Di susun oleh :
Assalamualaikum Wr, wb
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini, mulai dari awal sampai akhir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua.
Wassalamualaikum Wr, wb
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
2.1 Pengertian.............................................................................................3
2.2 Cara penularan......................................................................................3
2.3 Pandangan 5 agama...............................................................................4
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok
usia produktif (14-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita
wanita cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu
yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap
HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam
kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan
pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan
dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
1.3. Manfaat
a. Mampu memberikan informasi tentang pengertian dari HIV/AIDS
b. Mampu memberikan informasi tentang penyebab atau hal-hal yang dapat
mengakibatkan penyakit HIV/AIDS
c. Mampu memberikan informasi tentang pandangan 5 agama terhadap
penyakit HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
1. Agama Islam
AIDS di anggap sebagai kutukan dan adzab Allah jika di derita
oleh pelaku kemaksiatan, melampaui batas, mempunyai penyimpangan
dalam hubungan seksual, atau melanggar ketentuan Allah, sebagaimana
tercakup dalam firman Allah “Telah Nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepadanya”. Juga dinyatakan dalam hadist Nabi, jika
perjinahan yang merupakan sebab utama terjangkitnya Virus HIV telah
merajalela di masyarakat maka Allah akan menurunkan adzabnya.
“Jika perzinahan dan riba telah melanda di suatu kampung, maka
mereka telah menghalalkan untuk diri mereka sendiri siksaan Allah (H.R
al-Thabarani dan al-Hakim)”
HIV/AIDS dapat di anggap sebagai cobaan jika di derita oleh
orang-orang yang beriman dan shaleh, seperti tertulari melalui jarum
suntik, donor darah, dsb. Hal ini tercakup dalam kandungan ayat al-Quran
“dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekuranagn harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Q.s. al-Baqarah
(2): 155).
Jadi, pengidap HIV AIDS dapat dianggap sebagai cobaan,bagi
orang shaleh yang menderita AIDS karena tertulari orang lain,bukan
karena penyimpangan seksual yang dilakukan.karena dampak dari adzab
Allah kadang-kadang diturunkan tidak hanya mengenai orang yang dzalim
saja,tetapi berlaku umum,akan mengenai pula orang-orang yang
bertakwa,sebagaimana di tegaskan dalam al-Qur’an :“Dan peliharalah
dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja diantara kamu.dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-
nya.(Q.s. al-Anfal(8):25)
Juga dinyatakan dalam hadits Nabi : “Jika manusia melihat suatu
kemungkaran dan tidak bertindak mengubahnya,maka dikhawatirkan
Allah akan menimpakan siksa kepada merka yang sifatnya menyeluruh
“(HR.Ibnu Majah dan al-Tirmidzi).
Dengan demikian penderita AIDS seharusnya diperlakukan secara
normal,dia berhak untuk diperlakukan dengan baik sebagaimana kepada
orang lain yang tidak sakit atau menderita penyakit lain.
a. Tuntunan Islam bagi pengidap AIDS
Bagi seseorang yang sudah terlanjur tertular virus
HIV/AIDS,ajaran Islam memberikan tuntunan umum sebagaimana
dianjurkan pada mereka yang sedang menunggu saat-saat kematian,antara
lain adalah sebagai berikut :
a) Bertaubat
b) Taqarrub ilallah
c) Doa
d) Tawakkal
e) Berusaha menjadi husnul khatimath.
b. Kiat Islam Membabat AIDS
Bukti sudah berserakan,bahwa media penyebaran AIDS paling
efektip dan ampuh adalah melalui jalur sex bebas dan menyimpang,maka
untuk menyelesaikan AIDS ini harus melibatkan semua unsure dan bukan
dengan terafi yang asal-asalan atau seminar yang buang waktu nserta uang
mempropagandakan pemakaian kondom itu tidak akan menyelesaikan
masalah malah yang pasti menimbulkan masalah yang baru,selain
melanggengkan sex bebas juga AIDS bakal makin meraja lela,jika tidak
percya jangan dicoba.
Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan wanita
tanpa adanya keperluan . islam memandang sex bebas sebagai sebuah
malapetaka besar sebagai mana dalam firman allah dalam Al-qur’an “ Dan
jangan lah kamu mendekati zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan
suatu jalan yang buruk (QS.Al-isra :32).
4. Agama Budha
Tapi, virus HIV itu tak peduli pada para periset yang sedang sibuk,
apa lagi pada para paranormal sakti maupun pada para ‘ahli’ meditasi. Ia
dengan tenangnya [tapi rakus] mengganyang manusia dari segala lapisan.
Yang benar, tentu tidak semua lapisan, karena masih ada lapisan yang
mungkin tak terjangkau olehnya, yaitu orang-orang yang bisa menjaga diri
dengan pandangan benarnya.
Pandangan benar? Apakah agama Buddha mempunyai pandangan
benar dalam hal ini? Ya, tentu; walau ada sementara orang mudah-
mudahan tidak banyak! yang berpandangan tidak benar, sehingga
membuka lowongan bagi penularan penyakit Aids khususnya, penyakit
kelamin pada umumnya. Pandangan benar ini amat penting. Tanpa adanya
pandangan benar (sammaditthi), seseorang bisa dikatakan lengah atau
bahkan sesat (micchaditthi).
Pandangan benar mana pula yang dengan ‘tegas’ mampu
menghindarkan seseorang dari penularan virus HIV? Tentu saja
pandangan benar terhadap sila! Sila yang berkenaan dengan penyakit ini
adalah sila ketiga, kamesumicchacara veramani dan sila kelima,
suramerayamajja pamadatthana veramani.
Kebanyakan umat Buddha mengartikan ‘kamesumicchacara
veramani’ sebagai ‘menghindarkan diri dari perselingkuhan’. Hanya
‘perselingkuhan’! Nah, di sinilah letak kelengahannya. Kalau hanya
diartikan sebagai perselingkuhan, berarti hubungan sex pranikah,
pelacuran menjadi pelacur dan pelanggannya, homosexual, lesbianisme,
sadisme, masochisme, hubungan kelamin dengan binatang dan
penyimpangan-penyimpangan perilaku sex lainnya serta menjadi bintang
film blue tidaklah melanggar sila.
5. Agama Hindu
Sudah menjadi kodrat bagi kehidupan di bumi bahwa suka
(kesenangan,kebahagiaan), dukha (penderitaan),lara (sakit) dan pati
(kematian), tidak dapat dihindari oleh manusia, kenyataan hidup
membutuhkan, beberapa orang mengenyam kebahagiaan dalam
hidupnya,namun di pihak lain tidak sedikit orang mengalami penderitaan.
Termasuk banyak orang menderita karena penyakit AIDS.
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya hampir
tidak ada peristiwa/hal yang terjadi di jagad raya ini, lepas/terbebas dari
hukum “Karma Phala” (sebab akibat). Setiap peristiwa yang terjadi
(akibat) jelas dikarenakan/diakibatkan oleh satu “penyebab”, sebaliknya
“sebab” (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini
tak dapat dihindari, sebab demikianlah dititahkan oleh Sang Pencipta
(Tuhan), sebagaimana dapat dikaji dari nilai-nilai tersurat dalam Sloka
Sarasamuccaya ,Sloka 7,berikut ini :
Karmabhumiriya bhahman, Phalabhumirasau mata Iha yat kurute
karma tat, paratropabhujyate Artinya :
Sebab kelahiran sebagai manusia sekarang ini akibat baik atau
buruknya karma itu juga yang akhirnya dinikmati karma phala
itu.Maksudnya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti
hasilnya, selesai menikmati menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat
karma phala. Wasana berarti sengsara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu
yang tinggal bekas-bekasnya saja, itulah yang diikuti sebagai pribahasa,
kelahiran dari surga (swarga cyuta), kelahiran dari neraka (neraka cyuta)
baik buruk karma itu di surga, tanda ada pahalanya. Karena itu
pergunakanlah sebaik-baiknya hidup ini untuk melakukan perbuatan baik.
Bertolak dari kajian di atas maka dapat dinyatakan bahwa adanya
berbagai penyakit, termasuk AIDS pun, tentunya menerima ciptaan Tuhan
sebagai Maha Pencipta. Dalam kaitan pembahasan penyakit sebagaimana
tersebut di atas perlu kita cermati Sarasamuccaya, Sloka 30,berikut ini :
Pura cari ramantako bhinakti, Rogasarathih Prasahya jiwitaksaye
cubham, Mahat samaharet
Artinya : Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu
merupakan pengemudinya, yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika
sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu jangan lupa supaya
diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu.
Berdasarkan “Sloka” atau ayat tersebut jelaslah bahwa penyakit dimaksud
diadakan ke dunia oleh Sang Pencipta untuk maksud tertentu dan juga
disebabkan oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab tersebut pada
hakekatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri terutama oleh
kelalaian atau pelanggarannya atas hukum-hukum kehidupan yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Justru untuk memberikan peringatan atau bahkan
ganjaran kepada prilaku-prilaku manusia yang melanggar norma-norma
hidup di jagad raya ini.
Kemungkinan –kemungkinan untuk adanya pelanggaran norma
tersebut tadi dapat saja terjadi , mengingat manusia memang diberi
kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh Tuhan untuk berpikir dan
mengembangkan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya.
Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya
variasi/yang bahkan terkadang berkategori Asubha Karma atau yang
dalam hidup keseharian disebut dengan penyimpangan hidup.
Kemungkinan timbulnya penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh
Sang Pencipta dengan memberikan konsekwensi terhadap penyimpangan
tadi berupa “penyakit”. Tentunya diharapkan dengan penyakit-penyakit
tersebut dalam diri manusia akan timbul rasa takut untuk melanggar
norma-norma hidup yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang
terlanjur membuat kekeliruan dengan ancaman (penyakit) tersebut, yang
bersangkutan dapat menjadi jera atau kapok.
Walaupun sampai saat ini penyakit AIDS belum ditemukan
obatnya, kita tidak boleh menyerah begitu saja, paling tidak kita harus
berupaya untuk menghadapinya dan berusaha menyelamatkan tubuh kit
aini, yang merupakan anugrah Tuhan yang paling berharga dalam rangka
mencapai tujuan hidup kita. Berkenan dengan hal tersebut, Weda
menyatakan ” Dharmartha kama moksanam sariram sadanam ” yang
artinya tubuh (mu) itu adalah sadana/sarana untuk meraih tujuan(mu)
berupa dharma, artha, kama dan moksha.
Menyadari peranan tubuh yang demikian penting,maka kita(yang
belum sakit) perlu waspada agar tidak terjangkit. Demikian pula yang
telah dinyatakan positif mengidap AIDS, agar bisa menerima dengan jiwa
besar,serta mencari upaya penanggulangan lewat petunjuk weda dan vidya
(pengetahuan). Bukankah kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah
kita kehilangannya demikian pesan para bijak.
b. Pencegahan HIV/AIDS dalam Pandangan Hindu
Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya semua
yang ada; peristiwa/hal yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari hukum
karmapala (sebab-akibat). Suatu peristiwa yang terjadi jelas disebabkan
oleh suatu akibat, sebaliknya sebab (dikehendaki atau tidak) niscaya akan
ada akibatnya. Semua ini tidak dapat dihindari.
Berkaitan dengan tersebarnya berbagai penyakit termasuk AIDS
tidak terlepas dari karma manusia itu sendiri di dunia. Di mana manusia
kurang mampu mengendalikan kama/mengendalikan diri dari perilaku
seks bebas. Di dalam ajaran Hindu mereka yang tidak mampu
mengendalikan kama yang merupakan salah satu dari enam musuh yang
ada dalam diri manusia maka ia akan tenggelam dalam naungannya. Kama
artinya memenuhi nafsu seks. Apabila dilakukan dengan tidak
mengindahkan etika maka sebagai karma dari perilaku ini akan tersebarlah
penyakit tersebut.
Tujuan hidup ke dunia ini sesungguhnya untuk memperbaiki karma
buruk menjadi karma baik (adharma menjadi dharma). Berbuat baiklah
sebanyak-banyaknya agar perbuatan baik itu mampu melebur perbuatan
buruk. Tentunya berbuat baik dilakukan sejak muda, karena masa muda
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berbuat baik termasuk
bagaimana melakukan hubungan seks agar terhindar dari penyakit ini.
Kesalahan di masa lalu yang berperilaku memenuhi kama saja sehingga
terkena penyakit mematikan tersebut merupakan pengemudi datangnya
maut. Sehingga semua kesempatan berbuat baik berkurang bahkan hilang
sama sekali karena semua kehidupan digunakan untuk menanggung akibat
penyakit ini. Artinya karma baik akan berakibat baik, karma buruk akan
berakibat buruk. Karena di mana dan apa yang diperbuat hasilnya selalu
menyertai di dalam perbuatan itu; apakah hasilnya buruk atau baik sangat
tergantung yang mana dilakukan oleh si pelaku itu sendiri.
Bagi seorang brahmacari ada dua hal yang mesti ditekankan yaitu
swadharma dan pantangan/brata. Swadharma/kewajiban ketika belajar dan
brata sebagai pengendalian perbuatan. Sesuai swadharmanya seorang
brahmacari mempunyai tugas belajar untuk menguak tabir awidya
(kegelapan) yang menyelimuti dirinya. Jadi semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh seorang brahmacarin, hendaknya diarahkan menjadi
upaya mencerdaskan diri. Di dalam Yoga Sutra Pantanjali diuraikan
bahwa bagi brahmacari pantangan melakukan hubungan seks. Tujuannya
agar potensi seks dapat diubah menjadi Ojassakti naik ke Adnyacakra
yang membuat pikiran menjadi cerdas serta tidak tergodanya brata di
dalam memusatkan pikiran kepada Tuhan, demikian juga ketika sedang
belajar.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran kami setelah melihat makalah tersebut, kami saran kan agar
terus berhati-hati agar tidak sampai terkena penyakit tersebut yang dapat
membahayakan bagi tubuh. Tidak hanya itu selalu dekatkan diri terhada
Tuhan dengan begitu kita akan selalu terlindungi dan terjaga dari hal-hal
yang bisa menyebabkan penyakit HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jainiloen.com/2015/12/euthanasia-aids.html?m=1
http://hendymalaka.blogspot.com/2016/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_10.html?m=1
http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-pandangan-agama-terhadap-
kasus_29.html?m=1
http://gekmang97.blogspot.com/2015/06/pandangan-agama-hindu-terhadap-
hivaids.html?m=1
https://indra4013.wordpress.com/2016/04/26/pandangan-etika-kristen-terhadap-
hivaids/amp/