PENDAHULUAN
Virus HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat
terkena pilek biasa.
Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah
putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
Bahaya AIDS
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada
obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi
virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena
sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan
penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya
AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan
penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia
tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus.Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke
dalam sel pejamu.HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1
menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan
yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya
diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya
tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan
meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum
dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985,
menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan
HIV.
2.3. Faktor Risiko Penyebab HIV AIDS
Penyebab HIV AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko.HIV AIDS tidak
menular melalui kontak fisik sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat
tangan, berbagi benda pribadi, makanan, atau air.Penyebab HIV AIDS menular hanya
dapat terjadi melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang
terinfeksi.Berikut faktor risiko penyebab HIV AIDS:
1. Hubungan Seks
Hubungan seks baik vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang
terinfeksi dapat menyebarkan HIV. Ini disebabkan oleh darah, air mani atau
cairan vagina yang terinfeksi masuk ke tubuh individu lain. Virus juga dapat
masuk melalui luka mulut atau cairan yang kadang-kadang berkembang di
dubur atau vagina selama aktivitas seksual.
2. Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah.Ini
bisa disebakan oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak
steril.Penyebab HIV AIDS ini tentu harus diperhatikan lagi.
3. Jarum suntik
Berbagi peralatan obat intravena (jarum dan jarum suntik) yang
terkontaminasi membuat seseorang berisiko tinggi terhadap HIV dan
penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.
4. Selama kehamilan, persalinan atau menyusui
Ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus ke bayinya.Ibu HIV-positif
yang mendapatkan pengobatan untuk infeksi selama kehamilan dapat secara
signifikan menurunkan risiko pada bayi.
2.4. Tanda dan Gejala HIV AIDS
Tanda-tanda klinis penderita HIV AIDS yaitu sebagai berikut :
a. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
e. Dimensia/HIV ensefalopat
Gejala minornya adalah sebagai berikut :
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata yang gatalAdanya Herpes zoster multisegmental dan
berulang
c. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorangyang
terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tandadan gejala
yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.Setelah kondisi membaik,
orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuhsakit karena serangan demam yang
berulang.
2.5. Klasifikasi HIV AIDS
a. Fase I
Umur infeksi 1 – 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan
tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk.Bisa saja
terlihat/mengalami gejala – gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan
sembuh sendiri).
b. Fase II
Umur infeksi: 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala – gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2 – 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase III
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.
Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi
lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem
kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase IV
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit tertentu
yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru – paru yang
menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker, khususnya
sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan
diare parah berminggu – minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan
kekacauan mental dan sakit kepala .
2.6. Patofisiologi HIV AIDS
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan. Seiring
pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit CD 4+ akan
terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya gejala klinis pada
AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun. Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi
akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan,
limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten
yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit CD 4+
selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun
(berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat
reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel – sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang.Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem
imun seluler makin lemah secara progresif.Diikutiberkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun – tahun. Selama waktu
ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4
mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik).
2.7. Etiologi HIV AIDS
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga
disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi asamdeoksiribunokleat (DNA) setelah masuk
kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu like illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidk ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem
tubuh, dan manifestasi neurologis
2.8. Stadium Klinis HIV AIDS
a. Stadium 1 (asimtomatis)
1) Asimtomatis
2) Limfadenopati generalisata
b. Stadium 2 (ringan)
1) Penurunan berat badan < 10%
2) Manifestasi mukokutaneus minor: dermatitis seboroik, prurigo,onikomikosis,
ulkus oral rekurens, keilitis angularis, erupsi popular pruritic
3) Infeksi herpers zoster dalam 5 tahun terakhir
4) Infeksi saluran napas atas berulang: sinusitis, tonsillitis, faringitis, otitismedia
c. Stadium 3 (lanjut)
1) Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas
2) Diare tanpa sebab jelas > 1 bulan
3) Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1 bulan
4) Kandidiasis oral persisten
5) Oral hairy leukoplakia
6) Tuberculosis paru
7) Infeksi bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksitulang/sendi,
meningitis, bacteremia
8) Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut
9) Anemia (Hb < 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×109/L)tanpa sebab
jelas, atau trombositopenia kronis (< 50×109/L) tanpasebab yang jelas
d. Stadium 4 (berat)
1) HIV wasting syndrome
2) Pneumonia akibat pneumocystis carinii
3) Pneumonia bakterial berat rekuren
4) Toksoplasmosis serebral
5) Kriptosporodiosis dengan diare > 1 bulan
6) Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau kelenjar getahbening
7) Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau visceral
8) Leukoensefalopati multifocal progresif
9) Mikosis endemic diseminata
10) Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus
11) Mikobakteriosis atripik, diseminata atau paru
12) Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat rekuren
13) Tuberculosis ekstrapulmonal
14) Limfoma atau tumor padat terkait HIV: Sarkoma Kaposi, ensefalopatiHIV,
kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk meningitis, isosporiasis kronik, karsinoma
serviks invasive, leismaniasis atipik diseminata
15) Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIVsimtomatis.
2.9. Komplikasi HIV AIDS
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi,
penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan
kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensefalitis. Dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam
atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus dan strongyloides dengan efek sesak nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar,
infeksi sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.
2.10. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh seperti
darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorangtergantung pada
status imunitas, gizi, kesehatan umum dan usia serta jenis kelamin merupakan faktor
risiko. Seseorang akan berisiko tinggi terinfeksi HIV bila bertukar darah dengan
orang yang terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang bergantian terutama pada
pengguna narkoba, hubungan seksual (Corwin, 2009).
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh
seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata,
dan urin (sangat rendah).HIV tidak dilaporkan terdapat didalam air mata dan
keringat.Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan
dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan
melalui:
a. Ibu hamil
1) Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI)
2) Angka transmisi mencapai 20-50%
3) Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4) Laporan lain menyatakan risiko penularan malalui ASI adalah 11-29%
5) Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada
duakelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi
dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya,
melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui adalah
14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan
persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya
disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari
ibunya selama 6-15 bulan.
b. Jarum Suntik
c. Transfusi Darah
1) Risiko penularan sebesar 90%
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan Seksual
1) Prevalensi 70-80%
2) Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
3) Model penularan ini adalah yang tersering didunia. Akhir-akhir ini dengan
semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom,
maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh
penularan melalui jalur penasun (pengguna narkoba suntik)
2.11. Cara Pencegahan HIV AIDS
a.Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan
hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan
orang lain.
b. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukanhubungan seksual
c.Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,hendaknya
jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
d. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
e.Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )harus dijamin
sterilisasinya
2.12. Pengobatan
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik.Obat antiretroviral adalah obat yang
dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus.Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine,
Stavudine.Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang
muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Yang penting untuk
pengobatan oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya,
contoh: obat-obat anti TBC.
2.13 Asuhan Keperawatan Paliatif ODHA
Prinsip Asuhan Keperawatan Paliatif
Berikut ini adalah prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan paliatif pada pasien HIV/Aids :
1. Melakukan pengkajian secara cermat, mendengarkan keluhan dengan sungguh-
sungguh.
2. Menetapkan diagnosis/masalah keperawatan dengan tepat sebelum bertindak.
3. Melakukan tindakan asuhan keperawatan secara tepat dan akurat.
4. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat
Sedangkan intervensi keperawatan pada aspek psiko sosio kultural dan spiritual
adalah :
1. Berikan informasi dengan tepat dan jujur
2. Lakukan komunikasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif
3. Tunjukkan rasa empati yang dalam
4. Support ODHA, meskipun ODHA akan melewati hari-hari terakhir, pastikan
ODHA sangat berarti bagi keluarganya
5. Tetap menghargai ODHA sesuai dengan perannya dalam keluarga
6. Selalu melibatkan ODHA dalam proses keperawatan
7. Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap perubahan kondisi ODHA
8. Lakukan pendampingan spiritual yang intensif.
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
HIV (human immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel
CD4, sehingga merusak system kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus ini memiliki kemampuan untuk mentransfer informasi genetic,
mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reverse
Transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi dari RNA &
DNA dan transflasi dari RNA ke protein pada umumnya.
3.2 SARAN
Penulis mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan untuk pembaca. Selain itu juga, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sehingga penulis bisa berorientasi lebih baik pada makalah selanjutnya.
LAMPIRAN
SKENARIO KASUS KE 1
Seorang wanita usia 33 tahun dirawat di rumah sakit dikarenakan batuk sudah lebih
dari satu bulan serta kehilangan berat badan sebanyak 10 kg dalam kurun waktu satu
bulan. Hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum pasien menunjukkan bahwa paru-paru
pasien terinfeksi tuberculosis. Hasil pemeriksaan menunjukkan RR : 34 x/m, ronkhi
(+) di kedua paru. BB : 35 kg, TB : 155 cm. Nilai CD4 pasien : 134 sel/ul. Pasien
mengatakan tertular HIV dari suaminya.Pasien sering mengeluhkan sesak nafas dan
sesak semakin memburuk pada saat berjalan. Pasien mengatakan kepada perawat
bahwa ia merasa putus asa dengan kondisinya saat ini. Perawat pun menyarankan
kepada pasien untuk berzikir agar pasien merasa tenang.
LO :
1. Fariska 086 : Apa faktor utama atau penyebab dari penyakit HIV?
2. Rossie 020 : Pada kasus, pasien mengatakan sering sesak napas dan sesak
semakin memburuk saat berjalan. Apa tindakan perawat untuk mengatasi
keluhan pasien tersebut?
3. Esa : Berdasarkan kasus diatas pasien terkana HIV dan Tuberculosis . Apa
hubungannya HIV dengan TBC dan apakah benar orang yang mengidap HIV
rentan terkena TBC lalu bagaimana cara pengobatannya ?
4. Dwi 043 : apakah seorang penderita HIV yang sudah pada tahap AIDS bisa
efektif dalam pengobatan? minimal di harapkan bisa menekan virusnya dan
meningkatkan kualitas hidup si pasien?
5. Anisa 044 : Kenapa sesak nafas pasien bertambah jika berjalan?
6. Nadia : kenapa bisa pasien kehilangan berat badan yang signifikan dalam
kurung waktu selama satu bulan?
7. Indah : Pada kasus diatas, pasien sudah dilakukan pemeriksaan dan
menunjukkan hasil nilai CD4 =134 sel/ul. Pasien juga mengatakan bahwa ia
tertular penyakit HIV dari suaminya. Berdasarkan teori,bahwa jika jumlah
CD4 seseorang kurang dari 200, maka kondisi tersebut berada pada tahap HIV
stadium IV. Dari hasil pemeriksaan pasien, apakah memungkinkan jika CD4
pasien dapat naik kembali?
8. Harnika 067 :Pada skenario kasus dijelaskan bahwa paru-paru pasien
terinfeksi tuberkulosis, apakah ada hubungan nya HIV dan penyakit
tuberkulosis yang mengakibatkan tanda dan gejala sesak nafas?
9. Helni 021 : Berdasarkan kasus, disampaikan bahwa klien telah dirawat lebih
dari satu bulan serta kehilangan berat badannya sebanyak 10 kg. Apakah ada
keterkaitan antara penurunan berat badan dengan penyakit yang dialami oleh
pasien tersebut yaitu TBC dan HIV AIDS? Dan apakah hasil pemeriksaan
pasien yang terdiri dari RR, BB, TB, dan Nilai CD4 tergolong normal? Jika
tidak, berapakah nilai normalnya dan bagaimana tindakan yang tepat agar
hasil pemeriksaan fisik klien dapat tergolong normal?
1. Harnika 067 : factor Utama atau penyebab HIV adalah Virus masuk ke
dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan sekret
vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah
limfosit CD 4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan
CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam bentuk yang
terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu
merubah bentuk RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic
acid) menggunakan enzim reverse transcriptase. DNA pro-virus tersebut
kemudiandiintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan
untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus
membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan. Cepat lamanya
waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS dapat bervariasi
antar individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang terinfeksi
HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10
tahun, meskipun ini bisa lebih lama.
2. Ayu : yang dapat dilakukan adalah :
a) Monitor respirasi dan status oksigenasi
b) Keluarkan secret dengan batuk atau section
c) Posisikan pasien untuk memaksimalkanventilasi dengan cara pemberian
posisi semi fowler
d) Asukultasi suara napas
e) Berikan oksigenasi dengan nasal kanul
f) Kolaborasi dalam pemberian obat dengan timmedis
g) Dan juga jangan lupa untuk melonggarkan pakaian yang ketat
h) Terus pantau pernapasan dan denyut nadi
i) Dan ingat jangan sekali kali memberi makanan dan minuman pada pasien
sesak nafas karena akan membuatnya tersedak, selain itu sesak nafasnya
akan semakin parah
3. Indah 022 : Apa hubungan pasien TB dengan HIV?
Dampak TBC pada HIV iyalah ketika kuman TBC ( Mycobacterium
tuberculosis) menyerang pasien dengan HIV, jumlah CD4 menjadi turun yang
menyebabkan kemampuan sistem kekebalan ODHA dalam menyerang virus
HIV menjadi berkurang, hal ini diakibatkan karena sistem kekebalan tersebut
harus bekerja juga untuk melawan infeksi TBC. Sedangkan dampak HIV pada
TB ini menyebabkan infeksi menjadi lebih aktif dan lebih cepat, ODHA yang
terserang TBC dapat menyebabkan berbagai penyakit pada bagian tubuh yang
lain diluar paru-paru misalnya kuman TB menyerang sistem persarafan, pada
getah bening dan pada tulang.
Apakah benar orang yg mengidap hiv rentan terkena tbc?
Pengidap HIV dan AIDS memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
sehingga mudah terserang infeksi virus, kuman, atau pula bakteri.
Di beberapa negara, TB adalah infeksi oportunistik paling umum yang terkait
dengan HIV yang bisa menyerang paru-paru hingga menimbulkan batuk
kronis, bahkan berdarah.Komplikasi HIV dan AIDS berupa TB, menjadi
penyebab utama kematian di antara orang-orang dengan AIDS. Penyakit yang
menyerang paru-paru ini bertanggung jawab atas 1 dari 3 kematian terkait
HIV.
Pengobatan yang dapat dilakukan
Jika penderita TBC sudah terinveksi oleh HIV maka harus dilakukan
pengobatan TB dengan segera, terlepas dari status sebagai penderita HIV,
yaitu dengan memberikan terapi anti TB:
• Isoniazid (INH atau H)
• Pirazinamid (Z)
• Etambutol (E)
• Rifampisin (R)
• Streptomisin (S)
Pengobatan untuk HIV sendiri dengan pemberian ARV(Anti Retroviral) dapat
diberikan setelah pengobatan TBC (Antara 2 hingga 8 minggu). Kemudian
pemberian terapi HIV-TBC ini adalah sebagia berikut:
1. Jika penderita TBC belum mendapatkan pengobatan ARV : maka penderita
harus segera diberikan OAT hingga mencapai batas toleransi lalu diberikan
pengobatan ARV.
2. Jika penderita TBC bagi ODHA yang sudah mendapatkan pengobatan ARV
maka pengobatan harus direncanakan terlebih dahulu oleh petugas TBC-HIV
yang sudah terlatih agar tidak tidak terjadi interaksi obat yang dapat
menyebabkan gagalnya pengobatan ARV yang biasa disebut IRIS (immune
reconstitution inflammatory syndrome.
4. Esa : HIV (human immunodeficiency virus) adalah penyakit yang muncul
karena infeksi virus. Dari perjalanan penyakitnya, HIV terbagi menjadi
beberapa fase, yang terakhir dan yang terberat adalah AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome). Pada tahap AIDS, imunitas penderita sudah
rusak parah, sehingga membuatnya lebih mudah terserang infeksi yang
berbahaya (termasuk infeksi jamur), bahkan juga mengalami penurunan berat
badan drastis, demam dan berkeringat berkepanjangan, bercak putih di rongga
mulut dan kelamin, diare kronis, gangguan syaraf, gangguan mood, ruam
kulit, sesak, lemas, mudah lelah, dan sebagainya. Sejauh ini, belum ada
penanganan yang memang diketahui pasti bisa menyembuhkan total HIV.
Akan tetapi, dengan pemberian obat ARV (anti retroviral), replikasi virus bisa
ditekan dengan signifikan, sehingga gejala klinis akan membaik dan angka
harapan hidup penderita pun akan meningkat. Hal ini berlaku juga pada
penderita HIV yang sudah sampai pada tahap AIDS. Hanya saja, dibanding
tahapan HIV yang lebih dini, potensi keberhasilan terapi ARV pada penderita
AIDS tentu lebih kecil. Sebab itu, semua orang yang merasa pernah
melakukan perilaku berisiko HIV sepatutnya memeriksakan segera
kemungkinannya tertular penyakit berbahaya (termasuk HIV-AIDS), sehingga
penyakit bisa dideteksi lebih awal dan ditangani juga lebih dini sebelum
berkembang menjadi lebih parah.
5. Fariska 086 : Salah satu penyebab sesak nafas sendiri beragam. Salah
satunya dikarenakan adanya penyakit di paru-paru. Pada kasus telah dikatakan
bahwa paru-paru pasien terinfeksi tuberculosis. Pada kasus TBC, gejala sesak
napas dialami akibat peradangan pada jaringan paru,. Selain itu, infeksi TBC
juga dapat menyebabkan adanya cairan pada rongga pleura (selaput paru),
yang membuat paru-paru jadi lebih sulit berkembang. Bahkan, pada keadaan
sesak napas yang berat, pernapasan bantuan dengan ventilator diperlukan
untuk membantu pasien bernapas. Pada saat pasien beraktifitas atau
berjalan,itu semakin membuat pertukaran udara menjadi lebih sulit dilakukan.
Itulah yang membuat sesak nafas pasien bertambah buruk saat berjalan.
6. Helni 021 :Pada saat seseorang terdiagnosa TB, dalam tubuhnya mengalami
perubahan metabolisme untuk mengaktifasi sistem imun sebagai respon
terhadap infeksi kuman. Perombakan-perombakan sel (katabolisme) juga
meningkat. Adanya batuk kronis dalam waktu lama, bahkan bisa sampai batuk
darah, demam, sesak nafas, depresi dan kelelahan. Diperparah juga dengan
produksi dahak yang mengganggu jalan nafas dan penurunan berat badan.
Namun, nafsu makan justri turun bahkan hilang akibat menurunnya
konsentrasi leptin dalam darah.Perubahan metabolik yang juga terjadi adalah
anabolic block. Anabolik blok adalah kondisi dimana asam amino tidak dapat
dibangun menjadi susunan protein yang lebih komplek. Seperti yang kita tahu,
protein mempunyai fungsi yang sangat penting. Seperlima dari tubuh kita
adalah protein. Protein sangat berperan dalam kerja hormon, enzim, matrik sel
dan sebagainya. Keberadaan protein yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi
yang lain adalah fungsinya sebagai pembangun dan pengatur sel-sel dan
jaringan tubuh. Hal hal tersebutlah yang menyebabkan klien mengalami
penurunan berat badan yang cukup signifikan.
7. Nadia : kenaikan CD4 masing masing orang tentu berbeda tidak selalu sama ,
ada yang peningkatan CD4 nya cepat dan ada yang lambat. Jika kamu minum
obat teratur maka CD4 kamu pasti akan naik walaupun perlahan lahan.
Sebenarnya jika kita ingin mengetahui keberhasilan pengobatan tidak hanya
berpatokan pada CD4, cara yang paling gampang adalah meningkatnya berat
badan merupakan cara yang paling gampang dan murah, apabila berat badan
kamu meningkat berarti tubuh kamu merespon pengobatan dengan baik,Yang
perlu kamu ketahui ketika kamu minum obat ARV yang pertama kali turun
cepat adalah jumlah virus dalam darah , setelah jumlah virus dalam darah
turun maka otomatis CD4 kamu akan naik berikutnya. Dengan pengobatan TB
dan jamur maka akan mempercepat peningkatan CD4. Sebaiknya upayakan
untuk memonitor CD4 kamu tiap 3 bulan dan tetap minum ARV, obat TB,
dan obat lainnya yang dikonsultasikan dengan dokter.
8. Esa : TB atau Tuberkulosis adalah penyakit yang menginfeksi saluran
pernapasan dan paru-paru. Gejala umum yang ditemui pada TB antara lain
batuk parah, demam dan kehilangan berat badan secara terus menerus. Lalu,
apa hubungan antara TB dan HIV-AIDS? hubungan antara HIV dan TB
berawal dari TB Latent. TB latent atau tuberkulosis laten merupakan kondisi
di mana seseorang mempunyai bakteri mycobacterium tuberculosis yang
menyebabkan TB pada tubuhnya, namun bakteri tersebut tidak aktif atau
tertidur. Sehingga mereka tidak merasakan sakit pada saluran pernapasan atau
paru-paru layaknya pengidap TB. Seperti sudah diketahui secara umum, HIV
adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jika pengidap
TB Latent tertular HIV, bakteri-bakteri yang tadinya tertidur atau pasif akan
bangun dan aktif menyerang tubuh akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah.
9. Rossie 020 : Penurunan berat badan ada keterkaitannya dengan penyakit HIV
AIDS. Penurunan berat badan merupakan salah satu gejala HIV. Penurunan
berat badan yang parah dan tidak dapat dijelaskan adalah gejala serius dari
infeksi HIV tingkat lanjut atau tingkat tiga. Kondisi ini disebut juga dengan
wasting atau cachexia, yang kini jarang terjadi karena efektivitas pengobatan
HIV (ARV). Penurunan berat badan yang parah didefinisikan sebagai
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan lebih dari 10 persen selama
12 bulan. Biasanya disebabkan oleh kesulitan menyerap makanan (karena
infeksi usus seperti giardia, microsporidia, dan cryptosporidium). Penurunan
atau penurunan berat badan yang parah mengancam nyawa, tetapi kondisi ini
biasanya pulih setelah memulai ARV. Penyebab perubahan tubuh pada HIV
belum sepenuhnya dipahami. Dalam beberapa kasus, perubahan tubuh dapat
diakibatkan oleh beberapa kombinasi efek samping obat, perubahan dalam
tubuh yang terjadi saat terapi antiretroviral mengarah pada sistem kekebalan
yang lebih kuat dan efek penyakit HIV itu sendiri, terutama bagaimana HIV
memengaruhi cara penyimpanan tubuh dan menggunakan lemak darah. Dalam
kasus lain, perubahan tubuh ini adalah tipe yang sama yang terlihat pada
orang HIV negatif dan merupakan hasil dari pola makan yang tidak sehat,
kurang olahraga, dan penuaan. Pemeriksaan yg dilakukan pada pasien
tergolong tidak normal. Dilihat dari pemeriksaan RR pasien adalah 34x/menit,
sedangkan normal RR pada dewasa adalah 12 - 20x/menit. Serta dilihat dari
nilai CD4 pasien yaitu 134 sel/ul. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yg
dihancurkan oleh HIV. Normalnya nilai CD4 berada dalam rentang 500 -
1400 sel/milineter kubik darah.
STEP 4 MIND MAPPING
Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., & Megasari, K. (2015). Bahan ajar AIDS pada asuhan
kebidanan.Deepublish.
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
Nursalam, D. K., & Dian, N. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi
HIV. Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani, T. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien HIV/AIDS
dengan Defisit Nutrisi di Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya Tahun
2018 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2018).
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog
Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Kemenkes RI. Pedoman Klinis Infeksi HIV dan Terapi ART. Jakarta: Kemenkes RI;
2011.
Aitken S. Community palliative care: the role of the clinical nurse specialist. John
Wiley & Sons.; 2009.
Guido GW. Nursing care at the end of life. New Jersey: Pearson; 2010.
Twycross RG. Introducing palliative care. 4th ed. Radcliffe Publishing; 2003.