Disusun oleh :
BERTHA TIARA HANDAYANI (18330724)
Kelas :
Reguler B
Dosen Pembimbing :
Dra. Refdanita M.Si.,Apt
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah interaksi obat.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui interaksi obat pada proses distribusi
2. Untuk mengetahui factor-faktor yang dapat empengarhui interaksi obat pada proses
distribusi
3. Untuk mengetahui penyebab dari interaksi
4. Untuk mengetahui efek farmakologi obat yang ditimbulkan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
b. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksik dan dosis
terapetik tersebut perbandingannya (perbedaannya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja
dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek toksis.
Kedua ciri obat objek di atas, yaitu merupakan obat yang manfaat kliniknya mudah
dikurangi atau efek toksisnya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling
berkaitan dan tidak sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan
obat-obat dengan lingkungan yang sempit.
2. Obat Presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk
dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya adalah obat-
obat dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan menggeser ikatan-
ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang tergeser ini (displaced),
kadar obat bebasnya dalam darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya,
terutama meningkatnya efek toksik. Obat-obat jenis ini, misalnya aspirin,
fenilbutazon, sulfa dan lain lain.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)
enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang mempunyai sifat
sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) akan mempercepat eliminasi
(metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang,
misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan
obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibator) akan
meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik, termasuk kloramfenikol,
fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-
obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan diuretika dan
lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah jika kita melihat dari segi interaksi
farmakokinetika, yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme
dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat
bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.
2.3 Mekanisme Kerja Interaksi Obat
2.3.1 Interaksi Farmasetik
Interaksi FarmasetikInteraksi ini terjadi diluar tubuh ( sebelum obat di berikan)
antaraobat yang tidak bisa di campur (inkompatibel). Pencampuran obat demekian
4
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya
mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau
mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Setiawati, 2003).
Beberapa tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik yaitu:
a) Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa tidak ada
interaksi antar masing-masing obat
b) Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama lewat infus
c) Selalu memperhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer leaflet),
untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara pemberian obat
(terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi infus dan lain-lain)
d) Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain, diperhatikan
bahwa perubahan warna, kekeruhan, dari larutan
e) Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja
f) Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-obatan yang sudah di
masukkan, termasuk dosis dan waktunya.
g) Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan 2 jalur infus, kecuali kalau yakin
tidak ada interaksi
2.3.2 Interaksi farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,
metabolisme atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau
menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut.
Interaksi farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan
obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimiaya mirip, karena antar obat segolongan
terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat
farmakokinetiknya (Setiwati, 2003) :
1) Interaksi proses absorpsi
Interaksi ini dapat terjadi akibat perubahan harga PH obat pertama. Pengaruh absorpsi
suatu obat mungkin terjadi akibat pengurangan waktu huni dalam saluran cerna atau akibat
pembentukan kompleks (Mutschler, 1991)
2) Interaksi proses distribusi
Jika dalam darah pada saat yang sama terdapat tempat ikatan pada protein plasma.
Persaingan terhadap ikatan protein merupakan proses yang sering yang sesungguhnya
hanya baru relevan jika obat mempunyai ikatan protein yang tinggi, lebar, terapi rendah
dan volume distribusi relatif kecil (Mutschler,1991).
5
Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoxin dan kuinidin
dengan akibat peningkatan kadar plasma digoxin (Setiawati, 2003)
3) Interaksi pada proses metabolisme
Interaksi dalam metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni pemacu enzim
atau penghambat enzim. Suatu obat presipitan dapat memacu metabolisme obat lain (obat
objek) sehingga mempercepat eliminasinya (Suryawati, 1995).
4) Interaksi pada proses eliminasi
Interaksi pada proses eliminasi melaui ginjal dapat tejadi akibat perubahab PH dalam urin
atau karena persaingan tempat ikatan pada sistem tranformasi yang berfungsi untuk
ekskresi.
2.3.3 Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai khasiat
atau efek samping yang berlawanan. Interaksi ini disebabkan oleh kompetisi pada reseptor
yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologik yang sama.
Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obatan
yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi yang terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga
dengan obat-obat sejenisnya. Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang berbeda pada
kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat yang berinteraksi (Anonim, 2000).
Efek yang terjadi pada interaksi farmakodinamik yaitu (Fragley, 2003):
a) SinergismeInteraksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara
dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel atau enzim yang sama dengan efek
farmakologi yang sama.
b) AntagonismeInteraksi terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang
berlawanan sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau
lebih obat.
c) Efek reseptor tidak langsungKombinasi ini dapat bekerja melalui mekanisme saling
mempengaruhi efek reseptor yang meliputi sirkulasi kendali fisiologi atau biokimia.
Efek dan keparahan interaksi obat dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu
dengan yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi
obat. Pasien yang rentan terhadap interaksi obat antara lain:
1) Pasien lanjut usia
2) Pasien yang minum lebih dari satu macamobat
3) Pasien yang mempunyai ganguan fungsi hati dan ginjal
4) Pasien dengan penyakit akut
6
5) Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
6) Pasien yang mempunyai karakteristik genetik tertentu
7) Pasien yang dirawat lebih dari satu dokter
Strategi pelaksanaan interaksi obat meliputi (Fragley, 2003) :
1) Menghindari kombinasi obat yang berinterksi.
Jika resiko interaksi pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya maka harus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti. Pemilihan obat pengganti tergantung
pada apakah interaksi obat tersebut merupakan interaksi yang berkaitan dengan kelas
obat tersebut atau merupakan efek obat yang spesifik.
2) Penyesuaian dosis obat
Jika interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat maka perlu dilakukan
modifikasi dosis salah satu atau kedua obat
untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis
diperlukan pada saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang berinteraksi.
3) Pemantauan pasien
Jika kombinasi yang saling berinteraksi diberikan, maka diperlukan pemantauan pasien.
Keputusan untuk memantau atau tidak tergantung pada berbagai faktor, seperti
karaktteristik pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai menggunakan obat
yang menyebabkan interaksi dan waktu timbulnya reaksi interaksi obat.
4) Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis atau jika kombinasi obat yang berinteraksi
tersebut merupakan pengobatan optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan.
2.3.4 Interaksi pada proses distribusi
Setelah obat diabsorpsi kedalam sirkulasi sistemik maka akan didistribusikan
keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Banyak faktor yangn mempengaruhi distribusi obat
diantaranya:
a. Karakteristik jaringan meliputi aliran darah, koefisien partikel dan kelarutan dalm
lemak.
b. Status penyakit yang mempengaruhi fisiologi
c. Ikatan obat dengan protein.
7
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya distribusi obat yaitu:
a. Karaakteristik obat
b. Karakteristik jaringan
c. Aliran darah
d. Ikatan obat-protein
Didalam tubuh obat terdapt dua bentuk yaitu:
a. Obat dalam bentuk bebas adalah yang aktif secara farmakologi dan dapat berdifusi
keluar dari sirkulasi sistemik sehingga distribusinya lebih luas.
b. Obat yang terikat dengan protein plasma adlaah yg tidak aktif secara farmakologis dan
tidak dapat berdifusi sehingga banyak berada disirkulasi sistemik dan distribusnya
terbatas.
Faktor yang mempengaruhi besarnya ikatan obat dengan protein diantaranya:
a. kadar obat
b. sifat fisikokimia obat
c. kadar protein
d. status penyakit
e. Afinitas obat pada protein plasma
Interaksi dalam distribusi secara umum dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Intraksi dalam ikatan protein plasma
b. Interaksi dalam ikatan jaringan
8
1. Intraksi dalam ikatan protein plasma
Berbagai obat mengadakan interaksi dengan plasma / jaringan protein / dengan
makromolekul seperti DNA dan melanin, membentuk kompleks makromolekul obat.
Umumnya obat akan berikatan / membentuk kompleks dengan protein melalui proses bolak
balik (reversible).
Yang biasanya diukur sebagai konsentrasi darah atau plasma dari satu obat adalah
konsentrasi obat total (obat bebas dan obat terikat) dalam sampel. Obat bebas adalah moletas
yang bertanggung jawab untuk menghasilkan efek farmakologis.
Contoh tingkat pengikatan protein plasma dari fenitoin pada orang dewasa adalah 90%atau
0,9 (persen atau fraksi yang tidak terikat 10% atau 0.10). Sehingga jika konstrasi plasma
total dari fenitoin adalah 20mg/l, konsentrasi bebas adalah 2mg/l dan konsentrasi terikat
adalah 18mg/l. perbandingan ini tetap konstan bila konsentrasi plasma total meningkat
ataupun dikurangi, karena perubahan dalam konsentrasi obat bebas sebanding dengan
perubahan konsentrasi plasma total. Obat dapat mengikat berbagai komponen makromolekul
dalam darah,meliputi: albumin, lipoprotein, immunoglobulin (IgG), eritrosit, ά-asam
glycoprotein.
a. Albumin
adalah komponen terbesar dari plasma protein yang berperan dalam pengikatan obat
yang bolak balik. Dalam tubuh, albumin terdistribusi dalam plasma dan dalam cairan
ekstraselluler dan kulit, otot, dan berbagai jaringan lain. Konsentrasi albumin dalam cairan
intertitial adalah sekitar 60% dari yang ada pada plasma. Waktu paruh dari eliminasi
albumin adalah 17-18 hari. Albumin mempunyai dua tempat pengikatan yang dipakai
bersama untuk pengikatan berbagai obat yaitu:
1. Tempat pengikat 1 digunakan oleh obat yang bersifat asam lemah(anionik) berikatan
dengan albumin dengan ikatan elektrostatik dan hidrofobik. Obat yang bersifat asam
lemah seperti: tolbutamid, fenitoin, ibuprofen, naproxen, wafarin, salisilat,
phenylbutazon, dan penicilin.
2. Diazepam merupakan contoh obat yang berikatan pada tempat pengikatan II dari
albumin.
Albumin disintesa didalam hati, demikian konsentrasi albumin bisa berkurang pada
penyakit hati seperti sirosis. Penyakit-penyakit lain yang mengakibatkan penurunan
konsentrasi plasma albumin termasuk luka bakar, pembedahan, hepatitis virus akut, gagal
ginjal & kekurangan gizi.
9
b. α1-Asam Glycoprotein
α1-asam glycoprotein disentesa dalam hati dan mengikat obat yang bersifat basa
(kationik) seperti propanolol, verapamil, disopiramin, imipramin, kuinidin, dan lidocain.
konsentrasi pplasma α1-asam glycoprotein akan naik pada keadaan trauma injuries,
inflamasi, pembedahan, luka bakar, dan acut myocardial infaction. Penyakit hati seperti
sirosis akan menurunkan konsentrasi α1-asam glycoprotein.
c. Lipoprotein
Liporprotein tediri dari:
1. lipoprotein densitas sangat rendah(VLDL)
2. lipoprotein densitas rendah(LDL)
3. lipoprotein densitas tinggi (HDL)
Lipoprotein disentesa didalam hati dan mukosa usus dengan konsentrasi plasma normal
(0,5g/dl). Obat dasar dan netral dengan lipofisitas yang tinggi diikat pada lipoprotein.
Konsentrasi lipoprotein berubah dalam berbagai jenis penyakit seperti gagal ginjal, DM,
hiperlipoproteinemia, dan alkoholisme.
Interaksi dalam ikatan protein plasma lebih nyata pada penderita hipoalbuminemia,
gagal ginjal/penyakit hati yg berat,ikatan obat bersifat asam dengan albumin serta
turunnya eliminasi obat. Contoh” obat yang berinteraksi dengan sehingga mempengaruhi
efek farmakologis:
Wafarin merupakan antikoagulan oral merupakan antagonis vit. K. Didalam darah
wafarin hampir seluruhnya terikat pada albumin plasma & hanya sebagian kecil wafarin
dalam bentuk bebas dalam darah. Ikatan wafarin dg albumin adalah tidak kuat sehingga
mudah digeser oleh obat’’ tertentu seperti jenis antiinflamasi yaitu fenilbutazon,
sulfinpirazon, oksifenbutazon & asmet, obat lain seperti klofibrat, etakrinat,
nalidiksat,statin, Pergeseran ini menyebabkan peningkatan sementara kadar wafarin bebas
dalam darah, sehingga menyebabkan pendarahan berat.
2. Interaksi dalam ikatan jaringan
Untuk obat-obat tertentu terjadi kompetisi untuk berikatan dealam jaringan misalnya
antara obat digoksin dan kuinidin yang mengakibatkan peningkatan kadar plasma digoksin,
karena kuinidin menggeser digoksin dari ikatannya dijarigan. Kadar digoksin dalam plasma
mulai meningkat dalam waktu 24jam setelah kuinidin diberikan dan mantap 4 hari setelah itu
kada digoksin akan tetap tinggi kecuali bila dosis digoksin dikuranngi. Bila digoksin &
kuinidin diberikan secara bersamaan, efek digoksin thp jantung & susunan saraf pusat
10
meningkat dan akhirnya terjadi gejala” keracunan. Obat lain yang dapat menimbulkan
interaksi yang mirip dengan kuinidin adalah kuinin, verapamil, diltiazepam, & amiodaron.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
meningkatkan
kosentrasi buvacan.
6. Bufalin Digoksin Struktur bufalin Meningkatnya Gunakan salah
mirip dengan kosentrasi satunya saja.
digoksin dan juga digoksin dapat
kekuatan ikatannya meningkatkan
dengan serum efek toksissitas
albumin. Penelitian
digoksin.
secara invitro
menunjukkan
terjadinya interaksi
antara bufalin dan
digoksin ditandai
dengan kenaikan
konsentrasi digoksin
bebas dalam serum.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat
lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat
lainnya.
Obat yang terlibat dalam peristiwa interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat
yaitu obat Objek dan obat Presipitan.
1. Obat Objek adalah obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat
lain.
2. Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk
dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain.
Mekanisme kerja interaksi obat terbagi menjadi tiga yaitu interaksi farmasetika, interaksi
farmakokinetik dan interaksi farmakodinamik.
Salah satu jenis interaksi farmakokinetika adalah interaski yang mempengaruhi distribusi
obat sehingga dapat mempengaruhi efek farmakologi obat. Obat yang dapat berinteraksi
pada saat distribusi meliputi :
1. Intraksi ikatan obat dalam ikatan protein plasma
2. Interaksi dalam ikatan jaringan
14
DAFTAR PUSTAKA
15