Siklus kehidupan sel dan tempat kerja obat antikanker dijelaskan secara skematik
pada Gambar 5.2.
A. Senyawa Pengalkilasi
Mekanisme kerja Senyawa pengalkilasi dapat membentuk senyawa kationik
antara yang tidak stabil, diikuti pemecahan cincin membentuk ion karbonium
reaktif. Ion ini bereaksi, melalui reaksi alkilasi, membentuk ikatan kovalen dengan
gugus-gugus donor elektron, seperti gugus-gugus karboksilat, amin, fosfat dan
tiol, yang terdapat pada struktur asam amino, asam nukleat dan protein, yang
sangat dibutuhkan untuk proses biosintesis sel. Reaksi ini membentuk hubungan
melintang (cross-linking) antara dua rangkaian DNA dan mencegah mitosis.
Akibatnya proses pembentukan sel terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan
sel kanker.
Contoh senyawa pengalkilasi: mekloretamin, klorambusil, melfalan,
siklofosfamid, ifosfamid, busulfan, karmustin, tiotepa, prokarbazin dan mitomisin
C (Bleocin). Struktur dan dosis senyawa pengalkilasi dapat dilihat pada Tabel 5.1,
sedang pembentukan senyawa antara reaktif beberapa senyawa pengalkilasi dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
Contoh:
a. Klorambusil (Leukeran), adalah senyawa pengalkilasi yang bekerja dengan
membentuk cross-linking dengan untai DNA sel, sehingga mempengaruhi
proses replikasi DNA dan transkripsi RNA dan menganggu fungsi asam
nukleat. Obat bekerja lebih lambat dengan efek samping yang lebih rendah
dibanding turunan nitrogen-mustar.
b. Melfalan (Alkeran), sifat dan hubungan kerja sama dengan klorambusil.
Penyerapan obat dalam jumlah terbatas bila diberikan bersama makanan.
Pengikatan protein plasma 50-60%. Diekskresikan melalui urin, dengan waktu
paro terminal + 30–150 menit.
c. Siklofosfamid (Cytoxan, Endoxan, Cyclovid), adalah pra-obat di hati diubah
menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan kemudian menjadi bentuk rantai terbuka.
Bentuk ini mengalami dekomposisi nonenzimatik menjadi fosforamid mustar
dan akrolein. Fosforamid mustar kemudian membentuk siklik menjadi ion
aziridinium, dan ion inilah yang aktif sebagai pengalkilasi. Bekerja sebagai
antikanker terutama pada fase G2.
d. Ifosfamid (Holoxan), adalah pra-obat oleh enzim mikrosom hepatik diubah
menjadi metabolit aktif yang bekerja sebagai senyawa pengalkilasi.
e. Tiotepa (Thio-tepa), mengandung tiga gugus etilenimin aktif yang dapat
mengalkilasi guanin pada posisi N-7.
f. Busulfan (Myleran), merupakan senyawa turunan ester metansulfonat,
mengandung gugus karbonium reaktif yang dapat bereaksi dengan N-7
guanosin sehingga mempengaruhi replikasi DNA dan transkripsi RNA. Dalam
tubuh senyawa dimetabolisme melalui interaksi dengan senyawa tiol, seperti
glutation dan sistein, membentuk senyawa siklik sulfonium antara, yang pada
in vivo segera diubah menjadi metabolit 3-hidroksitiolan-1,1-dioksida.
Absorpsi dalam saluran cerna cepat, diekskresikan terutama melalui urin,
waktu paro eliminasinya 2-3 jam.
g. Prokarbazin, senyawa turunan hidrazin, adalah senyawa pengalkilasi yang
bekerja dengan menghambat sintesis protein DNA dan RNA secara spesifik
pada fase S. Senyawa adalah pra-obat, dalam tubuh dengan adanya
metaloprotein akan teroksidasi menjadi azaprokarbazin, diikuti dengan
terbentuknya isomer hidrazon. Isomer ini akan terhidrolisis menjadi p-formil-
N-isopropilbenzamid dan metilhidrazin. Metilhidrazin kemudian teroksidasi
menjadi metildiazin, yang segera mengalami peruraian menjadi nitrogen,
radikal metil dan radikal hidrogen. Radikal bebas metil inilah yang
berinteraksi dengan RNA pada sitoplasma sel.
h. Dakarbazin (Hospira, Dacarbazine DBL), dapat membentuk ion
metilkarbonium reaktif, bekerja sebagai antikanker dengan menyerang gugus
nukleofilik pada posisi N7 guanin DNA. Senyawa juga dapat membentuk
cross-linking pada untai dobel heliks DNA, menghambat sintesis DNA, RNA
dan protein, sehingga sel mengalami kematian.
i. Temosolomid (Temodal), adalah pra-obat turunan triazen, dalam tubuh akan
terhidrolisis menjadi metabolit aktif 3-metil-(triazen-1-il) imidazol-4-
karboksamid (MTIC). Metabolit aktif dapat mengikat asam amino guanin pada
posisi O dan N7 menghasilkan hambatan sintesis DNA, RNA dan protein.
Reaksi aktivasi dakarbazin dan temosolamid menjadi metabolit aktif dan
interaksinya dengan DNA dapat dilihat pada Gambar 5.4.
B. Antimetabolit
Antimetabolit adalah senyawa yang dapat menghambat jalur metabolik yang
penting untuk kehidupan dan reproduksi sel kanker, melalui penghambatan asam
folat, purin, pirimidin dan asam amino, serta jalur nukleosida pirimidin, yang
diperlukan pada sintesis DNA. Penghambatan replikasi DNA ini dapat secara
langsung maupun tidak langsung sehingga menyebabkan sel tidak
berkembangbiak dan mengalami kematian.
Antagonis Pirimidin
Antagonis pirimidin, umumnya berupa pra-obat, pada in vivo mengalami
anabolisme menjadi senyawa aktif, yang dapat mempengaruhi sintesis DNA
pada fase awal dengan menyebabkan kekosongan asam timidilat sehingga sel
mengalami kematian (thymineless death). Contoh antagonis pirimidin: 5-
fluorourasil, tegafur, sitarabin, gemsitabin dan kapesitabin.
Mekanisme kerja: 5-Fluorourasil menjadi aktif setelah mengalami anabolisme
menjadi 5-fluoro-2'deoksiuridin 5'-monofosfat. Hasil anabolisme merupakan
senyawa penghambat timidilat sintetase, enzim yang mengkatalisis metilasi
asam deoksiuridilat menjadi asam timidilat. Hal ini berhubungan dengan
aktivitas antikanker karena hambatan enzim menyebabkan kekosongan asam
timidilat sehingga mencegah sintesis DNA dan menyebabkan kematian sel
kanker.
Antagonis Purin
Pada umumnya antagonis purin adalah pra-obat dan menjadi aktif setelah
mengalami anabolisme menjadi nukleotida atau kadang-kadang menjadi
turunan difosfat atau trifosfat. Contoh antagonis purin: 6-merkaptopurin,
azatioprin dan tioguanin.
Antagonis Asam Folat
Antagonis asam folat bekerja secara tidak spesifik, dengan menghambat secara
bersaing dihidrofolat reduktase, suatu enzim yang mengkatalisis reduksi asam
dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Antagonis folat mengikat enzim
tersebut secara kuat dan menyebabkan hambatan takterpulihkan yang bersifat
semu. Dasar kekuatan pengikatan adalah pada cincin diaminopirimidin yang
terprotonasi pada pH fisiologis. Asam tetrahidrofolat dimetabolisis menjadi
beberapa koenzim yang memegang peran penting dalam reaksi pemindahan
karbon, yang terlibat dalam sintesis timidilat, purin, metionin dan glisin. Oleh
sebab itu penghambatan enzim dihidrofolat reduktase menyebabkan hambatan
sintesis DNA, RNA dan protein. Antagonis folat juga menghambat enzim
timidilat sintetase dan menyebabkan kematian sel karena kekurangan timin.
Contoh antagonis asam folat: aminopterin, metotreksat dan pemetreksed.
Aminopterin dan metotreksat mempunyai struktur mirip dengan asam folat.
Antagonis Asam Amino Glutamin dan asam glutamat
bukan merupakan nutrien penting pada sel normal, tetapi banyak sel tumor
memerlukan kedua senyawa di atas untuk proses kehidupannya. Glutamin dan
asam glutamat merupakan donor atom nitrogen dan gugus amino pada purin,
guanin dan sitosin. Antagonis glutamin dapat menghambat beberapa proses
metabolik yang memerlukan glutamin sebagai kofaktor. Aktivitas
antikankernya disebabkan oleh kemampuan untuk menghambat fosforibosil
formilglisinamidin sintetase, suatu enzim yang mengubah formilglisinamida
ribonukleotida menjadi formilglisinamidin ribonukleotida. Contoh antagonis
asam amino: azaserin dan 6-diazo-5-okso-L-norleusin (DON).
Irinotekan HCI (Camptosar), adalah senyawa turunan kampotekin yang bekerja sebagai
antikanker dengan menghambat topoisomerase I, enzim yang bekerja pada proses
replikasi selama fase S. Pengikatan enzim akan menyebabkan pemecahan single dan
double-strand DNA, sehingga sel mengalami kematian.
Irinotekan adalah pra-obat, dalam tubuh akan terhidrolisis oleh enzim pengubah
irinotekan menghasilkan SN 28 yang mempunyai aktivitas 1000 kali lebih besar
dibanding irinotekan. Selain itu, oleh CYP3A4 akan diubah menjadi APC yang
mempunyai aktivitas 100 kali lebih besar.