Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

CEDERA KEPALA

Dosen pembimbing :Sutrisno,S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :

1. Riska yuliana (1711B0065)


2. Ratna juwita (1711B0062)
3. Walfardus nome (1711B0070)
4. Yoda maria lopo (1711B0072)
5. Roslin kono (1811B0093)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA

KEDIRI

2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas keperawatan medical bedah III dengan judul “CEDERA KEPALA”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kediri, 29 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................1
C. Tujuan penulisan.............................................................................................2

BAB II Tinjauan Teori


A. Pengertian Cedera Kepala..............................................................................3
B. Etiologi cedera kepala....................................................................................3
C. Klasifikasi cedera kepala...............................................................................5
D. Manifestasi klinis..........................................................................................5
E. Patofisiologi cedera kepala ..........................................................................6
F. Penatalaksanaan cedera kepala ....................................................................6
G. Diagnosis ......................................................................................................7
H. Pemeriksaan Diagnostic ...............................................................................7
I. Komplikasi cedera kepala ............................................................................7

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian......................................................................................................8
B. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................9
C. Kasus .............................................................................................................11

BAB IV Penutup
A.Kesimpulan......................................................................................................14
B.Saran.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat dalam kehidupan sehari-hari masih banyaknya kasus-kasus yang
ditemukan berupa kecelakaan ataupun musibah yang dialami individu, baik kecelakaan
dalam pekerjaan, berkendara, kekerasan dan hal-hal lain yang tidak disengaja yang
mengakibatkan trauma atau cedera pada bagian tubuh. Cedera tersebut dapat
menyerang semua bagian tubuh tidak terkecuali bagian kepala.
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008). Kepala merupakan bagian tubuh yang
sangat vital pada semua makhluk hidup. Karena dalam kepala terdapat otak yang
merupakan pusat control seluruh organ tubuh makhluk hidup. Apabila bagian kepala
mengalami trauma atau cedera ini harus ditangani dengan serius. Perawat sebagai
tenaga kesehatan haruslah memahami cedera kepala ini agar dapat menangani atau
memberikan pertolongan.
Oleh karena itu, penulis merasa hal ini layak untuk dibahas dalam makalah ini.
sehingga penulis berharap pembaca khususnya teman mahasiswa keperawatan untuk
lebih memahami lagi tentang cedera kepala dan asuhan keperawatan pada pasien
cedera kepala.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cedera kepala
2. Bagaimana klasifikasi dari cedera kepala
3. Apa saja etiologi dari cedera kepala
4. Apa saja manifestasi klinis dari cedera kepala
5. Bagaimana patofisiologi dari cedera kepala
6. Apa saja komplikasi yang terjadi dari cedera kepala
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan pada cedera kepala
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala

4
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Utama
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat
menjelaskan / mendeskripsikan mengenai penyakit cedera kepala sedang dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala sedang.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari cedera kepala
b. Menjelaskan klasifikasi dari cedera kepala
c. Menyebutkan berbagai etiologi dari cedera kepala
d. Menyebutkan berbagai manifestasi klinis dari cedera kepala
e. Menjelaskan patofisiologi dari cedera kepala
f. Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi dari cedera kepala
g. Menjelaskan penatalaksanaan pada kasus cedera kepala
h. Mengetahui asuhan keperawatan dari pasien cedera kepala

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Cedera Kepala
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungus otak yang di sertai atau
tampak pendarahan intertitial dalam subtansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas
otak (hudak dan gallo). Kerusakan neurologis yang diakibatkan suatu benda atau serpihan
tulang yang menembus atau merobek suatu jaringan otak oleh suatu pengeruh kekuatan
atau energy yang di teruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan, perlambatan,
pada otak yang terbatas pada komparteman yang kaku (price,1995). Cedera otak primer
merupakan kerusakan yang terjadi pada otak setelah trauma. Cedera otak sekunder
merupakan yang berkembang kemudian sebagai komplikasi.
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).
Cedera kepala sedang yakni apabila GCS 9-12, kehilangan kesadaran atau terjadi
amnesia lebih dari 24 jam bahkan sampai berhari-hari. Resiko utama pasien yang
mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan
otak.

B. Etiologi Cedera Kepala


a. Trauma Tajam
Trauma tajam atau benda tajam menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan
cedera local. Kerusakan local meliputi Contusio Serebal, hematom serebal, kerusakan
otak sekunder yang di sebabkan perluasan lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
Trauma tumpul oleh benda tumpil dapat menyebabkan cedera menyeluruh (difusi) :
kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk : cedera akson,
kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoraji kecil multiple pada
otak, terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer serebal, batang otot atau kedua-
duanya.

6
Mekanisme trauma
Trauma kepala

Adanya kekuatan atau gaya mekanin

Distransmisi ke jaringan otak

Trauma tajam Trauma tumpul

Kerusakan sebatas kerusakan menyebar


Merobek otak

Akibat trauma tergantung pada


 Kekuatan benturan parahnya kerusakan
 Akselerasi dan deselerasi
 Cup dan kontra cup
 Cedera cup kerusakan pada daerah yang dekat yang terbentur
 Cedera kontra cup kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan
benturan
Lokasi benturan
Rotasi pengubahan posisi pada rotasi kepala yang menyebabkan
trauma regangan dan robekan subtansia alba dan batang otak
Depresi fraktur kekuatan yang mendorong frakmen tulang turun
menekan otak lebih dalam akibatnya CSS keluar ke hidung, telinga
masuk kuman kontaminasi dengan CSS infeksi kejang

7
C. Klasifikasi Cedera Kepala
a. Berdasarkan keparahan cedera :
1. Cedera kepada ringan
Tidak ada ‘fraktur tengkorak
Tidak ada kontusio serebri, hematom
GCS 13 – 15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit
2. Cedera kepala sedang
Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi < 24 jam
Muntah
GCS 9 – 12
Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung)
3. Cedera kepala berat
GCS 3 – 8
Hilangnya kesadaran > 24 jam
Adanya kontusio serebi, laserasi atau hematoma intracranial
b. Menurut jenis cedera
1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan
jaringan otot
2. Cedera kepala tertutup dapat di samakan dengan keluhan gagar otak ringan dan
oedem serebal yang luas.

D. Manifestasi Klinis
1. Cedera kepala ringan - sedang
Disorientasi ringan
Amnesia post traumatic
Hilangnya memori sesaat
Sakit kepala : menyebabkan gangguan sementara pada fungsi otak
Mual dan muntah : karena menyebabkan gangguan sementara pada otak
sehingga penderita dapat merasakan mual muntah
2. Cedera kepala sedang – berat
Oedema pulmonal
Infeksi
Kejang

8
Tanda hernia si otak
Gangguan akibat saraf kranial

E. Patofisiologi Cedera Kepala

F. Penatalaksanaan cedera kepala


Individu dengan cedera kepala diasumsikan mengalami cedera madulaverfikal dan
sampai terbukti dari tempat kecelakaan, pasien di pindahkan dengan papan bagiamana
kepala dan leher di pertahankan sejajar. Traksi ringan harus di pertahankan pada kepala,
kolar serfikal di pasang dan di pertahankan sampai sinar X medula servikal di dapatkan
dan di ketahui tidak ada medulla sepinalis serfikal.
Semua terapi di arahkan untuk mempertahankan homeostasis otak untuk
mencegah kerusakan otak sekunder tindakan ini mencakup stabilisasi kardivaskuler dan
fungsi pernafasan untuk mempertahankan perfusi serebal adekuat.
Tindakan terhadap peningkatan TIK. Pada saat otak yang rusak membengkak atau
terjadi penumpukan darah yang cepat, terjadi peningkatan TIK dan memerlukan tindakan

9
segera. TIK di pantau secara ketat dan bila meningkat keadaan ini di atasi dengsn
mempertahankan oksigenasi adekuat, pemberian manito, yang mengurangi edema serebal
dengan dehidrasi osmotik : hiperfentilasi, penggunaan seterwiat, peningkatan kepala
tempat tidur, dan intervensi bedah neuro.

G. Diagnosis
1. Sifat kecelakaan
2. Saat terjadinya, berapa jam atau berapa hari sebelum di bawa ke RS
3. Ada atau tidak benturan langsung pada kepala
4. Keadaan penderita saat kecelakaan dan operubahan kesadaran sampai saat diperiksa

H. Pemeriksaan Diagnostic
1. Ct Scan
Tanpa atau dengan kontras mengidentifikasi hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak
2. Angeografi serebal
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebal, seperti pergeseran jaringan otak
akibat edema, pendarahan, trauma.
3. X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan struktur garis
(pendarahan / edema), fragmen tulang
4. Analisa Gas Darah
Mendeteksi ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi
peningkatan tekanan intracranial.
5. Elektrolit
Untuk mengkoreksi kesetimbangan elektrilit sebagai akibat peneningkatan
tekanan intracranial.

I. Komplikasi Cedera Kepala


1. Epilepsi pasca trauma
Adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu setelah otak
mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang terjadi sekita 10% penderita
yang mengalami cedera kepala hebat tanpa adanya luka tembus di kepala dan pada
sekitar 40% penderita memiliki luka tembus di kepala./

10
2. Afasia
Adalah hilangnya kemampuan untuk mengguanakan bahasa karena terjadinya
cedera pada area bahasa di otak. Bagian mengendalika fungsi bahasa adalah lobus
temporalis sebelah kiri dan lobus prontalis di sebelahnya.
3. Aparaksia
Adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memperlukan ingatan
atau serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya di sebabkan oleh
kerusakan pada lobus parientalis atau lobus prontalis.
4. Agnosis
Adalah merupakan suatau kelainan dimana penderita dapat melihat dan
merasakan suatu benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau
fungsi normal dari benda terbut. Penyebabnya adalah kelainan pada lobus parietalis
dan temporalis, dimana ingatan akan benda – benda penting dan fungsinya di simpa.
5. Amnesia
Adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat
peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu. Penyebabnya
belum sepenuhnya di mengerti.
6. Diabetes insipidus
Disebabkan oleh kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis, menyebabkan
penggantian sekresi hormone antidioretik. Pasien mengekresikan sejumlah besar
volume urine encer, menimbulkan hypernatremia dan deplesi volum.
7. Kejang Pasca Trauma
Dapat segra terjadi (dalam 24 jam pertma), dini (minggu pertam) atau lanjut
(setelah 1 minggu). Kejang segera tidak merupakan predisposisi untuk kejang lanjut,
kejang dini menunjukkan resiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien
harus dipertahankan dengan antikonvulsan.

11
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB dan BB, alamat.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan
dengan pasien, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
c. Riwayat kesehatan :
 Riwayat kesehatan sekarang
Adanya penurunan kesadaran letargi, mual dan muntah, sakit kepala, wajah tidak
simetris, lemah, paralisis, pendarahan, fraktur, hilanganya kesetimbangan, sulit
menggenggam, anesia seputar kejadian.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami penyakit system persarafan, riwayat trauma masa lalu, riwayat
penyakit darah, riwayat penyakit sistemik atau pernafasan kardiovaskuler dan
metabolic.
 Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat penyakit menular.
d. Pengkajian persistem dan pemeriksaan fisik
 Tingkat kesadaran (GCS)

No Komponen Nilai Hasil


1. Verbal 1 Tidak merespon
2 Suara tidak dapat di mengerti, rintihan
3 Bicara kacau / kata- kata tidak tepat / tidak
nyambung dengan pertanyaan
4 Bicara membinggungkan, jawaban tidak
tepat
5 Orientasi baik
2. Motorik 1 Tidak berespon
2 Ekstansi abnormal
3 Fleksi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri

12
6 Dengan perintah

3. Reaksi Membuka 1 Tidak berespon


Mata (EYE) 2 Terangsang nyeri
3 Dengan perintah (rangsangan suara atau
sentuh)
4 Spontan

 Fungsi motorik
Setiap ekstremitas di periksa dengan nilai dan skala berikut ini yang digunakan

Respo Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (anti graviti) 3
Kelemahan berat (not anti graviti) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
 X ray / Ct Scan
 Hematom serebal
 Edem serebal
 Pendarahan intracnial
 Fraktur tulang tengkorak
 MRI : dengan atau tampak menggunakan kontras
 Angiografi serebal : menunjukan kelainan sirkulasi serabal
 EEG : memperlihatkan keadaan atau perkembangan gelombang patologis
 BEAR (brain auditori evoked respon) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak
 PET (positron emission tomografi) : menunjukan perubahan aktivitas metabolism
pada otak

b.Pemeriksaan laboratorium.

13
 AGD:PO2,PH,HCO3:untuk mengkaji eadekuatan ventilasi
(mempertahangkan AGD dalam rentang normal unutuk menjamin akiran
darah selebral adekuat) atau untuk melihat masalah oksigenasi peningkatan
yang dapat menimbulkan TIK.
 Elerolit serum:cedera kepala dapat dihubungkan dendan ganguan regulasi
natrium, retensi Na berakhir dalam beberapa hari, di ikuti dengan diuresis
Na, peningkatan latergi, konfungsi dan kejang akibat ketidak seimbangan
elektrolit.
 Hematologi : leukosit, HB, albumin, globulin, protein serum.
 CSS : menuntukan kemungkinan adanya pendarahan subaraknoid (warna,
komposisi, tekanan).
 Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan
penurunan kesehatan
 Kadar antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup
efektif mengatasi kejang.

KASUS

14
Seorang pasien laki-laki 23 tahun dirawat di ruang bedah dengan penurunan
kesadaran. Riwayat pasien mengendarai sepeda motor dan menabrak jalan sekitar 30 menit
yang lalu, saat dalam perjalanan ke RS pasien sudah tidak sadarkan diri. Saat dilakukan
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran GCS 10, terdapat hematoma di wajah
dan kepala dan krepitasi pada paha kanan 1/3 medial dextra,keluar darah dari telinga mulut
dan hidung . Hasil pemeriksaan tanda vital : tekanan darah 100/60 mmHg,
Frekuensi  pernapasan 32 kali/menit, nadi 102 kali/menit, suhu 37,8. Pemeriksaan fisik akral
dingin, CRT ≥ 3 detik, blue eyes dikedua belah mata. Hasil laboratorium didapatkan
hemoglobin 9,4 gr/dl, hematocrit 33 %, leukosit 21.200 mm3, trombosit198.000 mm3,
hasilCT-Scan terdapat edema serebral pada bagian kepala. Pasien terdapat foley kateter,
NGT, Terapiobat IFVD RL 30 tetes/pemenit, dexameasone3x1, citicoline3x1, asamtransamin
3x1, vitK3x1, cetolorac3x1, cefotaxime2x1

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. DS : - Cedera medula Keteidakefektifan
DO : spinalis pola nafas
1. Penurunan kesadaran
2. Keluar darah dari telinga, mulut
dan hidung.
3. RR 32x/menit
4. Nadi 102x/menit
2. DS : - Trauma Ketidakefektifan
DO : perfusi jaringan
1. Penurunan kesadaran perifer
2. Blue eyes di kedua belah mata
3. hemoglobin 9,4 gr/dl,
4. hematocrit 33 %, 
5. leukosit 21.200 mm3,
6. trombosit198.000 mm3,
7. GCS 10
8. tekanan darah 100/60 mmHg
9. nadi 102 kali/menit

15
3. DS : - Cedera otak Resiko
DO : Ketidakefektifan
1. Penurunan kesadaran perfusi jaringan otak
2. hematoma di wajah dan kepala
dan krepitasi pada paha kanan
1/3 medial dextra
3. tekanan darah 100/60 mmHg,
Frekuensi  pernapasan 32
kali/menit, nadi 102 kali/menit,
suhu 37,8
4. GCS 10

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Cedera medula spinalis


2. Ketidakefektifan perfusi jar;’ingan perifer berhubungan dengan trauma
3. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan cedera otak

Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan NIC


1. Ketidakefektifan pola nafas Setelah di lakukan 1. Monitor sekresi pernafasan
berhubungan dengan cedera perawatan 1 X 8 jam pasien
medula spinalis pasien tidak atau belum di 2. Monitor tanda – tanda vital
temukan gagal napas 3. Terapi oksigenasi
4. Posisikan pasien had up 15
– 30 derajat
5. Manajemen jalan nafas
buatan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan setelah di lakukan 1. Monitor tanda – tanda
perifer berhubungan dengan perawatan 1 X 14 Jam vital
trauma pasien sudah mulai tidak 2. Manajemen syok
trauma 3. Manajemen elektrolit atau
cairan
4. Manajemen sensasi perifer

16
3. Resiko Ketidakefektifan perfusi Setelah di lakukan 1. Monitor tanda – tanda
jaringan otak berhubungan dengan perawatan 1 X 24 jam vital
cedera otak pasien sudah beraktifitas 2. Monitor TIK
tetapi belum sepenuhnya 3. Monitor TIK dan respon
neurologi terhadap
aktivitas perawatan
4. Sesuaikan kepala tempat
tidur dengan posisi had up
5. Pemberian obat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

17
Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau
juga karena terkena benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai
tidak sadarkan diri. Cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat
menyebabkan gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel diarea tersebut, yang
menyebabkan kematian sel. Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi
setelah trauma sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak
terkendali, seperti respon fisiologis cedera otak, edema serebral, perubahan biokimia,
perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal
atau sistemik.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Hadi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan Medikal
Bedah III. Jakarta. Pusdik SDM Kesehatan.

19

Anda mungkin juga menyukai