Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH NUTRASETIKAL

”NUTRASETIKAL TERAPI UNTUK HIPERTENSI”


Dosen : Ana Yulyana,S. Farm, M.Farm, Apt

DISUSUN OLEH:

Khaerunnisa 17334010

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


Program Studi Farmasi – P2K

Jakarta
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok matakuliah Nutrasetikal yang

membahas tentang terapi untuk hipertensi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen

matakuliah Nutrasetikal yaitu Ana Yulyana,S. Farm, M.Farm, Apt yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini dengan baik.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan

kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.Kami

berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan

baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Untuk itu, kami berharap adanya kritik,

saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Jakarta, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


Daftar Isi.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................


A. Pengertian Hipertensi .................................................................................... 4
B. Patofisologi Hipertensi................................................................................... 4
C. Faktor Resiko Hipertensi................................................................................ 5
D. Pencegahan Dengan Terapi Nutrasetikal....................................................... 6
E. Produk Dengan Potensi Membahayakan....................................................... 21
F. Senyawa Bahan Alam Yang Digolongan Sebagai Antihipertensi................. 24

BAB III PENUTUP....................................................................................................


A. Kesimpulan ................................................................................................... 29

Daftar Pustaka............................................................................................................ 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nutraseutikal adalah jenis makanan yang memiliki manfaat untuk kesehatan


secara medis, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit. Istilah ini
diperkenalkan di akhir tahun 1980an oleh Stephen Defelice, M.D., pendiri dan ketua
foundation for innovation in Medicine. Makanan seperti ini sering disebut functional
food, yang menandakan bahwa komponennya dapat memberikan manfaat untuk
kesehatan, lebih dari sekedar nutrisi dasar contohnya adalah sayuran dan buah –
buahan serta makanan yang telah diperkaya (portified). Meskipun seluruh makanan
bermanfaat karena menyediakan zat gizi, nutrisetikal mengandung bahan – bahan
yang meningkatkan kesehatan atau komponen – komponen alamiah yang memiliki
manfaat kesehatan potensial terhadap tubuh. Atribut “fungsional” sejumlah makanan
tradisional telah ditemukan, saat produk – produk makanan baru sedang
dikembangkan dan mengandung komponen yang bermanfaat.
Dalam proses pengambangan obat, hasil tes klinis dari studi terhadap hewan
dan studi – studi lain adalah suatu prasayarat untuk membuktikan efek atau khasiat
obat. Di sisi lain, pada kasus nutrisi, tidak ada metode verifikasi untuk makanan
dalam mencegah penyakit di masa lalu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, karena
komposisi makanan telah dibuktikan secara ilmiah dapat menyebabkan penyakit
berkaitan dengan gaya hidup, maka komposisi makanan telah menjadi suatu masalah
social. Konsep nutrisetikal sudah mulai dikenali sebagai salah satu ukuran dalam
mencegah penyakit – penyakit semacam itu.

Nutrisi yang dibutuhkan Sediaan


untuk kesehatan Farmasetikasi
untuk penyakit

Nutrasetikal pendekatan medis untuk pencegahan penyakit

Gambar 1.1 Konsep Nutrisetikal berasal dari nutrisi dan farmasetikal yang dikemukakan
oleh Stephen Deflice tahun 1989

1
Konsep nutrisetikal bukanlah suatu yang baru. Meskipun telah berkembang
selama bebrapa tahun. Diawal tahun 1900an, pabrik makanan Amerika Serikat mulai
menambahkan yodium ke garam sebagai upaya untuk mencegah gondok (pelebaran
kelenjar teroid), sebagai salah satu upaya untuk mencimpatakan komponen fungsional
melalui fortifikasi. Saat ini, para peneliti telah menemukan ratusan nyawa yang
memiliki kualitas fungsional, dan mereka terus menciptakan temuan – temuan baru
seputar manfaat fitokimia (zat kimia tanaman non – nutritive yang memiliki khasiat
perlindungan atau khasiat pencegah penyakit ) didalam makanan.

Nutrisetikal sangat populer dikalangan konsumen di Amerika Serikat dan


bagian dunia lainnya. Penjualan di Amerika pada tahun 2003 diperkirakan mencapai
$31 Milyar, dan angka ini diperkirakan akan naik dalam beberapa tahun mendatang.
Nutrisetikal adalah salah satu segmen industry makanan yang berkembang paling
cepat, khususnya dikalangan baby boomer. Di Jepang, Inggris, dan beberapa Negara
lainnya, nutrisetikal telah menjadi bagian dari lansekap makanan. Minat konsumen
terhadap hubungan antara makanan dan kesehatan telah meningkatkan permintaan
terhadap informasi tentang nutrisetikal.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan biaya pelayanan


kesehatan, perubahan undang – undang makanan yang mempengaruhi lebel dan klaim
atas produk, populasi yang semakin tua dan peningkatan minat untuk memperbaiki
kesehatan melalui makanan adalah beberapa factor yang mempengaruhi minat rakyat
di Amerika Serikat terhadap nutrisetikal. Penelitian Ilmiah menunjukkan bahwa
banyaknya manfaat kesehatan potensial dari komponen makanan. Manfaat ini dapat
meningkatkan hak atas makanan yang saat ini bias diidentifikasi oleh food And Drug
Administration (FDA).

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa definisi dari nutrasetikal?
2. Apa patofisiologi hipertensi?
3. Apa faktor resiko hipertensi?
4. Pencegahan dengan terapi nutrasetikal?
5. Bahan alam yang digolongkan sebagai antihipertensi?

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi dari nutrasetikal.
2. Mengetahui patofisologi hipertensi.
3. Mengetahui faktor dan resiko hipertensi.

2
4. Mengetahui pencengahan dengan terapi nutrasetikal.
5. Mengetahui bahan alam yang digolongkan sebagai antihipertensi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Komplikasi morbiditas
dan mortalitas yang menyertainya memiliki dampak besar pada kualitas hidup dan
kelangsungan hidup pasien. Mengoptimalkan kontrol tekanan darah telah terbukti
meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan. Selain terapi farmakologis, pendekatan
nonfarmakologis seperti modifikasi diet memainkan peran penting dalam mengendalikan
tekanan darah. Banyak komponen makanan seperti natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium telah dipelajari secara substansial dalam beberapa dekade terakhir. Sementara
beberapa nutrisi ini memiliki bukti yang jelas untuk rekomendasinya, beberapa tetap
kontroversial dan masih dalam studi berkelanjutan. Modifikasi diet sering dibahas dengan
pasien dan dapat memberikan manfaat besar dalam pengaturan tekanan darah. Dengan
demikian, meninjau bukti saat ini akan sangat berguna dalam membimbing pasien dan
dokter mereka dan / atau ahli gizi dalam pengambilan keputusan. Dalam artikel ulasan
faktor gizi dalam manajemen hipertensi ini, kami bertujuan untuk menguji peran faktor gizi
secara individual dan sebagai komponen dari pola diet keseluruhan.

B. Patofisiologi Hipertensi

Pemahaman tentang patofisiologi hipertensi sangat penting untuk


mengembangkan terapi yang efektif dalam rangka mengurangi tekanan darah tinggi.
Patofisiologi hipertensi sangat kompleks dan sulit dipahami secara penuh. Banyak bukti
yang mendukung hipotesis bahwa kegagalan patofisiologi hipertensi yang lazim
ditemukan adalah defek pengikatan membran plasma sel oleh kalsium di sistem syaraf.
Karena patofisiologi hipertensi mencakup banyak faktor, suatu kombinasi regimen yang
dirancang dengan baik diyakini merupakan rencana terbaik dalam menyelesaikan
persoalan. Oleh sebab itu, strategi penurunan tekanan darah pelengkap merupakan
pendekatan paling efektif untuk mencapai sasaran penurunan tekanan darah.
Perubahan gaya hidup mungkin dapat mencegah, menghambat onset,
menurunkan tekanan darah dan perkembangannya, memperkuat efek obat-obatan
antihipertensi (dengan obat yang lebih sedikit dan dosis yang lebih rendah) dan
memberikan perbaikan secara sinergis terhadap faktor-faktor resiko, tekanan darah dan
fungsi vaskuler, struktur dan kesehatan. Pasien dengan tekanan darah normal tinggi

4
(tekanan darah 130-139/85-89 mm Hg) atau hipertensi Tahap 1 (BP 140-159/90- 99 mm
Hg) dan tidak menunjukkan faktor resiko, penyakit kardiovaskuler (kelompok resiko A)
harus diobati dengan perubahan gaya hidup hingga 12 bulan. Pasien yang sama pada
kelompok resiko B yang hanya memiliki satu faktor resiko (tidak termasuk diabetes) dan
tidak ada penyakit kardiovaskuler mesti diobati dengan perubahan gaya hidup hingga
selama enam bulan. jika tekanan darah tetap naik setelah enam bulan, maka terapi obat
antihipertensi mesti dimulai. Namun, banyak pasien hipertensi esensial cocok dengan
perubahan gaya hidup awal dan jangka panjang selama tekanan darah sering dievaluasi
dan, penyakit kardiovaskuler, atau faktor resiko yang signifikan tidak ada atau tidak
berkembang kemudian. Sebanyak 50% hingga 60% pasien hipertensi esensial mungkin
termasuk dalam kategori ini. Nutrisi, suplemen nutrasetikal, penurunan berat badan,
latihan fisik, penghentian penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol secara
bijaksana adalah terapi yang efektif untuk pasien ini dan merupakan terapi tambahan
yang sangat baik pada pasien yang sedang menggunakan obat-obatan antihipertensi.
Perubahan gaya hidup yang disebutkan di atas mesti selalu dilanjutkan setelah terapi obat
dimulai.

C. Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko yang penting dan sering ditemukan pada hipertensi adalah faktor
genetik. Riwayat positif keluarga pada orang tua menghasilkan peluang 25%-50% bagi
seorang anak untuk mengalami gangguan poligenik dan multifaktor yang dikenal dengan
hipertensi. Faktor resiko lainnya mencakup nutrisi yang tidak sehat, obesitas, alkohol,
asupan natrium yang tinggi, stress kronik dan akut, peningkatan asupan karbohidrat dan
gula, gava hidup, usia, etnis, jenis kelamin, penggunaan tembakau dan asupan kafein.
Stress oksidatif berperan besar dalam memulai dan memperlama hipertensi.

Meskipun ada perbedaan yang jelas antara arterioskierosis dengan aterosklerosis,


penelitian terbaru di bidang biologi vaskuler menunjukkan mekanisme yang sama dan
memberikan efek negatif terhadap pembuluh darah. Patogenesisnya menunjukkan
banyak tumpang-tindih, demikian juga dengan outcome struktural dan fungsional.
Diarahkan pada disfungsi endotel, disfungsi otot halus vaskuler, dan arteri yang tidak
normal dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan menjadi arteriosklerosis
dan aterosklerosis.

5
D. Pencegahan dengan Terapi Nutrasetikal

1. Omega-3 PUFA

Asam -linoleat(ALA), asam eicosapentaenoat (EPA) dan asam docosahexanoat (DHA)


merupakan anggota keluarga omega-3 PUFA yang paling utama. Asam lemak omega 3
ditemukan pada ikan air dingin (ikan haring, haddock, salmon Atlantik, trout, tuna, cod dan
mackerel), minyak ikan, rami, biji rami, dan kacang- kacangan. Omega-3 PUFA mampu
menurunkan tekanan darah menurut sejumlah uji klinis prospektif skala kecil dan
epidemiologis. Sebuah meta-analisis terhadap 31 studi tentang efek minyak ikan terhadap
tekanan darah menunjukkan resiko terkait dosis pada hipertensi serta hubungan dengan
penyakit konkomitan tertentu yang berkaitan dengan hipertensi. Dengan minyak ikan <4 g/hari,
tidak ditemukan perubahan tekanan darah pada subjek dengan hipertensi ringan. Dengan
minyak i~an 4 - 7 gram per hari, tekanan darah turun 1.6 mm Hg mejadi 2.9 mm Hg; dan
dengan minyak ikan di atas 15 gram per hari, tekanan darah turun 5.8 mm Hg menjadi 8.1 mm
Hg. Tidak ditemukan perubahan tekanan darah pada subjek normotensif. Namun, pada subjek
dengan penyakit aterosklerosis dan hipertensi, hiperlipidemia, dan penyakit jantung koroner,
tekanan darah turun sebagai berikut:

Tabel 5.1 Penurunan TD pada penderita hipertensi yang disebabkan


konsumsi minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA

Penyakit Dosis Minyak ikan g/hari Penurunan TD


(mm-Hg)
Hipertensi 5,6 2, 3-3,4
Hiperlipidemia 4,0 4,1
PJK 4,8 2,9-6,3

6
Tabel 5.1 tersaji penurunan tekanan darah pada beberapa kelainan yang disebabkan
konsumsi minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA. Pada penderita hipertensi
konsumsi minyak ikan 5,6 g perhari dapat menurunkan tekanan darah 2,3-3,4
mmHg. Menjadi permasalahan adalah bagaimana omega-3 PUFA tersebut dapat
menurunkan tekanan darah?. Beberapa penelitian tersaji pada Tabel 5.2 yang
menunjukkan mekanisme kerja tekanan darah.

Tabel 5.2 Mekanisme Kerja Omega-3 dan PUFA

 Merangsang nitrit oksid (NO) dan PG1 yang menyebabkan vasodilatasi


pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah
 Memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan tekanan darah melalui :
- kandungan fosfolipid otot skelet N-3
- keenceran membran, kandungan fosfolipid membran, dan mengatur
ekspresi gen
- protein dan oksidasi asam lemak di mitokondria hati dan otot skelet
- oksidasi mitokondria dan peroksimal di dalam otot skelet
- induksi gen termogenesis (mengurangi lemak tubuh) (meningkatkan
produksi panas), dan keseimbangan energi membaik
- penurunankan trigliserida, peningkatan uptake glukosa, dan penyimpanan
glikogen
- perbaikan toleransi glukosa

7
 Perbaikan fungsi jantung
 Penurunan norepinephrine plasma
 Perubahan in flux kalsium

2. Asam Lemak omega-6 (omega-6 FA)

Omega 6, termasuk asam linoleat (LA), asam -linoleat (GLA), di- -asam linoleat
(DGLA) dan asam arakidonat (AA) biasanya tidak banyak menurunkan tekanan
darah, namun dapat mencegah peningkatan tekanan darah yang diinduksi oleh lemak
jenuh. Asam lemak omega 6 ditemukan pada rami, biji rami, minyak biji rami, asam
linoleat terkonjugasi (CLA), m.inyak kanola, kacang-kacangan, minyak evening
primrose, minyak borage, dan minyak black currant. Rasio asam lemak omega 3
dengan asam lemak omega 6 yang ideal adalah antara 2:1 dengan 4:1, dan rasio
lemak tak jenuh dengan lemak jenuh (P/S) di atas 1:5 hingga 2A. Minyak sayur yang
mengalami hidrogeriasi dan hidrogenasi sebagian dengan asam lemak trans mesti
dihindari karena akan meningkatkan tekanan darah dan resiko penyakit jantung
koroner. Minyak sayur seperti ini juga memiliki konsentrasi asam lemak omega 4
dengan asam lemak omega 3 yang sangat kecil (bahkan tidak ada). GLA clan DGLA
akan meningkatkan sintesis prostaglandin vasodilatasi PGE1 dan PGI2 yang dapat
mencegah peningkatan tekanan darah oleh lemak-lemak jenuh. CLA juga
menghambat hipertensi yang diinduksi stress akibat meningkatnya PGE1, turunnya
aldosterone plasma, dan turunnya kepadatan dan afinitas angiotensin II receptor
adrenal. PGE1 dan PGI2 sama-sama, mengatur konduksi syaraf, fungsi mental, dan
pelepasan neurotransmitter serta aksi yang menormalisasi perubahan akibat stress di
dalam hypothalamus dan organ-organ endokrin pada pasien hipertensi yang
diberikan suplemen CIA. Konversi LA menjadi CIA dan DCLA memerlukan ko-
faktor seperti magnesium, potassium, zinc, kalsium, vitamin B6, dan -caroten,
vitamin C, niasin, selenium, dan natrium.

3. Asam Palmitoleat

Asam palmitoleat dapat mengurangi kejadian stroke pada orang yang rentan stroke
tanpa Perubahan tekanan darah. Hal ini mungkin terjadi akibat perbaikan metabolik
secara langsung pada otot halus vaskuler. Asupan lemak jenuh yang sangat rendah
pada populasi Asia berhubungan dengan peningkatan pendarahan intrakranial pada
8
wanita. Hal ini tidak tergantung kepada tekanan darah. Mungkin, sejumlah lemak
jenuh dan asam lemak omega 6 dari produk-produk susu dan daging merah sangat
esensial untuk keutuhan membran.

4. Serat

Pada uji klinis dengan berbagai jenis serat untuk menurunkan tekanan darah
diperoleh hasil yang tidak konsisten. Serat larut seperti, guar gum, guava, psyllium,
dan kulit gandum dapat menurunkan tekanan darah dan kebutuhan terhadap obat-
obatan antihipertensi pada subiek hipertensi, subjek diabetes, dan subjek hipertensi-
diabetes. Pada penelitian lain terlihat penurunan tekanan darah sampai 9.4 mm Hg
pada subjek hipertensi dengan menggunakan glukomanan serat. Pemberian kulit
gandum (-glucan) kepada pasien hipertensi mampu menurunkan tekanan darah 7.5
mm Hg/5.5 mm Hg. Dosis yang diperlukan untuk mencapai penurunan tekanan
darah ini adalah sekitar 60 gram bubur gandum (oatmeal) per hari, 40 gram kulit
gandum (berat kering) per hari, 3 gram -glucan per hari, atau 7 gram pysilium per
hari. Selain itu, serat larut dan serat tidak larut menurunkan TC, TC, IDI-C dan
meningkatkan HDL. Mekanisme penurunan tekanan darah terjadi melalui perbaikan
sensitivitas insulin, penurunan disfungsi endotelium, natriuresis, dan penurunan
volume intravaskuler, penurunan aktivitas sistem syaraf simpatetik, penurunan
OXLDL dan peringanan hipertrigliseridimia, hiperglikemia dengan disfungsi ereksi,
dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh makanan yang kaya lemak.

5. Bawang Putih

Pada uji klinis dengan menggunakan jenis dan dosis bawang putih yang benar
memperlihatkan penurunan tekanan darah secara konsisten pada pasien hipertensi.
Tidak seluruh sediaan bawang putih diproses dengan cara yang sama dan tidak
cocok dalam hal kekuatan antihepertensi. Selain itu, bawang Putih budidaya (Allium
sativum), bawang putih liar yang tidak dibudidaya (Allium urisinum) dan bawang
putih tua atau segar menunjukkan efek yang berbeda-beda. Mohamadi et al
menemukan bahwa bawang putih liar memberikan efek antihipertensi yang paling
besar Pada tikus putih. Efek ini mungkin diperantarai melalui penurunan kadar
Angiotensin II peningkatan NO, dan penurunan ROS dengan kandungan ailicin dan
senyawa lain yang lebih tinggi, Terjadi penurunan tekanan darah yang konsisten

9
sesuai dosis dengan penggunaan bawang putih. Penurunan tekanan darah ini
diperantarai melalui RAAS dan sistem NO. Alisin (suatu sediaan sintesis bahan
pokok bawang putih aktif) dapat menurunkan tekanan darah, insulin, dan TG
dengan tingkat sama dengan penurunan yang dihasilkan enalapril. Tabel 5.3 tersaji
putih dalam menurunkan tekanan darah.

Tabel 5.3 Mekanisme Kerja Bawang Putih


- ACEi (-Glutamil peptide, senyawa flavonol)
- Meningkatkan NO
- Menurunkan sensivitas terhadap NE
- Meningkatkan Adenosil
- Vasodilatasi dan penurunan SVR
- Menghambat metabolit asam arakidonat (TxA2)
- Penurunan kekuatan aorta
- Magnesium (Vasodilator Kalsium antagonis alami)
- Penurunan ROS

Diperlukan sekitar 10.000 mcg alisin per hari (jumlah ini terkandung pada empat

butir bawang putih, atau empat gram) untuk mendapatkan efek penurun tekanan
darah yang signifikan. Pada manusia, penurunan SBP rata-rata adalah 5-8 mm Hg.
Bawang putih mengandung banyak senyawa aktif yang dapat menjelaskan efek
antihipertensi yang dimiliki, di antaranya gammaglutamyl peptide (natural ACEI),
senyawa flavonol (natural ACEI), magnesium (vasodilator dan natural CCB),
fosfor, adenosin, allisin dan senyawa sulfur. Bawang putih mungkin merupakan
suatu ACEI dan kalsium antagonis alami yaing meningkatkan bradikinin dan
vasodilator yang menginduksi NO, menurunkan SVR dan tekanan darah, dan
memperbaiki aorta vaskuler

Jamur

Efek jamur terhadap tekanan darah pada manusia belum pernah diteliti. Namun,
pada hewan coba (SHR), jamur shitake dan maitake menurunkan tekanan darah

10
dan lipid serum.

Jamur shitake dan maitake rendah karbohidrat, tidak mengandung gula, nemun
mengandung zinc dan vitamin serta mineral yang tinggi dan dapat menurunkan
tekanan darah. Selain itu, cellulose menghasilkan serat dalam jumlah kecil

6. Ganggang Laut

Wakame (Undaria pinnatifida) merupakan ganggang laut yang paling populer


dan dapat dimakan di Jepang. Wakame memiliki aktivitas penurunan tekanan
darah yang sebanding dengan ACE Inhibitor seperti kaptopril. Pada manusia,
pemakaian 3.3 gram wakame kering selama empat minggu dapat menurunkan 14
+ 3 mm Hg tekanan darah sistolik dan menurunkan tekanan darah diastolik secara
signifikan (P
<0.01)

Menurut sebuah studi terhadap 62 pria paruh baya dengan hipertensi ringan
dan diberikan ganggang laut yang melepaskan beban potassium potassium
penukaran ion, dan penyerap sodium, ditemukan terjadi penurunan tekanan darah
secara signifikan dalam empat minggu dengan 12 hingga 24 gram ganggang laut
per hari.

Ekskresi natrium melalui air kemih berkurang, kalium urin naik dan rasio
ekskresi natrium/kalium melalui urin turun, hal ini menunjukkan kalai penurunan
tekanan darah tergantung pada penurunan absorpsi natrium oleh usus dan
peningkatan absorbs kalium yang dilepaskan dari sediaan ganggang laut.
Mekanisme penurunan tekanan darah dan stroke yang sama dilaporkan pada SHP
yang diberikan asam Alginat 10 % dalam bentuk serat ganggang laut

7. Nutrasetikal yang Memiliki aktivitas mirip ACE inhibitor

Banyak makanan lain yang menunjukkan aktivitas ACEI secara In Vitro,


namun perlu dilakukan lebih lanjut apakah makanan tersebut tetap aktif secara
ingesti

11
melalui mulut secara in vivo melalui studi-studi terhadap manusia. Aktivitas ACEI
didalam makanan dan nutrasetikal :
a. Susu asam menurunkan tekanan j. Saus ikan
darah
k. Hijika fusiformis dan ganggang
b. Kaselin
laut (Wakame)
c. Zein l. Bawang Putih

d. Gelatin m. Hawthone

e. Sake n. Pycnogenol

f. Susu asam o. Protein gandun hydrolis

g. Tulang sardine p. Asam Lemak omega 3

h. Tulang tuna

i. Banito Kering

8. Vitamin C

Vitamin C merupakan suatu antioksidan yang larut dalama air, dapat


memperbaíki disfungsi endotel, dan menyebabkan diuresis. Banyak studi
epidemiologi, observasi dan studi klinis menunjukkan bahwa asupan vitamin C
dalam makanan atau konsentrasi ascorbat di dalam plasma manusia berkorelasi
secara terbalik dengan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan denyut
jantung. Sejumlah studi menunjukkan penurunan tekanan darah yang cukup
seragam dengan pemberian vitamin C. Studi tindak lanjut epidemiologi dan
observasi jangka panjang pada manusía juga menunjukkan penurunan resiko PJK
dengan asupan vitamin C. Namun, uji intervensi terkontrol sedikit kurang konsisten
dan tidak konklusif dalam hal hubungan pemberian vitamin C dengan tekanan
darah. Banyak alasan yang menyebabkan bervariasinya hasil temuan ini, termasuk
tidak adanya kelompok kontrol, tidak adanya tekanan darah baseline, populasi
penelitian yang kecil, durasi percobaan yang pendek, perbedaan dosis vitamin C,

12
demografi dan populasi penelitian yang berbeda-beda, status vitamin C premorbid
yang tidak diketahui, atau tidak diketahuinya status antioksidan atau vitamin secara
umum sebelum terjadinya penyakit, penyakit konkomitan, faktor perancu seperti
merokok, alkohol, perubahan berat badan, serat, tidak dinyatakan atau tídak
dievaluasi, kadar asam askorbat di dalam plasma tidak diukur, nilai P dan interval
kepercayaan tidak dilaporkan,penggunaan teknik pengukuran tekanan darah yang
berbeda-beda (klinis atau kantor, rumah, Klinik 24 jam), dan terjadinya
polimorfisme dan bias pubtikasi. Tabel 5.4 menyajikan mekanisme kerja vitamin C
dalam menurunkan tekanan darah.

Tabel 5.4 Mekanisme keria vitamin C dalam menurunkan TD

 Menurunkan disfungsi ereksi dan memperbaiki kerusakan endotel


dan menurunkan tekanan darah dan pasien PJK dan perokok
 Diuresis

 Meningkatkan NO dan PGI2

 Menurunkan produksi steroid oleh adrenal

 Memperbaiki keseimbangan simpatovagal

 Menurunkan Ca cystosolik

 Antioksidan

 Mensiklus ulang Vitamin E, Clutathione, Asam Urea

 Menurunkan peptida neuroendokrin

 Menurunkan trombosis dan menurunkan TxA

 Menurunkan lipid (menurunkan TC, IDIL, TG, dan meningkatkan HDL)

 Menurunkan leukotrin

 Memperbaiki koiagen aorta, elastisitas dan kepatuhan aorta

Uji observasi, epidemiotogi, dan uji klinis prospektif menunjukkan peran vitamin

13
C dalam menurunkan tekanan darah pada subjek hipertensi dan serta subjek
dengan kategori penyakit lain. Diperkirakan terdapat hubungan terkaít dosis,
namun khasiat dosis *suprafisiologi' vitamin C dengan efek tekanan darah masih
harus diperkuat.

9. Vitamin E

Hubungan vitamin E dengan tekanan darah telah banyak diteliti secara in vitro
pada hewan (SHR) namun pada manusia, hubungan ini belum banyak diteliti. Alfa-
tocoferol dalam menghambat sekresi endothelin yang diinduksi oleh trombin
secara in vitro, setidaknya secara parsial melalui inhibisi protein kinase C (PKC).
Penurunan kadar PKC akan menurunkan proliferasi otot halus vaskuler (vascular
smooth muscle) melalui inhibisi protein-1 (AP-1) aktif dan nuclear factor kappa-B
(NFKB). Akhirnya, reaksi ini akan memperbaiki kerusakah endotel, menurunkan
tekanan darah pada hewan coba SVR.

10. Vitamin B-6 (Piridoksin)

Kadar vitamin B6 yang rendah di dalam serum berkaitan dengan hipertensi


pada tikus putih maupun manusia. Vitamin B6 merupakan suatu vitamin yang larut
di dalam air dan mudah dimetabolisme dan diekskresi. Ada enam vitamin B6,
narmun pyridoxal 5/ phosphate (PLP) adalah bentuk yang paling kuat dan aktif,
diproduksi melalui oksidasi hepatik yang cepat oleh pyridoxine phosphat oksídase
dari pyridoxine kinase dengan adanya zinc dan magnesium. Banyak enzim yang
tergantung PLP terlibat dijalur metabolik, termasuk metabolisme karbohidrat,
biosintesisdan degradasi spihingolipid, metabolism asam amino, biosintesis heme,
biosintesis hormon dan neurotransmitter seperti hormon sterold, hormon tiroid,
gamma amino butyric acid (GABA), histamin, norepinephrin (NE) dan serotonin.
Keterlibatan vitamin B6 dalam biosintesis neurotransmitter dan hormon, reaksi
asam amino dengan cystathionin sintase, dan kanal kalsium tipe L membran
menjelaskan banyaknya efek antihipertensi yang dimiliki vitamin B6. Vitamin B6
(PLP) terlibat dalam jalur metabolism homocystein menjadi cysteíne. Mekanisme

14
hipertensi yang diajukan pada hewan maupun manusía yang kekurangan vitamin
B6 adalah :

a. Sistem syaraf pusat, dan depiesi neurotransrnitter otak, seperti NE, serotonin,
dan GAMA; deplesi ini dapat meningkatkan aliran keluar simpatetik.
b. Peningkatan aktivitas SNS perifer

c. Peningkatan pengambilan kalsium VSMC dan menírigkatnya pelepasan


kalsium intrasel
d. Meningkatnya responsivitas organ akhir terhadap glukokortikoid
dan mineralokortikoid (aldosteron).
e. Meningkatnya kadar aldehid

f. Resistensi insulin.

Vitamin 86 memiliki efek antihipertensi yang sama dengan antihipertensi yang


bekerja sentral seperti klonidin, kalsium antagonis seperti amiodipin dan diuretika.
Perubahan sensitivitas insulin dan metabolisme karbohidrat dapat menurunkan
tekanan darah pada subjek hipertensi selektif yang mengalami sindrom resistensi
insulin metabolik. Asupan vitamin B6 secara kronik dengan 200 mg per hari aman
dan tidak menimbulkan efek negatif bahkan dosis hingga, 500 mg per hari.
11. Vitamín D

Penelitian epidemiologi, klinis, dan eksperimental menunjukkan hubungan


antara kadar 1,25 dihydroxycholecalciferoi (bentuk aktif vitamin D) di dalam
plasma dengan tekanan darah. Di antaranya adalah penurunan tekanan darah yang
diperantarai vitamin D pada penderita hipertensi. Meskipun mekanisme aksi
vitamin D terhadap tonus vaskuler dan tekanan darah belum benar-benar dipahami,
efek langsung terhadap membran sel dan efek tidak langsung terhadap transport
kalsium, metabolisme dan ekskresi telah ditemukan. Sulit untuk memisahkan efek
kalsium dari vitamin D terhadap tekanan darah pada manusia. Sejumlah studi telah
membuktikan hasil temuan adanya hubungan terbalik antara asupan kalsium dalam
makanan dengan tekanan darah. Hubungan ini berlaku untuk seluruh kelompok
usia, jenis kelamin, ras, dan kelompok sosioekonomi. Kadar kalsium ion yang

15
rendah didalam serum lazim ditentukan pada penderita hipertensi, renin-rendah,
dan sensitif terhadap garam dan menunjukkan peningkatan konsentrasi kalsium
intrasel di dalam platelet, limfosit, dan sel-sel tubulus proksimal ginjal. Vitamin D
mungkin memiliki peran independen dan langsung dalam mengatur tekanan darah
dan metabolisme insulin. Sebuah studi terhadap 34 pria paruh baya menunjukkan
bahwa kadar 1125 (OH2) D3 di dalam serum berkorelasi secara terbalik, dengan
tekanan darah (p < 0.02),VLDL, triglyceride (p < 0.005) dan dengan eksresi
trigliserida setelah uji toleransi lemak secara Intravena (p < 0.05). Kadar 25 (OH)2
D3 di dalam serum berkorelasi dengan insulin puasa (p <005) sensitivitas insulin
selama clamp (p < 0.001) dan aktifitas lipoprotein lipase didalam jaringan àdiposa
(p < 0.005), serta otot skelet (p < 0.03). Holdaway et al tidak menemukan
perbedaan kadar 25 (OH)2 D3 pada sekelompok subjek hipertensi vs normotensi.
Tromso Study menganalisis asupan kalsium dan vitamin pada 7,543 pria and 8,053
wanita dan menemukan penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik secara linier ketika asupan kalsium dalam makanan meningkat pada kedua
kelompok jenis kelamin (p < 0.05); namun, asupan vitamin D tidak menimbulkan
eiek yang bermakna terhadap tekanan darah.

12. Flavonoid

Lebih dari 4.000 senyawa flavonoid alam ditemukan dalam berbagai tanaman
seperti buah buahan, sayur, anggur merah, teh, kedele, dan licorice. Flavonoid
(flavonol, flavin, dan isofiavon) merupakan senyawa antioksidan yang
dapatmenetralkan radikal bebas yang kuat dan mengbambat peroksidasi lipid,
mencegah ateroskierosis, memperkuat relaksasi vaskuler, dan memiliki khasiat
antihipertensi. Selain itu, flavonoid menurunkan stroke dan memberikan efek
kardioprotektif yang dapat menurunkan PJK. Sejumiah flavonoid telah menjadi
subjek penelitian ilmiah secara ekstensif dan menunjukkan berbagai jenis efek
pelindung kardiovaskuler. Kedelai yang mengandung diadzein dan genistein dapat
menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, tekanan darah, dan menurunkan
trombosis menyeluruh dan trombosis koroner. Anggur merah mengandung
kuersetin yang menurunkan oksidasi LDL dan mengurangi agregasi platelet.

16
Blueberry (Vaccinium myrtillus) kaya akan antioksidan, menurunkan LDL
oksidasi, dan lebih kuat dari pada vitamin C sebagai suatu antioksidan. Akar
licorice (Glycyrrhiza glabra) merupakan suatu antioksidan, antiinfiamasi,
antiplatelet dan antivirus yang kuat, namun dapat menurunkan kadar kalium,
meningkatkan retensi natrium, dan meningkatkan tekanan darah akibat adanya aksi
mineralokortikoid ketika digunakan dalam dosis tinggi.

13. Likopen (Karotenold)

Lycopen adalah suatu antioksidan carotenoid non-provitamin A yang kuat dan


ditemukan di dalam tomat dan produk tomat, jambu biji, anggur merali, semangka,
aprikot, dan pepaya dalam konsentrasi tinggi. Lycopen menunjukkan efek penurunan
tekanan darah, lipid serum, dan penanda stress oksidatif. Paran et al mengevaluasi 30
subjek dengan hipertensi Stadium 1, usia 40-65 tahun, tidak sedang menggunakan
obat-obatan antihipertensi atau antilipid, dan diobati dengan ekstrak lycopen tornat
selama deiapan minggu. Tekanan darah sistolik turun dari 144 menjadi 135 mm Hg
(penurunan 9 mm Hg, P<0.01) dan tekanan darah diastolik turun dari 91 menjadi 84
mm Hg (penurunan 7 mm Hg, P < 0.01). Sebuah studi yang sama terhadap 35 orang
penderita hipertensi Stadium 1 menemukan hasil yang sama Untuk tekanan darah
sistolik, namun tidak untuk tekanan darah diastolik. Lipid serum mengalami perbaikan
yang berarti pada kedua studi, tanpa adanya perubahan homocystein serum.

14. Coenzim Q-10 (Ubiquinon)

Coenzim Q10 (CoQ10) merupakan suatu antioksidan larut dalam fase lipid
yang sangat kuat, scavenger radikal bebas, ko-faktor, dan koenzim dalam produksi
energi mitokondrial dan fosforillasi oksidatif yang menghasilkan vitamin E, C, dan

A, menghambat oksidasi LDL, fosfolipid membran, DNA, protein mitokondria, dan


lipid; menurunkan trigliserida; meningkatkan koiesterol HDL; memperbaiki
sensitivitas insulin; menurunkan kadar glukosa puasa, dan kadar glukosa
postprandial; menurunkan tekanan darah dan melindungi miokardium dari cedera
reperfusi iskemik. CoQ1O memperbaiki produksi energi oleh mitokondrial,

17
sehingga dapat memperbaiki infusi miokardium disertai fungsi diastolik, fungsi
ventrikel kiri, dan tegangan dinding ventrikel kiri yang membaik.
Kadar CoQ1O di dalam serum turun sesuai usia, dan lebih rendah pada
penderita yang ditandai oleh stress oksidatif seperti hipertensi, PJK, hiperlipidemia,
DM, ateroskierosis, dan subjek yang sering melakukan latihan aerobik, pasien yang
sedang menjalani total parenteral nutrition (TPN), penderita hipotiroidisme, dan
pasien yangg sedang menggunakan obat-obatan statin.
Ditemukan korelasi yang sangat tinggi antara kekurangan CoQ10 dengan
hipertensi. Sebagian besar makanan mengandungi CoQ10 yang sangat kecil,
terutama ditemukan pada daging dan makanan laut. Diperlukan suplemen untuk
mempertahankan kadar serum normal pada kondisi penyakit seperti ini dan pada
pasien yang sedang menggunakan obat-obatan statin untuk hiperlipidèmia. CoQ1O
memiliki efek antihipertensi yang signifikan clan konsisten pada pasien dengan
hipertensi esensial.
Kesimpulan utama dari uji in vitro, uji klinis terhadap hewan dan manusia,
menunjukkan hal-hal berikut :

a. Dibandingkan pasien normotensif, penderita hipertensi esensial memiliki angka


kejadian kekurangan CoQ10 yang tinggi, terlihat dengan kadar serum;
b. Dosis CoQ10 sebesar 120 hingga 225 mg per hari diperlukan untuk mencapai
kadar di atas 2 g/ml, tergantung metode pemberian makanan lemak yang
diberikan. Dosis CoQl0 biasanya adalah 1-2 mg/kg/hari. Suplemen CoQ10
yang paling bioavailable dan paling banyak diteliti adalah QGel. Penggunaan
sistem khusus ini membuat obat oral dalam dosis yang lebih kecil lebih mudah
diserap.
c. Pasien dengan kadar CoQ10 terendah didalam serum mungkin menunjukkan
respon anti hipertensi terhadap suplemen.
d. Penurunan tekanan darah rata-rata adalah sekitar 15/10 mm Hg menurut studi-
studi yang dilaporkan.

e. Diperlukan beberapa waktu agar efek anti hipertensi mencapai puncaknya,


biasanya dalam waktu empat minggu, kemudian tekanan darah tetap stabil.

18
Efek anti hipertensi akan hilang dalam waktu , dua minggu setelah CoQ10
dihentikan.
f. sekitar 50% pasien yang menggunakan obat-obatan anti hipertesi bisa
menghentikan antara satu hingga tiga obat. Dosis total dan frekuensi pemberian
dapat dikurangi.
g. CoQ10 dàlam dosis tinggi tidak menimbulkan efek akut atau efek kronik.

15. N-Asetilsistein

N-Asetilsisten (NAC) merupakan salah satu sumber kelompok sulfhidril,


adalah suatu senyawa yang kuat dan antioksidan yang dapat menangkap radikal
oxygen species (ROS) dan meningkatkan sintesis glutathion intrasel dengan
berikatan pada aldehid endogen, sehingga produksinya berkurang dan ekskresi ke
senyawa-senyawa non-toksik menjadi naik. N-asetil sistein juga meningkatkan
produksi nitrit yang diinduksi interleukin 1-B (IL-1B) dengan meningkatkan
transkripsi (Nitric Oxide synthase - messenger RNA) dan ekspresi protein,
sehingga kadar NO naik, Efek anti hipertensi NAC ini ditemukan pada hewan coba
SHR, namun belum ada studi hipertensi pada manusia yang dipublikasikan hingga
saat ini. NAC dapat memperbaiki kanal kalsium tipe L di dalam membran sel yang
menurunkan kalsium sitosol, dan BP melalui aldehid yang mengíkat N-asetilsistein
dengan dosis 600 g per hari. Dosis ini dapat memperbaiki kecepatan aliran darah
kapiler pada perokok karena efek antioksidan yang diberikan dapat memperbaiki
kadar glutathione, menurunkan ROS, meningkatkan NO, menurunkan peroxynitrat
dan memperbaiki endotel.

16. L-Carnitin

L-canritin merupakan suatu unsur nitrogen otot yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak pada hewan mamalia. Studi klinis dan eksperimental menunjukkan
manfaat terapi yang signifikan dari L-carnitin dan derivatnya, yakni propionyl L-
carnitin (PLC), dalam pengobatan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung

19
iskemik, IM akut, aritmia, penyakit vaskuler perifer disertai dislipidemia.

17. seledri

Sejumlah studi pada hewan menunjukkan penurunan tekanan darah secara


signifikan dengan menggunakan suatu komponen minyak selederí, 3-N-butyl
phthalid. Pada penelitian lain ditemukan suatu hubungan dosis respon pada
tekanan darah sistolik dengan penurunan Hg sebesar 24 mmHg (14%) (p < 0.05)
pada hewan model tikus putih Sprague-Dawiey yang mengalami hiperten
Penurunan yang signifikan untuk norepinephrin, epinephrin dan dopamin di dalam
plasma juga sangat tergantung kepada dosis.
Selederi, ekstrak selederi, dan minyak selederi mengandung epigenin, yang
dapat melentur otot polos vaskuler. Komponen ini mirip dengan kalsium antagonis
dalam menurunkan tekanan darah dan menghambat tirosin hidroksilase. Tirosin
hidroksilase dapat menurunkan kadar katekolamin plasma dan menurunan SVR
serta tekanan darah. Dengan mengkonsumsi empat batang seledri per hari, delapan
sendok teh sari seledri tiga kali sehari, atau bentuk ekstrak yang ekuivalen biji
selederi (1.000 mg dua kali sebari), atau minyak selederi (separuh hingga satu
sendok teh tiga kali sehari dalam bentuk larutan alkohol), maka penderita
hipertensi esensial akan merasakan efek anti hipertensi yang sama. Menurut sebuah
studi di Cina terhadap 16 subjek anti hipertensi, menunjukkan penurunan tekanan
darah yang signifikan. Selederi juga memiliki efek diuretik yang dapat menurunkan
tekanan darah. Selain itu, selederi telah digunakan untuk mengobati gagal jantung
koroner, retensi cairan, anksietas, insomnia, encok, dan diabetes.

18. Chlorella

Sebuah studi terhadap 24 pasien hipertensi yang diberikan 10 gram tablet


chlorella dan 100 ekstrak chlorella per hari tidak menunjukkan perubahan tekanan
darah rata-rata yang berarti. Namun sebuah kelompok kecil yang terdiri dari enam
pasien menunjukkan penurunan tekanan darah diastolik dari 96.5 mm Hg menjadi
< 90 mm Hg. Efek terhadap endotel atau penggantian K+, Mg+ + , Ca + + dan

20
serat mungkin menjelaskan efek antihipertensi ini.

19. Buah Jambu Biji

Shigh et al melakukan evaluasi terhadap 72 penderita hipertensi esensial


yang diobati dengan buah Jambu biji 0.5 - 1.0 kg per hari selama empat kali
seminggu dalam sebuah percobaan random, single blind, dan kontrol plasebo.
Pasien yang diberi buah jambu biji menunjukkan penurunan tekanan darah rata-rata
sebesar 7.5/8.5 rnm Hg (p < 0.05). Efek penurunan tekanan darah ini dapat
dijelaskan tingginya kandungan serat larut dan potassium.

E. Produk dengan Potensi Membahayakan

1. Kafein

Menjadi bahan utama dalam minuman stimulan, kafein ditemukan dalam kopi, teh,
soda, dan banyak minuman energi. Secara akut, kafein dapat meningkatkan tekanan darah
pada pengguna kafein yang tidak higienis , sedangkan sedikit atau tidak ada efek yang
terlihat pada peminum kopi kebiasaan Peminum kopi kronis yang memiliki hipertensi
mungkin tidak perlu mengubah kebiasaan mereka berdasarkan data yang tersedia. Namun
demikian, ini berpotensi berbahaya bagi peminum kopi yang tidak teratur.

Ada bukti bahwa bahan lain selain kafein mungkin bertanggung jawab atas efek
stimulasi kopi pada tekanan darah. Peningkatan tekanan darah diamati pada peminum
kopi tanpa kafein . Penggunaan kafein saja tidak memberikan tekanan darah tinggi pada
sukarelawan sehat dalam sebuah penelitian .

2. Licorice

Licorice telah lama digunakan sebagai zat penyedap dalam mengunyah tembakau,
permen, rempah-rempah, dan sebagai produk medis di beberapa gangguan pencernaan dan
pernapasan bagian atas. Ini mengandung asam glycyrrhetinic yang menghambat 11-beta-

21
hydroxysteroid dehydrogenase enzim tipe 2 isoform, memungkinkan kortisol untuk
berikatan dengan reseptor mineralokortikoid menciptakan status kelebihan
mineralokortikoid dan kemudian meningkatkan tekanan darah. Penggunaan licorice
berpotensi berbahaya pada individu hipertensi .

F. Pola Diet Utuh

1. Diet DASH
Diet DASH adalah diet kaya buah-buahan dan sayuran (4-5 porsi / hari) dan produk
susu rendah lemak (2-3 porsi / hari) dan mencakup biji-bijian, unggas, ikan, dan kacang-
kacangan. Diet ini kaya akan kalium, magnesium, kalsium, serat makanan, dan protein dan
telah mengurangi lemak (total dan jenuh) dan kolesterol (<25%), daging merah, permen,
dan minuman yang mengandung gula.

Dua uji klinis terkontrol menetapkan kemanjurannya dalam menurunkan tekanan


darah Uji coba DASH awal [ 155] mendaftarkan 459 peserta yang tidak diobati dengan
prehipertensi dan hipertensi tahap I dan secara acak menugaskan mereka ke salah satu dari
3 kelompok (1) kelompok kontrol yang mengkonsumsi makanan khas AS yang rendah
dalam buah-buahan, sayuran, dan produk susu dan memiliki kandungan lemak tinggi, (2)
diet kaya buah-buahan dan sayuran, atau (3) asupan natrium diet DASH dan berat badan
tetap konstan selama periode studi delapan minggu. Dibandingkan dengan kelompok
kontrol, tekanan darah menurun masing-masing sebesar 5,5 / 3,0 mmHg dan 2,8 / 1,1
mmHg dalam diet DASH dan diet buah-dan-sayuran. Pengurangan ini lebih tinggi di
antara subset hipertensi pada 11,4 / 5,5 mmHg dibandingkan dengan 3,5 / 2,1 mmHg
untuk mereka yang tidak hipertensi yang mengkonsumsi diet DASH. Selain itu, penurunan
tekanan darah dimulai dalam waktu dua minggu dan dipertahankan selama enam minggu
ke depan.

Uji coba DASH-sodium adalah uji coba crossover di mana 412 subjek diacak untuk diet
kontrol atau diet DASH dan 3 level asupan natrium (rendah: 1,2 g / hari, sedang: 2,3 g /
hari, dan tinggi: 3,5 g / hari) di masing-masing lengan diet selama empat minggu. Peserta

22
memiliki SBP antara 120 hingga 159 mmHg dan DBP antara 80 hingga 95 mmHg. Mirip
dengan penelitian sebelumnya, diet DASH secara signifikan menurunkan tekanan darah
terlepas dari asupan natrium. Dengan setiap diet, mengurangi asupan natrium secara
signifikan menurunkan tekanan darah, dan efek ini bertahan di antara mereka dengan dan
tanpa hipertensi, serta di berbagai ras dan jenis kelamin. Kombinasi diet DASH dan
asupan natrium rendah memiliki dampak terbesar, mengurangi SBP sebesar 11,5 / 5,7
mmHg dan 7,1 / 3,1 mmHg di antara penderita hipertensi dan mereka yang tidak
hipertensi. dibandingkan dengan diet kontrol dan asupan natrium tinggi. Tingkat
pengurangan di antara hipertensi sebanding dengan yang diperoleh dengan monoterapi
obat.
Orang Afrika-Amerika dengan hipertensi memperoleh manfaat paling besar dari efek
penurun tekanan darah dari diet DASH [ 156 ], namun mereka mungkin lebih kecil
kemungkinannya untuk mengikuti diet. Selanjutnya, peningkatan tekanan darah dengan
penuaan dapat dikurangi dengan mengadopsi diet DASH dengan pembatasan natrium
Manfaat potensial lain dari diet DASH termasuk pengurangan morbiditas kardiovaskular
mortalitas, kejadian CH, dan faktor risiko kardiovaskular serta pencegahan diabetes tipe 2
DASH dan diet rendah sodium telah disahkan oleh organisasi profesional termasuk AHA ,
JNC, American Association of Clinical Endocrinologists , dan Canadian Hypertension
Education Program untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi.

Hambatan untuk kepatuhan dengan diet DASH termasuk biaya, ketersediaan,


aksesibilitas, kurangnya informasi, dan preferensi diet budaya. Departemen Kesehatan dan
Layanan Kemanusiaan AS menerbitkan buku panduan, Panduan Anda untuk Menurunkan
Tekanan Darah Anda dengan DASH , yang merupakan sumber yang bagus untuk
memandu pasien dalam menyiapkan makanan sesuai dengan diet DASH.
Percobaan PREMIER mempelajari 810 orang dewasa dengan SBP mulai dari 120 hingga
159 mmHg dan DBP 80 hingga 95 mmHg. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok intervensi:
saran satu kali, intervensi perilaku "didirikan" berdasarkan rekomendasi yang ditetapkan,
dan "didirikan plus DASH." Makanan disiapkan oleh peserta dan mereka ditindaklanjuti
dengan wawancara telepon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan
kelompok yang hanya menerima saran, 2 kelompok dengan intervensi perilaku memiliki

23
penurunan yang signifikan dalam prevalensi hipertensi dan persentase yang lebih tinggi
dari tekanan darah optimal pada follow-up 6 bulan. Namun, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik di antara mereka.

2. Diet vegetarian

Pengamatan awal menggambarkan tekanan darah lebih rendah pada vegetarian


dibandingkan dengan pasien yang melakukan diet teratur. Tampaknya asupan natrium
dalam diet vegetarian tidak berkontribusi signifikan terhadap perubahan tekanan darah .
Studi terbaru juga menunjukkan bahwa vegan memang memiliki SBP dan DBP yang lebih
rendah dan lebih kecil kemungkinannya untuk menggunakan obat antihipertensi. Dalam
sebuah penelitian, untuk vegan, rasio odds hipertensi dibandingkan dengan omnivora
adalah 0,37 (95% CI, 0,19 hingga 0,74) Pola makan vegetarian dengan peningkatan
asupan buah dan sayuran, margarin nabati tak jenuh ganda, dan minyak, serat, kalsium,
dan magnesium dan penurunan asupan protein pada pasien hipertensi ringan yang tidak
diobati menghasilkan penurunan 5 mmHg dalam SBP. Diet ini meningkatkan tekanan
darah tanpa perubahan ekskresi natrium atau kalium urin atau berat bad Rouse dan
rekannya melibatkan 59 pasien normotensif sehat dalam penelitian terkontrol acak di mana
mereka diacak ke kelompok kontrol (diet omnivora) dan salah satu dari 2 kelompok
eksperimental (diet omnivora dan / atau lacto-ovo-vegetarian). Rata-rata SBP turun 5
hingga 6 mmHg dan DBP turun 2 hingga 3 mmHg dalam kelompok pada diet vegetarian
setelah penyesuaian usia, obesitas, detak jantung, perubahan berat badan, dan tekanan
darah sebelum perubahan diet. Tekanan darah meningkat secara substansial pada subjek
yang kembali ke diet omnivora .

Tampaknya diet vegetarian dapat mengurangi tekanan darah dengan beberapa faktor:
peningkatan sayuran, asupan serat dan buah, protein rendah, dan sebagainya.

G. Senyawa bahan alám yang digolongkan sebagaí antihipertensi

Senyawa alamiah yang terkandung di dalam makanan, suplemen nutrasetikal

24
tertentu, vitamin, antioksidan, atau mineral dapat memiliki aktivitas antihipertensi yang
bekerja dengan cara yang sama dengan kelas antihipertensi tertentu. Meskipun
kekuatan senyawa alami ini mungkin lebih rendah dari obat antihipertensi, jika
digunakan secara bersamaan dengan nutrien dan nutrasetikal lainnya, maka efek
antihipertensinya akan lebih besar. Selain itu, banyak nutrien dan zat gizi ini yang
menunjukkan mekanisme aksi yang bervariasi, aditif, dan sinergis dalam menurunkan
tekanan darah.
Karakteristik antihipertensi yang ideal adalah sebagai berikut :

a. Berkhasiat sebagai monoterapi pada lebih dari 50% pasien

b. Pengendalian tekanan darah dalam melakukan seluruh kegiatan selama 24 jam

c. Dosis sekali seharí dengan rasio puncak yang tinggi

d. Efektif dan logis secara hemodinamik: menurunkan tekanan darah, memperbaiki


kepatuhan arteri, memelihara CO, dan mempertahankan perfusi terhadap seluruh
organ vital.
e. Tidak memiliki toleransi atau psedo-toleransi: tidak ada retensi volume refleks
atau stimulasi mekanisme neurohumoral;
f. Efek biokimia yang menguntungkan, efek metabolik positif, dan profil faktor
resiko
g. Mengubah hipertrofi struktural, otot halus vaskuler dan hipertrofi kardiak;
memperbaiki sistolik Dan diastolik serta kontraktilitas dan fungsi ventrikel kiri;
menurunkan ektopi ventrikel.
h. Mengurangi seluruh, kerusakan organ akhir: kardiak, serebrovaskuler, ginjal,
retina, arteri besar;
i. Memelihara respon hemodínamik normal terhadap latihan aerobik dan anaerobic

j. Kejadian efek samping rendah, kualitas hidup baik

k. Kepatuhan terhadap regimen obat baik

Tidak ada gejala putus obat dan perpanjangan control tekanan darah akibat
kehilangan dosis karena waktu paruh obat lama. Beberapa senyawa alam memiliki
aktivitas anthipertensi yang mirip dengan anthipertensi standar antara lain :

25
1. Bahan alam atu nutrasetikal yang bekerja sebagai diuretika

- Berry - Mg
- Vitamin B-6 - Ca
- Taurin - Protein
- Seledri - Serat
- Vitamin C - Co-enzim Q 10
- K - L-Carnitine

2. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai -bloker adalah berry

3. Nutrien atau nutrasetikal yang bekerja sebagai kalsium antagonis

a. Asam -lipoat (ALA) f. N-Acetilsisten (NAC)


b. Magnesium (Mg) g. Howthorne
c. Vitamin B-6 (Pyridoxine) h. Seledri
d. Vitamin C i. Asam Lemak Omega 3 (EPA +
e. Vitamin E (Menaikkan Mg DHA)
dan Menurunkan Ca) j. Calcium
k. Bawang Putih
4. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai ACE inhibitor

1. Bawang putih 11. Geletin


2. Ganggang laut (Wakame) 12. Sake
3. Protein / otot tuna 13. Asam lemak esensial (asam lemak
4. Protein / otot sarden omega 3)
5. Howtorne Berry 14. Kuning telur ayam
6. Ikan Bonito (kering) 15. Zein
7. Pycogenol 16. Ikan asin kering
8. Kasein 17. Saus ikan
9. Protein gandum hydrolis 18. Zinc
10. Susu Asam 19. Isolat basil gandum hidrolis

26
5. Nutrasetikal yang bekerja sebagai ARB (Angiotensin II Reseptor Bloker)

1. Potassium (K) 5. Vitamin B-6 (Pyrodixine)


2. Serat 6. Ko-enzim Q-10
3. Bawang putih 7. Seledri
4. Vitamin C 8. Gamma Linolenic Acid (GLA) dan DGLA
6. Nutrasetikal yang bekerja sebagai agonis  yang bekerja sentral

1. Taurine 7. Vitamin C
2. K 8. Vitamin B-6
3. Zinc 9. Ko-enzim Q-10
4. Pembatasan Na 10. Seledri
5. Protein 11. GLA/DGLA
6. Serat 12. Bawang Putih

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Modifikasi diet memiliki peran terapi penting dalam kontrol tekanan darah.
Bukti kuat mendukung rekomendasi diet yang mengandung kalium tinggi, alkohol

27
sedang, dan asupan serat tinggi. Secara keseluruhan, pola makan DASH kaya akan
buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak, biji-bijian, kacang-kacangan, dan
ikan dengan pengurangan jumlah daging merah, lemak, makanan dan minuman yang
dimaniskan dengan gula, dan / atau diet vegetarian, yang juga tinggi sayuran dan
buah-buahan dan rendah protein hewani harus dipertimbangkan. Penggunaan
suplemen farmakologis untuk mencapai tujuan diet ini tidak disarankan. Pembatasan
natrium sangat direkomendasikan oleh organisasi profesional, namun, ini perlu
ditafsirkan dan disesuaikan secara individual mengingat bukti efek berbahaya
potensial yang terkait dan kemanjurannya yang tidak merata di berbagai populasi
pasien. Rekomendasi ini tidak cukup pasti dalam hal peningkatan asupan kalsium,
magnesium, minyak ikan, dan bawang putih. Peminum kopi yang tidak teratur dan
konsumen licorice menghadapi kemungkinan mendorong hipertensi; dengan
demikian, kebiasaan ini perlu dihindari pada pasien yang berisiko.

Rekomendasi nutrisi yang telah terbukti terbukti membantu dalam


mengurangi tekanan darah dan dengan demikian komplikasi yang berhubungan
dengan hipertensi dan kematian secara keseluruhan. Namun, mengingat heterogenitas
dalam faktor risiko, fitur pasien, dan patogenesis hipertensi, pendekatan tersebut
harus disesuaikan secara individual dan dibahas secara rinci antara pasien dan dokter
dan / atau ahli gizi mereka, berdasarkan pemahaman karakteristik penyakit yang
berbeda pada setiap pasien.

Pentingnya modifikasi diet dalam manajemen hipertensi telah dipelajari secara


substansial selama beberapa dekade terakhir dengan temuan yang menggembirakan.
Studi tambahan diperlukan untuk mengeksplorasi lebih lanjut peran faktor-faktor
nutrisi ini dalam mencegah dan mengobati kondisi ini pada populasi khusus.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. Laporan ketujuh komite nasional gabungan
tentang pencegahan, deteksi, evaluasi, dan pengobatan tekanan darah tinggi. Hipertensi
. 2003; 42 (6): 1206–1252. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
2. Statistik Kesehatan Dunia. 2012,
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/EN_WHS2012_Full.pdf .
3. Adrogue HJ, Madias NE. Natrium dan kalium dalam patogenesis hipertensi. Jurnal
Kedokteran New England . 2007; 356 (19): 1966–1978. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]

29
4. Rose G, Stamler J, Stamler R, et al. Intersalt: studi internasional tentang ekskresi
elektrolit dan tekanan darah. Hasil untuk ekskresi natrium dan kalium urin 24 jam. Jurnal
Medis Inggris . 1988; 297 (6644): 319–328. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] [ Google
Cendekia ]
5. Kawasaki T, Delea CS, Bartter FC, Smith H. Pengaruh asupan natrium tinggi dan
natrium rendah pada tekanan darah dan variabel terkait lainnya pada subjek manusia
dengan hipertensi idiopatik. American Journal of Medicine . 1978; 64 (2): 193–198.
[ PubMed ] [ Google Cendekia ]
6. Koolen MI, Bussemaker-Verduyn Den Boer E, Van Brummelen P. Klinis biokimiawi dan
hemodinamik berkorelasi dengan sensitivitas natrium pada hipertensi esensial. Jurnal
Hipertensi . 1983; 1 (2): 21–23. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
7. Luft FC, Grim CE, Willis LR, Higgins JT, Jr., Weinberger MH. Respon Natriuretik
terhadap infus saline pada pria normotensif dan hipertensi. Peran penekanan renin
dalam natriuresis berlebihan. Sirkulasi . 1977; 55 (5): 779–784. [ PubMed ] [ Google
Cendekia ]
8. Sullivan JM, Ratts TE. Sensitivitas natrium pada subjek manusia. Korelasi hemodinamik
dan hormonal. Hipertensi . 1988; 11 (6): 717-723. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
9. Weinberger MH. Sensitivitas garam terhadap tekanan darah pada manusia. Hipertensi .
1996; 27 (3): 481–490. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
10. Lindheimer MD, Lalone RC, Levinsky NG. Bukti bahwa peningkatan akut pada filtrasi
glomerulus memiliki sedikit efek pada ekskresi natrium pada anjing kecuali volume
ekstraseluler diperluas. Jurnal Investigasi Klinis . 1967; 46 (2): 256–265. [ Artikel gratis
PMC ] [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
11. Luft FC, Miller JZ, Grim CE, dkk. Sensitivitas garam dan resistensi tekanan darah. Umur
dan ras sebagai faktor dalam respons fisiologis. Hipertensi . 1991; 17 (1, suplemen):
I102 – I108. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
12. Rodriguez BL, Labarthe DR, Huang B, Lopez-Gomez J. Naiknya tekanan darah seiring
bertambahnya usia: bukti baru perbedaan populasi. Hipertensi . 1994; 24 (6): 779-785.
[ PubMed ] [ Google Cendekia ]
13. Sechi LA. Mekanisme resistensi insulin pada tikus model hipertensi dan hubungannya
dengan sensitivitas garam. Jurnal Hipertensi . 1999; 17 (9): 1229-1237. [ PubMed ]
[ Google Cendekia ]
14. Ferri C, Bellini C, Desideri G, dkk. Pengelompokan penanda endotel dari kerusakan
vaskular pada hipertensi yang sensitif terhadap garam manusia: pengaruh beban
natrium dan penipisan makanan. Hipertensi . 1998; 32 (5): 862–868. [ PubMed ]
[ Google Cendekia ]
15. Bigazzi R, Bianchi S, Baldari D, Sgherri G, Baldari G, Campese VM. Mikroalbuminuria
pada pasien yang sensitif terhadap garam: penanda untuk faktor risiko ginjal dan
kardiovaskular. Hipertensi . 1994; 23 (2): 195–199. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
16. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3649175/

30

Anda mungkin juga menyukai