Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS ) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV. HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus , namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan .
HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan
menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih
dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS
sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Di Indonesia
menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011
yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus
yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS
dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun
2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus
HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia. Dengan demikian kami kelompok 7 prodi ilmu
keperawatan Universitas Jambi membuat makalah mengenai asuhan keperawatan
paliatif pada pasien dengan HIV AIDS.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori mengenai penyakit HIV AIDS dan Asuhan
keperawatan Paliatif pada pasien HIV AIDS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah inin adalah untuk
mengetahui dan menambah pengetahuan mengenai bagaimana asuhan
keperawatan paliatif pada pasien HIV AIDS.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan menambah pengetahuan mengenai bagaimana asuhan keperawatan
paliatif pada pasien HIV AIDS meliputi :
a. Konsep dasar penyakit HIV/AIDS
b. Konsep dasar asuhan keperawatan paliatif HIV/AIDS
c. Contoh Asuhan Keperawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulis berharap dari makalah ini akan mampu menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi untuk di aplikasikan di
lapangan dan mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan HIV/AIDS.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat institusi pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
kepustakaan yang ada dan diharapkan dapat memberikan masukan
mengenai asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS guna
mendukung studi kasus yang akan dilakukan dikemudian hari .
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien
dengan HIV AIDS .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah HIV/AIDS
Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada
tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS
pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control
and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang
masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Peneumocystis
Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi),
termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat
sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-
anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jendaral
P2M dan PLP Depertemen Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita
HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia. Data
jumlsh penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori “Gunung Es”
dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya. Untuk
itu WHO mengestimasikan bahwa 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang
lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat
terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan
pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV)
tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social,
ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang
harus diharapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang.
2.2.Definisi HIV/AIDS

Virus HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
  Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat
terkena pilek biasa.
Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
Bahaya AIDS
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada
obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi
virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena
sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan
penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya
AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan
penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia
tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus.Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke
dalam sel pejamu.HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan
yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya
diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya
tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan
meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum
dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985,
menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan
HIV.
2.3. Faktor Risiko Penyebab HIV AIDS
Penyebab HIV AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko.HIV AIDS tidak
menular melalui kontak fisik sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat
tangan, berbagi benda pribadi, makanan, atau air.Penyebab HIV AIDS menular hanya
dapat terjadi melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi.Berikut faktor risiko penyebab HIV AIDS:
1. Hubungan Seks
Hubungan seks baik vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang
terinfeksi dapat menyebarkan HIV. Ini disebabkan oleh darah, air mani atau
cairan vagina yang terinfeksi masuk ke tubuh individu lain. Virus juga dapat
masuk melalui luka mulut atau cairan yang kadang-kadang berkembang di
dubur atau vagina selama aktivitas seksual.
2. Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah.Ini
bisa disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak
steril.Penyebab HIV AIDS ini tentu harus diperhatikan lagi.
3. Jarum suntik
Berbagi peralatan obat intravena (jarum dan jarum suntik) yang
terkontaminasi membuat seseorang berisiko tinggi terhadap HIV dan
penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.
4. Selama kehamilan, persalinan atau menyusui
Ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus ke bayinya.Ibu HIV-positif
yang mendapatkan pengobatan untuk infeksi selama kehamilan dapat secara
signifikan menurunkan risiko pada bayi.
2.4. Tanda dan Gejala HIV AIDS
Tanda-tanda klinis penderita HIV AIDS yaitu sebagai berikut :
a. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
e. Dimensia/HIV ensefalopat
Gejala minornya adalah sebagai berikut :
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata yang gatalAdanya Herpes zoster multisegmental dan
berulang
c. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorangyang
terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tandadan gejala
yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.Setelah kondisi membaik,
orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuhsakit karena serangan demam yang
berulang.
2.5. Klasifikasi HIV AIDS

a. Fase I
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan
tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk.Bisa saja
terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan
sembuh sendiri).
b. Fase II
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase III
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.
Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi
lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem
kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase IV
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu
yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang
menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya
sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan
diare parah berminggu – minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan
kekacauan mental dan sakit kepala .
2.6. Patofisiologi HIV AIDS
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan
terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis pada
AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi
akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan,
limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten
yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+
selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun
(berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat
reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel – sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang.Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem
imun seluler makin lemah secara progresif.Diikutiberkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Selama waktu
ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik).
2.7. Etiologi HIV AIDS
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga
disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi asamdeoksiribunokleat (DNA) setelah masuk
kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis
2.8. Stadium Klinis HIV AIDS
a. Stadium 1 (asimtomatis)
1) Asimtomatis
2) Limfadenopati generalisata
b. Stadium 2 (ringan)
1) Penurunan berat badan < 10%
2) Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik, prurigo,onikomikosis,
ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi popular pruritic
3) Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir
4) Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitismedia
c. Stadium 3 (lanjut)
1) Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas
2) Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
3) Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1 bulan
4) Kandidiasis oral persisten
5) Oral hairy leukoplakia
6) Tuberculosis paru
7) Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksitulang/sendi,
meningitis, bacteremia
8) Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut
9) Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×109/L)tanpa sebab
jelas, atau trombositopenia kronis (< 50×109/L) tanpasebab yang jelas
d. Stadium 4 (berat)
1) HIV wasting syndrome
2) Pneumonia akibat pneumocystis carinii
3) Pneumonia bakterial berat rekuren
4) Toksoplasmosis serebral
5) Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
6) Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau kelenjar getahbening
7) Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau visceral
8) Leukoensefalopati multifocal progresif
9) Mikosis endemic diseminata
10) Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus
11) Mikobakteriosis atripik, diseminata atau paru
12) Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat rekuren
13) Tuberculosis ekstrapulmonal
14) Limfoma atau tumor padat terkait HIV: Sarkoma Kaposi, ensefalopatiHIV,
kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis, isosporiasis kronik, karsinoma
serviks invasive, leismaniasis atipik diseminata
15) Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIVsimtomatis.
2.9. Komplikasi HIV AIDS
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan
kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam
atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus dan strongyloides dengan efek sesak nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.
2.10. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti
darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorangtergantung pada
status imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor
risiko. Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan
orang yang terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada
pengguna narkoba, hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata,
dan urin (sangat rendah).HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan
keringat.Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan
dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan
melalui:
a. Ibu hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-29%
5) Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada
duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi
dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui adalah
14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan
persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari
ibunya selama 6-15 bulan.
b. Jarum Suntik
c. Transfusi Darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan Seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom,
maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh
penularan melalui jalur penasun (pengguna narkoba suntik)
2.11. Cara Pencegahan HIV AIDS
a.Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan
hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan
orang lain.
b. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukanhubungan seksual
c.Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,hendaknya
jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
d. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
e.Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )harus dijamin
sterilisasinya
2.12. Pengobatan
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik.Obat antiretroviral adalah obat yang
dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus.Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine,
Stavudine.Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang
muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting untuk
pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya,
contoh: obat-obat anti TBC.
2.13 Asuhan Keperawatan Paliatif ODHA
Prinsip Asuhan Keperawatan Paliatif
Berikut ini adalah prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan paliatif pada pasien HIV/Aids :
1. Melakukan pengkajian secara cermat, mendengarkan keluhan dengan sungguh-
sungguh.
2. Menetapkan diagnosis/masalah keperawatan dengan tepat sebelum bertindak.
3. Melakukan tindakan asuhan keperawatan secara tepat dan akurat.
4. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

Pendekatan model asuhan keperawatan paliatif diberikan dengan melihat kebutuhan


ODHA secara holistik yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual
dan kultural pada ODHA dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan,
meliputi pengkajian keperawatan, penegakan diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

2.13.1 Pengkajian Keperawatan


1. Pengkajian Fisik
Perawat melakukan pengkajian kondisi fisik secara keseluruhan dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Masalah fisik yang sering dialami ODHA biasanya diakibatkan
oleh karena penyakitnya mapun efek samping dari pengobatan yang diterimanya.
Diantaranya adalah nyeri, nutrisi, kelemahan umum, eliminasi luka dekubitus serta
masalah keperawatan lainnya.
2. Pengkajian Psiko sosio spiritual dan kultural
Perawat mekakukan pengkajian kemampuanfungsi sosial, kondisi mental/emosional,
hubungan interpersonal, kegiatan yang dilakukan oleh pasien HIV/Aids, konflik
dalam keluarga yang dialami pasien jika ada, peran sistem budaya, spiritual dan aspek
religius, sumber keuangan, komunikasi, kepribadian.personality, adat istiadat
budaya/pembuat keputusan, aspek religius/kepercayaan,pertahanan koping, sistem
nilai, hubungan antar keluarga dan stres yang dihadapi oleh ODHA.
2.13.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada perawatan paliatif pada ODHA
adalah :
1. Gangguan body image : (rambut rontok, luka bau)
2. Gangguan hubungan seksual
3. Gangguan pelaksanaan fungsi peran keluarga
4. Gangguan komunikasi
5. Kurang pengetahuan
6. Gangguan pola tidur
7. Gangguan interaksi sosial
8. Koping keluarga tidak efektif
9. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
10. Nyeri

2.13.3 Intervensi Keperawatan


Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada intervensi keperawatan pada
perawatan paliatif pada ODHA :
1. Strategi pencapaian tujuan dari asuhan keperawatan
2. Memberikan prioritas intervensi keperawatan dan sesuai dengan masalah
keperawatan : nyeri, intake nutrisi, dan lain-lain.
3. Modifikasi tindakan dengan terapi komplementer (hipnoterapi, yoga, healing touch
dan lain-lain).
4. Melibatkan keluarga ODHA

Sedangkan intervensi keperawatan pada aspek psiko sosio kultural dan spiritual
adalah :
1. Berikan informasi dengan tepat dan jujur
2. Lakukan komunikasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif
3. Tunjukkan rasa empati yang dalam
4. Support ODHA, meskipun ODHA akan melewati hari-hari terakhir, pastikan
ODHA sangat berarti bagi keluarganya
5. Tetap menghargai ODHA sesuai dengan perannya dalam keluarga
6. Selalu melibatkan ODHA dalam proses keperawatan
7. Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap perubahan kondisi ODHA
8. Lakukan pendampingan spiritual yang intensif.

2.13.4 Implementasi Keperawatan


Dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif pada ODHA terdapat hal-hal
yang harus diperhatikan yaitu :
1. Memberikan asuhan keperawatan sesuai masalah keperawatan
2. Hak pasien adalah untuk menerima atau menolak tindakan keperawatan
3. Rasa empati, support, motivasi dari berbagai pihak khususnya perawat
4. Kolaborasi dengan tim perawatan paliatif.

2.13.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan
paliatif, namun bukan berarti asuhan keperawatan akan berhenti pada tahapan ini,
melainkan lebih menekankan pada tahapan mengevaluasi perkembangan ODHA
dengan melakukan analisa perkembangan kondisi yang ada pada ODHA, melakukan
reasesment dan replanning melihat perkembangan kondisi yang ada pada ODHA.
Hal-hal yang harus menjadi perhatikan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan paliatif adalah :
1. Asuhan keperawatan paliatif berarti asuhan intensif dan komprehensif
2. Selalu pelajari dan observasi hal yang baru dari ODHA
3. Semua anggota tim sepakat untuk emndukung rencana tindakan yang telah disusun
4. Melibatkan keluarga ODHA
5. Gunakan bahasa yang mudah difahami
6. Beri kesempatan bertanya dan jawab dengan jujur
7. Jelaskan perkembangan, keadaan dan rencana tindak lanjut
8. Jangan memberikan janji kosong pada ODHA
9. Melakukan konseling, pelatihan kepada ODHA, keluarga dan care giver
10. Mempermudah kelancaran perawatan di rumah dalam pelaksanaan asuhan
11. Memperhatikan aspek religius pasien
12. Tunjukkan rasa empati, keseriusan serta sikap yang mendukung untuk siap
membantu
13. Pertimbangkan latar belakang ODHA dan keluarga
14. Hindarkan memberi ramalan tentang waktu kematian
15. Bila ODHA tidak ingin diberi tahu tentang kondisinya, tunggu dengan sabar
sampai menemukan waktu yang tepat untuk menyampaikan.
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
HIV (human immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel
CD4, sehingga merusak system kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetic,
mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse
Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari RNA &
DNA dan transflasi dari RNA ke protein pada umumnya.

3.2 SARAN
Penulis mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan untuk pembaca. Selain itu juga, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sehingga penulis bisa berorientasi lebih baik pada makalah selanjutnya.
LAMPIRAN

SKENARIO KASUS KE 1

Seorang wanita usia 33 tahun dirawat di rumah sakit dikarenakan batuk sudah lebih
dari satu bulan serta kehilangan berat badan sebanyak 10 kg dalam kurun waktu satu
bulan. Hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum pasien menunjukkan bahwa paru-paru
pasien terinfeksi tuberculosis. Hasil pemeriksaan menunjukkan RR : 34 x/m, ronkhi
(+) di kedua paru. BB : 35 kg, TB : 155 cm. Nilai CD4 pasien : 134 sel/ul. Pasien
mengatakan tertular HIV dari suaminya.Pasien sering mengeluhkan sesak nafas dan
sesak semakin memburuk pada saat berjalan. Pasien mengatakan kepada perawat
bahwa ia merasa putus asa dengan kondisinya saat ini. Perawat pun menyarankan
kepada pasien untuk berzikir agar pasien merasa tenang.

LO :

1. Bagaimana manajemen perawatan paliatif pada pasien tersebut?


2. Askep terminal illness/paliatif pada pasien tersebut?

STEP 1 ISTILAH SULIT DAN JAWABAN

1. Helni 021: Sputum


2. Dwi 043 : Ronkhi
3. Harnika 067 : HIV
4. Esa 042 : CD4
5. Rossie 020 : X-Ray
6. Indah 022 : Tuberculosis
Jawaban :
1. Ayu 066 : Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari
paru-paru, bronkus, dan trakeayang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan
atau ditelan. Dahak atau sputum adalah mukus yang keluar saat batuk dari
saluran pernapasan atas
2. Rossie 020 :Ronkhi adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran
udara melalui saluran nafas yang berisi sekret/ eksudat atau akibat saluran
nafas yang menyempit atau oleh oedema saluran nafas.
Tambahan Anisa : Ronkhi adalah suara nafas bernada rendah akibat
penyempitan saluran nafas terjadi saat inspirasi atau ekspirasi. ada 2 yaitu
ronkhi basah dan ronkhi kering.
3. Nadia 065 : HIV adalah virus imunodefisiensi manusia adalah dua spesies
lentivirus penyebab AIDS. Virus ini menyerang manusia dan menyerang
sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan
infeksi. Jika virus ini terus menyerang tubuh, sistem pertahanan tubuh kita
akan semakin lemah.
Tambahan Indah 022 : HIV secara drastis dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan penyakit, bakteri, virus, dan
infeksi lainnya menyerang tubuhmu.
4. Dwi 043 : CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang di hancurkan oleh
HIV. oleh karena itu semakin sedikit jumlah CD4 semakin besar pula
kemungkinan seseorang terkena AIDS. pada kondisi normal, jumlah CD4
berada dalam rentang 500-1400 sel permilimli meter kubik darah.
Tambahan Anisa : CD4 sel darah putih atau sel-T yang diperlukan untuk
pemeriksaan kondisi sistem imun pada pasien HIV.
5. Helni 021 : X-Ray adalah adalah tes pencitraan yang digunakan untuk
melihat bagian dalam tubuh tanpa harus membedah pasiennya. Prosedur
pemeriksaan ini membantu dalam mendiagnosis, memantau, dan
mengobati berbagai kondisi medis. X-ray juga tersedia dalam berbagai
jenis, tergantung pada area mana yang butuh diperiksa.
Tambahan Fariska 086 : Sinar-X atau sinar rontgen adalah salah satu
bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar
antara 10 nanometer ke 100 pikometer. Sinar-X umumnya digunakan
dalam diagnosis gambar medis dan Kristalografi sinar-X.Sinar-X adalah
bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.
6. Harnika : TBC uberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC/TB adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium
Tuberculosis yang ditularkan melalui
dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan.
Mayoritas kuman TB menyerang
paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang
lainnya.
Tambahan Anisa : Tuberkulosis adalah penyakit infeksi dengan gejala
batuk selama 3 Minggu, berdahak dan terkadang mengeluarkan darah.
walaupun biasanya menyerang paru-paru, penyakit ini juga memberi
dampak pada saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening dan lainnya

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Fariska 086 : Apa faktor utama atau penyebab dari penyakit HIV?
2. Rossie 020 : Pada kasus, pasien mengatakan sering sesak napas dan sesak
semakin memburuk saat berjalan. Apa tindakan perawat untuk mengatasi
keluhan pasien tersebut?
3. Esa : Berdasarkan kasus diatas pasien terkana HIV dan Tuberculosis . Apa
hubungannya HIV dengan TBC dan apakah benar orang yang mengidap HIV
rentan terkena TBC lalu bagaimana cara pengobatannya ?
4. Dwi 043 : apakah seorang penderita HIV yang sudah pada tahap AIDS bisa
efektif dalam pengobatan? minimal di harapkan bisa menekan virusnya dan
meningkatkan kualitas hidup si pasien?
5. Anisa 044 : Kenapa sesak nafas pasien bertambah jika berjalan?
6. Nadia : kenapa bisa pasien kehilangan berat badan yang signifikan dalam
kurung waktu selama satu bulan?
7. Indah : Pada kasus diatas, pasien sudah dilakukan pemeriksaan dan
menunjukkan hasil nilai CD4 =134 sel/ul. Pasien juga mengatakan bahwa ia
tertular penyakit HIV dari suaminya. Berdasarkan teori,bahwa jika jumlah
CD4 seseorang kurang dari 200, maka kondisi tersebut berada pada tahap HIV
stadium IV. Dari hasil pemeriksaan pasien, apakah memungkinkan jika CD4
pasien dapat naik kembali?
8. Harnika 067 :Pada skenario kasus dijelaskan bahwa paru-paru pasien
terinfeksi tuberkulosis, apakah ada hubungan nya HIV dan penyakit
tuberkulosis yang mengakibatkan tanda dan gejala sesak nafas?
9. Helni 021 : Berdasarkan kasus, disampaikan bahwa klien telah dirawat lebih
dari satu bulan serta kehilangan berat badannya sebanyak 10 kg. Apakah ada
keterkaitan antara penurunan berat badan dengan penyakit yang dialami oleh
pasien tersebut yaitu TBC dan HIV AIDS? Dan apakah hasil pemeriksaan
pasien yang terdiri dari RR, BB, TB, dan Nilai CD4 tergolong normal? Jika
tidak, berapakah nilai normalnya dan bagaimana tindakan yang tepat agar
hasil pemeriksaan fisik klien dapat tergolong normal?

STEP 3 ANALISIS MASALAH

1. Harnika 067 : factor Utama atau penyebab HIV adalah Virus masuk ke
dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan sekret
vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah
limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan
CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang
terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu
merubah bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic
acid) menggunakan enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut
kemudiandiintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan
untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus
membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan. Cepat lamanya
waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS dapat bervariasi
antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang terinfeksi
HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10
tahun, meskipun ini bisa lebih lama.
2. Ayu : yang dapat dilakukan adalah :
a) Monitor respirasi dan status oksigenasi
b) Keluarkan secret dengan batuk atau section
c) Posisikan pasien untuk memaksimalkanventilasi dengan cara pemberian
posisi semi fowler
d) Asukultasi suara napas
e) Berikan oksigenasi dengan nasal kanul
f) Kolaborasi dalam pemberian obat dengan timmedis
g) Dan juga jangan lupa untuk melonggarkan pakaian yang ketat
h) Terus pantau pernapasan dan denyut nadi
i) Dan ingat jangan sekali kali memberi makanan dan minuman pada pasien
sesak nafas karena akan membuatnya tersedak, selain itu sesak nafasnya
akan semakin parah
3. Indah 022 : Apa hubungan pasien TB dengan HIV?
Dampak TBC pada HIV iyalah ketika kuman TBC ( Mycobacterium
tuberculosis) menyerang pasien dengan HIV, jumlah CD4 menjadi turun yang
menyebabkan kemampuan sistem kekebalan ODHA dalam menyerang virus
HIV menjadi berkurang, hal ini diakibatkan karena sistem kekebalan tersebut
harus bekerja juga untuk melawan infeksi TBC. Sedangkan dampak HIV pada
TB ini menyebabkan infeksi menjadi lebih aktif dan lebih cepat, ODHA yang
terserang TBC dapat menyebabkan berbagai penyakit pada bagian tubuh yang
lain diluar paru-paru misalnya kuman TB menyerang sistem persarafan, pada
getah bening dan pada tulang.
Apakah benar orang yg mengidap hiv rentan terkena tbc?
Pengidap HIV dan AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
sehingga mudah terserang infeksi virus, kuman, atau pula bakteri. 
Di beberapa negara, TB adalah infeksi oportunistik paling umum yang terkait
dengan HIV yang bisa menyerang paru-paru hingga menimbulkan batuk
kronis, bahkan berdarah.Komplikasi HIV dan AIDS berupa TB, menjadi
penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. Penyakit yang
menyerang paru-paru ini bertanggung jawab atas 1 dari 3 kematian terkait
HIV.
Pengobatan yang dapat dilakukan
Jika penderita TBC sudah terinveksi oleh HIV maka harus dilakukan
pengobatan TB dengan segera, terlepas dari status sebagai penderita HIV,
yaitu dengan memberikan terapi anti TB:
• Isoniazid (INH atau H)
• Pirazinamid (Z)
• Etambutol (E)
• Rifampisin (R)
• Streptomisin (S)
Pengobatan untuk HIV sendiri dengan pemberian ARV(Anti Retroviral) dapat
diberikan setelah pengobatan TBC (Antara 2 hingga 8 minggu). Kemudian
pemberian terapi HIV-TBC ini adalah sebagia berikut:
1. Jika penderita TBC belum mendapatkan pengobatan ARV : maka penderita
harus segera diberikan OAT hingga mencapai batas toleransi lalu diberikan
pengobatan ARV.
2. Jika penderita TBC bagi ODHA yang sudah mendapatkan pengobatan ARV
maka pengobatan harus direncanakan terlebih dahulu oleh petugas TBC-HIV
yang sudah terlatih agar tidak tidak terjadi interaksi obat yang dapat
menyebabkan gagalnya pengobatan ARV yang biasa disebut IRIS (immune
reconstitution inflammatory syndrome.
4. Esa : HIV (human immunodeficiency virus) adalah penyakit yang muncul
karena infeksi virus. Dari perjalanan penyakitnya, HIV terbagi menjadi
beberapa fase, yang terakhir dan yang terberat adalah AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome). Pada tahap AIDS, imunitas penderita sudah
rusak parah, sehingga membuatnya lebih mudah terserang infeksi yang
berbahaya (termasuk infeksi jamur), bahkan juga mengalami penurunan berat
badan drastis, demam dan berkeringat berkepanjangan, bercak putih di rongga
mulut dan kelamin, diare kronis, gangguan syaraf, gangguan mood, ruam
kulit, sesak, lemas, mudah lelah, dan sebagainya. Sejauh ini, belum ada
penanganan yang memang diketahui pasti bisa menyembuhkan total HIV.
Akan tetapi, dengan pemberian obat ARV (anti retroviral), replikasi virus bisa
ditekan dengan signifikan, sehingga gejala klinis akan membaik dan angka
harapan hidup penderita pun akan meningkat. Hal ini berlaku juga pada
penderita HIV yang sudah sampai pada tahap AIDS. Hanya saja, dibanding
tahapan HIV yang lebih dini, potensi keberhasilan terapi ARV pada penderita
AIDS tentu lebih kecil. Sebab itu, semua orang yang merasa pernah
melakukan perilaku berisiko HIV sepatutnya memeriksakan segera
kemungkinannya tertular penyakit berbahaya (termasuk HIV-AIDS), sehingga
penyakit bisa dideteksi lebih awal dan ditangani juga lebih dini sebelum
berkembang menjadi lebih parah.
5. Fariska 086 : Salah satu penyebab sesak nafas sendiri beragam. Salah
satunya dikarenakan adanya penyakit di paru-paru. Pada kasus telah dikatakan
bahwa paru-paru pasien terinfeksi tuberculosis. Pada kasus TBC, gejala sesak
napas dialami akibat peradangan pada jaringan paru,. Selain itu, infeksi TBC
juga dapat menyebabkan adanya cairan pada rongga pleura (selaput paru),
yang membuat paru-paru jadi lebih sulit berkembang. Bahkan, pada keadaan
sesak napas yang berat, pernapasan bantuan dengan ventilator diperlukan
untuk membantu pasien bernapas. Pada saat pasien beraktifitas atau
berjalan,itu semakin membuat pertukaran udara menjadi lebih sulit dilakukan.
Itulah yang membuat sesak nafas pasien bertambah buruk saat berjalan.
6. Helni 021 :Pada saat seseorang terdiagnosa TB, dalam tubuhnya mengalami
perubahan metabolisme untuk mengaktifasi sistem imun sebagai respon
terhadap infeksi kuman. Perombakan-perombakan sel (katabolisme) juga
meningkat. Adanya batuk kronis dalam waktu lama, bahkan bisa sampai batuk
darah, demam, sesak nafas, depresi dan kelelahan. Diperparah juga dengan
produksi dahak yang mengganggu jalan nafas dan penurunan berat badan.
Namun, nafsu makan justri turun bahkan hilang akibat menurunnya
konsentrasi leptin dalam darah.Perubahan metabolik yang juga terjadi adalah
anabolic block. Anabolik blok adalah kondisi dimana asam amino tidak dapat
dibangun menjadi susunan protein yang lebih komplek. Seperti yang kita tahu,
protein mempunyai fungsi yang sangat penting. Seperlima dari tubuh kita
adalah protein. Protein sangat berperan dalam kerja hormon, enzim, matrik sel
dan sebagainya. Keberadaan protein yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi
yang lain adalah fungsinya sebagai pembangun dan pengatur sel-sel dan
jaringan tubuh. Hal hal tersebutlah yang menyebabkan klien mengalami
penurunan berat badan yang cukup signifikan.
7. Nadia : kenaikan CD4 masing masing orang tentu berbeda tidak selalu sama ,
ada yang peningkatan CD4 nya cepat dan ada yang lambat. Jika kamu minum
obat teratur maka CD4 kamu pasti akan naik walaupun perlahan lahan.
Sebenarnya jika kita ingin mengetahui keberhasilan pengobatan tidak hanya
berpatokan pada CD4, cara yang paling gampang adalah meningkatnya berat
badan merupakan cara yang paling gampang dan murah, apabila berat badan
kamu meningkat berarti tubuh kamu merespon pengobatan dengan baik,Yang
perlu kamu ketahui ketika kamu minum obat ARV yang pertama kali turun
cepat adalah jumlah virus dalam darah , setelah jumlah virus dalam darah
turun maka otomatis CD4 kamu akan naik berikutnya. Dengan pengobatan TB
dan jamur maka akan mempercepat peningkatan CD4. Sebaiknya upayakan
untuk memonitor CD4 kamu tiap 3 bulan dan tetap minum ARV, obat TB,
dan obat lainnya yang dikonsultasikan dengan dokter.
8. Esa : TB atau Tuberkulosis adalah penyakit yang menginfeksi saluran
pernapasan dan paru-paru. Gejala umum yang ditemui pada TB antara lain
batuk parah, demam dan kehilangan berat badan secara terus menerus. Lalu,
apa hubungan antara TB dan HIV-AIDS? hubungan antara HIV dan TB
berawal dari TB Latent. TB latent atau tuberkulosis laten merupakan kondisi
di mana seseorang mempunyai bakteri mycobacterium tuberculosis yang
menyebabkan TB pada tubuhnya, namun bakteri tersebut tidak aktif atau
tertidur. Sehingga mereka tidak merasakan sakit pada saluran pernapasan atau
paru-paru layaknya pengidap TB. Seperti sudah diketahui secara umum, HIV
adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jika pengidap
TB Latent tertular HIV, bakteri-bakteri yang tadinya tertidur atau pasif akan
bangun dan aktif menyerang tubuh akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah.
9. Rossie 020 : Penurunan berat badan ada keterkaitannya dengan penyakit HIV
AIDS. Penurunan berat badan merupakan salah satu gejala HIV. Penurunan
berat badan yang parah dan tidak dapat dijelaskan adalah gejala serius dari
infeksi HIV tingkat lanjut atau tingkat tiga. Kondisi ini disebut juga dengan
wasting atau cachexia, yang kini jarang terjadi karena efektivitas pengobatan
HIV (ARV). Penurunan berat badan yang parah didefinisikan sebagai
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan lebih dari 10 persen selama
12 bulan. Biasanya disebabkan oleh kesulitan menyerap makanan (karena
infeksi usus seperti giardia, microsporidia, dan cryptosporidium). Penurunan
atau penurunan berat badan yang parah mengancam nyawa, tetapi kondisi ini
biasanya pulih setelah memulai ARV. Penyebab perubahan tubuh pada HIV
belum sepenuhnya dipahami. Dalam beberapa kasus, perubahan tubuh dapat
diakibatkan oleh beberapa kombinasi efek samping obat, perubahan dalam
tubuh yang terjadi saat terapi antiretroviral mengarah pada sistem kekebalan
yang lebih kuat dan efek penyakit HIV itu sendiri, terutama bagaimana HIV
memengaruhi cara penyimpanan tubuh dan menggunakan lemak darah. Dalam
kasus lain, perubahan tubuh ini adalah tipe yang sama yang terlihat pada
orang HIV negatif dan merupakan hasil dari pola makan yang tidak sehat,
kurang olahraga, dan penuaan. Pemeriksaan yg dilakukan pada pasien
tergolong tidak normal. Dilihat dari pemeriksaan RR pasien adalah 34x/menit,
sedangkan normal RR pada dewasa adalah 12 - 20x/menit. Serta dilihat dari
nilai CD4 pasien yaitu 134 sel/ul. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yg
dihancurkan oleh HIV. Normalnya nilai CD4 berada dalam rentang 500 -
1400 sel/milineter kubik darah.
STEP 4 MIND MAPPING

Wanita usia 33 tahun

dirawat di rumah sakit dikarenakan batuk sudah


lebih dari satu bulan serta kehilangan berat badan
sebanyak 10 kg dalam kurun waktu satu bulan

Data Subjektif : Data Objektif :

1. Pasien mengatakan tertular HIV 1. Hasil pemeriksaan X-Ray dan


dari suaminya. sputum pasien menunjukkan
2. Pasien sering mengeluhkan bahwa paru-paru pasien terinfeksi
sesak nafas dan sesak semakin tuberculosis. Hasil pemeriksaan
memburuk pada saat berjalan. menunjukkan
3. Pasien mengatakan kepada 2. RR : 34 x/m,
perawat bahwa ia merasa putus 3. ronkhi (+) di kedua paru.
asa dengan kondisinya saat ini 4. BB : 35 kg,
5. TB : 155 cm.
6. Nilai CD4 pasien : 134 sel/ul.

Askep Paliatif Pada Pasien


HIV
STEP 5 LEARNING OBJECTIVE

1. Bagaimana manajemen perawatan paliatif pada pasien tersebut?


2. Askep terminal illness/paliatif pada pasien tersebut?
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., & Megasari, K. (2015). Bahan ajar AIDS pada asuhan
kebidanan.Deepublish.
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
Nursalam, D. K., & Dian, N. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV. Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani, T. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS
dengan Defisit Nutrisi di Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya Tahun
2018 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2018).
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog
Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

Kemenkes RI. Pedoman Klinis Infeksi HIV dan Terapi ART. Jakarta: Kemenkes RI;
2011.

Aitken S. Community palliative care: the role of the clinical nurse specialist. John
Wiley & Sons.; 2009.

Yodang,S.Kep.,Ns. MPC. Konsep Perawatan Paliatif. Jakarta: Trans Info Media;


2018.

Guido GW. Nursing care at the end of life. New Jersey: Pearson; 2010.

Twycross RG. Introducing palliative care. 4th ed. Radcliffe Publishing; 2003.

Anda mungkin juga menyukai