yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai. . . !
“Sekarang coba T yang melakukan. . .”
“Bagus sekali, T dapat mempraktikkan cuci piring dengan baik! Sekarang
dilap tangannya.”

16
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari.”
“T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga
kali setelah makan.”
“Besok kita akan latih untuk kemampuan ketiga, setelah merapikan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel.”
“Mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa!”

c. Tindakan keperawatan pada keluarga


1. Tujuan keperawatan
a. Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki klien.
b. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki klien .
c. Keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan maalah yang dihadapi keuarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang hagra diri rendah yang dialami klien.
c. Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki klien
dan puji klien atas kemampuannya.
d. Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah.
e. Demonstrasikan cara merawat klien harga diri rendah.
f. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat
klien harga iri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya.
g. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien dirumah.

17
SP 1 keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
klien dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan
cara merawat klien dengan harga diri rendah, dan member kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktikkan cara merawat. Peragakan komunikasi di bawah
ini!
Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T ?
Berapa lama? Bagaimana kalau tiga puluh menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”
Kerja
“Apa yang Bapak/Ibuk ketahui tentang masalah T?”
“Ya memang, benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya
diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. T sering mengatakan dirinya adalah
orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah
harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negative terhadap diri sendiri. Jika keadaan terus menerus seperti itu, T dapat
mengalami masalah yang lebih beratl agi, misalnya T jadi malu bertemu dengan
orang lain dan memilih mengurung diri.”
“Sampai di sini, Bapak/Ibumengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?
Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti!”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius,
kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T.”
“Bapak/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T ? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama.” (Jika sama dengan kemampuan yang dikatakan T).
“T telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur dan cuci
piring. T juga telah dibuatkan jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai
jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Jangan lupa

18
memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula member tanda
contreng pada jadwal kegiatannya. Selain itu, jika T sudah tidak lagi dirawat di
rumah sakit, Bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, Bpak/Ibu dapat membawa
T ke puskesmas.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktikan cara memberkan pujian
kepada T. Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dialakukan lalu berikan
pujian seperti, “Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring!”
“Coba Bapak/Ibu praktikan sekarang. Bagus!”
Terminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali Bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali
Bapak/Ibu mengunjungi T lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
member pujian langsung kepada T?”
“Pukul berapa Bapak/Ibu datang? Baik akan saya tunggu. Sampai jumpa!”

SP 2 keluarga : melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien harga diri


rendah langsung pada klien.
Peragakan komunikasi di bawahini!
Orientasi
“Selamat pagi Pak/Bu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik hari ini kita akan mempraktikannya langsung pada T.”
“Bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T!”
Kerja
“Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya dating
bersama orang tua T. seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua T

19
juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”(Kemudian anda berbicara kepada
keluarga sebagai berikut).
“Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktikan apa yang sudah kita
latihkan beberapa bulan lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
anak Bapak/Ibu.” (Perawat mengobservasi keluarga mempraktikan cara merawat
klien seperti yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya).
“Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan orang tua T?”
“Baiklah, sekarang suster dan orang tua T keruang perawat dulu!”
(Perawat dan keluarga meninggalkan klien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga).
Terminasi
‘’Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara perawatan tadi pada T.”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melekukan cara merawat yang sudah kita pelajari Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya?”

SP 3 keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga. Peragakan


komunikasi di bawah ini!
Orientasi
“Selamat pagi Pak/Bu! Karena hari ini T sudah boleh pulang, kita akan
membicarakan jadwal T selama di rumah.”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor!”
Kerja
“Pak/Buk ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat di lakukan di rumah? Pak/Buk, jadwal yang telah dibuat selama T
dirawat di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal kegiatan maupun
jadwal minum obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh T selama di rumah. Contohnya kalau T terus-menerus menyalahkan diri
sendiri dan berfikir negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau

20
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi, segera
menghubungi perawat K di Puskemas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah
Bapak/Ibu, ini nomer telepon puskesmasnya : (0651) 554 xxx. ”
“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan membantu perkembangan T selama di
rumah.”
Terminasi
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas?”
“Ini kegiatan jadwal harian T intuk dibawa pulang. Ini surat rujukan unytuk
perawat K di puskesmas Inderapuri. Janagn lupa kontrol ke puskesmas sebelum
obat habis atau ada gejala yang terlihat. Silahkan selesaikan administrasinya!”

21
1.7 Analisa Proses Interaksi
a. Analisa Proses Interaksi pada Klien
Initial klien :
Usia :
Interaksi :
Lingkungan :
Deskripsi :
Tujuan :
Waktu interaksi :
Bangsal :
No. CM :
Analisa
Komunikasi Komunikasi Analisa Berpusat
Berpusat Rasional
Verbal Non Verbal Pada Perawat
Pada Klien
P : Selamat P : Menghampiri Menerima Penuh percaya diri Penuh percaya diri
pagi Tn.T klien, tersenyum kehadiran dan senang bertemu dan senang
dan menjabat perawat dengan klien bertemu dengan
tangan klien klien
K : Klien
tersenyum
sambil melihat
pada Y

K : Selamat K : Bangun Duduk agak Merasa senang Belum berbina


Pagi pelan-pelan ragu karena klien mau hubungan saling
kemudian turun duduk mendekat percaya perlu
di tempat tidur, ditingkatkan
ekspresi tenang
menunduk.
P : membimbing
klien keruang
tamu.

P : Nama saya P : Kontak mata Klien Berharap dapat Untuk


P, saya memperbaiki duduk melanjutkan menimbulkan rasa
mahasiswa duduk sambil berhadapan bincang-bincang percaya bagi klien
keperawatan lebih mendekat kelihatan terlebih dahulu
tugas disini ragu perawat
selama dua memperkenalkan
minggu diri
merawat klien

22
lain dan Tn.T.
P : Bagaimana K : Ada Berharap dapat Belum terbawa
kalau kita memperhatikan keraguan melanjutkan hubungan saling
berbincang 20 perawat pada diri pertemuan percaya sehingga
menit, apa Tn.T kelihatan agak klien klien nampak ragu
setuju? ragu.

K : Ya K : kontak mata
singkat
menunduk
P :
memperhatikan
tingkah laku
klien

P : bisakah K : Kontak mata Mencoba Mengevaluasi Evaluasi


Tn.T tanpa ekspresi, berfikir kemampuan klien kemampuan klien
menyebutkan bicara pelan. untuk untuk menilai
beberapa mengingat keberhasilan
kegiatan rumah P : Kontak mata jawaban selama interaksi
tangga? mengati non pertanyaan
K : baik, yang verbal klien P
nomer satu,
merapikan
tempat tidur

P : ya bagus . . . Dapat Senang dapat Kemampuan klien


kalau begitu P : Kontak mata, mengingat mengingat secara mengingat harus
kita akan latian bicara keras banyak kognitif dipertahankan
yang kedua bernada tentang
yaitu mencuci memohon kemampuan
piring besok K : Kontak mata yang
jam 8 pagi singkat dimiliki
didapu ruangan menunduk
ini.
K : Ya
P : sekarang P : kontak mata, Berbicara Perawat berharap Orientasi waktu
kita akan tersenyum agak ragu, klien mengingat klien baik
latihan K : kontak mata kurang
kemampuan datar, menunduk percaya diri
kedua. Masih
ingat kegiatan
itu Tn.T?
K : Ya

23
P : sekarang P : kontak mata, Klien Perawat berharap Memenuhi
kita akan mengamati senang klien menjawab kebutuhan rasa
latihan mencuci exprsi klien dengan pertanyaannya nyaman klien
piring didapur K : kontak mata kegiatan
dengan waktu singkat, bicara yang
15 menit. Mari pelan dilakukan
kita kedapur!.
K : Ya

P : sekarang P : Klien Senang klien dapat Kemampuan klien


saya perlihatkan mempertahankan senang dan memperhatikan serta mengingat harus
dulu ya kontak mata, mencoba memahami apa yang diperhatikan
caranya,setelah mengamati yang dipragakan
semua eksprsi klien. dipragakan
perlengkapan K : mengamati perawat
tersediaTn.T non verbal
ambil satu perawat
piring kotor,
lalu buang dulu
sisa kotoran
ketempat
sampah,
kemudia Tn.T
bersihkan piring
tersebut dengan
sabun pencuci
piring,kemudian
bilas dengan air
bersih, apa Tn.T
mengerti?
K : Ya, saya
akan mencoba

P : bagus sekali,
Tn.T dapat
mempraktekan
dengan baik.

24
b. Analisa Proses Interaksi pada Keluarga
Analisa
Analisa
Komunikasi Berpusat
Komunikasi Verbal Berpusat Pada Rasional
Non Verbal Pada
Klien
Perawat
P : selamat pagi bu, P : kontak mata, Bicara lancar, Berharap Menggali
bagaimana kalu pagi ini bicara pelan, isi sesuai keluarga informasi untuk
kita berbincang- nada suara menjawab menimbulkan
bincang tentang cara pelan, tersenyum pertanyaan rasa percaya
merawat Tn.T, selama K : kontak mata,
30 menit, apa bicara lancar
Bapak/Ibu
menyetujuinya?
K : selamat pagi, baik.

P : apa yang Bapak/Ibu P : kontak mata Keluarga Berharap Keluarga dapat


ketahui tentang hangat sambil terkesan keluarga mengungkapkan
masalah Tn.T? mempersilahkan berbicara dann menjawab perasaan
K : Tn.T tidak percaya menjawab senang dengan pertanyaan
diri, sering K : kontak mata interaksi
menyalahkan diri ada bicara lancar perawat
sendiri, sering
mengatakan bahwa
dirinya paling bodoh
sedunia

P : ya memang benar P : Ada banyak Belum terbina


sekali pak/bu itu yang mempertahankan keinginan untuk hubungan saling
sering dikatakan Tn.T kontak mata mengungkapkan percaya
saat saya merawatnya sambil rasa empati
disini. tersenyum

P : Tn.T telah berlatih


dua kegiatan, yaitu
merapikan tempat tidur
dan mencuci piring.
Tn.T juga telah
membuat jadwal untuk
kegiatannya, untuk itu
Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Tn.T
untuk melakukan
kegiatan tersebut sesuai
jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-
alatnya ya Pak/Bu, dan

25
jangan lupa berikan
pujian agar harga
dirinya meningkat

P : jika masalah harga


dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani
lagi bapak/ibu
membawah
kepuskesmas

P : sampai disini P : kontak mata, Senang


pak/bu, sekarang bicara jelas, dapat
mengerti apa yang mengulurkan menjawab
dimaksud harga diri jabatan tangan pertanyaan
rendah K :bicara lancar,
K : ya, sekarang saya menyambut
mengerti uluran tangan

P : bagus sekali ibu P : kontak mata


sudah mengerti tersenyu dan
memberi
ajungan jempol
P : bagaimana kalau
kita bertemu lagi dua
hari mendatang, untuk
lanjutan cara memberi
pujian kepada Tn.T?
K : baik.

26
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH

PENGKAJIAN KEPERAWATANKESEHATAN JIWA


Tanggal MRS : 10 Juni 2019
Tanggal Dirawat Di Ruangan : 12 Juni 2019
Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2019
Ruang Rawat : Kasuari

I. DENTITAS KLIEN
Inisial : Tn A
Umur : 37 tahun
Alamat : Jl. Arjuna 05/01, Batu Malang
Pekerjaan : Serabutan
No. RM : 60628

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Klien mengatakan marah ketika temannya tidak menepati janji, sehingga
klien melempari rumah temannya dengan batu dan klien merasa malu dan
marah pada diri sendiri karena ketika bekerja tidak pernah mendapat gaji
yang cukup. Saat marah klien mendengar bisikan seperti sorakan orang
sekampung menjelekannya.
Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah dan
resiko gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
b. Data sekunder
Perawat mengatakan klien diberikan janji oleh temannya perkerjaan di depot
air sebelah rumahnya ditepati temannya tidak menepati janji padahal klien
sudah sangat berharap bisa bekerja, hatinya bergejolak dan marah sehingga
melempari rumah temannya dengan batu.

27
Diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan
c. Keluhan utama
Klien merasa malu dengan dirinya sendiri karena tidak dapat bekerja
membantu ekonomi keluarga
Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG ( FAKTOR PRESIPITASI)


Klien dirawat di ruang Kasuari, klien mengatakan kalau dirinya sudah mulai
sakit sejak masih SMA, kemudian dia sudah 15 kali keluar masuk RS
karena perilakunya yang dianggap aneh dan tidak bisa mengontrol
emosinya. Klien juga pernah berobat di pengobatan alternatif yang ada di
Kediri, dan terakhir dibawa ke RS ini karena dia tidak bisa mengontrol
emosinya kemudian marah-marah di sekitar jalanan kampungnya, lalu
dibawa oleh ayah dan saudara sepupunya ke RS.
Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
Klien mengatakan sudah ada gangguan jiwa sejak dulu. Mengalami
gangguan jiwa sejak klien duduk di bangku SMA, klien keluar masuk
RSJ sebanyak 15 kali yang diakibatkan karena tidak terkontrolnya
emosi pada dirinya yang hampir melukai ibu dan neneknya.
Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif
2. Faktor Penyebab/pendukung
a. Riwayat trauma
Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
b. Pernah melakukan upaya/percobaan bunuh diri
Klien mengatakan tidak pernah mencoba bunuh diri
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa
kematian, perpisahan )

28
Klien mengatakan tidak pernah mengalami perpisahan dengan orang
yang disayang
d. Riwayat penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
fisik yang berat dan gangguan tumbuh kembang
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan dulu pernah diajak temannya untuk
mengkonsumsi sabu-sabu dan ganja sebanyak dua kali
Diagnosa keperawatan : koping individu inefektif
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Klien mengatakan pernah berobat ke pengobatan alternatif di Kediri
dan pernah berobat ke dokter, namun klien merasa belum sembuh.
Diagnosa keperawatan : regimen terapeutik inefektif
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
klien berhubungan baik dengan keluarga maupun saudaranya.
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram

29
Keterangan:
: Meninggal
: Klien

: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: orang yang dekat dengan klien

Penjelasan :
Pola asuh : klien diasuh oleh kedua orang tuanya
Pola komunikasi : klien di rumah sering komunikasi dengan orang tuanya
Pengambilan keputusan: dalam keluarga pengambil keputusan adalah orang
tuanya
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan dapat menerima bentuk tubuhnya dan merasa tidak ada
yang kurang dalam dirinya
b. Identitas
Klien mengatakan dapat menerima perannya sebagai seorang laki-laki dan
puas terhadap jenis kelaminnya sebagai seorang laki-laki
c. Ideal diri
Klien mengatakan ingin bekerja dengan memperoleh gaji yang cukup
untuk membantu keluarganya
d. Harga diri
Ketika di masyarakat klien merasa malu untuk melakukan kegiatan diluar
rumah karena banyak yang mengejek klien
Diagnosa keperawatan : gangguan konsep diri: harga diri rendah

30
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
 Dirumah: klien mengatakan mempunyai adek yang disayang yang
biasanya diajak bicara dengan klien
 Di RSJ: klien mengatakan ada teman dekat yang biasanya berbicara
dengan klien.
 Klien dapat berinteraksi baik dengan teman-temannya di RSJ Lawang
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
 Di rumah: klien mengatakan sebelum sakit sering mengikuti kegiatan
dimasyarakat
 Di RSJ: klien aktif dan patuh dalam mengikuti kegiatan selama di
ruangan dan sering ngobrol dengan temannya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berinteraksi dengan orang
lain
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam dan yakin bahwa Allah SWT
adalah tuhannya
b. Kegiatan ibadah
 Di rumah: klien mengatakan di rumah sholat 5 waktu
 Di RSJ: klien mengatakan saat di RSJ Lawang menjalankan sholat 5
waktu bersama teman-temannya
Diagnosa keperawatan : tidak ada masalah

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
Keadaan umum baik, klien kooperatif selama wawancara, kontak mata
fokus

31
2. Kesadaran (kuantitas)
Composmentis. GCS : 4 5 6
3. Tanda vital
TD : 110/60 mmHg
N : 82x/mnt
S : 36,3 oC
RR : 22x/mnt
4. Ukur
BB : 70 Kg
TB : 161 cm
5. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Diagnosa keperawatan: Tidak ada masalah

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan klien rapi, rambut bersih dan rapi, gigi dan mulut bersih, kuku
terlihat bersih, kaki bersih karena klien selalu memakai alas kaki, pakaian
rapi, klien menggunakan baju dengan benar dan kusut sama dengan klien
yang lainnya.
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
2. Pembicaraan
Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa dan bahasa indonesia, dimana
saat bercakap-cakap klien terlihat defensif yaitu selalu berusaha
mempertahankan kebenaran dirinya dibuktikan dengan pembicaraan klien
yang cenderung ingin menguasai topik pembicaraan serta berpikir bahwa apa
yang diucapkan selalu benar.
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah

32
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak tenang, santai dan sangat kooperatif ketika berckap-cakap
dengan perawat
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
4. Mood dan Afek
1) Mood
Anhedonia dibuktikan dengan klien mengatakan ketika dirumah klien
senang sekali jika disuruh karena klien senang dengan kebersihan
menyapu dan ketika di RS klien merasa biasa saja ketika disuruh
menyapu.
2) Afek
Afek klien labil, dibuktikan dengan klien sering kali terlihat menyendiri
dengan wajah yang tegang kemudian tiba-tiba berubah menjadi ceria, dan
klien sempat mengatakan terkadang tiba-tiba merasa kesal sendiri
Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir
5. Interaksi Selama Wawancara
Klien tampak kooperatif disertai kontak mata yang cukup baik sehingga saat
berbincang-bincang dengan perawat klien merasa nyaman, klien bicara
dengan nada yang sedang
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
6. Persepsi Sensorik
Klien mengatakan alasan masuk ke RSJ Lawang klien merasa mendengar
ada suara orang satu desa yang berteriak menjelek-jelekkan klien, halusinasi
itu dirasakan hanya satu kali saja saat klien masih dirumah dan muncul saat
malam hari ketika klien bangun tidur tengah malam dan menjadikan klien
dibawa ke RSJ Lawang. Namun saat pengkajian klien mengatakan sudah
tidak lagi mendengar atau berhalusinasi lagi.
Diagnosa keperawatan: resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran

33
7. Proses Pikir
a. Arus pikir
Koheren, yaitu dimana klien dapat menjawab pertanyaan perawat dengan
sesuai dan tepat
b. Isi pikir
Rendah diri, dibuktikan dengan klien merasa tidak ada orang yang
menghargai apa yang telah klien sampaikan dan kemampuan yang
dimilki klien selalu saja diragukan
c. Bentuk pikir
Non realistik, dibuktikan dengan ketika klien direndahkan oleh orang
lain, kermudian orang yang merendahkan klien mengalami musibah,
klien menganggap bahwa itu adalah sebuah balasan atas perbuatannya
pada klien
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
a. Orientasi
1) Orang
Klien mampu mengingat nama pengkaji dengan benar
2) Tempat
Tidak ada masalah dibuktikan saat klien di tanya klien berada dimana,
klien menjawab di RSJ ruang kasuari.
3). Waktu
Tidak ada masalah dibuktikan dengan saat di tanya waktu senam klien
menjawab pagi hari.
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
9. Memori
a. Daya ingat jangka panjang
Tidak ada masalah dibuktikan ketika ditanya kapan bapak dibawa ke RSJ
ini? Klien menjawab seminggu yang lalu (10 juni 2019).

34
b. Daya ingat jangka pandek
Klien masih bisa mengingat nama (mahasiswa) yang merawat klien
selama praktik di ruang kasuari
c. Daya ingat pendek
Klien masih mengingat kegiatan – kegiatan yang baru saja di lakukan
seperti: makan dan senam
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Tingkat konsentrasi
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik dibuktikan dengan klien
mampu menyebutkan 5 macam buah secara berurutan seperti yang
diucapkan perawat
b. Berhitung
Klien mampu berhitung dengan baik dan benar, dibuktikan dengan saat
diberikan pertanyaan klien mampu menjawab dengan benar meskipun
dengan bantuan jari tangan untuk menghitung (100 – 7 = 93 - 7 = 86)
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
11. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan, dibuktikan dengan klien menceritakan
pengalaman dan masalahnya, dan pada saat perawat memberikan solusi atau
nasehat klien mau menerima dengan baik dan berterimakasih pada perawat
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
12. Daya Tilik Diri
Klien tidak mengingkari penyakitnya dan tidak menyalahkan hal-hal diluar
dirinya yang membuat klien dibawa ke RSJ Lawang, klien menyadari dan
menrima penyakit yang dialami
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah

35
VIII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
a. Perawatan kesehatan
Klien mandi 2x/hari memakai sabun dan gosok gigi
b. Transportasi
Klien masih ingat jalan menuju kerumahnya, kalau pulang kerumah saya
naik bis kemudian masuknya naek becak
c. Tempat tinggal
Klien mengatakan setelah pulang dari RSJ Lawang akan tinggal bersama
bapak dan ibu
d. Keuangan
Klien setelah pulang dari RSJ ingin bekerja ikut pamannya yang punya
usaha mebel kayu
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Perawatan diri
1) Klien mengatakan mandi 2 sampai 3x/hari memakai sabun dan
menggosok gigi tanpa bantuan orang lain
2) Klien dapat merapikan rambutnya sendiri tanpa bantuan dan klien dapat
mengganti pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
3) Klien dapat makan 3x/hari tanpa bantuan
4) Klien dapat BAB 5x/seminggu dan BAK 3-4x/hari
b. Nutrisi
1) Klien mengatakan makan 3x/hari dan mendapat kudapan 1 dalam sehari
2) Porsi makan selalu habis, dengan nasi lauk sayur dan buah dan kadang
ada makanan tambahan seperti kacang hijau dan pisang
3) Berat badan klien turun
c. Tidur
Klien mengalami gangguan tidur pada saat malam hari karena setiap
malam sekitar pukul 2 klien selalu terbangun dan tidak bisa tidur lagi,
ketika siang hari klien juga mengalami sulit saat tidur

36
Diagnosa keperawatan: ganguan pola tidur: halusinasi pendengaran
3. Kemampuan lain
Klien mampu minum obat secara mandiri
4. Sistem pendukung
a. Teman
Klien mengatakan teman saya belum ada yang menjenguk
b. Terapis
Dokter dan perawat
c. Keluarga
Klien mengatakan keluarga saya belum ada yang menjenguk sama sekali
d. Kelompok sosial
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok sosial
karena minder

IX. MEKANISME KOPING


Maladaptif: apabila mempunyai masalah klien tidak mau menceritakan
masalahnya kepada siapapun lebih banyak dipendam sendiri
Diagnosa keperawatan: Koping individu inefektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan selalu mengikuti aktifitas dipagi hari dan bisa bersosial
baik dengan teman
2. Masalah yang berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan “saya tinggal di rumah dengan ibu dan bapak saya, bila
saya tidak ada kegitan saya Cuma menonton televisi”
3. Masalah dengan pendidikan
Klien sekolah sampai jenjang SMA
4. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tinggal bersama ibu, bapak dirumahnya sendiri bukan
kontraan.

37
5. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan pernah kerja membantu ibu dikantin dan yang terakhir
didepot pengisian air
6. Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan keadaan ekonominya masih kurang
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan saat ada keluarga yang sakit di bawa ke pelayanan
kesehatan terdekat

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Penyakit jiwa
Klien mngetahui bahwa dirinya sedang sakit jiwa, sehingga dirawat di RSJ
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah

XII. ASPEK MEDIS


Diagnose Medis: F20.14 (skizofrenia hibefrenik episode berulang)
Terapi Medis:
Trifuoporamid 5mg 1-0-1
Chlorpromazine 100mg 0-0-1

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan konsep diri (Harga diri rendah)
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Koping individu inevektif
4. Koping keluarga inevektif
5. Gangguan proses pikir
6. Resiko gangguan sensori persepsi (Halusinasi pendengaran)
7. Regimen terapeutik inefektif

38
XIV. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan

Gangguan proses pikir Resiko halusinasi Effect

Gangguan konsep diri :


Core Problem
Harga diri rendah

Koping keluarga Koping individu Regimen terapeutik Cause


Inefektif Inefektif inefektif

XV. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan konsep diri (Harga diri rendah)
2. Gangguan proses pikir
3. Resiko perilaku kekerasan

XVI. Analisa Data


NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: Klien mengatakan bahwa dia Gangguan konsep diri
merasa malu dan tidak berguna karena harga diri rendah
tidak bisa bekerja dengan memperoleh
gaji yang cukup untuk membantu
keluarga dan klien dikucilkan oleh
tetangga dan teman disekitar rumahnya
DO: Saat berinteraksi klien terlihat
menunduk dan menunjukan ekspresi
yang sedih
2. DS: klien mengatakan pada usia Resiko perilaku kekerasan
30tahun pernah mengalami perilaku
kekerasan korban adalah ibu dan saksi
adalah ayah klien
DO: Ketika klien ditanya klien nampak
menunduk dengan ekspresi yang
menyesal
3. DS: Klien mengatakan dulu pernah Koping individu inefektif
diajak temannya untuk mengkonsumsi

39
sabu sabu dan ganja kurang lebih dua
kali, klien juga mengatakan dulu pernah
mempunyai cita cita ingin sekolah TNI
AL namun tidak lolos dan klien merasa
bersalah karena membuat orangtuanya
kecewa
DO: klien serius ketika menceritakan
pengalamannya dahulu sebelum masuk
rumah sakit jiwa
4. DS: klien mengatakan sudah 15 kali Koping keluarga inefektif
keluar masuk rumah sakit
DO: klien sudah hafal lingkungan
rumah sakit
5. DS: Klien mengatakan marah ketika Resiko gangguan sensori
temannya tidak menepati janji, persepsi halusinasi
sehingga klien melempari rumah pendengaran
temannya dengan batu, saat marah klien
mendengar bisikan seperti sorakan
orang sekampung menjelekannya.
DO: klien bercerita dengan ekspresi
sedih, intonasi rendah
6. DS: klien sering kali terlihat Gangguan proses pikir
menyendiri dengan wajah yang tegang
kemudian tiba-tiba berubah menjadi
ceria, dan klien sempat mengatakan
terkadang tiba-tiba merasa kesal sendiri
DO: ekspresi klien sering berubah-ubah
7. DS: Klien mengatakan pernah berobat Regimen terapeutik
ke pengobatan alternatif di Kediri dan inefektif
pernah berobat ke dokter, namun klien
merasa belum sembuh.
DO: Saat bercerita ekspresi wajah klien
terlihat bingung

40
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DENGAN KLIEN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

Nama Klien : Tn. A


Usia : 38 tahun
No RM: : 60628
Dx. Perencanaan
Tgl Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
25- Gangguan TUM : 1. Setelah dilakukan 1 1. Klien dapat membina
06- Konsep Diri : Klien memiliki kali interaksi klien hubungan saling
19 Harga diri konsep diri yang menunjukkan ekspresi percaya dengan
rendah positif wajah bersahabat, menggunakan
TUK : menunjukkan rasa komunikasi terapeutik :
1. Klien dapat senang, ada kontak a. Sapa klien dengan
membina hubungan mata, mampu rumah baik maupun
saling percaya menyebutkan nama, non verbal
2. Klien dapat mampu menjawab b. Perkenalkan nama,
mengidentifikasi salam, klien mau nama panggilan
tanda gejala duduk berdampingan perawat dan tujuan
penyebab dan akibat dengan perawat mau perawat berkenalan
harga diri rendah mengutarakan c. Tanyakan nama
3. Klien dapat masalahyang dihadapi lengkap dan nama
mengidentifikasi : panggilan kesukaan
kemampuan dan a. Menetapkan dan klien
aspek positif yang memilih kegiatan d. Menunjukkan sikap
dimiliki sesuai dengan jujur dan menepati janji
4. Klien dapat kemampuan setiap kali berinteraksi
menilai kemampuan b. Melatih kegiatan e. Jelaskan tujuan
yang dapat yang sudah dipilih pertemuan
digunakan sesuai dengan f. Jujur dan menepati
5. Klien dapat kemampuan janji
menetapkan dan c. Merencanakan g. Tunjukkan sikap
memilih kegiatan kegiatan yang sudah empati dan menerima
sesuai dengan dipilih klien apa adanya
kemampuan h. Beri perhatian dan
6. Klien dapat perhatikan kebutuhan
melatih kegiatan klien
yang sudah dipilih TUK 2 :
sesuai kemampuan 1. Diskusikan
7. Klien dapat kemampuan dan
merencanakan aspek positif yang
kegiatan yang sudah dimiliki klien dan
dipilih beri pujian atas

41
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
2. Saat bertemu dengan
klien, hindarkan
memberikan
penilaian negatif,
utarakan memberi
pujian yang realistis
TUK 3 :
1. Diskusikan
kemampuan klien
yang masih dapat
digunakan selama
sakit
2. Diskusikan juga
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di RS
dan di rumah nanti
TUK 4
1. Rencanakan
bersama klien
aktivias yang masih
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kemampuan
kegiatan mandiri,
kegiatan dengan
bantuan minimal
2. Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi
klien
3. Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien dilakukan
TUK 5 :
1. Diskusikan dengan
klien untuk melatih
kemampuan yang
sudah dipilih
2. Bersama klien

42
memperagakan
kegiatan yang akan
ditetapkan
3. Berikan dukungan
dan pujian pada
setiap kegiatan yang
dapat dilakukan
klien
TUK 6 :
1. Diskusikan dengan
klien untuk
merencanakan
kegiatan yang sudah
dipilih
2. Tentukan jadwal
kapan dan dimana
kegiatan yang sudah
dipilih akan
dilaksanakan
3. Bantu memasukkan
kedalam jadwal
harian
.

43
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn A Ruangan : Kasuari RM No : 60628


Tanggal
No. & IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam
1 25-06- SP 1:
2019 1. 1. Membina hubungan saling S : “Siang mbak, nama saya Tn. A”
percaya “Alhamdulilah sehat, bisa tidur,
2. – Memberi kesempatan untuk pengen pulang.”
mengungkapkan perasaannya “Iya saya senang bisa ngobrol-ngobrol
3. – Mengatakan pada klien bahwa ia sama mbak”
adalah orang yang berguna O:

4. 2. Mengidentifikaskan tanda gejala, “Klien terkadang terlihat menyuram”
peyebab, dan akibat harga diri  “Ekspresi wajah terlihat sedih dan
rendah menunduk”
5. 3. Mengidentifikasikan kemampuan “Bicara dengan nada suara yang
dan aspek positif yang dimiliki tertahan”
6. – Mendiskusikan kemampuan dan A:
aspek positi yang dimiliki - Klien mampu berkenalan
7. – Memberikan pujian yang realistik - Klien mampu melakukan BHSP
dengan benar
- Klien mampu mengungkapkan
perasaannya
P : lanjutkan SP 1 dan poin 2

44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn A Ruangan : Kasuari RM No : 60628


Tanggal
NO & IMPLEMENTASI EVALUASI
Jam
26-06-19
TUM SP 1 :
1. Membina hubungan saling S : “Selamat pagi mbak”
percaya “Perasaannya saya hari ini senang”
2. Mendiskusikan kemampuan dan “Sudah mandi dan sholat”
aspek positif yang dimiliki O:
- Memberikan pujian atas - Klien mampu berinteraksi
kemampuan mengungkapkan dengan baik ketika aktivitas
perasaannya kelompok
- Memberikan penilaian yang - Klien tampak bersemangat
realistik
1. A:
- Klien mampu mendiskusikan
Kli tentang kemampuan dan aspek
22 positif yang dimiliki
- Klien mampu
mengidentifikasikan
kemampuan dan aspek positif
tersebut
P : Lanjutkan SP 2

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn A Ruangan : Kasuari RM No : 60628


No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
&
Jam
1 27-06-1. SP 2 S. :
19 2. – Membantu klien memilih “ Siang pak”
dan melatih kemampuan “Saya senang mbak”
kedua yang dipilih “ latihan melakukan hal-hal
positif”
O:
- Klien nampak
bersemangat
- Klien melakukan apa
yang sudah dilatih
perawat
A:
- Klien mampu
mendiskusikan tentang
kemampuan yang dimiliki
- Klien mampu
mendiskusikan dengan
melakukan kegiatan
positif yang dimiliki
P : Lanjutkan SP 3

46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Selasa, 25 Juni 2019

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Klien mengatakan dia ingin bekerja dan memperoleh gaji yang cukup
namun banyak orang disekitarnya yang meremehkannya
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus (TUK):
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki klien
4. Tindakan Keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c. Memperkenalkan diri dengan sopan
d. Membantu klien mengenali aspek positif dan negatif pada diri

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat siang Pak, perkenalkan saya Muna. Maukah Bapak
ngobrol-ngobrol dengan saya”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang? Apakah Bapak merasa
bosan disini? Ataukah Bapak mempunyai keinginan sesuatu saat
ini?”
3. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan
Bapak?”
Waktu : “Berapa lama Pak? Bagaimana jika 30 menit?”
Tempat : “Dimana kita bisa bercakap-cakap?”
b. FASE KERJA
“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian Bapak tentang
diri Bapak saat ini? Karena merasa tidak berguna berarti apa yang
menyebabkan Bapak demikian?

47
“Jadi bapak merasa tidak bisa bekerja dengan mendapatkan gaji yang
cukup”
“Tadi Bapak mengatakan telah gagal dalam bekerja dengan
memperoleh gaji yang cukup, sebenarnya apa saja harapan Bapak?”
“Agar dapat mencapai harapan itu, mari kita sama-sama menilai
kemampuan apa saja yang bapak pernah miliki?”
“Bagus semua kegiatan yang positif bisa bapak lakukan dengan
kemampuan yang sangat bagus”

c. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bapak mampu melakukan kegiatan yang diagendakan dengan baik”
Evaluasi Obyektif (perawat)
“Klien tampak rajin dan bersih dalam menyelesaikan tugasnya”
b. Rencana tindak lanjut
“Nah, besok saya akan datang kembali. Kita latihan kegiatan yang kedua ya
pak?”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok kita melakukan kemampuan yang dimiliki bapak lagi ya?
Waktu : “Besok pagi saya datang lagi ya pak?
Tempat : “Untuk tempat terserah bapak mau dimana?”

48
IMPLEMENTASI EVALUASI
Nama: Tn. A Ruang: Kasuari No.RM: 60628

No. Tempat
Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx & Jam
1. 25/06 1. Membina hubungan saling S: “Selamat siang mbak, nama
10.00 percaya saya Tn. A, boleh mbak, lagi
2. Menanyakan nama lengkap seneng mbak, dibuat seneng aja
dan nama panggilan mbak, maunya pulang saja
3. Menunjukkan sikap empati mbak. Iya mbk. Kita ngobrol
dan menerima apa adanya disini saja mbak”
4. Mendiskusikan tentang aspek “Saya orang yang tidak berguna
positif yang dimilIki klien bagi orang tua mbak, karena
5. Memberikan pujian yang saya tidak bekerja mbak dan
realistis hindarkan penilaian tidak pernah mendapatkan gaji
negatif yang cukup” saya pengen
bekerja menetap mbak dengan
gaji yang sebanding untuk
mencukupi kebutuhan keluarga,
saya pernah bekerja dikantin dan
ditempat penjualan air galon
mbak
“Terimakasih mbak”

O:
- klien mau diajak bercakap-
cakap
- klien mau mengutarakan
keinginannya

A: Klien kooperatif saat


percakapan terdapat kontak
mata klien berbicara serius

P: Ulangi SP 1 TUK 2
- bantu klien mengenali aspek
positif
- ajarkan klien untuk
membuat daftar kegiatan

49
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Rabu, 26 Juni 2019

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Klien tampak sedih memikirkan dirinya dan keluarga yang diremehkan
dan ingin segera pulang
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus (TUK):
a. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki
b. Klien dapat mengetahui dan menilai kemampuan yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan:
a. Membantu klien mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki
b. Memberi penilaian positif terhadap kemampuan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
a. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat siang pak. Bagaimana keadaan bapak hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah dilakukan”.
2. Evaluasi / Validasi
Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
dilakukan di RSJW. Kemudian kita akan pilih satu kegiatan untuk
dilatih.
3. Kontrak
Topik : “Kita akan pilih satu kegiatan untuk dilatih”
Waktu : “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 20 menit?”
Tempat : “Dimana kita akan bercakap-cakap?”
b. FASE KERJA
“Pak, apa saja kemampuan yang dimilki? Bagus, apa lagi pak? Saya
buat daftarnya ya? Apa saja kegiatan rumah yang dapat bapak
lakukan? Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Menyapu?
Mengepel? Waah, bagus sekali. Banyak juga yah kemampuan yang
bapak milki. Pak dari beberapa kegiatan, mana yang masih aktif
dikerjakan di ruangan ini? Bagus segali pak, bapak masih ada kegiatan

50
yang bisa dilakukan. Dari daftar ini, bapak pilih salah satu, nanti kita
akan melakukannya bersama-sama.”
“Bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan rapi, coba bedakan
dengan tadi sebelum dirapikan. Kalau begitu, bapak harus
melakukannya setiap hari dengan mandiri. Setelah dilakukan, jangan
lupa mengisi kertas daftar kegiatan ini. Tulis mandiri kalau bapak
melakukan tanpa disuruh, maka tulis B (Baik), jika bapak
melakukannya dengan bantuan teman atau perawat maka tulis C
(Cukup), jika bapak tidak melakukan maka kosongi saja daftar
kegiatan.”
4. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur?”
Evaluasi Obyektif (perawat)
“Ya pak, ternyata bapak banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan disini, salah satunya merapikan tempat tidur. Saya berharap
bapak bisa melaksanakannya setiap hari.”
b. Rencana tindak lanjut
“Besok pagi kita latihan lagi yah pak.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Besok pagi kita latihan lagi untuk aktivitas yang kedua?”
Waktu : “Kita akan latihan besok jam 10.00 ya pak?”
Tempat : “Untuk tempat terserah bapak mau dimana?”

51
IMPLEMENTASI EVALUASI

Nama: Tn. A Ruang: Kasuari No.RM: 60628


No. Tempat
Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx & Jam
1. 26/06 a. Membantu klien S: klien mengatakan
10.30 mengidentifikasi aspek positif mempunyai kemampuan
dan kemampuan yang dimiliki positif yang banyak dan mau
b. Memberi penilaian positif melakukannya setiap hari
terhadap kemampuan klien O:
- Klien mau diajak ngobrol
- Klien mau diajak untuk
latihan kemampuannya
A: Klien kooperatif saat
percakapan terdapat kontak
mata klien berbicara serius
P: lanjut SP 2
- anjurkan klien untuk
- ajarkan klien untuk

52
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan
atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri di klarifikasi menjadi tiga
peran diri, ideal diri dan harga diri. Data objektif yang dapat ditemukan yaitu
mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, mengungkapkan dirinya merasa
tidak mampu, mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja, mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan atau toileting).

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Klien
Anjurkan klien untuk meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan
kegiatan ibadah agar selalu mengingat dan bersyukur terhadap rizki yang
diberikan Allah kepadanya dan rutin melakukan kegiatan positif dan bermanfaat
untuk orang lain.
4.2.2 Bagi Perawat
Ajarkan klien untuk membuat daftar kemampuan yang masih bisa dilakukan
klien dan dijadikan sebagai jadwal kegiatan harian klien.

53
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Mubarak, Iqbal, W., & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Ed. 1.
Yogyakarta: CV Andi

Suliswati, d. (2005). Konsep Dasar Keprawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

54

Anda mungkin juga menyukai