DISUSUN OLEH:
Khaerunnisa 17334010
Jakarta
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
membahas tentang terapi untuk hipertensi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
matakuliah Nutrasetikal yaitu Ana Yulyana,S. Farm, M.Farm, Apt yang telah memberikan
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.Kami
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
Daftar Pustaka............................................................................................................ 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambar 1.1 Konsep Nutrisetikal berasal dari nutrisi dan farmasetikal yang dikemukakan
oleh Stephen Deflice tahun 1989
1
Konsep nutrisetikal bukanlah suatu yang baru. Meskipun telah berkembang
selama bebrapa tahun. Diawal tahun 1900an, pabrik makanan Amerika Serikat mulai
menambahkan yodium ke garam sebagai upaya untuk mencegah gondok (pelebaran
kelenjar teroid), sebagai salah satu upaya untuk mencimpatakan komponen fungsional
melalui fortifikasi. Saat ini, para peneliti telah menemukan ratusan nyawa yang
memiliki kualitas fungsional, dan mereka terus menciptakan temuan – temuan baru
seputar manfaat fitokimia (zat kimia tanaman non – nutritive yang memiliki khasiat
perlindungan atau khasiat pencegah penyakit ) didalam makanan.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa definisi dari nutrasetikal?
2. Apa patofisiologi hipertensi?
3. Apa faktor resiko hipertensi?
4. Pencegahan dengan terapi nutrasetikal?
5. Bahan alam yang digolongkan sebagai antihipertensi?
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi dari nutrasetikal.
2. Mengetahui patofisologi hipertensi.
3. Mengetahui faktor dan resiko hipertensi.
2
4. Mengetahui pencengahan dengan terapi nutrasetikal.
5. Mengetahui bahan alam yang digolongkan sebagai antihipertensi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Komplikasi morbiditas
dan mortalitas yang menyertainya memiliki dampak besar pada kualitas hidup dan
kelangsungan hidup pasien. Mengoptimalkan kontrol tekanan darah telah terbukti
meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan. Selain terapi farmakologis, pendekatan
nonfarmakologis seperti modifikasi diet memainkan peran penting dalam mengendalikan
tekanan darah. Banyak komponen makanan seperti natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium telah dipelajari secara substansial dalam beberapa dekade terakhir. Sementara
beberapa nutrisi ini memiliki bukti yang jelas untuk rekomendasinya, beberapa tetap
kontroversial dan masih dalam studi berkelanjutan. Modifikasi diet sering dibahas dengan
pasien dan dapat memberikan manfaat besar dalam pengaturan tekanan darah. Dengan
demikian, meninjau bukti saat ini akan sangat berguna dalam membimbing pasien dan
dokter mereka dan / atau ahli gizi dalam pengambilan keputusan. Dalam artikel ulasan
faktor gizi dalam manajemen hipertensi ini, kami bertujuan untuk menguji peran faktor gizi
secara individual dan sebagai komponen dari pola diet keseluruhan.
B. Patofisiologi Hipertensi
4
(tekanan darah 130-139/85-89 mm Hg) atau hipertensi Tahap 1 (BP 140-159/90- 99 mm
Hg) dan tidak menunjukkan faktor resiko, penyakit kardiovaskuler (kelompok resiko A)
harus diobati dengan perubahan gaya hidup hingga 12 bulan. Pasien yang sama pada
kelompok resiko B yang hanya memiliki satu faktor resiko (tidak termasuk diabetes) dan
tidak ada penyakit kardiovaskuler mesti diobati dengan perubahan gaya hidup hingga
selama enam bulan. jika tekanan darah tetap naik setelah enam bulan, maka terapi obat
antihipertensi mesti dimulai. Namun, banyak pasien hipertensi esensial cocok dengan
perubahan gaya hidup awal dan jangka panjang selama tekanan darah sering dievaluasi
dan, penyakit kardiovaskuler, atau faktor resiko yang signifikan tidak ada atau tidak
berkembang kemudian. Sebanyak 50% hingga 60% pasien hipertensi esensial mungkin
termasuk dalam kategori ini. Nutrisi, suplemen nutrasetikal, penurunan berat badan,
latihan fisik, penghentian penggunaan tembakau, dan penggunaan alkohol secara
bijaksana adalah terapi yang efektif untuk pasien ini dan merupakan terapi tambahan
yang sangat baik pada pasien yang sedang menggunakan obat-obatan antihipertensi.
Perubahan gaya hidup yang disebutkan di atas mesti selalu dilanjutkan setelah terapi obat
dimulai.
Faktor resiko yang penting dan sering ditemukan pada hipertensi adalah faktor
genetik. Riwayat positif keluarga pada orang tua menghasilkan peluang 25%-50% bagi
seorang anak untuk mengalami gangguan poligenik dan multifaktor yang dikenal dengan
hipertensi. Faktor resiko lainnya mencakup nutrisi yang tidak sehat, obesitas, alkohol,
asupan natrium yang tinggi, stress kronik dan akut, peningkatan asupan karbohidrat dan
gula, gava hidup, usia, etnis, jenis kelamin, penggunaan tembakau dan asupan kafein.
Stress oksidatif berperan besar dalam memulai dan memperlama hipertensi.
5
D. Pencegahan dengan Terapi Nutrasetikal
1. Omega-3 PUFA
6
Tabel 5.1 tersaji penurunan tekanan darah pada beberapa kelainan yang disebabkan
konsumsi minyak ikan yang mengandung omega-3 PUFA. Pada penderita hipertensi
konsumsi minyak ikan 5,6 g perhari dapat menurunkan tekanan darah 2,3-3,4
mmHg. Menjadi permasalahan adalah bagaimana omega-3 PUFA tersebut dapat
menurunkan tekanan darah?. Beberapa penelitian tersaji pada Tabel 5.2 yang
menunjukkan mekanisme kerja tekanan darah.
7
Perbaikan fungsi jantung
Penurunan norepinephrine plasma
Perubahan in flux kalsium
Omega 6, termasuk asam linoleat (LA), asam -linoleat (GLA), di- -asam linoleat
(DGLA) dan asam arakidonat (AA) biasanya tidak banyak menurunkan tekanan
darah, namun dapat mencegah peningkatan tekanan darah yang diinduksi oleh lemak
jenuh. Asam lemak omega 6 ditemukan pada rami, biji rami, minyak biji rami, asam
linoleat terkonjugasi (CLA), m.inyak kanola, kacang-kacangan, minyak evening
primrose, minyak borage, dan minyak black currant. Rasio asam lemak omega 3
dengan asam lemak omega 6 yang ideal adalah antara 2:1 dengan 4:1, dan rasio
lemak tak jenuh dengan lemak jenuh (P/S) di atas 1:5 hingga 2A. Minyak sayur yang
mengalami hidrogeriasi dan hidrogenasi sebagian dengan asam lemak trans mesti
dihindari karena akan meningkatkan tekanan darah dan resiko penyakit jantung
koroner. Minyak sayur seperti ini juga memiliki konsentrasi asam lemak omega 4
dengan asam lemak omega 3 yang sangat kecil (bahkan tidak ada). GLA clan DGLA
akan meningkatkan sintesis prostaglandin vasodilatasi PGE1 dan PGI2 yang dapat
mencegah peningkatan tekanan darah oleh lemak-lemak jenuh. CLA juga
menghambat hipertensi yang diinduksi stress akibat meningkatnya PGE1, turunnya
aldosterone plasma, dan turunnya kepadatan dan afinitas angiotensin II receptor
adrenal. PGE1 dan PGI2 sama-sama, mengatur konduksi syaraf, fungsi mental, dan
pelepasan neurotransmitter serta aksi yang menormalisasi perubahan akibat stress di
dalam hypothalamus dan organ-organ endokrin pada pasien hipertensi yang
diberikan suplemen CIA. Konversi LA menjadi CIA dan DCLA memerlukan ko-
faktor seperti magnesium, potassium, zinc, kalsium, vitamin B6, dan -caroten,
vitamin C, niasin, selenium, dan natrium.
3. Asam Palmitoleat
Asam palmitoleat dapat mengurangi kejadian stroke pada orang yang rentan stroke
tanpa Perubahan tekanan darah. Hal ini mungkin terjadi akibat perbaikan metabolik
secara langsung pada otot halus vaskuler. Asupan lemak jenuh yang sangat rendah
pada populasi Asia berhubungan dengan peningkatan pendarahan intrakranial pada
8
wanita. Hal ini tidak tergantung kepada tekanan darah. Mungkin, sejumlah lemak
jenuh dan asam lemak omega 6 dari produk-produk susu dan daging merah sangat
esensial untuk keutuhan membran.
4. Serat
Pada uji klinis dengan berbagai jenis serat untuk menurunkan tekanan darah
diperoleh hasil yang tidak konsisten. Serat larut seperti, guar gum, guava, psyllium,
dan kulit gandum dapat menurunkan tekanan darah dan kebutuhan terhadap obat-
obatan antihipertensi pada subiek hipertensi, subjek diabetes, dan subjek hipertensi-
diabetes. Pada penelitian lain terlihat penurunan tekanan darah sampai 9.4 mm Hg
pada subjek hipertensi dengan menggunakan glukomanan serat. Pemberian kulit
gandum (-glucan) kepada pasien hipertensi mampu menurunkan tekanan darah 7.5
mm Hg/5.5 mm Hg. Dosis yang diperlukan untuk mencapai penurunan tekanan
darah ini adalah sekitar 60 gram bubur gandum (oatmeal) per hari, 40 gram kulit
gandum (berat kering) per hari, 3 gram -glucan per hari, atau 7 gram pysilium per
hari. Selain itu, serat larut dan serat tidak larut menurunkan TC, TC, IDI-C dan
meningkatkan HDL. Mekanisme penurunan tekanan darah terjadi melalui perbaikan
sensitivitas insulin, penurunan disfungsi endotelium, natriuresis, dan penurunan
volume intravaskuler, penurunan aktivitas sistem syaraf simpatetik, penurunan
OXLDL dan peringanan hipertrigliseridimia, hiperglikemia dengan disfungsi ereksi,
dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh makanan yang kaya lemak.
5. Bawang Putih
Pada uji klinis dengan menggunakan jenis dan dosis bawang putih yang benar
memperlihatkan penurunan tekanan darah secara konsisten pada pasien hipertensi.
Tidak seluruh sediaan bawang putih diproses dengan cara yang sama dan tidak
cocok dalam hal kekuatan antihepertensi. Selain itu, bawang Putih budidaya (Allium
sativum), bawang putih liar yang tidak dibudidaya (Allium urisinum) dan bawang
putih tua atau segar menunjukkan efek yang berbeda-beda. Mohamadi et al
menemukan bahwa bawang putih liar memberikan efek antihipertensi yang paling
besar Pada tikus putih. Efek ini mungkin diperantarai melalui penurunan kadar
Angiotensin II peningkatan NO, dan penurunan ROS dengan kandungan ailicin dan
senyawa lain yang lebih tinggi, Terjadi penurunan tekanan darah yang konsisten
9
sesuai dosis dengan penggunaan bawang putih. Penurunan tekanan darah ini
diperantarai melalui RAAS dan sistem NO. Alisin (suatu sediaan sintesis bahan
pokok bawang putih aktif) dapat menurunkan tekanan darah, insulin, dan TG
dengan tingkat sama dengan penurunan yang dihasilkan enalapril. Tabel 5.3 tersaji
putih dalam menurunkan tekanan darah.
Diperlukan sekitar 10.000 mcg alisin per hari (jumlah ini terkandung pada empat
butir bawang putih, atau empat gram) untuk mendapatkan efek penurun tekanan
darah yang signifikan. Pada manusia, penurunan SBP rata-rata adalah 5-8 mm Hg.
Bawang putih mengandung banyak senyawa aktif yang dapat menjelaskan efek
antihipertensi yang dimiliki, di antaranya gammaglutamyl peptide (natural ACEI),
senyawa flavonol (natural ACEI), magnesium (vasodilator dan natural CCB),
fosfor, adenosin, allisin dan senyawa sulfur. Bawang putih mungkin merupakan
suatu ACEI dan kalsium antagonis alami yaing meningkatkan bradikinin dan
vasodilator yang menginduksi NO, menurunkan SVR dan tekanan darah, dan
memperbaiki aorta vaskuler
Jamur
Efek jamur terhadap tekanan darah pada manusia belum pernah diteliti. Namun,
pada hewan coba (SHR), jamur shitake dan maitake menurunkan tekanan darah
10
dan lipid serum.
Jamur shitake dan maitake rendah karbohidrat, tidak mengandung gula, nemun
mengandung zinc dan vitamin serta mineral yang tinggi dan dapat menurunkan
tekanan darah. Selain itu, cellulose menghasilkan serat dalam jumlah kecil
6. Ganggang Laut
Menurut sebuah studi terhadap 62 pria paruh baya dengan hipertensi ringan
dan diberikan ganggang laut yang melepaskan beban potassium potassium
penukaran ion, dan penyerap sodium, ditemukan terjadi penurunan tekanan darah
secara signifikan dalam empat minggu dengan 12 hingga 24 gram ganggang laut
per hari.
Ekskresi natrium melalui air kemih berkurang, kalium urin naik dan rasio
ekskresi natrium/kalium melalui urin turun, hal ini menunjukkan kalai penurunan
tekanan darah tergantung pada penurunan absorpsi natrium oleh usus dan
peningkatan absorbs kalium yang dilepaskan dari sediaan ganggang laut.
Mekanisme penurunan tekanan darah dan stroke yang sama dilaporkan pada SHP
yang diberikan asam Alginat 10 % dalam bentuk serat ganggang laut
11
melalui mulut secara in vivo melalui studi-studi terhadap manusia. Aktivitas ACEI
didalam makanan dan nutrasetikal :
a. Susu asam menurunkan tekanan j. Saus ikan
darah
k. Hijika fusiformis dan ganggang
b. Kaselin
laut (Wakame)
c. Zein l. Bawang Putih
d. Gelatin m. Hawthone
e. Sake n. Pycnogenol
h. Tulang tuna
i. Banito Kering
8. Vitamin C
12
demografi dan populasi penelitian yang berbeda-beda, status vitamin C premorbid
yang tidak diketahui, atau tidak diketahuinya status antioksidan atau vitamin secara
umum sebelum terjadinya penyakit, penyakit konkomitan, faktor perancu seperti
merokok, alkohol, perubahan berat badan, serat, tidak dinyatakan atau tídak
dievaluasi, kadar asam askorbat di dalam plasma tidak diukur, nilai P dan interval
kepercayaan tidak dilaporkan,penggunaan teknik pengukuran tekanan darah yang
berbeda-beda (klinis atau kantor, rumah, Klinik 24 jam), dan terjadinya
polimorfisme dan bias pubtikasi. Tabel 5.4 menyajikan mekanisme kerja vitamin C
dalam menurunkan tekanan darah.
Menurunkan Ca cystosolik
Antioksidan
Menurunkan leukotrin
Uji observasi, epidemiotogi, dan uji klinis prospektif menunjukkan peran vitamin
13
C dalam menurunkan tekanan darah pada subjek hipertensi dan serta subjek
dengan kategori penyakit lain. Diperkirakan terdapat hubungan terkaít dosis,
namun khasiat dosis *suprafisiologi' vitamin C dengan efek tekanan darah masih
harus diperkuat.
9. Vitamin E
Hubungan vitamin E dengan tekanan darah telah banyak diteliti secara in vitro
pada hewan (SHR) namun pada manusia, hubungan ini belum banyak diteliti. Alfa-
tocoferol dalam menghambat sekresi endothelin yang diinduksi oleh trombin
secara in vitro, setidaknya secara parsial melalui inhibisi protein kinase C (PKC).
Penurunan kadar PKC akan menurunkan proliferasi otot halus vaskuler (vascular
smooth muscle) melalui inhibisi protein-1 (AP-1) aktif dan nuclear factor kappa-B
(NFKB). Akhirnya, reaksi ini akan memperbaiki kerusakah endotel, menurunkan
tekanan darah pada hewan coba SVR.
14
hipertensi yang diajukan pada hewan maupun manusía yang kekurangan vitamin
B6 adalah :
a. Sistem syaraf pusat, dan depiesi neurotransrnitter otak, seperti NE, serotonin,
dan GAMA; deplesi ini dapat meningkatkan aliran keluar simpatetik.
b. Peningkatan aktivitas SNS perifer
f. Resistensi insulin.
15
rendah didalam serum lazim ditentukan pada penderita hipertensi, renin-rendah,
dan sensitif terhadap garam dan menunjukkan peningkatan konsentrasi kalsium
intrasel di dalam platelet, limfosit, dan sel-sel tubulus proksimal ginjal. Vitamin D
mungkin memiliki peran independen dan langsung dalam mengatur tekanan darah
dan metabolisme insulin. Sebuah studi terhadap 34 pria paruh baya menunjukkan
bahwa kadar 1125 (OH2) D3 di dalam serum berkorelasi secara terbalik, dengan
tekanan darah (p < 0.02),VLDL, triglyceride (p < 0.005) dan dengan eksresi
trigliserida setelah uji toleransi lemak secara Intravena (p < 0.05). Kadar 25 (OH)2
D3 di dalam serum berkorelasi dengan insulin puasa (p <005) sensitivitas insulin
selama clamp (p < 0.001) dan aktifitas lipoprotein lipase didalam jaringan àdiposa
(p < 0.005), serta otot skelet (p < 0.03). Holdaway et al tidak menemukan
perbedaan kadar 25 (OH)2 D3 pada sekelompok subjek hipertensi vs normotensi.
Tromso Study menganalisis asupan kalsium dan vitamin pada 7,543 pria and 8,053
wanita dan menemukan penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik secara linier ketika asupan kalsium dalam makanan meningkat pada kedua
kelompok jenis kelamin (p < 0.05); namun, asupan vitamin D tidak menimbulkan
eiek yang bermakna terhadap tekanan darah.
12. Flavonoid
Lebih dari 4.000 senyawa flavonoid alam ditemukan dalam berbagai tanaman
seperti buah buahan, sayur, anggur merah, teh, kedele, dan licorice. Flavonoid
(flavonol, flavin, dan isofiavon) merupakan senyawa antioksidan yang
dapatmenetralkan radikal bebas yang kuat dan mengbambat peroksidasi lipid,
mencegah ateroskierosis, memperkuat relaksasi vaskuler, dan memiliki khasiat
antihipertensi. Selain itu, flavonoid menurunkan stroke dan memberikan efek
kardioprotektif yang dapat menurunkan PJK. Sejumiah flavonoid telah menjadi
subjek penelitian ilmiah secara ekstensif dan menunjukkan berbagai jenis efek
pelindung kardiovaskuler. Kedelai yang mengandung diadzein dan genistein dapat
menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, tekanan darah, dan menurunkan
trombosis menyeluruh dan trombosis koroner. Anggur merah mengandung
kuersetin yang menurunkan oksidasi LDL dan mengurangi agregasi platelet.
16
Blueberry (Vaccinium myrtillus) kaya akan antioksidan, menurunkan LDL
oksidasi, dan lebih kuat dari pada vitamin C sebagai suatu antioksidan. Akar
licorice (Glycyrrhiza glabra) merupakan suatu antioksidan, antiinfiamasi,
antiplatelet dan antivirus yang kuat, namun dapat menurunkan kadar kalium,
meningkatkan retensi natrium, dan meningkatkan tekanan darah akibat adanya aksi
mineralokortikoid ketika digunakan dalam dosis tinggi.
Coenzim Q10 (CoQ10) merupakan suatu antioksidan larut dalam fase lipid
yang sangat kuat, scavenger radikal bebas, ko-faktor, dan koenzim dalam produksi
energi mitokondrial dan fosforillasi oksidatif yang menghasilkan vitamin E, C, dan
17
sehingga dapat memperbaiki infusi miokardium disertai fungsi diastolik, fungsi
ventrikel kiri, dan tegangan dinding ventrikel kiri yang membaik.
Kadar CoQ1O di dalam serum turun sesuai usia, dan lebih rendah pada
penderita yang ditandai oleh stress oksidatif seperti hipertensi, PJK, hiperlipidemia,
DM, ateroskierosis, dan subjek yang sering melakukan latihan aerobik, pasien yang
sedang menjalani total parenteral nutrition (TPN), penderita hipotiroidisme, dan
pasien yangg sedang menggunakan obat-obatan statin.
Ditemukan korelasi yang sangat tinggi antara kekurangan CoQ10 dengan
hipertensi. Sebagian besar makanan mengandungi CoQ10 yang sangat kecil,
terutama ditemukan pada daging dan makanan laut. Diperlukan suplemen untuk
mempertahankan kadar serum normal pada kondisi penyakit seperti ini dan pada
pasien yang sedang menggunakan obat-obatan statin untuk hiperlipidèmia. CoQ1O
memiliki efek antihipertensi yang signifikan clan konsisten pada pasien dengan
hipertensi esensial.
Kesimpulan utama dari uji in vitro, uji klinis terhadap hewan dan manusia,
menunjukkan hal-hal berikut :
18
Efek anti hipertensi akan hilang dalam waktu , dua minggu setelah CoQ10
dihentikan.
f. sekitar 50% pasien yang menggunakan obat-obatan anti hipertesi bisa
menghentikan antara satu hingga tiga obat. Dosis total dan frekuensi pemberian
dapat dikurangi.
g. CoQ10 dàlam dosis tinggi tidak menimbulkan efek akut atau efek kronik.
15. N-Asetilsistein
16. L-Carnitin
L-canritin merupakan suatu unsur nitrogen otot yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak pada hewan mamalia. Studi klinis dan eksperimental menunjukkan
manfaat terapi yang signifikan dari L-carnitin dan derivatnya, yakni propionyl L-
carnitin (PLC), dalam pengobatan diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung
19
iskemik, IM akut, aritmia, penyakit vaskuler perifer disertai dislipidemia.
17. seledri
18. Chlorella
20
serat mungkin menjelaskan efek antihipertensi ini.
1. Kafein
Menjadi bahan utama dalam minuman stimulan, kafein ditemukan dalam kopi, teh,
soda, dan banyak minuman energi. Secara akut, kafein dapat meningkatkan tekanan darah
pada pengguna kafein yang tidak higienis , sedangkan sedikit atau tidak ada efek yang
terlihat pada peminum kopi kebiasaan Peminum kopi kronis yang memiliki hipertensi
mungkin tidak perlu mengubah kebiasaan mereka berdasarkan data yang tersedia. Namun
demikian, ini berpotensi berbahaya bagi peminum kopi yang tidak teratur.
Ada bukti bahwa bahan lain selain kafein mungkin bertanggung jawab atas efek
stimulasi kopi pada tekanan darah. Peningkatan tekanan darah diamati pada peminum
kopi tanpa kafein . Penggunaan kafein saja tidak memberikan tekanan darah tinggi pada
sukarelawan sehat dalam sebuah penelitian .
2. Licorice
Licorice telah lama digunakan sebagai zat penyedap dalam mengunyah tembakau,
permen, rempah-rempah, dan sebagai produk medis di beberapa gangguan pencernaan dan
pernapasan bagian atas. Ini mengandung asam glycyrrhetinic yang menghambat 11-beta-
21
hydroxysteroid dehydrogenase enzim tipe 2 isoform, memungkinkan kortisol untuk
berikatan dengan reseptor mineralokortikoid menciptakan status kelebihan
mineralokortikoid dan kemudian meningkatkan tekanan darah. Penggunaan licorice
berpotensi berbahaya pada individu hipertensi .
1. Diet DASH
Diet DASH adalah diet kaya buah-buahan dan sayuran (4-5 porsi / hari) dan produk
susu rendah lemak (2-3 porsi / hari) dan mencakup biji-bijian, unggas, ikan, dan kacang-
kacangan. Diet ini kaya akan kalium, magnesium, kalsium, serat makanan, dan protein dan
telah mengurangi lemak (total dan jenuh) dan kolesterol (<25%), daging merah, permen,
dan minuman yang mengandung gula.
Uji coba DASH-sodium adalah uji coba crossover di mana 412 subjek diacak untuk diet
kontrol atau diet DASH dan 3 level asupan natrium (rendah: 1,2 g / hari, sedang: 2,3 g /
hari, dan tinggi: 3,5 g / hari) di masing-masing lengan diet selama empat minggu. Peserta
22
memiliki SBP antara 120 hingga 159 mmHg dan DBP antara 80 hingga 95 mmHg. Mirip
dengan penelitian sebelumnya, diet DASH secara signifikan menurunkan tekanan darah
terlepas dari asupan natrium. Dengan setiap diet, mengurangi asupan natrium secara
signifikan menurunkan tekanan darah, dan efek ini bertahan di antara mereka dengan dan
tanpa hipertensi, serta di berbagai ras dan jenis kelamin. Kombinasi diet DASH dan
asupan natrium rendah memiliki dampak terbesar, mengurangi SBP sebesar 11,5 / 5,7
mmHg dan 7,1 / 3,1 mmHg di antara penderita hipertensi dan mereka yang tidak
hipertensi. dibandingkan dengan diet kontrol dan asupan natrium tinggi. Tingkat
pengurangan di antara hipertensi sebanding dengan yang diperoleh dengan monoterapi
obat.
Orang Afrika-Amerika dengan hipertensi memperoleh manfaat paling besar dari efek
penurun tekanan darah dari diet DASH [ 156 ], namun mereka mungkin lebih kecil
kemungkinannya untuk mengikuti diet. Selanjutnya, peningkatan tekanan darah dengan
penuaan dapat dikurangi dengan mengadopsi diet DASH dengan pembatasan natrium
Manfaat potensial lain dari diet DASH termasuk pengurangan morbiditas kardiovaskular
mortalitas, kejadian CH, dan faktor risiko kardiovaskular serta pencegahan diabetes tipe 2
DASH dan diet rendah sodium telah disahkan oleh organisasi profesional termasuk AHA ,
JNC, American Association of Clinical Endocrinologists , dan Canadian Hypertension
Education Program untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi.
23
penurunan yang signifikan dalam prevalensi hipertensi dan persentase yang lebih tinggi
dari tekanan darah optimal pada follow-up 6 bulan. Namun, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik di antara mereka.
2. Diet vegetarian
Tampaknya diet vegetarian dapat mengurangi tekanan darah dengan beberapa faktor:
peningkatan sayuran, asupan serat dan buah, protein rendah, dan sebagainya.
24
tertentu, vitamin, antioksidan, atau mineral dapat memiliki aktivitas antihipertensi yang
bekerja dengan cara yang sama dengan kelas antihipertensi tertentu. Meskipun
kekuatan senyawa alami ini mungkin lebih rendah dari obat antihipertensi, jika
digunakan secara bersamaan dengan nutrien dan nutrasetikal lainnya, maka efek
antihipertensinya akan lebih besar. Selain itu, banyak nutrien dan zat gizi ini yang
menunjukkan mekanisme aksi yang bervariasi, aditif, dan sinergis dalam menurunkan
tekanan darah.
Karakteristik antihipertensi yang ideal adalah sebagai berikut :
Tidak ada gejala putus obat dan perpanjangan control tekanan darah akibat
kehilangan dosis karena waktu paruh obat lama. Beberapa senyawa alam memiliki
aktivitas anthipertensi yang mirip dengan anthipertensi standar antara lain :
25
1. Bahan alam atu nutrasetikal yang bekerja sebagai diuretika
- Berry - Mg
- Vitamin B-6 - Ca
- Taurin - Protein
- Seledri - Serat
- Vitamin C - Co-enzim Q 10
- K - L-Carnitine
2. Bahan alam atau nutrasetikal yang bekerja sebagai -bloker adalah berry
26
5. Nutrasetikal yang bekerja sebagai ARB (Angiotensin II Reseptor Bloker)
1. Taurine 7. Vitamin C
2. K 8. Vitamin B-6
3. Zinc 9. Ko-enzim Q-10
4. Pembatasan Na 10. Seledri
5. Protein 11. GLA/DGLA
6. Serat 12. Bawang Putih
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Modifikasi diet memiliki peran terapi penting dalam kontrol tekanan darah.
Bukti kuat mendukung rekomendasi diet yang mengandung kalium tinggi, alkohol
27
sedang, dan asupan serat tinggi. Secara keseluruhan, pola makan DASH kaya akan
buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak, biji-bijian, kacang-kacangan, dan
ikan dengan pengurangan jumlah daging merah, lemak, makanan dan minuman yang
dimaniskan dengan gula, dan / atau diet vegetarian, yang juga tinggi sayuran dan
buah-buahan dan rendah protein hewani harus dipertimbangkan. Penggunaan
suplemen farmakologis untuk mencapai tujuan diet ini tidak disarankan. Pembatasan
natrium sangat direkomendasikan oleh organisasi profesional, namun, ini perlu
ditafsirkan dan disesuaikan secara individual mengingat bukti efek berbahaya
potensial yang terkait dan kemanjurannya yang tidak merata di berbagai populasi
pasien. Rekomendasi ini tidak cukup pasti dalam hal peningkatan asupan kalsium,
magnesium, minyak ikan, dan bawang putih. Peminum kopi yang tidak teratur dan
konsumen licorice menghadapi kemungkinan mendorong hipertensi; dengan
demikian, kebiasaan ini perlu dihindari pada pasien yang berisiko.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. Laporan ketujuh komite nasional gabungan
tentang pencegahan, deteksi, evaluasi, dan pengobatan tekanan darah tinggi. Hipertensi
. 2003; 42 (6): 1206–1252. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
2. Statistik Kesehatan Dunia. 2012,
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/EN_WHS2012_Full.pdf .
3. Adrogue HJ, Madias NE. Natrium dan kalium dalam patogenesis hipertensi. Jurnal
Kedokteran New England . 2007; 356 (19): 1966–1978. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
29
4. Rose G, Stamler J, Stamler R, et al. Intersalt: studi internasional tentang ekskresi
elektrolit dan tekanan darah. Hasil untuk ekskresi natrium dan kalium urin 24 jam. Jurnal
Medis Inggris . 1988; 297 (6644): 319–328. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] [ Google
Cendekia ]
5. Kawasaki T, Delea CS, Bartter FC, Smith H. Pengaruh asupan natrium tinggi dan
natrium rendah pada tekanan darah dan variabel terkait lainnya pada subjek manusia
dengan hipertensi idiopatik. American Journal of Medicine . 1978; 64 (2): 193–198.
[ PubMed ] [ Google Cendekia ]
6. Koolen MI, Bussemaker-Verduyn Den Boer E, Van Brummelen P. Klinis biokimiawi dan
hemodinamik berkorelasi dengan sensitivitas natrium pada hipertensi esensial. Jurnal
Hipertensi . 1983; 1 (2): 21–23. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
7. Luft FC, Grim CE, Willis LR, Higgins JT, Jr., Weinberger MH. Respon Natriuretik
terhadap infus saline pada pria normotensif dan hipertensi. Peran penekanan renin
dalam natriuresis berlebihan. Sirkulasi . 1977; 55 (5): 779–784. [ PubMed ] [ Google
Cendekia ]
8. Sullivan JM, Ratts TE. Sensitivitas natrium pada subjek manusia. Korelasi hemodinamik
dan hormonal. Hipertensi . 1988; 11 (6): 717-723. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
9. Weinberger MH. Sensitivitas garam terhadap tekanan darah pada manusia. Hipertensi .
1996; 27 (3): 481–490. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
10. Lindheimer MD, Lalone RC, Levinsky NG. Bukti bahwa peningkatan akut pada filtrasi
glomerulus memiliki sedikit efek pada ekskresi natrium pada anjing kecuali volume
ekstraseluler diperluas. Jurnal Investigasi Klinis . 1967; 46 (2): 256–265. [ Artikel gratis
PMC ] [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
11. Luft FC, Miller JZ, Grim CE, dkk. Sensitivitas garam dan resistensi tekanan darah. Umur
dan ras sebagai faktor dalam respons fisiologis. Hipertensi . 1991; 17 (1, suplemen):
I102 – I108. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
12. Rodriguez BL, Labarthe DR, Huang B, Lopez-Gomez J. Naiknya tekanan darah seiring
bertambahnya usia: bukti baru perbedaan populasi. Hipertensi . 1994; 24 (6): 779-785.
[ PubMed ] [ Google Cendekia ]
13. Sechi LA. Mekanisme resistensi insulin pada tikus model hipertensi dan hubungannya
dengan sensitivitas garam. Jurnal Hipertensi . 1999; 17 (9): 1229-1237. [ PubMed ]
[ Google Cendekia ]
14. Ferri C, Bellini C, Desideri G, dkk. Pengelompokan penanda endotel dari kerusakan
vaskular pada hipertensi yang sensitif terhadap garam manusia: pengaruh beban
natrium dan penipisan makanan. Hipertensi . 1998; 32 (5): 862–868. [ PubMed ]
[ Google Cendekia ]
15. Bigazzi R, Bianchi S, Baldari D, Sgherri G, Baldari G, Campese VM. Mikroalbuminuria
pada pasien yang sensitif terhadap garam: penanda untuk faktor risiko ginjal dan
kardiovaskular. Hipertensi . 1994; 23 (2): 195–199. [ PubMed ] [ Google Cendekia ]
16. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3649175/
30