Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT II

DAN PENCEGAHAN PRIMER , SEKUNDER , TERSIER PADA TRAUMA KEPALA


Tugas ini di buat untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat II yang di bina oleh
Ns.Ahmad Dafir Firdaus ,M.Kep

Di susun oleh :
Victoria Krisopras 1814314201034
Dewi Retnowati 1814314201045
Lailatul Erikatus Sholihah 1814314201013
Khoirotul Fajriyah 1814314201037

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat serta karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Makalah dan pencegahan primer,sekunder,tersier, pada trauma kepala ” tanpa ada
halangan apapun. Selama dalam proses penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami agar dapat menyelesaikan makalah ini,dan pihak-pihak tersebut
adalah:
1. Bapak dan ibu dosen Stikes Maharani Malang yang telah memberikan berbagai ilmu dan
keterampilan kepada kami sebagai bekal masa depan.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung.
3. Teman-teman Stikes Maharani Malang yang senantiasa mendukung dalam penyusunan
makalah.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan
selain itu makalah ini disusun untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan mahasiswa
terutama dalam bidang kebahasan sehingga diharapkan mampu memberikan motivasi bagi
mahasiswa. Kami menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini.

Malang, oktober 2021

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan suatu Negara yang terletak dalam pertemuan 5 lempeng dunia,
selain itu Indonesia juga terletak direntetan gunung berapi mulai dari aceh hinga ke
Maluku. Akhir-akhir in berbagai bencana sepertinya belum bisa lepas dari Negara kita
mulai dari kebakaran pabrik, banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan letusan
gunung berapi, hal ini menggambarkan bahwa masih rentannya masyarakat menjadi
korban bencana. Bencana yang pernah kita kenal ada dua macam yaitu bencana yang
bersifat umum ( menyangkut orang banyak ) dan bencana yang hanya terjadi pada satu
orang atau beberapa orang saja atau sering kita sebut sebagai kecelakaan. Kecelakaan
umumnya terjadi secara mendadak dan seringnya kita sebagai tenaga kesehatan tidak
cukup siap untuk menolong korban walaupun berpuluh-puluh teori sudah kita pelajari.
Kita tentu mengingat tentang Gawat Darurat, bahkan kata-kata itu sudah menjadi
katakata setiap hari yang sering kita ucapkan walaupun belum tentu benar dalam
mengartikannya.
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan
penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancamannyawa korban.
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan
yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
mengancam kehidupan. Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk:
1) Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat.
2) Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebih memadai.
3) Penanggulangan korban bencana.

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada pengguna
kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnya kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan raya. Di samping penerangan di lokasi kejadian dan selama
transportasi ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun, lebih
dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya meninggal dunia dan
lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas.

Kasus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, disamping


kecelakaan industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian maupun akibat
kekerasan.Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratif-non konginetal
yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral yang menyebabkan kepala mengalami
gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik sementara atau permanen. Trauma kepala
dapat menyebabkan kematian/ kelumpuhan pada usia dini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari trauma kepala ?
2. Apa saja etiologi dari trauma kepala ?
3. Apa saja manifestasi Klinis dari trauma kepala?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang dari trauma kepala ?
5. Apa saja komplikasi dari trauma kepala ?
6. Bagaimana cara pencegahan dari trauma kepala ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari trauma kepala ?
2. Untuk mengetahui etiologi dari trauma kepala ?
3. Untuk mengetahui manifestasi Klinis dari trauma kepala?
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari trauma kepala ?
5. Untuk mengetahui komplikasi dari trauma kepala ?
6. Untuk mengetahui Bagaimana cara pencegahan dari trauma kepala ?
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kapala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala,
tengkorak, dan otak.
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transpotasi korban kerumah
sakit, penilaian dan tindakan awal di ruan gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan
pemeriksaan fisis umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak.Pendekatan
yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital.
Tingkat keparahan cedara kepala menjadi ringan segera di tentukan saat pasien tiba di
rumah sakit.
Trauma atau cedera kepala juga di kenal sebagai cedera otak adalah gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit
neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh massa
karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak.
Cedera kepala, dikenal juga sebagai cedera otak, adalah gangguan fungsi otak
normal karena trauma (trauma tumpul atau trauma tusuk). Defisit neurologis terjadi
karena robeknya substansia alba, iskemia dan pengaruh masa karena hemoragi, serta
edema serebral disekitar jaringan otak. Jenis-jenis cedera otak meliputi komosio,
kontusio serebri, kontusio batang otak, hematoma epidural, hematoma subdural, dan
fraktur tengkorak.

2.2 Etiologi

Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis
kekerasan benda tumpul dan benda tajam.Benda tumpul biasanya berkaitan dengan
kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, pukulan benda tumpul,
Sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
1. Cedera kepala ringan
a) Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
b) Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
c) Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu atau lebih
lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.
1. Cedera kepala sedang
a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebingungan atau hahkan
koma.
b. Gangguan kesadaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik,
perubahan TTV, gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik,
kejang otot, sakit kepala, vertigo dan gangguan pergerakan.
2. Cedera kepala berat
a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya
penurunan kesehatan.
b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka,
fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.
c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
2.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)


Untuk mengetahui lokasi dan tipe fraktur.
2. Angiografi cerebral
Bermanfaat untuk memperkirakan diagnosis adanya suatu pertumbuhan intrakranial
hematoma.
3. CT-Scan
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya perdarahan intrakranial, edema kontosio dan
pergeseran tulang tengkorak.
4. Pemeriksaan darah dan urine.
5. Pemeriksaan MRI
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui bagi
penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.

2.5 Komplikasi

Rosjidi (2007), kemunduran pada kondisi klien diakibatkan dari perluasan hematoma
intrakranial edema serebral progresif dan herniasi otak, komplikasi dari cedera kepala adalah;
1. Edema pulmonal
Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi mungkin berasal
dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan dewasa. Edema paru
terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang berusaha mempertahankan tekanan
perfusi dalam keadaan konstan. Saat tekanan intrakranial meningkat tekanan darah
sistematik meningkat untuk mencoba mempertahankan aliran darah keotak, bila keadaan
semakin kritis, denyut nadi menurun bradikardi dan bahkan frekuensi respirasi berkurang,
tekanan darah semakin meningkat.

2. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase akut.Perawat
harus membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan menyediakan spatel
lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral disamping tempat tidur klien, juga
peralatan penghisap.Selama kejang, perawat harus memfokuskan pada upaya
mempertahankan, jalan nafas paten dan mencegah cedera lanjut.Salah satunya tindakan
medis untuk mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat yang
paling banyak digunakan dan diberikan secara perlahan secara intavena.Hati-hati
terhadap efek pada sistem pernafasan, pantau selama pemberian diazepam, frekuensi dan
irama pernafasan.
3. Kebocoran cairan serebrospinalis
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak
basilar bagian petrosus dari tulangan temporal akan merobek meninges, sehingga CSS
akan keluar. Area drainase tidak boleh dibersihkan, diirigasi atau dihisap, cukup diberi
bantalan steril di bawah hidung atau telinga.Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi
hidung atau telinga.
4. Hipoksia
5. Gangguan mobilitas
6. Hidrosefalus
7. Oedem otak
8. Dipnea

2.6 Pencegahan

Upaya pencegahan cedera kepala pada dasarnya adalah suatu tindakan pencegahan
terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang berakibat trauma. Upaya yang dilakukan yaitu :
a) Pencegahan primer
Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadinya
kecelakaan lalu lintas seperti untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang terjadinya
cedera, misalnya :
1) Tidak mengemudi dengan gangguan kesehatan (terlalu lelah, mengantuk, di
2) bawah pengaruh obat-obatan dan alkohol)
3) Pengendalian kecepatan kendaraan/ tidak mengebut
4) Penggunaan helm dan sabuk pengaman
5) Muatan penumpang tidak berlebihan
6) memakai sabuk pengaman
7) memakai helm.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi yang dirancang
untuk mengurangi atau meminimalkan beratnya cedera yang terjadi. Dilakukan dengan
pemberian pertolongan pertama, yaitu :
1. Memberikan jalan nafas yang lapang (Airway).
Gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital lain merupakan pembunuh tercepat
pada kasus cedera.Untuk menghindari gangguan tersebut penanganan masalah airway
menjadi prioritas utama dari masalah yang lainnya.Beberapa kematian karena
masalah airway disebabkan oleh karena kegagalan mengenali masalah airway yang
tersumbat baik oleh karena aspirasi isi gaster maupun kesalahan mengatur posisi
sehingga jalan nafas tertutup lidah penderita sendiri.Pada pasien dengan penurunan
kesadaran mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya gangguan jalan nafas, selain
memeriksa adanya benda asing, sumbatan jalan nafas dapat terjadi oleh karena
pangkal lidahnya terjatuh ke belakang sehingga menutupi aliran udara ke dalam
paru.Selain itu aspirasi isi lambung juga menjadi bahaya yang mengancam airway.
2. Memberi nafas/ nafas buatan (Breathing)
Tindakan kedua setelah meyakini bahwa jalan nafas tidak ada hambatanadalah
membantu pernafasan. Keterlambatan dalam mengenali gangguan pernafasan dan
membantu pernafasan akan dapat menimbulkan kematian.
3. Menghentikan perdarahan (Circulations).
Perdarahan dapat dihentikan dengan memberi tekanan pada tempat yang berdarah
sehingga pembuluh darah tertutup.Kepala dapat dibalut dengan ikatan yang kuat.Bila
ada syok, dapat diatasi dengan pemberian cairan infus dan bila perlu dilanjutkan
dengan pemberian transfusi darah.Syok biasanya disebabkan karena penderita
kehilangan banyak darah.
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih
berat, penanganan yang tepat bagi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas
untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup.Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta
memberikan dukungan psikologis bagi penderita.Upaya rehabilitasi terhadap penderita
cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas perlu ditangani melalui rehabilitasi secara
fisik, rehabilitasi psikologis dan sosial.
1. Rehabilitasi Fisik
a. Fisioterapi dan latihan peregangan untuk otot yang masih aktif pada lengan atas
dan bawah tubuh.
b. Perlengkapan splint dan caliper.
c. Transplantasi tendon
2. Rehabilitasi Psikologis
Pertama-tamadimulai agar pasien segera menerima ketidakmampuannya dan
memotivasi kembali keinginan dan rencana masa depannya.Ancaman kerusakan atas
kepercayaan diri dan harga diri datang dari ketidakpastian financial, sosial serta
seksual yang semuanya memerlukan semangat hidup.
3. Rehabilitasi Sosial
a. Merancang rumah untuk memudahkan pasien dengan kursi roda, perubahan
paling sederhana adalah pada kamar mandi dan dapur sehingga penderita tidak
ketergantungan terhadap bantuan orang lain.
b. Membawa penderita ke tempat keramaian (bersosialisasi dengan masyarakat).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan
penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancamannyawa
korban. Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Disamping penanganan di lokasi kejadian dan selama transpotasi korban kerumah
sakit, penilaian dan tindakan awal di ruan gawat darurat sangat menentukan
penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan
pemeriksaan fisis umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak.Pendekatan
yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital.
Tingkat keparahan cedara kepala menjadi ringan segera di tentukan saat pasien tiba di
rumah sakit.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan baik
secara penulisan ataupun kelengkapan informasi, besar harapan kami kepada para
pembaca dapat memberikan masukan, kritik dan saran untuk makalah yang kami
susun guna melengkapi makalah ini agar makalah yang kami susun ini dapat menjadi
sumber referensi dan bermanfaat untuk kemajuan dibidang ilmu keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Berman dan Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta:
EGC
Sylvia, Price dan Wilson LM. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Vol. 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, dan Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih bahasa:
Kuncara. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai