Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT MENULAR HIV


( HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS )

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 KELAS 11.1
Alifa Rahma Aulia
Handini Maharani
Muhammad Latief Baihaqi
Naura Aisha Fadila
Shahrafi Sabili Albana
Vallerina Prawesti Wardhany

SMA MUHAMMADIYAH WONOSOBO

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-
Nya sehingga laporan makalah PJOK dengan judul HIV ( Human
Immunodeficiency Virus) dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah mendukung kami
dalam membuat laporan makalah dengan memberikan semangat sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan makalah ini dengan cepat. Kami sampaikan juga
terima kasih sebesar-besarnya kepada guru pengampu mata pelajaran Pendidikan
Jasmani dan Rohani, Musshofi, S.Pd. Kami sangat berharap laporan penelitian ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami menyadari
bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, kami
harapkan saran dan kritik yang membangun guna melengkapi serta
menyempurnakan makalah ini.

Wonosobo, 4 April 2024

2
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) merupakan dua kondisi yang terkait erat dan telah
menjadi sorotan utama dalam dunia kesehatan global. HIV adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel-sel T
CD4, yang merupakan komponen penting dari sistem kekebalan tubuh.
Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh yang
terinfeksi, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. AIDS, di
sisi lain, adalah kondisi lanjutan dari infeksi HIV, di mana sistem
kekebalan tubuh seseorang menjadi sangat lemah sehingga rentan terhadap
infeksi oportunistik dan penyakit lainnya.

Penyebaran HIV/AIDS telah menjadi epidemi global, dengan jutaan orang


yang terinfeksi di seluruh dunia. Penyebaran virus ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk perilaku seksual yang berisiko tinggi,
penggunaan jarum suntik yang tidak aman, transfusi darah yang tidak
terjamin keamanannya, serta kurangnya akses terhadap layanan kesehatan
yang tepat. Selain itu, stigma dan diskriminasi terhadap individu yang
hidup dengan HIV/AIDS juga menjadi hambatan dalam upaya
pencegahan, pengobatan, dan perawatan.

Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS,


penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk meningkatkan
pengobatan dan kualitas hidup bagi mereka yang terinfeksi. Terapi
antiretroviral (ARV) telah menjadi standar perawatan untuk pengelolaan
HIV, membantu menekan perkembangan virus, memperpanjang harapan
hidup, dan mengurangi risiko penularan kepada orang lain. Selain itu,
upaya pencegahan juga melibatkan edukasi publik tentang cara penularan
virus, promosi tes HIV yang rutin, serta sosialisasi perilaku yang aman
dalam hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas secara komprehensif


mengenai materi yang diberikan, mencakup pengertian,
penyebab/penularan, gejala, pengobatan, dan pencegahan dari penyakit
HIV/AIDS.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Apa saja penyebab penularan infeksi HIV/AIDS?
3. Bagaimana gejala seseorang yang terkena HIV/AIDS?
4. Bagaimana mekanisme proses pengobatan HIV/AIDS bagi penderita?
5. Bagaimana cara mencegah agar tubuh tidak terkena infeksi
HIV/AIDS?

C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seluk-beluk tentang materi HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu definisi dari penyakit HIV/AIDS.
b. Mengetahui apa saja sebab penularan penyakit HIV/AIDS.
c. Mengetahui gejala ataupun indikasi seseorang terkena infeksi
HIV/AIDS.
d. Mengetahui tentang bagaimana pengobatan penyakit HIV/AIDS.
e. Mengetahui bagaimana saja cara untuk mencegah agar tubuh tidak
tertular ataupun terinfeksi penyakit HIV/AIDS.

D. Manfaat Makalah
1. Bagi Masyarakat/Siswa

Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang HIV/AIDS.

2. Bagi kelompok 1 sebagai Penyusun


Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dengan pengalaman nyata
dalam menghindari penyakit HIV/AIDS.
3. Bagi Guru
Sebagai masukan untuk bahan ajar kepada siswa-siswi untuk lebih
meningkatkan perhatian terhadap penyakit HIV/AIDS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yang
artinya Virus Imunodefisiensi Manusia. Berikut penjelasan lebih
lengkap mengenai kepanjangan HIV:
 H - Human
Virus ini hanya dapat menginfeksi manusia, tidak dapat menginfeksi
hewan.
 I - Immunodeficiency
HIV menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh manusia,
sehingga menyebabkan imunodefisiensi atau kelemahan sistem
kekebalan.
 V - Virus
HIV adalah virus, bukan bakteri atau parasit. Virus ini membutuhkan
sel inang untuk bereplikasi dan menyebar.
Jadi, HIV adalah virus yang menyerang dan melemahkan sistem
kekebalan tubuh manusia, sehingga penderitanya menjadi rentan
terhadap berbagai infeksi dan penyakit. HIV adalah virus penyebab
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu tahap lanjut dari
infeksi HIV di mana sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah.
Dengan demikian, kepanjangan lengkap dari HIV adalah Human
Immunodeficiency Virus, yang merupakan virus penyebab utama
AIDS pada manusia.
HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan
tubuh manusia. Virus ini menyerang sel-sel darah putih yang disebut
limfosit T CD4+, yang merupakan komponen penting dalam sistem
pertahanan tubuh. Ketika HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut
akan menginfeksi dan memperbanyak diri di dalam sel-sel darah putih,

2
sehingga secara perlahan-lahan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit.
HIV termasuk dalam kelompok retrovirus, yang artinya virus ini
menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menyalin materi
genetiknya ke dalam DNA sel inang. Hal ini memungkinkan virus
untuk menyembunyikan dirinya di dalam sel-sel tubuh dan terus
memperbanyak diri tanpa dapat dideteksi oleh sistem kekebalan tubuh.
Virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa
cara, yaitu melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan
jarum suntik yang terkontaminasi, transfusi darah yang terinfeksi, serta
penularan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau
menyusui.
Setelah masuk ke dalam tubuh, HIV akan menyerang dan merusak
sel-sel darah putih, sehingga sistem kekebalan tubuh semakin
melemah. Pada tahap awal, infeksi HIV seringkali tidak menimbulkan
gejala yang jelas. Namun, seiring dengan perkembangan virus,
penderita akan semakin rentan terhadap berbagai infeksi oportunistik
dan penyakit lainnya, seperti tuberkulosis, pneumonia, kanker, dan
lain-lain. Kondisi ini disebut dengan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome), yang merupakan tahap akhir dari
infeksi HIV.
Saat ini, HIV belum dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun,
pengobatan antiretroviral (ARV) dapat membantu menekan jumlah
virus dalam tubuh dan menghambat perkembangan penyakit.
Pengobatan ARV harus dijalani seumur hidup dan diawasi oleh tenaga
medis. Selain itu, upaya pencegahan, seperti penggunaan kondom,
sterilisasi alat suntik, dan tes HIV rutin, juga sangat penting untuk
menghindari penularan virus HIV.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang HIV, diharapkan
masyarakat dapat lebih waspada, mencegah penularan, dan

2
memberikan dukungan yang optimal bagi penderita HIV untuk
menjalani pengobatan dan kehidupan yang lebih baik.

B. Penyebab HIV/AIDS
HIV dapat menular melalui beberapa cara utama, yaitu:
1. Hubungan seksual yang tidak aman
Virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, baik
heteroseksual maupun homoseksual, yang tidak menggunakan kondom
atau penghalang lainnya. Cairan tubuh yang dapat menularkan HIV
antara lain darah, cairan sperma, dan cairan vagina.
2. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi
Penggunaan jarum suntik secara bergantian, terutama di kalangan
pengguna narkoba suntik, dapat menyebabkan penularan HIV. Jarum
suntik yang terkontaminasi dapat memindahkan virus dari satu orang
ke orang lain.
3. Transfusi darah yang terinfeksi
Sebelum adanya skrining darah yang ketat, transfusi darah yang
terinfeksi HIV dapat menyebabkan penularan virus. Saat ini, risiko
penularan melalui transfusi darah sudah sangat rendah di banyak
negara karena adanya prosedur skrining yang lebih baik.
4. Penularan dari ibu ke anak
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
anaknya selama kehamilan, persalinan, atau masa menyusui. Tanpa
pengobatan, risiko penularan dari ibu ke anak dapat mencapai 15-45%.

Selain itu, ada beberapa cara yang tidak dapat menularkan HIV,
seperti:
 Kontak sehari-hari, seperti berjabat tangan, berpelukan, atau
berbagi makanan dan minuman
 Gigitan nyamuk atau serangga lainnya
 Penggunaan toilet, kolam renang, atau fasilitas umum lainnya
secara bersama-sama

Penyebaran HIV dapat dicegah dengan menghindari perilaku berisiko,


seperti hubungan seksual tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik
secara bergantian, dan transfusi darah yang tidak aman. Selain itu, tes

2
HIV secara rutin dan pengobatan yang tepat bagi penderita juga sangat
penting untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Pemahaman yang komprehensif tentang penyebab penularan HIV
sangat diperlukan agar masyarakat dapat melakukan tindakan
pencegahan yang efektif dan memberikan dukungan yang tepat bagi
mereka yang terinfeksi.

C. Gejala HIV/AIDS
Infeksi HIV dapat menyebabkan berbagai gejala yang dapat muncul
dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap infeksi akut
Pada tahap ini, virus HIV mulai menyerang dan memperbanyak diri di
dalam tubuh. Sekitar 40-90% orang yang terinfeksi HIV akan
mengalami gejala mirip flu, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot dan
sendi, kelenjar getah bening yang membengkak, sakit tenggorokan,
dan ruam kulit. Gejala ini biasanya muncul 2-4 minggu setelah
terinfeksi. Pada tahap ini, jumlah sel CD4+ (sel darah putih yang
diserang HIV) dapat menurun dengan cepat, namun kemudian akan
meningkat kembali seiring dengan respons sistem kekebalan tubuh.

2. Tahap asimptomatik (tanpa gejala)


Setelah tahap infeksi akut, sebagian besar orang yang terinfeksi HIV
tidak menunjukkan gejala apa pun selama beberapa tahun. Meskipun
tidak ada gejala, virus tetap aktif dan terus menyerang sel-sel CD4+
secara perlahan.
Pada tahap ini, jumlah sel CD4+ akan terus menurun secara bertahap,
sementara jumlah virus HIV dalam darah (viral load) akan meningkat.

3. Tahap simptomatik
Seiring dengan penurunan jumlah sel CD4+, sistem kekebalan tubuh
semakin melemah, sehingga penderita menjadi rentan terhadap
berbagai infeksi oportunistik dan penyakit lainnya.
Gejala yang mungkin muncul pada tahap ini antara lain diare kronis,
penurunan berat badan, demam berkepanjangan, keringat malam,
kelelahan, infeksi jamur, kanker, dan lain-lain.

4. Tahap AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)


Jika tidak mendapatkan pengobatan, infeksi HIV akan berkembang
menjadi AIDS, yang merupakan tahap akhir dari penyakit ini.

2
Pada tahap AIDS, jumlah sel CD4+ sangat rendah (kurang dari 200
sel/mm3) dan penderita sangat rentan terhadap berbagai infeksi
oportunistik yang dapat mengancam jiwa, seperti pneumonia,
tuberkulosis, kanker, dan lain-lain.

Gejala-gejala yang muncul pada setiap tahap infeksi HIV dapat


bervariasi dari satu orang ke orang lain, tergantung pada faktor-faktor
seperti sistem kekebalan tubuh, pengobatan yang diterima, dan
komplikasi yang terjadi.
Pemahaman yang mendalam tentang gejala HIV sangat penting agar
penderita dapat segera mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang
tepat, serta masyarakat dapat lebih waspada dan melakukan tindakan
pencegahan yang efektif.

D. Cara Pengobatan HIV/AIDS


Pengobatan HIV saat ini berfokus pada terapi antiretroviral (ARV),
yang terdiri dari kombinasi beberapa obat antiretroviral. Tujuan utama
pengobatan ARV adalah:
1. Menekan replikasi virus HIV
Obat-obatan ARV bekerja dengan menghambat berbagai tahap siklus
hidup virus HIV, sehingga dapat menekan jumlah virus (viral load)
dalam darah penderita.
Dengan viral load yang rendah, risiko penularan HIV ke orang lain
juga dapat diminimalkan.
2. Meningkatkan jumlah sel CD4+
Sel CD4+ adalah sel darah putih yang memegang peranan penting
dalam sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV menyebabkan penurunan
jumlah sel CD4+.
Pengobatan ARV dapat membantu meningkatkan jumlah sel CD4+
sehingga memperkuat sistem kekebalan tubuh.
3. Mencegah perkembangan penyakit menjadi AIDS
Dengan menekan replikasi virus dan meningkatkan sel CD4+,
pengobatan ARV dapat mencegah perkembangan infeksi HIV menjadi
AIDS, yang ditandai dengan berbagai infeksi oportunistik yang
mengancam jiwa.

Terdapat beberapa jenis obat ARV yang bekerja dengan mekanisme


yang berbeda-beda, di antaranya:

2
- Inhibitor reverse transcriptase (NRTI, NNRTI)
- Inhibitor protease
- Inhibitor integrasi
- Antagonis reseptor CCR5

Pengobatan ARV biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dari


beberapa jenis obat ARV (terapi kombinasi antiretroviral atau cART).
Kombinasi ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengobatan,
mencegah resistensi virus, dan meminimalkan efek samping.

Selain pengobatan ARV, penanganan HIV juga meliputi:


- Pemantauan rutin jumlah sel CD4+ dan viral load
- Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik
- Dukungan psikologis dan sosial bagi penderita
- Edukasi dan konseling untuk mencegah penularan

Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat ARV secara teratur sangat


penting untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal. Dengan
pengobatan yang tepat, penderita HIV dapat hidup lebih lama dan
sehat.
Kemajuan dalam pengobatan HIV telah memungkinkan penderita
untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas dan produktif. Namun,
tantangan utama saat ini adalah meningkatkan akses dan ketersediaan
pengobatan ARV di seluruh dunia.

E. Cara mencegah HIV/AIDS


Pencegahan HIV merupakan upaya penting untuk menghentikan
penyebaran virus ini di masyarakat. Terdapat beberapa strategi utama
dalam pencegahan HIV, yaitu:

1. Pencegahan penularan seksual


- Penggunaan kondom secara konsisten dan benar saat berhubungan
seksual merupakan metode paling efektif untuk mencegah
penularan HIV melalui hubungan seksual.
- Edukasi dan promosi penggunaan kondom, terutama pada
kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks, pasangan
homoseksual, dan pengguna narkoba suntik.
- Tes HIV secara rutin dan pengobatan bagi penderita HIV untuk
menekan viral load dan mengurangi risiko penularan.

2
2. Pencegahan penularan melalui darah
- Skrining darah donor secara ketat untuk mendeteksi keberadaan
virus HIV.
- Penggunaan alat suntik steril dan aman, terutama pada pengguna
narkoba suntik.
- Tindakan pencegahan infeksi di fasilitas kesehatan, seperti
penggunaan sarung tangan, desinfeksi alat, dan pembuangan
limbah medis yang aman.

3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak


- Pemberian obat antiretroviral (ARV) kepada ibu hamil yang
terinfeksi HIV untuk menekan viral load.
- Pemberian ARV kepada bayi yang baru lahir dari ibu HIV positif.
- Penggunaan metode persalinan yang aman, seperti seksio sesarea,
untuk mencegah penularan saat persalinan.
- Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI untuk mencegah
penularan melalui air susu ibu.

4. Edukasi dan perubahan perilaku:


- Kampanye dan edukasi masyarakat tentang HIV/AIDS, cara
penularan, dan pentingnya pencegahan.
- Promosi tes HIV secara sukarela dan konseling untuk mengetahui
status HIV.
- Pengurangan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan
HIV/AIDS.
- Pemberdayaan kelompok berisiko tinggi, seperti pekerja seks,
pengguna narkoba, dan komunitas LGBT.

5. Penelitian dan pengembangan:


- Upaya untuk menemukan vaksin dan obat-obatan baru yang lebih
efektif untuk mencegah dan mengobati HIV.
- Pengembangan teknologi dan metode baru untuk deteksi dini dan
pencegahan penularan HIV.

2
Pencegahan HIV membutuhkan pendekatan komprehensif yang
melibatkan berbagai sektor, termasuk kesehatan, pendidikan, sosial,
dan hukum. Kolaborasi dan komitmen dari semua pihak sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu menghentikan
penyebaran HIV di masyarakat.

BAB III

KESIMPULAN & SARAN

A. KESIMPULAN
HIV merupakan virus yang menyerang dan merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. Virus ini menyerang sel darah putih
dimana sel ini berfungsi dalam melawan berbagai mikroorganisme
penyebab infeksi. Alhasil jika sel darah putih telah berkurang
akibat infeksi HIV maka tubuh akan rentan terserang berbagai
penyakit. HIV/AIDS tetap menjadi masalah yang serius,
mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Hingga saat ini
belum ada penyembuhan total yang dapat mengobati penyakit ini.
Pencegahan, pendidikan, dan dukungan sosial terus menjadi kunci
dalam mengatasi penyakit ini dan meningkatkan kualitas hidup
bagi mereka yang terkena dampak.

B. Saran
Dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, kami menyarankan
beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran: Mengadakan program


edukasi yang lebih luas mengenai HIV/AIDS, termasuk

2
cara penularan, pencegahan, dan pentingnya pengujian dini.
Program ini harus menjangkau semua lapisan masyarakat,
terutama kelompok yang paling berisiko.

2. Akses Terhadap Pengobatan: Memastikan akses terhadap


pengobatan antiretroviral (ARV) yang efektif dan
terjangkau bagi semua individu yang hidup dengan HIV.
Pemerintah dan lembaga kesehatan harus bekerja sama
untuk mengurangi biaya pengobatan dan memperluas
cakupan asuransi kesehatan.
3. Dukungan Psikososial: Memberikan dukungan psikososial
bagi orang dengan HIV dan keluarganya, termasuk
konseling dan terapi untuk membantu mereka mengatasi
stigma dan diskriminasi yang sering dihadapi.
4. Penelitian dan Inovasi: Mendukung penelitian untuk
pengembangan vaksin HIV dan metode pengobatan baru.

Kami harap, saran-saran ini dapat memberikan kontribusi positif


dalam upaya bersama melawan HIV/AIDS dan membawa kita
lebih dekat ke dunia tanpa AIDS.

Anda mungkin juga menyukai