DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah . Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa motivasi, baik
materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terimakasih
kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu , semua yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan demi penyempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Sejarah dan Perkembangan Nutrasetikal.....................................................................1
1.2 Reseptor : Tonggak Dasar Ilmu Farmakologi.............................................................2
1.3 PENGERTIAN KANKER..........................................................................................4
1.3.1 Jenis atau Lokasi Kanker.....................................................................................4
1.4 Etiologi........................................................................................................................6
1.5 Patofisiologi Kanker....................................................................................................6
1.6 Nutrasetikal sebagai terapi kanker...............................................................................7
BAB II......................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
2.1 Isoflavon Kedelai sebagai Antikanker.......................................................................10
2.2 ISOFLAVON KEDELAI..........................................................................................12
2.3 PENGARUH ISOFLAVON TERHADAP BEBERAPA JENIS SEL KANKER....12
2.3.1 Kanker Payudara................................................................................................12
2.3.2 Kanker Paru-paru...............................................................................................15
2.3.3 Kanker Prostat....................................................................................................15
2.3.4 Kanker Kolon.....................................................................................................16
2.3.5 Kanker Endometriosi.........................................................................................16
2.4 JENIS MAKANAN DAN KANDUNGAN ISOFLAVON KEDELAI....................17
CONTOH PRODUK HERBAL TERAPI KANKER..............................................................18
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
KESIMPULAN........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam proses pengambangan obat, hasil tes klinis dari studi terhadap hewan dan studi
– studi lain adalah suatu prasayarat untuk membuktikan efek atau khasiat obat. Di sisi lain,
pada kasus nutrisi, tidak ada metode verifikasi untuk makanan dalam mencegah penyakit di
masa lalu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, karena komposisi makanan telah
dibuktikan secara ilmiah dapat menyebabkan penyakit berkaitan dengan gaya hidup, maka
komposisi makanan telah menjadi suatu masalah social. Konsep nutrisetikal sudah mulai
dikenali sebagai salah satu ukuran dalam mencegah penyakit – penyakit semacam itu.
Konsep nutrisetikal bukanlah suatu yang baru. Meskipun telah berkembang selama
bebrapa tahun. Diawal tahun 1900an, pabrik makanan Amerika Serikat mulai menambahkan
yodium ke garam sebagai upaya untuk mencegah gondok (pelebaran kelenjar teroid), sebagai
salah satu upaya untuk mencimpatakan komponen fungsional melalui fortifikasi. Saat ini,
para peneliti telah menemukan ratusan nyawa yang memiliki kualitas fungsional, dan mereka
terus menciptakan temuan – temuan baru seputar manfaat fitokimia (zat kimia tanaman non –
nutritive yang memiliki khasiat perlindungan atau khasiat pencegah penyakit ) didalam
makanan.
1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan biaya pelayanan
kesehatan, perubahan undang – undang makanan yang mempengaruhi lebel dan klaim atas
produk, populasi yang semakin tua dan peningkatan minat untuk memperbaiki kesehatan
melalui makanan adalah beberapa factor yang mempengaruhi minat rakyat di Amerika
Serikat terhadap nutrisetikal. Penelitian Ilmiah menunjukkan bahwa banyaknya manfaat
kesehatan potensial dari komponen makanan. Manfaat ini dapat meningkatkan hak atas
makanan yang saat ini bias diidentifikasi oleh food And Drug Administration (FDA).
Nutrisetikal ( yang merupakan suatu konsep makanan dengan fungsi baru mencegah
penyakit ) dimulai dengan kombinasi ilmu pengetahuan dan teknologi genom. Jadi ,
terciptalah teknik genom yang disebut Nutrigenomik (ilmu pengetahuan genom makanan).
Nutrigenemika adalah suatu metologi yang baru dikembangkan , dikombinasikan dengan
berbagai teknik genome dan dan teknologi biologi molekul.
Nutrasetikal adalah terapi biologi non spesifik yang digunkana untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah proses penyakit maglinan, dan mengendalikan gejala. Nutrasetikal
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum :
2
Zat dengan fungsi nutrisi yang telah diakui, seperti vitamin, mineral, asam amino, dan
asam lemak – Nutrien.
1. Reagen yang diperoleh dari sumber lain (mis, pyruvate, chondroitin sulphate, streroid
hormone precursors) dengan fungsi – fungsi khusus, seperti utrisi untuk olah raga,
suplemen penurun berat badan, dan pengganti makanan – Suplemen Makanan.
Nutrien
Nutrien yang paling banyak dikenal adalah antioksidan, air, dan vitamin – vitamin
yang dilarutkan di dalam lemak. Banyak manfaat potensial yang ditemukan karena pengguna
antioksidan dalam bentuk suplemen atau asupan didalam makanan. Secara umum,
antioksidan berguna dalam pencegahan kanker dan penyakit serebrovaskuler. Asupan vitamin
E yang tinggi didalam makanan dapat mencegah penyakit Parkinson. Agus et al., menyatakan
bahwa vitamin C yang mengandung oksida, asam dihidro – askorbat , dapat menembus
penghambat darah otak dengan mudah. Temuan ini memiliki implikasi terhadap peningkatan
Uptake antioksidan didalam system syaraf pusat. Jadi sebagaian ahli merasa bahwa proses ini
berpotensi membantu pengobatan penyakit Alzheimer. Jialal dan Fuller menemukan bahwa
kombinasi vitamin E, C, dan beta carotene berguna untuk menurunkan oksidasi lipoprotein
rendah dan selanjutnya menurunkan resiko aterokslerosis.
Herbal
Usia obat – obatan herbal sama dengan peradaban manusia, dan obat – obatan ini
menyediakan segudang khasiat penyembuhan terhadap penyakit akut maupun kronik.
Pengetahuan tentang obat – obatan herbal telah terakumulasi selama ribuan tahun sehingga
saat ini kita memiliki banyak cara yang efektif untuk menjamin pelayanan kesehatan. Banyak
nutrisetikal yang etrkandung didalam tanaman obat sebgai komponen utamanya.
Ekstrak herbal, termasuj b – sitosterol (yang ditemukan didalam Saw Palmetto Berry),
cernilton (ekstrak polen), dan pygeum africum (African Plum) telah dievaluasi secara klinis
untuk digunakan dalam pengobatan hyperplasia protasis ringan. Banyak pengobatan herbal
ditemukan dalam penggunaan Echanicea untuk pencegahan dan pengobatan batuk dan flu.
Suatu seri yang terdiri dari lima studi placebo terkontrol untuk mengevaluasi Echinacea
memperlihatkan hasil yang bervariasi, mulai dari evaluasi terhadap tenaga sukarela yangs
ehat (bukan pasien) atau penggunaan ekstrak yang belum di strandarisasi. Ernst menyatakan
bahwa St John’s wort berkhasiat untuk depresi ringan hingga sedang namun interaksinya
dengan beberapa otot controversial menjadi bahan perhatian serius.
3
Jenis – jenis produk bahan alam yang digunakan sebgai nutrisetikal :
1. Produk bahan alam yang distandarisasi dengan kemampuan dan marker yang telah
diketahui. Standarisasi berdasarkan kepada kandungan fitokimia dengan metode –
metode analitik untuk mendukungnya.
2. Produk bahan alam dengan kemampuan dan marker yang telah diketahui , namun
belum ada standarisasi.
3. Produk bahan alam popular dari pengobatan rakyat, dengan kemampuan yang telah
diketahui namun tanpa marker. Strandarisasi didasarkan kepada formulasi dan proses
ekstraksi atas dasar penggunaan secara tradisional.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendal dan terus membelah diri.
Kanker adalah penyakit yang dapat menyerang dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal
dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya.
b) Kolon rektum
Merupakan neoplasma viseral terbanyak kedua. Faktor risiko yang
mempengaruhinya usia lebih dari 40 tahun, makanan (lemak hewani
berlebihan, terutama sapi, dan serat rendah), penyakit lain disaluran
pencernaan.
4
c) Laring
Tumor berada di pita suara sejati dan cenderung tidak menyebar
karena jaringan ikat yang mendasari kekurangan nodus limfe,
yangditandahi dengan suara parau yang berlangsung lebih dari 3 hari.
d) Paru
Kanker ini biasanya berkembang didinding atau epitelium pohon
bronkial. Yang ditandahi pada stadium awal tidak ada, sedangkan pada
stadium lanjut berupa nyeri dada, batuk, demam, suara parau, nyeri
bahu, berat badan turun, bunyi menciut.
e) Leukimia
Merupakan poliferasi ganas prekursor sel darah putih (white blood cell
(WBC)) disumsum tulang dan akumulasi didarah perifer, sumsum
tulang, dan jaringan tubuh.
f) Pankreas
Merupakan gangguan gastrointestinal yang mematikan yang
berkembang secara cepat. Yang disebabkan karena merokok dan faktor
risiko yang mempengaruhi yaitu diabetes melitus, pangkreatitis akut,
penyalagunaan alkhohol.
g) Prostat
Merupakan neoplasma terbanyak kedua yang ditemukan pada pria
berusia 50 tahun keatas. Kebanyakan sarkoma berasal dari kelenjar
prostat posterior, sedangkan yang lainnya dari ureter, yang ditandahi
dengan kesulitan berkemih, hematuria, anuria, retensi urin.
h) Gaster
Terjadi umunya pada pria yang berusia lebih dari 40 tahun. Yang
disebabkan karena gastritis, inflamasi lambung kronis, ulser gastritis,
atrofi gastrik. Dan ditandahi dengan distensi abdominal,
ketidaknyamanan gastrik kronis, disfagia, darah ditinja, muntah berat,
berat badan turu, anoreksia, merasa penuh setelah makan, anemia, dan
letih.
i) Ovarium
Merupakan penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi. Faktor
resiko yang memepengaruhinya yaitu riwayat kanker payudara, riwayat
keluarga yang menderita kanker ovarium, usia lanjut, peritas rendah
dan obesitas. Yang ditandahi dengan peningkatan lingkar abdomen,
tekanan panggul, kembung, nyeri punggung, konstipasi, nyeri
abdomen, urgensi kemih, peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai,
dan nyeri panggul.
j) Serviks
Merupakan kanker yang paling umum ketiga disistem reproduksi
wanita dan diklasifikasikan sebagai preinvasif atau invasif, yang
ditandahi pada stdium awal yaitu kemungkinan perdarahan vaginal
abnormal, keluaran persisten dari vagina, dan nyeri pada stadium lanjut
5
terjadi nyeri pelvis, kebocoran vaginal berupa urine dan tinja dari
fistula, anoreksia, berat badan turun, dan anemia.
1.4 Etiologi
Lingkungan sosial
Fisik: Radiasi, perlukaan/lecet
Kimia : makanan ,industri, farmasi, rokok
Genetik : payudara , uterus
Virus: umumnya pada binatang
Penyebab kanker yaitu tubuh yang sehat tidak mampu mempertahankan diri terhadap
kanker, ini terjadi karena interaksi kompleks antara pajanan karsinogen dan mutasi
yang sudah menumpuk dalam beberapa gen yang disebut onkogen, sehingga
mengaktifkan pembelahan sel yang mempengaruhi perkembangan embrionik. Gen
kanker lain yaitu gen supresor tumor, ini akan menghentikan pembelahan sel.
Penyebab kerusakan gen yang didapat yaitu: virus, radisi, karsinogen lingkungan
serta makanan dan hormon. Faktor– faktor lain yang mempengaruhi terjadinya kanker
yaitu usia, status gizi, keseimbangan hormonal dan respons terhadap stress.
6
keseimbangan nitrogen. Pasien pada saat yang sama menunjukkan
peningkatan pembagian Protein otot skelet, sintesis protein hati, dan sintesis
protein tubuh secara keseluruhan untuk mendukung pertumbuhan tumor.
Diprioritaskannya kembali sintesis protein oleh hati lazim dikenal sebagai
acute-phase reactant response. Adanya respon protein fase akut sangat erat
kaitannya dengan penurunan daya tahan hidup seseorang yang menderita
beberapa bentuk kanker. Jika asupan Protein tidak sejalan dengan penggunaan,
maka akan teriadi ketidak seimbangan yang dapat merubah respon imun,
fungsi saluran cerna, dan penyembuhan luka. Meningkatnya ekspresi ubquitin-
Proteasorne Proteolytic pathway adalah penyebab utama berkurangnya massa
otot skelet pada penderita kanker. Percepatan proteolysis metalui jalur
proteasome merupakan penyebab utama pemborosan Otot yang diinduksi oleh
kanker, puasa, asidosis metabolik, denervasi, diabetes, sepsis, terbakar,
hipertiroidisme, dan akses glukokortikoid. Banyak sistem yang mengendalikan
jalur ini, termasuk sitokin, hormon, nutrien, dan tumor-derived proteolysis
inducing factor (PIF).
3. Perubahan Metabolisme Lemak
Katabolisme jaringan adiposa adalah karakteristik kedua cachexia pada
sejumlah penyakit kronik, termasuk kanker. Penurunan sintesis lemak atau
peningkatan lipolisis dapat menghabiskan simpanan lemak. Suatu lipid-
mobilizing factor (LMF) telah diisolasi dari suatu tumor murine yang
menginduksi cachexia dan dari air kemih penderita kanker dan penurunan
berat badan. LMF bertindak langsung pada jaringan adiposa, sehingga
menyebabkan pelepasan asam lemak bebas dan gliserol dengan meningkatkan
kadar siklis AMP dengan cara yang sama dengan 1 peningkatan hormon
liposis. Sejumlah sitokin dapat mengubah metabolisme lipid. TNFα adalah
suatu sitokin utama yang terlibat dalam katabolisme jaringan adiposa selama
chachexia. TNFα menghambat lipoprotein lipase, menurunkan aktivitas
reseptor insulin dan menghambat aktivitas transporter glukosa. Seluruh
tindakan ini secara tidak langsung menstimulasi lipolisis oleh TNFα.
Tingginya asam lemak omega 3 memberikan banyak manfaat klinis, termasuk
penurunan tumorigenesis, pertumbuhan tumor, dan metastasis serta Perubaban
sintesis eicosanoid dan efek anti-katabolik.
7
hydroxytryptamin di dalam otak, sehingga bertindak sebagai suatu obat untuk
mengobati insomnia.
8
a) Glutathion adalah unsur pokok pelindung enzim glutathion reductase antioksidan
yang paling banyak di dalam hati. Glutathione berfungsi sebagai suatu substrat untuk
dua proses detoksifikasi kunci di dalam hati : (1) mengubah toksin menjadi bentuk
larut di dalam air ; (2) menetralisasi dan berkonjugasi dengan toksin untuk eliminasi
melalui usus atau ginjal. Jika salah satu proses ini terganggu karena berbagai alesan,
maka toksin akan berakumulasi di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Nutrisi
terbaik untuk kanker hati difokuskan untuk memperbaiki cadangan glutathione di
dalam tubuh.
b) Isoflavine kedele (genistein dan genistin) dilaporkan berperan sebagai komprotektif
melawan kanker pada manusia. Konjugat ß-glikosida , yakni genistin, sangat banyak
di dalam kedele fermentasi, produk kedele seperti susu kedele dan tahu. Ikatan ß-
glycosyl genistin dipecah menghasilkan genistein oleh mikroba selama fermentasi
untuk menghasilkan miso dan natto. Saus kedelai banyak mengandung isoflavon,
namun kandungan miso dan natto sangat rendah.
c) Teh hijau dianggap sebagai obat untuk pemeliharaan kesehatan di kalangan rakyat
Cina dan Jepang. Teh hijau memiliki kekuatan yang mampu memperpanjang usia.
Baru-baru ini, Yean Lee et al, meneliti efek bahan aktif teh hijau , yakni
epigallocatechin-3- gallate (EGCG) , terhadap sel-sel B pada leukimia limfosit kronik
yang diiosolasi dari pasien leukimia. Sel-sel ini dikelompokkan menurut resistensinya
terhadap apoptosis, karena sel-sel B ini mengeluarkan dan mengikat faktor
pertumbuhan endotelium vaskuler
d) Ekstrak herbal diketahui menurunkan perkembangbiakan sel.
9
BAB II
PEMBAHASAN
Tulisan ini mengulas peranan isoflavon kedelai sebagai zat antikanker. Produk
kedelai yang mengandung isoflavonoid berperan dalam pencegahan beberapa jenis
kanker seperti kanker payudara, kanker prostat, kanker paru-paru, kanker kolon, dan
kanker endometrial. Konsentrasi senyawa ini dalam plasma dapat dengan mudah
mencapai level aktif secara biologis tanpa efek racun. Melalui efek penghambatan
faktor pertumbuhan, tyrosin kinase dan angiogenesis, genistein dapat menjadi
penghambat umum dalam pertumbuhan kanker. Melalui modulasi transport obat,
genistein dapat menjadi additive yang baik untuk menyempurnakan terapi kanker.
Efek biologis yang digambarkan dapat juga digunakan sebagai strategi pencegahan
bagi penyakit lain seperti kardiovaskuler dan osteoporosis melalui efek estrogenik dan
antioksidatif yang dimilikinya.
10
Kacang kedelai merupakan sumber protein dan minyak yang sangat potensial. Kacang
kedelai dibersihkan, dipecahkan, dikupas kulitnya, dan digiling sehingga selnya pecah dan
minyak dapat diekstrak. Minyak mentah kemudian dipisahkan menggunakan pelarut atau
screw press. Setelah diproses lebih lanjut, minyak kedelai murni siap untuk diolah menjadi
berbagai produk, seperti margarin, minyak goreng, dan salad dressing.
Setelah minyak diekstrak, bungkil kedelai digiling untuk dijadikan tepung kedelai
yang sebagian besar digunakan sebagai komponen pakan berprotein tinggi. Sebagian dari
bungkil juga diolah untuk konsumsi manusia, dalam bentuk tepung, konsentrat protein dan
isolat protein, yang dimanfaatkan untuk berbagai macam produk pangan. Belakangan,
diketahui bahwa isoflavon dan senyawa fitokimia lainnya yang ditemukan dalam tepug
kedelai memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, sehingga diekstrak dan dipasarkan sebagai
nutriceutical dalam pangan fungsional.
Sebagian besar digunakan sebagai komponen pakan berprotein tinggi. Sebagian dari
bungkil juga diolah untuk konsumsi manusia, dalam bentuk tepung, konsentrat protein dan
isolat protein, yang dimanfaatkan untuk berbagai macam produk pangan. Belakangan,
diketahui bahwa isoflavon dan senyawa fitokimia lainnya yang ditemukan dalam tepug
kedelai memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, sehingga diekstrak dan dipasarkan sebagai
nutriceutical dalam pangan fungsional.
Kulit kedelai dapat diproses menjadi serat pangan (dietary Tiber) yang dapat
ditambahkan ke dalam roti, breakfast cereal dan aneka snack. Lecithin, yang diekstrak dari
minyak kedelai dapat digunakan untuk kepentingan farmasi dan sebagai protective coating.
Lecithin merupakan emulsifier dan pelumas alami, yang antara lain dapat digunakan untuk
mencegah pemisahan antara chocolate dan cocoa butterdalam candy bar. Minyak kedelai juga
merupakan sumber alami vitamin E (tokoferol).
Terdapat beberapa komponen dalam kedelai yang dipercaya sebagai antikanker, yaitu:
inhibitor protease, fitat, saponin, fitosterol, asam lemak omega-3 dan isoflavon. Diantara
senyawa antikanker tersebut, perhatian terbesar ditunjukan kepada isoflavon. Mekanisme
kerja isoflavon sebagai antikanker adalah melalui: aktivitas anti-estrogen, menghambat
aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas antioksidan, dan meningkatkan fungsi kekebalan
sel.
Kedelai telah menjadi makanan sehari hari penduduk Asia. Pada sebagian besar
negara Asia, konsumsi isoflavon diperkirakan 25-45 mg/orang/hari. Jepang merupakan
negara yang konsumsi isoflavonnya tertinggi di dunia, yaitu 200 mg/orang/hari. Di
negaranegara Barat, konsumsinya kurang dari 5 mg/orang/hari (Koswara 2006).
11
2.2 ISOFLAVON KEDELAI
Isoflavon ditemukan pada legum (kacang kacangan), tetapi secara khusus banyak
ditemukan dalam kacang kedelai. Isoflavon kedelai terdiri dari daidzein, genestein, glycthein,
dan sedikit goumestrol (5 pg/100 g). Daidzein dan genestein merupakan isoflavon utama
dalam kacang kedelai yang kandungannya mencapai 100-300 mg /100 g (Eldridge dan
Kwolek 1983). Isoflavon tersebut dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker di
laboratorium, termasuk sel kanker payudara.
Studi in vitro menunjukkan secara konsisten bahwa isoflavon adalah estrogenik yang
lemah dan berikatan secara lemah dengan reseptor estrogen pada mamalia (Jordan dkk 1985,
Martin dkk 1978, Shutt dan Coy 1972). Genistein memiliki affinitas ikatan terbesar, tetapi
masih 100 kali lebih kecil dibandingkan estradiol, sedangkan Daidzein 1000 kali lebih kecil.
Mekanisme bagaimana isoflavon menghambat perkembangan sel kanker, tidak sepenuhnya
dipahami tetapi telah teramati adanya sifat antioksidan, penghambatan beberapa sistem enzim
yang teriibat dalam transduksi signal (termasuk tyrosin kinase), penghambatan angiogenesis,
dan peningkatan globulin pengikat hormon seks sebagaimana mekanisme antiestrogenic
Ratusan studi menunjukkan bahwa genistein menghampat pertumbuhan sel kanker yang
dipengaruhi hormon dan juga yang tidak dipengaruhi hormon.
Genistein merupakan inhibitor protein tyrosine kinase kecuali p40 protein tyrosine
kinase, topoisomerase II (Adlercreutz 1990) dan protein histidine kinase (Huang dkk 1992).
Aktivitas protein tyrosine-kinase berhubungan dengan reseptor seluler untuk faktor
pertumbuhan epidermal, insulin, faktor pertumbuhan insulin-likeI,faktor pertumbuhan
turunan platelet, dan faktor pertumbuhan fagosit mononuclear. Tyrosine kinase menunjukkan
peranan penting dalam proliferasi dan transformasi sel. Enzim ini berasosiasi dengan produk
oncogen dari family gen src retroviraldan berkorelasi dengan kemampuan retrovirus untuk
mentransformasi sel (Akiyama dkk 1989 dalam Herman dkk 1995). Aktivitas tyrosine kinase
juga berasosiasi dengan ekspresi oncogen kanker payudara. Penghambatan aktivitas tyrosin
kinase berarti menghambat perkembangan sel-sel kanker dan angiogenesis. Hal ini berarti
tumor tidak dapat membuat pembuluh darah baru, sehingga tidak dapat tumbuh. Genistein
juga menstimulasi diferensiasi sel leukemia dan sel malignan lainnya.
12
payudara. Wanita di Eropa dan Amerika Utara dengan konsumsi lemak tertinggi, memiliki
laju tertinggi terhadap kanker payudara.
Resiko kanker payudara juga telah dipelajari dengan mengamati efek isoflavon
terhadap level hormon. Secara teori, penurunan level hormon dalam serum, siklus mestruasi
yang panjang, dan perubahan metabolit yang kurang karsinogenik, dapat dihubungkan
dengan risiko kanker payudara. Konsumsi produk kedelai kaya isoflavon meningkatkan
panjang fase follikuler, sehingga siklus menstruasi menjadi lebih panjang sebagai akibat
penurunan hormon lutenizing dan hormon penstimulan folikel.
Pasien kanker payudara memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek daripada
wanita sehat. Wanita Asia memiliki siklus menstruasi yang lebihpanjang daripada wanita
Barat yang memiliki tingkat kanker payudara yang tinggi. Wanita yang memiliki siklus
menstruasi pendek memiliki lebih banyak fase luteal dalam kehidupan reproduksinya.
Tingkat mitosis untuk jaringan payudara hampir empat kali lebih besar sepanjang fase luteal
daripada fase follikuler. Jika isoflavon kedelai dapat meningkatkan panjang fase follikuler
maka kemungkinan juga dapat mengurangi resiko kanker payudara (Hudson 2001).
Enam wanita sehat berumur 20 tahunan mengonsumsi 12 oz susu kedelai tiga kali
sehari selama satu bulan. Konsumsi isoflavon harian sekitar 100 mg daidzein dan 100 mg
genistein. Level estradiol dalam serum menurun 31% pada hari siklus 5-7,12-14, dan 20-22.
Level progesteron pada paruh kedua dari siklus menurun 35%. Panjang siklus menstruasi
bertambah dari 28.3 hari menjadi 31.8 hari, selama konsumsi satu bulan kedelai. Hasil ini
menunjukkan bahwa konsumsi diet kedelai yang mengandung fitoestrogen dapat mengurangi
sirkulasi steroid ovarian dan meningkatkan panjang siklus menstruasi, dua efek yang dapat
diperhitungkan dalam bagian dari berkurangnya risiko kanker payudara (Hudson 2001,
Cassidy dkk 1993, Phippps dkk 1993 dan Orcheson dkk 1993).
Wanita premenopause memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi daripada wanita
postmenopaus yang tidak menjalani terapi sulih hormon. Pada wanita premenopause yang
mengonsumsi diet atau suplemen kaya fitoestrogen, senyawa inimenstimulasi reseptor
estrogen dan menampilkan fungsi yang sama seperti estrogen tubuh kita yang lebih kuat.
Sistem messenger kimia kemudian menyampaikan pesan bahwa tubuh kita telah memiliki
cukup estrogen sehingga ovarium memproduksi sedikit estrogen. Dengan melakukan ini, laju
produksi estrogen tubuh menurun dan pengaruh estrogen total terhadap tubuh juga menurun.
Mekanisme ini merupakan bagian dari karakteristik estrogen yang dinamakan proestrogen
dan antiestrogen.
13
Pada wanita postmenopause mekanismenya berbeda. Wanita menopause
memproduksi sedikit estrogen dan level totalnya rendah. Mengonsumsi diet tinggi
fitoestrogen atau suplemen kedelai akan meningkatkan level total estrogen, meskipun
estrogen yang ini jauh lebih lemah. Oleh karena tubuh memiliki pengaruh total estrogen yang
lebih tinggi maka akan mempengaruhi payudara secara berbeda, padahal payudara
dipersiapkan untuk stimulasi estrogen yang lebih rendah pada masa usia seperti ini (Hudson
2001).
Genistein dan daidzein telah menunjukkan sebagai antiproliferasi terhadap sel kanker.
Beberapa waktu lalu telah diketahui bahwa isoflavonoid berkompetisi dengan estrogen untuk
berikatan dengan reseptor estrogen di dalam sel kanker payudara (Martin dkk 1978). Oleh
karena genistein juga menghambat pertumbuhan reseptor negatif sel kanker payudara,
mekanisme aksinya boleh jadi tidak berhubungan langsung dengan reseptor estrogen. Lebih
jauh lagi bukti epidemiologi di Singapura menunjukkan bahwa konsumsi kedelai
berhubungan dengan rendahnya risiko kanker payudara pada wanita (Lee dkk 1991).
Terdapat hubungan negatif antara enterolakton dalam ekskresi urin dan hormon luteinizing
plasma pada wanita Finlandia (Adlercreutz 1990). Berbagai pengamatan ini menyatakan
bahwa senyawa-senyawa ini mempengaruhi sistem hormonal melalui sistem endokrin
hypothalamus-hypophyseal (Adlercreutz 1990). Belakangan diketahui bahwa enterolakton
(0.5 - 10 mmol/l) menstimulasi pertumbuhan sel MCF-7, namun keberadaan estradiol yang
ditambahkan, baik dalam konsentrasi yang menstimulir pertumbuhan maupun dalam jumlah
yang rendah, menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan tidak berbeda dari kontrol atau
cenderung agak berkurang sedikit (Mousavi dan Adlercreutz 1992).
Kanker prostat adalah malignancy dari prostat yang dikaraktersisasi melalui replikasi
sel yang tidak terkontrol, menghasilkan tumor dan beberapa dari sel-sel tersebut menyebar ke
lokasi lain (metastasis). Kanker prostat biasanya tumbuh pelan dan awalnya tidak
memberikan gejala. Gejala yang muncul kemudian overlapping dengan gejala hyperplasia
prostatic, dengan kondisi umum seperti frekuensi urin meningkat, sakit pada saat
mengeluarkan urin, aliran urin melemah, gemetar setelah membuang urin dan sensasi buang
urin yang tidak tuntas. Sebagai tambahan bisa timbul darah dalam urin. Karena tak satupun
gejala tersebut spesifik untuk kanker prostat, maka diagnosanya membutuhkan bantuan
dokter. Tahap lanjut dari penyakit ini berhubungan dengan kehilangan berat badan yang
parah, anemia yang menginduksi kelelahan yang tak terobati dan kematian.
Pengobatan yang dilakukan adalah pengurangan hormon laki-laki yaitu endrogen dan
menghambat efek hormon potensial dari hormon wanita yaitu estrogen, yang juga terdapat
pada laki-laki.Diduga bahwa kedelai yang kaya akan isoflavon mampu untuk menggunakan
sifatnyasebagai estrogen lemah untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat terhadap
estrogen. Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor dalam prostat, dapat
menyebabkan pembesaran prostat. Studidemografik menunjukkan adanya insiden penyakit
prostat yang sangat kecil pada laki-laki Jepang atau Asia yang banyak mengonsumsi
makanan dari kedelai. Isoflavon kedelai yaitu genistein dan daidzein, tampaknya secara
langsung mempengaruhi metabolisme testosteron.
Kedelai diketahui memiliki efek protektif melawan prostatic dysplacia pada tikus.
Genistein dan biochanin A(prekursor genistein) menghambat pertumbuhan sel kanker prostat
dalam kultursel, baik yang bergantung kepada androgen ataupun tidak (Peterson dan Barnes
1991). Efek ini bukan disebabkan penghambatan oleh tyrosine kinase yang berhubungan
dengan reseptor faktor pertumbuhan epidermal. Efek terapeutik estrogen dalam kanker
prostat menyatakan bahwa fitoestrogen bisa menghambat pertumbuhan sel kanker prostat
selama fase promosi penyakit atau bisa mempengaruhi diferensiasi sebagaimana genistein
15
mempengaruhi sel leukemia dan sel kanker lain. Menurut Davis dkk (1998), genistein
menghambat pertumbuhan sel kanker prostat, membunuh sel, dan juga diketahui memiliki
aksi antikanker lainnya berdasarkan hasil studi invitro (Barnes dkk 1995). Penelitian
Jacobsen dkk (1998) menunjukkan lelaki yang mengonsumsi susu kedelai lebih dari sekali
perhari dilaporkan memiliki risiko kanker prostat yang signifikan lebih rendah dibandingkan
lelaki lainnya. Beberapa peneliti kini menyatakan bahwa genistein menunjukkan potensi
untuk mengobati kanker prostat (Geller dkk 1998), sementara peneliti yang lain hanya
menyatakan bahwa ada cukup bukti untuk merekomendasikan pemakaian genistein untuk
pencegahan kanker prostat (Moyad 1997). Studi epidemiologi dan juga eksperimen hewan
percobaan dan kultur sel, memberikan bukti bahwa isoflavonoid dan fitoestrogen lain seperti
lignin, memberikan efek proteksi dan menurunkan risiko kanker prostat selama fase promosi
dari penyakit ini (Herman dkk 1995).
Dalam sebuah case-control study terhadap 200 pria Jepang penderita kanker prostat
dari berbagai stadium dibandingkan dengan 200 pria Jepang yang sehat, diketahui bahwa
peningkatan konsumsi isoflavon genistein, daidzein, dan aglycone, secara signifikan
menurunkan risiko kanker prostat. Konsumsi rata-rata tertinggi isoflavon (89.9 mg/hari)
menurunkan 58% risiko, dibandingkan dengan konsumsi terendah (30.5 mg/hari). Konsumsi
isoflavon juga berhubungan dengan magnesium, omega 3, dan omega 6 (Nagata dkk 2007).
Studi case control kanker kolorektal dan adenomas di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa kedelai merupakan proteksi terhadap karsinogenesis kolorektal, namun diperlukan
studi epidemiologi lebih jauh lagi untuk menjelaskan peranan kedelai dalam karsinogenesis
kolorektal (Toyomura dan Kono 2002). Makanan kedelai hasil fermentasi mengandung
isoflavon dalam bentuk aglycone. Aglycone menunjukkan efek inhibitor yang lebih potensial
dalam perkembangan ACF, sehingga disimpulkan bahwa makanan fermentasi kedelai lebih
penting daripada nonfermentasi dalam pencegahan kanker kolorektal (Toyomura 2002).
16
Dr. Pamela L, Horn-Ross dan kolega dari Nothern California Cancer Center di Union
City, US mengevaluasi hubungan antara konsumsi diet tujuh senyawa spesifik yang mewakili
tiga klas fitoestrogen (isoflavon, coumestan dan lignas) dan risiko kanker endometrial dalam
sebuah case-control study terhadap wanita berusia 35-79 tahuh di wilayah San Fransisco.
Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi isoflavon dan lignin menurunkan risiko kanker
endometrial, khususnya pada wanita postmeonopause. Wanita postmenopause dengan
obesitas yang mengonsumsi rendah fitoestrogen memiliki risiko paling tinggi terhadap kanker
endometrial, namun interaksi antara obesitas dan konsumsi fitoestrogen secara statistik tidak
signifikan (Nutra ingredients 2003).
Penelitian pada tahun 1997-2001 yang dilakukan terhadap 832 wanita Shanghai usia
30 - 69 tahun penderita kanker endometrial dan 846 wanita sehat dengan kisaran umur yang
sama sebagai grup control, menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi protein kedelai
dengan jumlah tertinggi memiliki risiko kanker endometrial 23% lebih rendah dari grup
dengan konsumsi protein kedelai terendah. Terindikasi juga bahwa wanita dengan indeks
massa tubuh atau rasio pinggang : pinggul yang tinggi mendapatkan manfaat dari
meningkatnya kedelai yang dikonsumsi, namun indikasi ini memerlukan studi lebih lanjut
untuk diverifikasi (Nutra ingredients 2004).
Selama dekade lalu, sejumlah produk kedelai telah dirancang agar memiliki kuantitas
isoflavon yang tinggi atau lebih tinggi dari produk pangan olahan kedelai biasanya, beberapa
sebanding dengan produk tepung kedelai yang memiliki kandungan isoflavon alami tertinggi.
Produk-produk baru ini telah dihilangkan kandungan lemak dan karbohidratnya.
17
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Nutrasertikal adalah jenis makanan yang memiliki manfaat untuk kesehatan secara
medis, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal, berkembang dengan cepat, tidak terkendal dan terus membelah
diri. Kanker adalah penyakit yang dapat menyerang dan muncul akibat pertumbuhan
tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam
perkembangannya.
Nutrisi kunci pada pasien kanker yaitu , karbohidrat. Serat, protein dan lemak.
Produk kedelai yang mengandung isoflavonoid berperan dalam pencegahan
beberapajenis kanker seperti kanker payudara, kanker prostat, kanker paru-paru,
kanker kolon, dan kanker endometrial. Konsentrasi senyawa ini dalam plasma dapat
dengan mudah mencapai level aktif secara biologis tanpa efek racun. Melalui efek
penghambatan faktor pertumbuhan, tyrosin kinase dan angiogenesis, genistein dapat
menjadi penghambat umum dalam pertumbuhan kanker. Melalui modulasi transport
obat, genistein dapat menjadi additive yang baik untuk menyempurnakan terapi
kanker. Efek biologis yang digambarkan dapat juga digunakan sebagai strategi
pencegahan bagi penyakit lain seperti kardiovaskuler dan osteoporosis melalui efek
estrogenik dan antioksidatif yang dimilikinya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Cassidy A, Bingham S, Carlson J. dan Setchell KDR. 1993. Biological effects of plant
estrogens in premenopausal women. FASEB J. 7(3 Pt II):5000(abstr.)
Eldridge, A. dan Kwolek, W.F. 1983. Soybean Isoflavones : effect of environment and
variety on composition. J. Agric. Food Chem. 31-394-396
20