Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Keperawatan HIV AIDS

Di Susun Oleh :
Mochammad indrah peratama
202001103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnya lah makalah tentang “HIV AIDS” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah HIV
AIDS ini adalah sebagian pememuhan tugas mata kuliah keperawatan HIV AIDS bagi semester 4
program SI Keperawatan di Stikes Widya Nusantara Palu.

Ucapan terimkasih, kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
HIV AIDS ini. Serta bagi semua pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh
penulis dalam pembuatan makalah selanjutnya

Palu, 8 April 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hiv Aids 3
B. Cara Penularannya Hiv Aids 4
C. Window Period 5
D. Gejala Hiv Aids 6
E. Patofisiologi Hiv 8
F. VCT (voluntary counselling and testing ) 8
G. Pandangan/Stigma Masyarakat Terhadap Hiv 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and
Diah, 2014). Orang yang telah di diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka orang
tersebut disebut dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Diatmi dan Diah, 2014). Virus ini
menyerang dan menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-Helper, sel yang
membuat zat anti dalam tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksikannya
dan merusak selsel tersebut,sehingga mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan dan daya
tahan tubuh. Virus ini terdapat dalam darah dan air mani.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Hiv Aids ?
2. Bagaimana Cara Penularannya ?
3. Apa Itu Window Period ?
4. Bagaimana Gejala Hiv Aids?
5. Bagaimana Patofisiologi Hiv ?
6. Apa Itu VCT ? 7. Bagaimana Pandangan/Stigma Masyarakat Terhadap Hiv?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hiv Aids
2. Memahami Cara Penularannya
3. Memahami Window Period
4. Untuk mengetahui Gejala Hiv Aids
5. Memahami Patofisiologi Hiv
6. Mengetahui VCT
7. Mengetahui Bagaimana Pandangan/Stigma Masyarakat Terhadap Hiv

1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hiv Aids

AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan karena infeksi dengan virus yang
disebut HIV. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur,
daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV adalah
virus penyebab AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Fungsi dari sistem kekebalan
tubuh itu sendiri sangat vital karena melindungi terhadap segala penyakit. Bila sistem kekebalan
tubuh tidak berfungsi dengan baik atau dirusak oleh virus maka akan berakibat kematian.Secara
terusmenerus HIV memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan
menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T- helper, sel yang membuat zat
anti dalam tubuh.

Virus ini menyerang dan menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel
T-Helper, sel yang membuat zat anti dalam tubuh. HIV memperbanyak diri dalam sel limfosit
yang diinfeksikannya dan merusak selsel tersebut,sehingga mengakibatkan menurunnya sistem
kekebalan dan daya tahan tubuh. Virus ini terdapat dalam darah dan air mani.

Daya tahan tubuh yang melemah mengakibatkan timbulnya penyakit oleh karena infeksi
ataupun penyakit lain akan meningkat.

Temuan penting dalam dunia kedokteran untuk menekan pengembangbiakan virus HIV
adalah obat Antiretroviral (ARV). ARV memang tidak bisa mematikan virus HIV di dalam tubuh,
tetapi dapat menekan pengembangbiakan virus tersebut. Pada kondisi dimana ODHA seolah-olah
sehat, virus tersebut juga tak terdeteksi lagi (undetectable) oleh tes ELISA, yaitu alat yang
digunakan untuk mendeteksi jumlah virus dalam tubuh

⮚ AIVS
Acquired : Ditularkan dari orang ke orang

Immune : Merusak sistem kekebalan manusia. Kekebalan adalah sistem pertahanan tubuh untuk
mempertahankan diri dari serangan infeksi seperti bakteri atau virus.

Deficiency : Penurunan sistem kekebalan tubuh

Syndromme : Orang dengan AIDS mengalami berbagai infeksi oportunistik dan penyakit lainnya.

2
⮚ HIV
Human : manusia

Immunodeficiency : penurunan kekebalan

Virus : virus

B. Cara Penularannya Hiv Aids


Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti darah,
sperma, cairan vagina, cairan anus, serta ASI. Perlu diketahui, HIV tidak menular melalui udara,
air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik. Beberapa metode penularan
HIV antara lain adalah melalui:

1. Hubungan Seks
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom, baik itu
melalui vagina, anal, maupun seks oral. Selain itu seseorang yang suka berganti-ganti
pasangan seksual juga lebih berisiko untuk terkena HIV.
2. Penggunaan Jarum Suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi darah orang yang
terinfeksi HIV. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas
membuat seseorang berisiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
3. Kehamilan, Persalinan Atau Menyusui
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi
untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika
Anda adalah penderita HIV yang tengah hamil agar risiko penularan HIV pada bayi bisa
ditekan.
4. Transfusi Darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Namun,
kejadian ini semakin jarang terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor, termasuk donor
darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah
memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko penularan adalah sebagai berikut:

• Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan pengaman


• Menggunakan jarum suntik bersama-sama

3
• Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa
menggunakan alat pengaman diri yang cukup

C. Window Period

Window period atau masa jendela adalah rentang waktu antara paparan terhadap virus
HIV dengan waktu dimana pemeriksaan penunjang dapat mendeteksi virus HIV. Lama window
periode adalah sekitar 3 minggu - 12 minggu, namun pada umumnya pemeriksaan dilakukan
setelah 3 bulan paparan agar hasilnya lebih akurat. Selama window period, seseorang dapat
terinfeksi virus HIV dan dapat menularkan pada orang lain sekalipun hasil tes HIV nya negatif.

Jika seseorang memiliki hasil HIV negatif dalam 3 bulan setelah paparan terhadap virus
HIV, maka orang tersebut tidak membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Namun, Jika seseorang
tersebut terpapar lagi virus HIV dalam periode 3 bulan, maka diperlukan pemeriksaan ulang.

Masa jendela adalah masa antara masuknya virus HIV ke dalam tubuh hingga tubuh
membentuk antibodi terhadap HIV (HIV +) dan dapat berlangsung selama 2 minggu - 6 bulan.
Pada masa ini tes HIV masih negatif namun kandungan virus dalam tubuh sedang banyak-
banyaknya sehingga cepat menularkan kepada orang lain. Masa HIV + merupakan saat dimana
tubuh telah menghasilkan antibodi terhadap HIV dan hasil pemeriksaan darah telah menunjukkan
hasil HIV +. Masa ini dapat berlangsung hingga 20 tahun dan penderitanya masih tampak sehat,
tidak muncul gejala, dan dapat beraktifitas secara normal seperti biasa. Tahap terakhir dari
penyakit ini adalah munculnya beberapa gejala dari penurunan sistem kekebalan tubuh (AIDS).
Beberapa gejala yang bisa muncul adalah adanya diare kronis lebih dari 1 bulan, penurunan berat
badan lebih dari 10% tanpa sebab, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, batuk
berkepanjangan, kelainan kulit (herpes berulang), infeksi jamur pada mulut, dan kerongkongan,
serta pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

D. Gejala Hiv Aids

Kebanyakan penderita mengalami flu ringan pada 2–6 minggu setelah terinfeksi HIV. Flu
bisa disertai dengan gejala lain dan dapat bertahan selama 1–2 minggu. Setelah flu membaik,
gejala lain mungkin tidak akan terlihat selama bertahun-tahun meski virus HIV terus merusak
kekebalan tubuh penderitanya, sampai HIV berkembang ke stadium lanjut menjadi AIDS.

Pada kebanyakan kasus, seseorang baru mengetahui bahwa dirinya terserang HIV setelah
memeriksakan diri ke dokter akibat terkena penyakit parah yang disebabkan oleh melemahnya

4
daya tahan tubuh. Penyakit parah yang dimaksud antara lain diare kronis, pneumonia, atau
toksoplasmosis otak.

Gejala awal penyakit HIV umumnya mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu:
1. Demam HIV.
2. Sakit kepala.
3. Kelelahan.
4. Nyeri otot.
5. Kehilangan berat badan secara perlahan.
6. Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.

Berikut ini adalah berbagai gejala penyakit AIDS yang dapat muncul:

1. Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau mulut.
2. Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang.
3. Penyakit radang panggul kronis.
4. Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya (mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing).
5. Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau diet.
6. Lebih mudah mengalami memar.
7. Diare yang lebih sering.
8. Sering demam dan berkeringat di malam hari.
9. Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di tenggorokan,
ketiak, atau pangkal paha.
10. Batuk kering yang terus menerus.
11. Sering mengalami sesak napas.
12. Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti.
13. Ruam kulit yang sering atau tidak biasa.
14. Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki.
15. Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot.
16. Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental.

5
E. Patofisiologi Hiv
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi
HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200µL
meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui
kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu
yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.

Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap
infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120
HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor
permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan
dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan perubahan konformasi sehingga gp41 dapat
masuk ke membran sel sasaran.

Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan
oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural
Killer (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel mikroglia dan
berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4, maka berlangsung
serangkaian proses kompleks kemudian terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.

Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin
mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4
juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk apoptosis
(kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium
(fusi sel).

F. VCT (voluntary counselling and testing )


VCT atau voluntary counselling and testing diartikan sebagai konseling dan tes HIV
secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, dan
pengobatan bagi penderita HIV/AIDS. VCT bisa dilakukan di puskesmas atau rumah sakit
maupun klinik penyedia layanan VCT. VCT atau singkatan dari voluntary counseling and testing
adalah serangkaian tes dan konseling yang dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang positif
atau negatif mengidap HIV.

Tahapan dan Proses dalam VCT

6
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan panduan VCT yang berguna dalam
mendeteksi dan menangani HIV secara global. Pedoman tersebut kemudian diterapkan di
berbagai negara, khususnya negara berkembang.

Pada prinsipnya, VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya, hanya dilakukan
atas inisiatif dan persetujuan pihak yang datang ke penyedia layanan VCT untuk diperiksa. Hasil
pemeriksaan yang dilakukan selama VCT pun terjaga kerahasiaannya.

Setelah menandatangani persetujuan tertulis, VCT dapat segera dilakukan. Adapun proses utama
dalam penanganan HIV/AIDS melalui VCT adalah sebagai berikut:

1. Tahap Konseling Sebelum Tes

Saat memberikan konseling, konselor akan memberikan informasi kepada klien


seputar HIV dan AIDS. Selama konseling berlangsung, konselor juga akan menanyakan
beberapa pertanyaan kepada klien. Klien dihimbau untuk jujur dan terbuka kepada
konselor dalam menceritakan riwayat kebiasaan atau aktivitas sebelumnya yang dicurigai
dapat berisiko terpapar virus HIV, misalnya riwayat pekerjaan atau kegiatan sehari-hari,
aktivitas seksual, dan penggunaan narkoba dengan suntikan.

Di sesi konseling, konselor juga mungkin akan menanyakan riwayat penyakit atau
pengobatan terdahulu yang pernah dialami klien, misalnya riwayat infeksi menular
seksual atau transfusi darah.

2. Tes HIV

Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling, konselor akan
menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan dan meminta persetujuan klien
(informed consent) untuk dilakukan tes HIV.

Setelah mendapat persetujuan tertulis, tes HIV dapat dilakukan. Bila hasil tes
sudah tersedia, klien akan diberi kabar dan diminta untuk datang kembali ke fasilitas
penyedia layanan VCT agar konselor dapat memberitahu hasil yang telah dilakukan.

3. Tahapan Konseling Setelah Tes

Setelah menerima hasil tes, klien akan menjalani tahapan pascakonseling. Apabila
hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya

7
menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya, mengedukasi klien untuk melakukan hubungan
seksual dengan lebih aman dan menggunakan kondom.

Namun, bila hasil tes positif, konselor akan memberikan dukungan emosional agar
penderita tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan informasi tentang
langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti penanganan dan pengobatan yang perlu
dijalani. Konselor juga akan memberi petunjuk agar klien dapat senantiasa menjalani
pola hidup sehat dan melakukan beberapa langkah pencegahan HIV agar tidak
menularkannya kepada orang lain.

Pada tahapan berikutnya, peran konselor adalah untuk lebih mendukung dan
memperkuat kesehatan mental penderita HIV agar mereka tetap semangat dalam
menjalani aktivitas dan hidup sehari-hari serta memastikan penderita HIV tetap
mendapatkan pengobatan secara teratur.

G. Pandangan/Stigma Masyarakat Terhadap Hiv


Stigma diartikan sebagai pemberian cap (label) kepada seseorang atau sekelompok orang
yang didasarkan pada penilaian subjektif. Sedangkan diskriminasi adalah tindakan pengucilan
terhadap seseorang atau sekelompok orang. Perlakuan masyarakat dengan memberikan stigma
maupun diskriminasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Dit. RTS 2004), yaitu:

a. Ketidaktahuan tentang informasi yang benar dan baik tentang HIV/AID


b. Berkembangnya mitos-mitos HIV di masyarkat
c. Adanya ketakutan yang irasional akan tertular HIV/AIDS d. HIV sering dikaitkan dengan
isu-isu moral
Berbagai reaksi yang ditimbulkan di kalangan masyarakat maupun keluarga karena
ketidaktahuan tentang penyakit ini, antara lain, adalah marah, panik, terguncang, perasaan takut
yang berlebihan, pengingkaran, serta pengucilan terhadap orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
Perasaan serta sikap yang reaksional terhadap penyakit HIV/AIDS menyebabkan banyak keluarga
belum dan bahkan tidak siap menerima anggotanya yang terinfeksi virus tersebut. Sikap represif
keluarga maupun masyarakat ini sangat mempengaruhi kehidupan bersosialisasi para ODHA
dengan lingkungan sosialnya.

Munculnya stigma atau diskriminasi masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS terjadi


karena mereka beranggapan bahwa anggotanya yang terinfeksi virus tersebut merupakan aib bagi
keluarga.Stigma serta diskriminasi yang diperlihatkan oleh berbagai kalangan terhadap penderita
AIDS menyebabkan ruang gerak mereka menjadi semakin kecil dan bahkan tidak diberi peluang

8
untuk mengekspresikan diri dan kemampuannya.Diskriminasi menyebabkan mereka yang
beresiko mengidap HIV/AIDS enggan atau malu melakukan pemeriksaan kesehatan, sementara
mereka yang sudah positif mengidap HIV/AIDS menjadi tidak nyaman dan tidak memiliki
keberanian untuk berobat. Diskriminasi dan stigmasasi akhirnya menyebabkan sulitnya kepatuhan
berobat dan mengganggu perbaikan kualitas hidup ODHA.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan karena infeksi dengan virus yang
disebut HIV. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur,
daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV adalah
virus penyebab AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Fungsi dari sistem kekebalan
tubuh itu sendiri sangat vital karena melindungi terhadap segala penyakit. Bila sistem kekebalan
tubuh tidak berfungsi dengan baik atau dirusak oleh virus maka akan berakibat kematian.Secara
terusmenerus HIV memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan
menghancurkan kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T- helper, sel yang membuat zat
anti dalam tubuh.

B. Saran
Berikan informasi yang benar dan tepat yang sudah diterima kepada lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
Salemba Empat.

https://www.alodokter.com/pentingnya-vct-sebagai-langkah-penanganan-hiv

Anda mungkin juga menyukai