Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hiperglikemia hyperosmolar non ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes
mellitus dimana penderita akan mengalami dehidrasi berat , yang bisa menyebabkan
kebingungan mental , pusing , kejang dan suatu keadaan yang disebut koma. Ini terjadi pada
penderita diabetes tipe II.

Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan


kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita DM. Secara klinik
diperlihatkan dengan hiperglikemia berat yang mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak
ada ketosis/ada tapi ringan dan gangguan neurologis.

Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang ditandai


dengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai penurunan
kesadaran (Mansjoer, 2000).

Menurut Hudak dan Gallo (edisi VI) koma hiperosmolar adalah komplikasi dari diabetes
yang ditandai dengan :

1) Hiperosmolaritas dan kehilangan cairan yang hebat.


2) Asidosis ringan.
3) Sering terjadi koma dan kejang lokal.
4) Kejadian terutama pada lansia.
5) Angka kematian yang tinggi.

2.2 Etiologi

1) Insufisiensi insulin
a. DM, pankreatitis, pankreatektomi
b. Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid)
2) Increase exogenous glucose
a. Hiperalimentation (tpn)
b. High kalori enteral feeding
3) Increase  endogenous glukosa
a. Acute stress (ami, infeksi)
b. Pharmakologic (glukokortikoid, steroid, thiroid)
4) Infeksi: pneumonia, sepsis, gastroenteritis.
5) Penyakit akut: perdarahan gastrointestinal, pankreatitits dan gangguan kardiovaskular.
6) Pembedahan/operasi.
7) Pemberian cairan hipertonik.
8) Luka bakar.

Faktor risiko Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik :

 Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)


 Kegemukan (BB(kg)>120% BB idaman, atau IMT>27 (kg/m2)
 Tekanan darah tinggi (TD > 140/90 mmHg)
 Riwayat keluarga DM
 Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
 Riwayat DM pada kehamilan
 Dislipidemia (HDL<35 mg/dl dan/atau trigliserida>250 mg/dl)
 Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu)

2.3 Manifestasi Klinis

Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik / Gejala Hiperglikemia Hiperosmolar Non


Ketotik . Tanda dan gejala umum KHNK adalah haus, kulit terasa hangat dan kering,
mual dan muntah, nafsu makan menurun (penurunan berat badan), nyeri abdomen, pusing,
pandangan kabur, banyak kencing, mudah lelah, polidipsi, poliuria, penurunan kesadaran.

Gejala-gejala Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik  meliputi :

1. Agak mengantuk, insiden stupor atau sering koma.


2. Poliuria selam 1 -3 hari sebelum gejala klinis timbul.
3. Tidak ada hiperventilasi dan tidak ada bau napas.
4. Penipisan volume sangat berlebihan (dehidrasi, hipovolemi).
5. Glukosa serum mencapai 600 mg/dl sampai 2400 mg/dl.
6. Kadang-kadang terdapat gejala-gejala gastrointestinal.
7. Hipernatremia.
8. Kegagalan mekanisme haus yang mengakibatkan pencernaan air tidak adekuat.
9. Osmolaritas serum tinggi dengan gejala SSP minimal (disorientasi, kejang setempat).
10. Kerusakan fungsi ginjal.
11. Kadar HCO3 kurang dari 10 mEq/L.
12. Kadar CO2 normal.
13. Celah anion kurang dari 7 mEq/L.
14. Kalium serum biasanya normal.
15. Tidak ada ketonemia.
16. Asidosis ringan

2.4 Patofisiologi

Sindrome Hiperglikemia  Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan hormon


insulin dan kelebihan hormon glukagon. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan
glukosa ke dalam sel, sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma. Peningkatan hormon
glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar glukosa plasma.
Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar. Kondisi hiperosmolar serum akan
menarik cairan intraseluler ke dalam intra vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan
intraselluler. Bila klien tidak merasakan sensasi haus akan menyebabkan kekurangan cairan.

Tingginya kadar glukosa serum akan dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis osmotik secara berlebihan ( poliuria ). Dampak
dari poliuria akan menyebabkan kehilangan cairan berlebihan dan diikuti hilangnya potasium,
sodium dan phospat.

Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi
ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang
disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang
disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat
haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi. Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat
lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-
sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa
lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan


hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi berat. Disfungsi sistem
saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak dan cenderung menjadi koma.

Hemokonsentrasi akan meningkatkan viskositas darah dimana dapat mengakibatkan


pembentukan bekuan darah, tromboemboli, infark cerebral, jantung.

2.5 Komplikasi

a. Koma.
b. Gagal jantung.
c. Gagal ginjal.
d. Gangguan hati.

2.6 Penatalaksanaan

1. pengobatan

Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan NACL bisa


diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½ normal diguyur 1000 ml/jam sampai keadaan
cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan
kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonil harus
mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal atau
hipernatremia.

Gklukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.
2. Insulin

Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin
dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan
pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik

3. Kalium

Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal
membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan Hindari infeksi
sekunder

Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter.

Anda mungkin juga menyukai