Anda di halaman 1dari 6

Makalah Kegawatdaruratan Cedera

Kepala

Nama Kelompok :
1. Mufidah 1150015050
2. ni komang ayu 1150015039
3. Nurul Wahyu 1150015028
4. Syahrul Enggar 11500140
5. Ernik Nur Solikah 11500150

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Makalah kegawatdaruratan Cedera Kepala “. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan komunitas.
Penyusunan makalah ini kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini baik berupa bimbingan, dorongan, doa, dan
kerja sama yang baik dari semua pihak.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
baik mahasiswa maupun masyarakan umum.

Surabaya, 18 Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce dan Neil,
2006). Adapun menurut Brain Injury Assosiation of Amerika (2009) cedera kepala
merupakan suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik.
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai disekitar kita. Di Indonesia, kejadian
cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah diatas,
10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita
menderita berbagai tingkatan kecacatan akibat cedera dikepala tersebut. Di negara
berkembang seperti Indonesia, perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak
frekuensi cedera kepala cenderung semakin meningkat.
Distribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif antara
15-44 tahun dan didominasi oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Penyebab
cedera kepala terbanyak adalah akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh ( terutama pada anak-
anak ). Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma.
Oleh karena itu, sudah saatnya seluruh fasilitas kesehatan yang ada, khususnya rumah
sakit sebagai layanan terdepan pelayanan kesehatan, dapat melakukan penanganan yang
optimal bagi penderita cedera kepala.
Penanganan yang kurang tepat pada pasien cidera kepala akan berdampak fatal
bahkan sampai pada kematian. Dalam pengambilan diagnosa keperawatan haruslah tepat
sehingga pasien dapat ditolong dengan cepat dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari cedera kepala ?


2. Bagaimana penyebab dari cedera kepala ?
3. Bagaimana klasifikasi dari cedera kepala ?
4. Bagaimana patofisiologi dari cedera kepala ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari cedera kepala ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari cedera kepala.


2. Untuk mengetahui penyebab dari cedera kepala.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari cedera kepala.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari cedera kepala.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari cedera kepala.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce dan Neil,
2006). Adapun menurut Brain Injury Assosiation of Amerika (2009) cedera kepala
merupakan suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik.
Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma,
baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya
substansia alba, iskemia dan pengaruh massa karena hemorargig, serta edema cerebral
disekitar jaringan otak. (Batticaca, 2008)
2.2 Penyebab Cedera kepala
Cedera kepala disebabkan oleh :
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Jatuh
3. Trauma benda tumpul
4. Kecelakaan kerja
5. Kecelakaan rumah tangga
6. Kecelakaan olahraga
7. Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)

2.3 Klasifikasi
Cedera kepala berdasarkan beratnya cedera, menurut (Mansjoer, 2000) dapat
diklasifikasikan penilaiannya berdasarkan skor GCS dan dikelompokkan menjadi :
a. Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14 – 15.
1. Pasien sadar, menuruti perintah tapi disorientasi.
2. Tidak ada kehilangan kesadaran.
3. Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang.
4. Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing.
5. Pasien dapat menderita laserasi, hematoma kulit kepala
b. Cedera kepala sedang dengan nilai GCS 9 – 13
Pasien bisa atau tidak bisa menuruti perintah, namun tidak memberi respon yang sesuai
dengan pernyataan yang di berikan.
1. Amnesia paska trauma
2. Muntah
3. Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea
atau rinorea cairan serebro spinal)
4. Kejang
c. Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
1. Penurunan kesadaran sacara progresif
2. Tanda neorologis fokal
3. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium (mansjoer, 2000)

2.4 Patofisiologi
Menurut Tarwoto (2007 : 127) adanya cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan
struktur, misalnya kerusakan pada paremkim otak, kerusakan pembuluh darah,perdarahan,
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat,perubahan
permeabilitas faskuler. Patofisiologi cedera kepala dapat di golongkan menjadi 2 yaitu cedera
kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer merupakan suatu proses
biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak
cedera jaringan otak. Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut,
yaitu terjadi segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat bersifat ( fokal ) local,
maupun difus. Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada bagian tertentu
saja dari kepala, sedangkan bagian relative tidak terganggu. Kerusakan difus yaitu kerusakan
yang sifatnya berupa disfungsi menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.
Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya akibat
hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma, misalnya
Epidoral Hematom yaitu adanya darah di ruang Epidural diantara periosteum tengkorak
dengan durameter,subdural hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara
durameter dengan sub arakhnoit dan intra cerebal hematom adalah berkumpulnya darah
didalam jaringan cerebral.

2.6 Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuatluka mudah
dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan
miminimalkan masuknya infeksi sebelum laserasi ditutup.
1. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan;lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgnmemasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jikacedera orofasial mengganggu jalan
nafas,maka pasien harus diintubasi.
2. Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jikatidak beri O2
melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki dan atasi cedera dada berat
seperti pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi untuk
menjaga saturasi.
3. O2 minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan
terancan/memperoleh O2 ygadekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta
saturasi O2 >95%)atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh
ahlianestesi.

4. Menilai sirkulasi : otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera intraabdomen/dada.Ukur dan
catat frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.Pasang jalur intravena
yg besar.Berikan larutan koloidsedangkan larutan kristaloid menimbulkan eksaserbasi
edema.

5. Obati kejang : Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harusdiobati
mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dandpt diulangi 2x
jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin15mg/kgBB.

Anda mungkin juga menyukai