DI SUSUN OLEH :
PEMBIMBING LAPANGAN :
2. Fisiologi
a. Transpor Oksigen
Oksigen dipasok ke sel dan karbon dioksida dibuang dari sel
melalui sirkulasi darah. Sel-sel berhubungan dekat dengan kapiler, yang
berdinding tipis sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran atau
lewatnya oksigen dan karbon dioksida dengan mudah. Oksigen berdifusi
dari kapiler, menembus dinding kapiler ke cairan interstisial dan kemudian
melalui membran sel-sel ke jaringan, tempat dimana oksigen dapat
digunakan oleh mitokondria untuk pernafasan selular. Gerakan karbon
dioksida juga terjadi melalui difusi dan berlanjut dengan arah yang
berlawanan dari sel ke dalam darah.
b. Pertukaran Gas
Setelah pertukaran kapiler jaringan ini, darah memasuki vena
sistemik (dimana disebut darah vena) dan mengalir ke sirkulasi pulmonal.
Konsentrasi oksigen dalam darah di dalam kapiler paru-paru lebih rendah
dibanding dengan konsentrasi dalam kantung udara paru, yang disebut
alveoli. Sebagai akibat gradien konsentrasi ini, oksigen berdifusi dari
alveoli ke dalam darah. Karbon dioksida yang mempunyai konsentrasi
dalam darah lebih tinggi dari dalam alveoli, berdifusi dari dalam alveoli.
Gerakan udara ke dan keluar jalan nafas (ventilasi) secara kontinue
memurnikan oksigen dan membuang karbon dioksida dari jalan dalam
paru. Keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah
dan antara darah dengan sel-sel tubuh ini disebut respirasi.
B. Konsep Tuberkulosis
1. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium Tuberculosi yang menyerang paru-parudan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut
(Sylvia A.price dalam Hardi Kusuma, dan amin Huda, 2015).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksimenular langsung yang
disebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis.Kuman ini paling sering
menyerangorgan paru dengan sumber penularan adalah pasienTB BTA
positif.(Bagiada &Putri, dalam Puspitarini 2018).
2. Klasifikasi
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer
2) Tuberculosis post primer
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru (Koch pulmonum)
aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberculosis minimal
2) Moderately advanced tuberculosis
3) Far advanced tubercolusis
Klasifikasi menurut American Thoracic Society:
1) Kategori 0: tidak pernah terpajan, dan tidak terifeksi, riwayat kontak
negative, tes tubercullin negative.
2) Kategori 1: terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini
riwayat kontak positif, tes tubercullin negative
3) Kategori 2: terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin
positif, radiologis dan sputum negative.
4) Kategori 3: terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,
radiologis, biologis:
1) Tuberkulosis paru
2) Bekas tuberkulosis paru
3) Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a) TB tersangka yang diobati: sputum BTA (-), tetapi tanda-tanda
lain positif.
b) TB tersangka yang tidak diobati: sputum BTA negative dan tanda-
tanda lain juga meragukan.
3) Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu
4) Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu diberikan dengaqn dosis yang sama.
Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan
untuk berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Zither, 2016)
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama:
Jenis kelamin:
Umur:
Alamat:
Tanggal masuk RS:
Tanggal pengkajian:
Diagnosa medis:
No.Medrek:
b. Identitas penanggung jawab
Nama:
Jenis Kelamin:
Umur:
Alamat:
Hub. Dengan klien:
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien pada saat pengkajian
biasanya mengalami batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada,
demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise. (Muttaqin dalam Puspitarini, 2018).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mengutip dari Muttaqin (2008)keluhan batuk timbul paling awal
dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, mula- mula
nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah
terjadi kerusakan jaringan. Jika keluhan utama adalah sesak napas,
maka pengkajian ringkas dengan menggunakan PQRST
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketegantungan terhadap makanan atau minuman, zat dan obat-
obatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.
(Muttaqin dalam Puspitasari, 2018)
5) Riwayat alergi
Tanyakan apakah klien memiliki riwayat alergi obat misal
antibiotik. Antibiotik jenis apa ditulis. Misal punya alergi terhadap
makanan tulis.
d. Aktivitas dasar
1) Aktivitas dasar
Tabel. 1 Aktivitas Dasar
Aktivitas Dasar 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Toileting √
Personal hyegiene √
Berpakaian √
Mobilisasi dari tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
2) Aktivitas/Istirahat
a) Nutrisi: nutrisi terganggu kaena adanya mual dan muntah,
penurunan BB
b) Istirahat: tidur tidak bisa karena nyeri, sesak, batuk
c) Aktivitas: badan terasa lemah dan biasanya pasien dianjurkan untuk
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
d) Psikologis: pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemah, takikardi/takipneu/dispneu
2) TTV
TD 130/90 mmHg, nadi meningkat 110x/mnt, suhu meningkat (390 C),
Respirasi meningkat 24x/mnt.
3) Pemeriksaan fisik
Tabel. 2 Pemeriksaan Fisik
No Jenis Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi
.
1 Kepala a. Tampak simetris a. Tidak ada - -
b. Sebaran volume benjolan
rambut merata b. Tidak ada nyeri
c. Kulit kepala tekan
bersih
2 Wajah a. Tampak simetris a. Tidak ada - -
b. Tampak meringis benjolan
c. Tampak pucat,
bibir kering
d. Tampak lemas
Hidung a. Tampak simeris a. Tidak ada nyeri - -
b. Tampak bersih tekan
c. Terpasang O2 b. tIdak ada
d. Adanya cuping benjola
hidung
Mata a. tampak simetris a. tidak ada nyeri - -
b. sklera ikterik tekan
c. konjungtiva
anemis
d. pupil isokor(+/+)
Telinga a. tampak simetris a. tidak ada nyeri - -
b. tampak bersih tekan
pendengaran baik
c. cairan/darah/sekre
t (-)
3 Leher a. tampak simetris a. pembesaran - -
b. tidak ada lesi vena jugularis
(+)
b. tidak ada nyeri
tekan
pembesaran
kelenjar tiroid
(-)
3. Diagnosa Keperawatan
a. (0001) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d
Batuk, Sulit mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, Tampak meringis,
Gelisah, Adanya rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, RR 28x/mnt, TD
120/80, Nadi 78x/mnt, suhu 38,5, Adanya cuping hidung
b. (0005) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d Batuk, Sulit
mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, Tampak meringis, Gelisah, Adanya
rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, RR 28x/mnt, TD 120/80, Nadi
78x/mnt, suhu 38,5, Adanya cuping hidung
c. (0003) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
d.d Batuk, Sulit mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, Tampak meringis,
Gelisah, Adanya rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, RR 28x/mnt, TD
120/80, Nadi 78x/mnt, suhu 38,5, Adanya cuping hidung, takikardi,
akipneu, dipsneu.
d. (0009) Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien d.d mual
muntah, tidak nafsu makan, peristaltik menurun/meningkat, membran
mukosa pucat, BB menurun
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 4. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 (0001) 1. Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif (01006)
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d keperawatan diharapkan bersihan jalan 1. Observasi
hipersekresi jalan napas d.d Batuk, Sulit napas meningkat dengan kriteria hasil a. Idetifikasi kemampuan batuk
mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, (01001) b. Monitur adanya retensi sputum
Tampak meringis, Gelisah, Adanya a. Batuk efektif meningkat c. Monitor tanda dan gejala infeksi
rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, b. Produksi sputum menurun saluran napas
RR 28x/mnt, TD 120/80, Nadi 78x/mnt, c. Mengi menurun 2. Terapeutik
suhu 38,5, Adanya cuping hidung d. Wheezing menurun a. Atuur posisi semifowler
e. Mekonium menurun b. Pasang perlak an bengkok dipangkuan
f. Dipsnea membaik pasien
g. Ortopnea membaik c. Buang sekret pada tempat sputum
h. Sianosis membaik 3. Edukasi
i. Gelisah membaik a. Jelaskan ujuan dan prosedur batuk
j. Frekuensi napas membaik efektif
k. Pola napas membaik b. Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama
2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu selama 8
detik.
c. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke 3
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran
2 (0003) 1. Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
Gangguan pertukaran gas b.d keperawatan diharapkan pertukaran gas 1. Observasi
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d meningkat dengan kriteria hasil (01003) a. Monitor frekuensi, irama,
Batuk, Sulit mengeluarkan dahak/sekret, a. Dipsneu menurun kedalaman, dan upaya napas
Sesak, Tampak meringis, Gelisah, b. Bunyi napas tambahan menurun b. Monitor pola napas
Adanya rettrakasi dada,Suara, tambahan c. Gelisah menurun c. Monitor kemampuan batuk efektif
ronkhi, RR 28x/mnt, TD 120/80, Nadi d. Napas cuping hidung menurun d. Monitor adanya produksi sputum
78x/mnt, suhu 38,5, Adanya cuping e. PCO2 menurun e. Auskultasi bunyi napas
hidung, takikardi, akipneu, dipsneu. Sianosis menurun f. Monitor aanya sumbatan jalan napas
g. Monitor saturasi oksigen
2. Terapeutik
a. Atur interval pemantauan resirasi
sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan
Terapi oksigen
1. Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alata oksigen
c. Monitor tana0anda hipoventilasi
d. Moior efektivitas terapi oksigen
e. Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea,
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Berikan oksigen tambahan
3. Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
3 (0005) Pola napas tidak efektif b.d 1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (01012)
hambatan upaya napas d.d Batuk, Sulit keperawatan diharapkan pola napas 1. Observasi
mengeluarkan dahak/sekret, Sesak, membaik dengan kriteria hasil (01004) a. Monitor posisi selang edotrakeal
Tampak meringis, Gelisah, Adanya a. Ventilasi semenit menungkat (ETT), terutama setelah mengubah
rettrakasi dada,Suara, tambahan ronkhi, b. Kapasitas vital meningkat posisi
RR 28x/mnt, TD 120/80, Nadi 78x/mnt, c. Tekaann ekspirasi meningkat b. Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8
suhu 38,5, Adanya cuping hidung d. Tekanan inspirasi meingkat jam
e. Dipsnea menurun c. Monitor kulit area stoma trakeotomi
f. Oenggunaan otot bantu napas 2. Terapeutik
menurun a. Kurangi tekana balon secara perlodik
g. Ortopnea menurun tiap shift
h. Pernapasan cuping hidug menurun b. Pasang OPA untuk mencegah ETT
i. Frekuensi napas membaik tergigit
j. Kedalam napas membaik c. Cegah ET terlipat
k. Eksursi dada membaik. d. Berikan pre oksigenasi 100% selama
30 detik (3 -6 kaliventilasi) sebelum
dan setelah penghisapan
e. Berikan volume pre oksigenasi 1,5
kali volume tidal
f. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik jika diperlukan
g. Gnti fiksasi ETT setiap 24 jam
h. Ubah posisi ETT setiap 24 jam
i. Lakukan perawatan mulu
3. Edukasi
a. Jelaskan pasien atau keluarga tujuan
dan prosedur pemasangan jalan napas
4. Kolaborasi
Kolaborasi intubasi ulang jika terbentuk
mucous plug yang tidak terdapat dilakukan
penghisapan
4 (0019) 2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (03119)
Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan keperawatan diharapkan status nutrisi 5. Observasi
mengabsorpsi nutrien d.d mual muntah, membaik (03030) d. Identifikasi status nutrisi
bising usus hiperaktif, membran mukosa a. Porsi makanan yang dihabiskan e. Identifikasi alergi makanan dan
pucat meningkat intoleransi makanan
b. Nyeri abdomen menurun f. Identifikasi makanan yang disukai
c. Berat badan membaik g. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
d. Indeks masa tubuh membaik nutrien
e. Frekuensi makan membaik h. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
f. Nafsu makan membaik nutrien
g. Bisisng usus membaik i. Identifikasi perlunya penggunaan
h. Membran mukosa membaik selang nasogastrik
3. Setelah dilakukan tindakan j. Monitor asupan makana
keperawatan diharapkan nafsu makan k. Monitor berat badan
membaik (03024) l. Monitor hasil pemeriksaan
a. Keinginan makan membaik laboratorium
b. Asupan makanan membaik 6. Terapeutik
c. Asupan cairan membaik j. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
d. Energi untuk makan membaik jika perlu
e. Kemampuan merasakan makanan k. Fasilitasi menentukan pedoman diet
membaik (mis. Piramida makanan)
f. Kemampuan menikmati makanan l. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
g. Asupan nutrisi membaik m. Berikan makanan tinggi serat untuk
h. Stimulus untuk makan membaik mencegah konstipasi
i. Kelaparan membaik n. Berikan makanan tinggi kalori dan
4. Setelah dilakukan tindakan tinggi protein
keperawatan diharapkan tingkat nyeri o. Berikan suplemen makanan, jika perlu
menurun (08066) p. Hentikan pemberian makan melalui
a. Kemampuan menuntaskan aktivitas selang nasogastrik jika asupan oral
meningkat dapat ditoleransi
b. Keluhan nyeri menurun 7. Edukasi
c. Meringis menurun b. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
d. Sikap protektif menurun c. Ajarkan diet yang diprogramkan
e. Gelisah menurun 8. Kolaborasi
f. Kesulitan tidur menurun a. Kolaborasi pemberian medikasi
g. Anoreksia menurun sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
h. Muntah menurun antiemetik), jika perlu
i. Mual menurun b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
j. Frekuensi nadi membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
k. Pola napas membaik nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
l. Tekanan darah membaik Promosi Berat Badan (03136)
m. Nafsu makan membaik 1. Observasi
n. Pola tidur membaik a. Identifikasi kemungkinan penyebab
5. Setelah dilakukan tindakan berat badan kurang
keperawatan diharapkan fungsi b. Monitor adanya mual muntah
gastrointestinal membaik dengan c. Monitor jumlah kalori yang
kriteria hasil (03019) dikonsumsi sehari-hari
l. Toleransi terhadap makanan d. Monitor BB
meningkat e. Monitor albumin, limfosit, dan
m. Nafsu makan meningkat elektrolit serum
n. Mual menurun 2. Terepeutik
o. Muntah menurun a. Berikan perawatan mulut sebelum
p. Dispepsia menurun pemberian makan, jika perlu
q. Nyeri abdomen menurun b. Sediakan makanan tepat sesuai
r. Distensi abdomen menurun dengan kondisi pasien (mis. Makanan
s. Jumlah cairan lambung saat dengan teksturhalus, makanan yang
aspirasi menurun diblender, makanan cair yang
t. Frekuensi BAB membaik diberikan melalui NGT,atau
u. Konsistensi feses membaik gastrostomi, total parienteral nutrition
v. Peristaltik usus membaik sesaui indikasi)
w. Jumlah feses membaik c. Hidangkan makan secara menarik
x. Warna feses membaik d. Berikan suplemen, jika perlu
e. Berikan pujian pada pasien/keluarga
untuk peningkatan yang di capai
3. Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori
yng dibutuhkan
Sumber: SDKI,SLKI, SIKI (2017)
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012)
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. (Sumirah dan Budiono, 2016).
DAFTAR PUSTAKA