DOSEN PEMBIBING :
Disusun Oleh :
2
Penelitian Rahmawati et al (2006) tentang kajian retrospektif interaksi
obat di RS Pendidikan dr.Sardjito Yogyakarta melaporkan bahwa interaksi
obat yang terjadi pada pasien rawat inap sebesar 59%. Penelitian tentang
potensi interaksi Bisoprolol pada pasien rawat inap belum pernah dilakukan
sehingga peneliti merasa perlu mengangkat masalah ini
untukmelihatbagaimana pengaruh kombinasi bisoprolol dengan obat lainnya
terhadap potensi terjadinya interaksi obat pada pasien rawat inap di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu
dilakukan penelitian yang berjudul Kajian Interaksi Bisoprolol pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode 2018 .
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. B.
Rumusan Masalah Apakah ada interaksi bisoprolol dengan obat lain
berdasarkan interaksi farmakokinetik, farmakodinamik dan nilai signifikansi
pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang periode
2018 berdasarkan buku panduan Drug Interaction Facts(Tatro,2012) ?
3
1.2Tujuan makalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji
interaksi bisoprolol pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang periode 2018.
2. Tujuan Khusus
Untuk menganalisis adanya interaksi farmakokinetik,
farmako dinamik dan nilai signifikansi bisoprolol pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang periode 2018.
4
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Tujuan makalah........................................................................................................4
1.3 Manfaat Penelitian....................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................6
Pembahasan.............................................................................................................................6
2.1 Interaksi obat...........................................................................................................6
2.1.1 berikut sifat interaksi obat................................................................................6
2.1.2 Pentingnya interaksi obat..................................................................................9
2.1.3 Efek interaksi berdasarkan jenisnya................................................................10
a. Interaksi obat dengan obat......................................................................................10
b. Interaksi obat dengan perawatan tanpa resep..........................................................10
c. Interaksi obat dengan makanan atau minuman.......................................................10
d. Interaksi obat dengan alkohol.................................................................................11
e. Interaksi obat dengan penyakit...............................................................................11
2.2 Reaksi efek samping obat.......................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................14
Kesimpulan dan saran............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
3.2 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
5
BAB II
Pembahasan
2.1Interaksi obat.
Interaksi obat adalah perubahan efek obat ketika dikonsumsi bersamaan
dengan obat lain atau dengan makanan dan minuman tertentu.Interaksi obat dapat
menyebabkan obat menjadi kurang efektif, meningkatkan reaksi kandungan obat,
atau menyebabkan efek samping yang tidak terduga. Pada keadaan tertentu, efek
interaksi obat bahkan dapat membahayakan nyawa.
Interaksi obat adalah berubahnya efek obat ketika dikonsumsi dengan obat
lain atau makanan maupun minuman tertentu. Hal ini bisa mengurangi efektivitas
obat atau menimbulkan efek samping yang berlebih.Dua atau lebih obat yang
diberikan pada waktu bersamaan dapat memberikan efek masing-masing atau
saling berinteraksi. Interaksi tersebut dapat bersifat potensiasi atau antagonis satu
obat oleh obat lainnya, atau kadang dapat memberikan efek yang lain. Interaksi
obat yang merugikan sebaiknya dilaporkan kepada Badan/Balai/Balai Besar POM
seperti halnya dengan reaksi obat merugikan lainnya. Interaksi obat dapat bersifat
farmakodinamik atau farmakokinetik .
2.1.1 berikut sifat interaksi obat.
a. Interaksi farmako dinamik.
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat
yang mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang serupa
atau yang berlawanan. Interaksi ini dapat disebabkan karena
kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat
yang bekerja pada sistem fisiologik yang sama.
Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan berdasarkan sifat
farmakologi obat-obat yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi
yang terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga dengan obat
sejenisnya. Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang berbeda
6
pada kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat yang saling
berinteraksi.
b. Interaksi farmakokinetik.
Interaksi Farmakokinetik Yaitu interaksi yang terjadi apabila
satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi
obat lain.
Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi
jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan
efek farmakologinya. Tidak mudah untuk memperkirakan interaksi
jenis ini dan banyak diantaranya hanya mempengaruhi pada
sebagian kecil pasien yang mendapat kombinasi obat-obat tersebut.
Interaksi farmakokinetik yang terjadi pada satu obat belum tentu
akan terjadi pula dengan obat lain yang sejenis, kecuali jika
memiliki sifat-sifat farmakokinetik yang sama .
Interaksi farmakokinetik dapat digolongkan menjadi
beberapa kelompok:
1. Mempengaruhi absorpsi
Kecepatan absorpsi atau total jumlah yang diabsorpsi
dapat dipengaruhi oleh interaksi obat. Secara klinis, absorpsi
yang tertunda kurang berarti kecuali diperlukan kadar obat
dalam plasma yang tinggi (misal pada pemberian analgesik).
Namun demikian penurunan jumlah yang diabsorbsi dapat
menyebabkan terapi menjadi tidak efektif.
Menyebabkan perubahan pada ikatan protein
Sebagian besar obat berikatan secara lemah dengan protein
plasma karena ikatan protein tidak spesifik, satu obat dapat
menggantikan obat yang lainnya, sehingga jumlah bentuk
bebas meningkat dan dapat berdifusi dari plasma ketempat
kerja obat. Hal ini akan menghasilkan peningkatan efek yang
terdeteksi hanya jika kadar obat yang berikatan sangat tinggi
7
(lebih dari 90%) dan tidak terdistribusikan secara luas di
seluruh tubuh. Walaupun demikian, penggantian posisi jarang
menyebabkan potensiasi yang lebih dari potensiasi sementara,
karena meningkatnya bentuk bebas juga akan meningkatkan
kecepatan eliminasi obat. Penggantian posisi pada tempat
ikatan protein penting pada potensiasi warfarin oleh
sulfonamid dan tolbutamid. Tetapi hal ini menjadi penting
terutama karena metabolisme warfarin juga dihambat.
2. Mempengaruhi metabolisme.
Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi terhadap
sistem enzim mikrosomal hati oleh salah satu obat dapat
menyebabkan perubahan kecepatan metabolisme obat lainnya
secara bertahap, sehingga menyebabkan rendahnya kadar
plasma dan mengurangi efek obat. Penghentian obat
penginduksi tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar
plasma obat yang lainnya sehingga terjadi gejala toksisitas.
Barbiturat, griseofulvin, beberapa antiepilepsi dan rifampisin
adalah penginduksi enzim yang paling penting. Obat yang
dipengaruhi antara lain warfarin dan kontrasepsi oral.
Sebaliknya, saat suatu obat menghambat metabolisme
obat lain, akan terjadi peningkatan kadar plasma, sehingga
menghasilkan peningkatan efek secara cepat dan juga
meningkatkan risiko. Beberapa obat yang meningkatkan
potensi warfarin dan fenitoin memiliki mekanisme seperti di
atas.
3. Mempengaruhi ekskresi ginjal
Obat dieliminasi melalui ginjal, melalui filtrasi
glomerulus dan melalui sekresi aktif di tubulus ginjal.
Kompetisi terjadi antara obat-obat yang menggunakan
mekanisme transport aktif yang sama di tubulus proksimal.
8
Contohnya salisilat dan beberapa AINS menghambat ekskresi
metotreksat; toksisitas metotreksat yang serius dapat terjadi.
c. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas
farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi,
misalnya terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi
(invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak
aktif. Contoh: interaksi karbcnisilin dengan gentamisin terjadi
inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa 5% terjadi presipitasi;
amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi
9
2.1.3 Efek interaksi berdasarkan jenisnya.
Interaksi obat melibatkan kombinasi obat dengan zat lain yang
mengubah efek obat. Berdasarkan jenisnya, berikut berbagai efek
interaksi obat yang mungkin terjadi:
a. Interaksi obat dengan obat
Interaksi ini terjadi ketika Anda mengonsumsi dua obat
atau lebih secara bersamaan. Semakin banyak obat yang Anda
konsumsi, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar
pula. Interaksi obat dengan obat bisa menyebabkan berkurangnya
efektivitas obat atau munculnya efek samping yang tak terduga.
Misal, mengonsumsi warfarin bersama dengan flukonazol dapat
menyebabkan peningkatan pendarahan yang berpotensi bahaya.
b. Interaksi obat dengan perawatan tanpa resep
Ini merupakan interaksi antara obat dan perawatan tanpa
resep yang meliputi, obat-obatan bebas resep, herbal, vitamin,
atau suplemen. Interaksi obat dengan perawatan tanpa resep dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan obat dalam
menyembuhkan penyakit.
Contoh, mengonsumsi diuretik (pembersih tubuh dari
kelebihan air dan garam) dan ibuprofen malah membuat tubuh
menahan garam dan cairan tersebut.
c. Interaksi obat dengan makanan atau minuman
Interaksi ini terjadi ketika Anda mengonsumsi obat
bersama dengan makanan atau minuman tertentu sehingga
mengubah efek obat tersebut. Misalnya, beberapa obat statin
untuk kolesterol tinggi dapat berinteraksi dengan jus grapefruit.
Obat pun bisa bertahan di dalam tubuh sehingga meningkatkan
risiko kerusakan hati atau gagal ginjal. Contoh lainnya adalah
mengonsumi warfarin bersama atau dalam waktu yang
berdekatan dengan sayuran hijau, seperti bayam atau kangkung
10
dapat menurunkan efektivitas obat tersebut. Begitu pula dengan
suplemen zat besi dan teh yang bisa menurunkan kemampuan
tubuh menyerap zat besi.Baca juga: Statin Adalah Obat Penurun
Kolesterol, Kenali Jenis dan Efek Sampingnya
d. Interaksi obat dengan alkohol
Ini merupakan interaksi antara obat-obatan tertentu
dengan alkohol. Seringkali, hal ini bisa menyebabkan kelelahan
dan reaksi yang tertunda. Tak hanya itu, interaksi yang terjadi
juga dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang
berbahaya.Oleh sebab itu, obat-obatan tertentu, seperti obat flu,
obat pereda nyeri, obat penurun panas, obat pencernaan, dan obat
radang sendi tak boleh diminum dengan alkohol.
e. Interaksi obat dengan penyakit
Interaksi ini terjadi ketika penggunaan obat mengubah
atau memperburuk suatu penyakit. Selain itu, beberapa kondisi
medis juga dapat meningkatkan risiko efek samping dari obat
tertentu.Misalnya, beberapa obat dekongestan untuk batuk pilek
dapat meningkatkan tekanan darah. Ini berpotensi berbahaya bagi
orang yang memiliki riwayat hipertensi.
Contoh lain adalah metformin (obat diabetes) dan
penyakit ginjal. Obat tersebut dapat menumpuk di ginjal
penderita sehingga meningkatkan risiko efek samping yang
parah.Jangan sampai takut terhadap interaksi obat membuat Anda
enggan minum obat ketika sakit sehingga bisa memperburuk
kondisi Anda. Sebenarnya, Anda dapat mempelajari cara
mengendalikan dan mencegahnya. Apabila Anda mengonsumsi
banyak obat atau memiliki kondisi medis tertentu, Anda harus
sangat memerhatikan obat-obatan yang digunakan.
Baca dan perhatikan dengan benar label informasi pada
kemasan obat. Ikuti petunjuk penggunaan dan jangan sampai
11
menggunakannya dengan dosis yang keliru.Pastikan pula dokter
mengetahui semua obat, suplemen, vitamin, dan herbal yang
Anda gunakan maupun riwayat penyakit yang dimiliki. Jangan
mengonsumsi makanan maupun minuman tertentu yang bisa
memicu interaksi obat yang Anda gunakan.
2.2 Reaksi efek samping obat
Reaksi efek samping obat adalah suatu tindakan yang berbahaya yang
diakibatkan oleh suatu obat. Reaksi efek samping obat seperti halnya efek
obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat
pada organ sasaran. Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek
samping. Hal ini dapat terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker,
perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien,
sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan dalam tubuh
pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian
merupakan kondisi akibat interaksi obat tersebut. Efek toksik atau toksisitas
suatu obat dapat diidenfikasi melalui pantauan batas terapeutik obat tersebut
dalam plasma (serum).Tetapi untuk obat-obat yang mempunyai indeks
terapeutik yang lebar, batas terapeutik jarang di berikan.Untuk obat-obat yang
mempunyai batas terapeutik sempit maka batas terapeutik dipantau dengan
ketat.
Efek samping Obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat
penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal Walaupun tidak semua
efek samping obat merugikan, akan tetapi perlu upaya untuk mencegah hal-
hal yang berbahaya akibat penggunaan obat.
Ada 2 kategori Efek Samping Obat:
a. Efek samping obat yang dapat diperkirakan
Dapat timbul karena aksi farmakologi yang berlebihan misalnya
penggunaan obat antidiabetik oral yang menyebabkan efek samping
hipoglikemia dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat
hipertensi dosis tinggi Gejala penghentian obat dapat menimbulkan
12
b. Efek samping obat yang tidak dapat diperkirakan
Seperti alergi sulit diperkiran sebelumnya karena sering tidak
tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi yang
muncul juga bermacammacam mulai yang ringan seperti kulit
kemerahan sampai yang berat dan fatal seperti syok anafilaksis
Untuk mencegah dan mewaspadai munculnya reaksi alergi perlu
diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu:
1. Keluhan dan gejala ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit, gatal,
dan sesak napas
2. Reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan
3. Seringkali ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya
efek samping
4. Reaksi hil ang bila obat dihentikan
Faktor penyebab terjadinya efek samping obat.
a. Faktor Pasien
Meliputi umur genetik, dan penyakit yang diderita. Pada pasien
anak-anak khususnya bayi sistem metabolisme belum sempurna
sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar,
begitu juga pada geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah
menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan hati
dan ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat
menyebabkan efek samping serius.
b. Faktor Obat
Yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping
seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya
interaksi antar obat. Masing-masing obat memiliki mekanisme dan
tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapar menimbulkan efek
samping yang berbeda
13
BAB III
Kesimpulan dan saran
3.1 Kesimpulan
Besarnya masalah interaksi obat, terutama yang dapat berakibat
timbulnya efek samping (adverse drug reaction), dapat meningkat secara
bermakna pada populasi masyarakat tertentu sejalan dengan bertambah
banyaknya jumlah obat yang dikonsumsi secara bersamaan setiap hari.
Populasi masyarakat yang berisiko tinggi terhadap terjadinya interaksi obat
yang tidak dikehendaki adalah kelompok usia lanjut, pasien kritis dalam
perawatan intensif, dan pasien yang sedang menjalani prosedur bedah rumit.
Meskipun cukup banyak efek samping obat yang terdeteksi selama uji-uji
klinik,
namun untuk mengetahui profil keamanan suatu obat seringkali baru
didapatkan setelah obat tersebut sudah digunakan cukup lama dan secara luas
di masyarakat, termasuk oleh populasi pasien yang sebelumnya tidak terwakili
dalam uji klinik obat tersebut. Diharapkan data tersebut dapat diperolah dari
laporan pharmacovigilance dan post-marketing surveillance yang dilakukan
secara periodik setelah obat dipasarkan dan digunakan secara luas di
masyarakat. Hanya interaksi secara farmakodinamik yang dapat diprediksi,
dan umumnya efek berlaku untuk segolongan obat dari klas terapi yang sama
(class effect), sedangkan interaksi farmakokinetik tidak dapat diramalkan atau
diekstrapolasikan untuk obat dalam klas terapi yang sama, disebabkan adanya
perbedaan dalam sifat-sifat fisiko-kimia obat yang menyebabkan perbedaan
profil farmakokinetik.
3.2 Saran
Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya interaksi obat yang tidak
dikehendaki dan mungkin dapat bersifat fatal, beberapa hal berikut dapat
dipertimbangkan:
14
a. usahakan memberikan jumlah obat sesedikit mungkin pada tiap-
tiap penderita, termasuk pemberian obat-obat OTC, dan obat-obat
herbal
b. dalam memberikan obat, perhatian terutama pada pasien usia
lanjut, pasien dengan penyakit yang sangat berat, pasien dengan
adanya disfungsi hati atau ginjal
c. sangat berhati-hati jika menggunakan obatobat dengan batas
keamanan sempit (antikoagulan, digitalis, antidiabetik, antiaritmia,
antikonvulsan, antipsikotik, antidepresan, imunosupresan,
sitostatika), dan obat-obat inhibitor kuat CYP (ketokonazol,
itrakonazol, eritromisin, klaritromisin) Media Litbang Kesehatan
Volume XVIII Namor 4 Tahun 2008 183
d. melakukan monitoring terhadap kejadian interaksi (misal, terhadap
tanda, gejala, uji laboratorik) sehingga dapat cepat terdeteksi dan
diambil tindakan yang memadai, seperti menyesuaikan dosis atau
menghentikan salah satu atau semua obat yang digunakan
e. minum obat dengan air tawar tidak dengan sari buah/jus, teh, susu.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/dampak-interaksi-obat-kepada-tubuh-anda
http://spiritia.or.id/artikel/detail/29
https://rspmanguharjo.jatimprov.go.id/wp-content/uploads/2020/02/Leaflet-Potensi-
Efek-Samping-Obat.pdf
https://fk.uii.ac.id/id/departemen/farmakologi/
http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0
https://www.alodokter.com/dampak-interaksi-obat-kepada-tubuh-anda
https://www.sehatq.com/artikel/inilah-efek-interaksi-obat-yang-dapat-terjadi
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/Interaksi%20Obat.pdf
http://spiritia.or.id/artikel/lihat/29
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/37267393/174700125-interaksi-obat-with-
cover-page-v2.pdf?
Expires=1636616704&Signature=NenJaDfmm68Y9v3t22QZLesMbSFd69jOXVmN
e0yQeGh5upfnSsGqY4B457QtlTeSWs9L704vclqX3R8jX1D~j8RNH7sKmcPlL-
jm4OCD-~~xKjt1KJGwjmlFFPun-bnoips3QM1nL9CMt7~z6-
kWJGCuVGwaHUsjIVSMMDEu~2CKDxs9BlJOrCzMTadnMgQJqyoxn5dMVP0-
jvIy4zy9uwDp7WAgVd-
ugce1DzXGAW2LHe5qC9zKxgNzZvh~MDgoAyqqMYV8BWeHcKfT1UxKlMq5x
9~4chCbi9nCIBU4Zv3owDq3TZJ~qjAlQdhpzn7Ey0IZxPoqkgApMo-
H5Cxukw__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/337
16