Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN KASUS TB PARU DI RUANG MAWAR MERAH


RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN

Di susun oleh :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PAJARAKAN PROBOLINGGO
2021 – 2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS TB PARU
DI RUANG BERLIAN DAN ZAMRUD RSUD PASIRIAN
KABUPATEN LUMAJANG

PROBOLINGGO,18 JULI 2022

MAHASISWA

PEMBIMBING RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

KEPALA RUANGAN

LAPORAN PENDAHULUAN
A. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

Gambar anatomi Sistem Pernafasan

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thorak (suatu bilik
udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan). Paru-paru ada dua sebagai
alat pernafasan utama,yang terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
terletak di dalam mediastinum.

Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua


bagian.Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut
pleura (untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior
diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru).

Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang
mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan
keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.

Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus.Paru kiri terdiri atas lobus atas dan
bawah.Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah.Setiap lobus
lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan
perluasan pleura.
Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi divisi bronkus.Pertama
adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan pada paru kiri).Bronkus lobaris
dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru
kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental.
Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan
syaraf.Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus.Bronkiolus
membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas.

Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh
silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru
menuju laring.

Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis


yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus
alveolar kemudian alveoli.Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di dalam
alveoli.Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli.

Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding
alveolar.Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi
sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar
agar tidak kolaps.Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit
besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare, 2002).

B. FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN


Sebagai sarana untuk menghirup udara, memfasilitasi pertukaran gas dalam
udara dengan suatu cairan (darah), dan akhirnya mengembuskan keluar udara dengan
komposisi yang berbeda.Sebagaimana dilukiskan lewat hukum gas ideal dan hukum
Boyle, udara dan gas yang menjadi komponenya ditandai oleh kuantitas, volume dan
tekanannya.

Demikian pula, fisiologis pernapasan dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian


perubahan yang digerakkan oleh tekanan dalam volume gas di dalam paru-paru;
rangkaian perubahan ini memungkinkan regulasi oksigenasi, karbon dioksida dan pH
di dalam darah. Bagian ini memperkenalkan volume serta kapasitas paru dan
kemudian mendiskusikannya secara rinci (1) pergerakan gas kedalam dan ke luar paru
(ventilasi), dan (2) reagulasi transportasi O2 dan CO2 (gas darah).

C. DEFINISI
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2015).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2017).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil
yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.

D. KLASIFIKASI
Ada beberapa klasifikasi Tb paru yaitu menurut Depkes (2017) yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak,
selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada Tb Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tb positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif. Kriteria diagnostik Tb paru BTA negatif harus
meliputi:
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
c. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).

2. Kasus kambuh (relaps)


Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis
dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi.
3. Kasus setelah putus berobat (default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
4. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan (Depkes RI, 2016).

E. ETIOLOGI
Penyakit Tb paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis.Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin.Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan.Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh
lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut.Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.Seseorang terinfeksi
tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.

F. PATHWAY
G. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi
tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi
sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-
paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun
tidak membunuh organisme tersebut.Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti
oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia
akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit,
nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel
epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih
fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan
mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler
materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam
percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-
paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan
meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus
rongga.Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen yang
biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan
tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005)

H. MANIFESTASI KLINIS
Tanda pemeriksaan fisik paru tersebut dapat berupa: fokal fremitus meingkat,
perkusi redup, bunyi napas bronkovesikuler atau adanya ronkhi terutama di apeks
paru. Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti deviasi trakea ke sisi
paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada cavitas atau tanda
adanya penebalan pleura.
a. Gejala sistemik/umum
1. Penurunan nafsu makan dan berat badan
2. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
3. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
b. Gejala khusus
1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.

Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam (2006)
dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang.Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif).Keadaan setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak).Keadaan
yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang
cepat.Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga
menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan
anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat
malam.Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis


Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan sewaktu-pagi sewaktu (SPS).
1. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua
2. P (pagi) : Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas.
3. S (sewaktu) : Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi
hari.
b. Pemeriksaan Bactec
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik.Mycobacterium tuberculosa memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.Bentuk lain teknik ini adalah
dengan memakai Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

c. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang spesifik
untuk Tb paru. Laju Endap Darah ( LED ) jam pertama dan jam kedua dibutuhkan.
Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap
pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan
penderita. Demikian pula kadarlimfosit dapat menggambarkan daya tahan tubuh
penderita. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang normal juga
tidak menyingkirkan diagnosa TBC.

d. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi ialah
foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus dimana pada pemeriksaan
sputum SPS positif, foto toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan
hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila:
1. Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumotoraks)
2. Hemoptisis berulang atau berat
3. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +

Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.


Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif:
1. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen
superior lobus bawah paru.
2. Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular.
3. Bayangan bercak milier.
4. Efusi Pleura

Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif:


1. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan atau
segmen superior lobus bawah.
2. Kalsifikasi.
3. Penebalan pleura.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin,
Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin,
Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tb paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu:

1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik .
IKASI
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita Tb paru dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut: Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada
penderita stadium lanjut adalah:
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya

DAFTAR PUSTAKA
Smelzer,Suzanne.C,2011.buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan suddarth.Ed
8.Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth.2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2015. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2019. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis.Depkes RI : Jakarta.
Tambayong, J. 2013. Patofisiologi untuk Keperawatan.EGC : Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI TB PARU


A.PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Demam naik turun dan lama,batuk pilek,berat badan sukar naik atau bahkan menurun.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Panas naik turun dan susah makan,berat badan sukar untuk naik atau bahkan semakin
menurun.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami batuk pilek panas yang berkepanjangan dan tidak segera
diperiksakan ke dokter dan mengkonsumsi obat penurun panas.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga ada yang pernah terpapar bakteri tuberculosis.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Pemukiman yang padat penduduk,kurangnya ventilasi udara,dan udara yang terlalu


lembab mempercepat pertumbuhan bakteri tuberkulosis

7. Pemeriksaan Fisik

1. Status kesehatan umum


Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –
tanda vital.
2. Kaji bentuk kepala, keadaan rambut,wajah simetris kiri dan kanan,pergerrakan bola
mata,refleks kornea,sclera tidak icterus,dan onjungtiva anemis
3. Hidung : Biasanya bersih,tidak terdapat secret dan tidak terdapat polip
4. Mulut : Biasanya bersih ,tidak terdapat karies dentis dan tidak terdapat stomatitis.
5. Telinga :Simetris kiri dan kanan,daun telinga dilipat,dan lama kembali keposisi
semula menunjukkan tulang rawan masih lunak,menggunakan garputala dan
menggunakan tes bising.
6. Leher : tidak terdapat pembesran vena jugularis,tidak terdapat pembesaran kelenjar
limfe, dan tidak adanya pembesaran kelenjara tyroid
7. Dada
Jantung :

Inspeksi : Dada simetris

Palpasi : Ictus cordis tidak tampak

Auskultasi : S1 – S2 tunggal

Perkusi : Pekak,batas jantung tidak ada pembesaran

8. Paru – paru
Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Tidak ada retraksi dada
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdapat suara ronchi
9. Abdomen
Inspeksi : Biasanya terliha simetris

Auskultasi : Adanya nyeri tekan

Palpasi : Bisingh usus 18x/menit


Perkusi : Timpani
10. Genetalia : Laki – laki biasanya bersih,skrotum simetris dan testis sudah turun
11. Anus : Biasanya tidak terdapat hemoroid,biasanya ada infeksi daerah anus,dan
warna kulit merah segar.
12. Integument : tampak kering
a. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d sekresi yang tertahan
2. Intoleransi aktivitas b/d penyakit paru TBC
3. Gangguan Pola tidur b/d Penyakit paru TBC

Anda mungkin juga menyukai