Anda di halaman 1dari 59

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMASETIKA

Nama Mahasiswa: …………………………

NIM : …………………………

Kelompok/Gol. : …………………………

Program Studi : …………………………

Fakultas : …………………………

PENYUSUN

ANDI ARJUNA, S.Si, Apt.

SHERWIN ARMANDA, S.Si

ARDIAN, S.Si

LABORATORIUM FARMASETIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2010

1 Modul Farmasetika
Dasar
KETENTUAN UMUM

PENGENALAN RESEP

Dilihat dari arti kata resep berasal dari kata “Recipe” bahasa latin artinya
“Ambillah”. Dalam pengertian secara umum resep ialah “Formulae Medicae” yang
dibagi atas:
a. Formulae Officinalis; yaitu resep-resep yang terdapat dalam buku-buku resmi.
b. Formulae Magistrales; yaitu resep-resep yang disusun atao dibuat oleh dokter
berdasarkan pengalaman dan pendapatnya sendiri, kadang-kadang gabungan
dengan formulae officinalis dengan menambah dan mengurangi.
Dalam SK. Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/90 memberikan pengertian
tentang resep sebagai berikut: Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atau
tidak lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep
tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nama, alamat, dan no.izin prakter dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscription)
3. Tanda “R/” pada bagian kiri setiap penulisan resep (Invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (Praescriptio/ordonatio)
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Subscriptio)
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemilliknya untuk resep dokter hewan;
8. Tanda seru dan/paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.

Dr. Supriyadi
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567 Jakarta

Jakarta, 06-09-2010

R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl C.T.M 20 mg
S.L 4 mg qs.

m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I
paraf/TTD

Pro : Tn Marzuki (18 tahun)


Jl. Merdeka 10 Jakarta
Aturan pakai dalam resep sering ditulis berupa singkatan bahasa latin
seperti berikut:
a) Tentang waktu
omni hora cochlear (o.h.c): tiap jam satu sendok makan
omni bihora cochlear (o.b.h.c): tiap 2 jam satu sendok makan
post coenam (p.c): sesudah makan
ante coenam (a.c): sebelum makan
mane (m): pagi – pagi
ante meridiem (a.merid): sebelum tengah
hari mane et vespere (m.et.v): pagi dan sore
nocte (noct): malam
b) Tentang tempat yang sakit
pone aurem (pon.aur): dibelakang telinga
ad nucham (ad nuch): ditengkuk
c) Tentang pemberian obat
in manum medici (i.m.m): diserahkan dokter
detur sub sigillo (det.sub.sig): berikan dalam segel
da in duplo (d.i.dulp): berikan dua kali
reperatur (iteratur) ter. (Rep.ter) : diulangi tiga kali
COPIE RESEP (SALINAN RESEP)
Copie resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang dibuat oleh apotik.
Istilah lain dari copie resep (salina resep) ialah “apograph”, “Exemplum”, “afschrift”,
Selain memuat semua keterangan yang termuat dalam resep asli, copie resep
harus memuat pula:
1. Nama dan alamat apotik
2. Nama dan Nomor SIK APA
3. Tanda tangan atau paraf APA
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, atau tanda nedet (ne
detur) untuk obat yang belum diserahkan.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.
Copie resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep,
penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Copie resep
diberikan jika :

- Pasien memintanya atau menginginkannya


- Pasien baru mengambil sebagian obatnya, atau dokter menuliskan petunjuk
da in dimidio/d.i.d atau da in duplo/d.i.2.pl
- Dalam resep tercantum iter yang artinya pasien tersebut harus mengulangi
penembusan obat setelah resep pertama habis dikonsumsi
Contoh copie resep dapat dilihat dibawah ini.

Apotek Tarakan
Jl. Tenggiri 48 Tlp.5914007 Apoteker: Drs. H.A.Syamsuni,Apt SIK: No. 3959/B

Jakarta, 06-09-2010
Salinan Resep
Resep Untuk : A.Faruk
Resep dari : Dr.Abdul Muluk
Tgl ditulis resep : 06-09-2010
No.Tgl.Pembuatan : 113,06-09-2010
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I detur

p.c.c
Cap apotek Yang menyalin:

Drs.Syamsuni,Apt

Opium Resep
Opium Resep ialah resep dimana salah satu obat/bahan obatnya tergolong
narkotika. Resep yang mengandung obat narkotika tidak boleh diulangi
penyerahan obatnya atas dasar resep yang sama, kecuali dengan resep baru dari
dokter, dan setiap resep yang mengandung narkotika alat penderita harus
diketahui dengan jelas. Untuk menghindari kekeliruan, resep ini diberi tanda
khusus.
Cito Resep
Cito resep ialah resep dimana dokter menginginkan pengobatan dengan
segera, karena keadaan penderita. Resep semacam ini harus didahulukan
penyelenggaraannya dari resep lain.
Tanda-tanda yang biasa digunakan dan ditulis pada bagian kanan sebelah atas
blanko resep yang terdiri dari:
(1) Cito = segera
(2) Urgent = penting
(3) Statim = penting
(4) P.I.M = Periculum in mora = berbahaya bila ditunda
Cito resep juga termasuk oba-obat tertentu yang penggunaannya segera dilakukan
yaitu obat yang digunakan untuk antidotum penawar racun dan obat untuk luka
bakar.
ETIKET
Setelah obatnya selesai dibuat dan telah diperiksa kembali kemudian
dimasukkan kedalam wadah yang telah ditempeli etiket sesuai dengan aturan
pemakaian yang tertera dalam resep. Etiket obat berdasarkan resep dokter terdiri
dari:
a. Etiket berwarna putih; untuk obat yang digunakan sebagai obat dalam (peroral)
b. Etiket warna biru; untuk obat yang digunakan sebagai obat luar.
Pada sebuah etiket obat berdasarkan resep dokter harus memuat hal – hal
sbb:
a. Nama,alamat,dan No.SIA apotik
b. Nama/SIPA apoteker pengelola apotik.
c. No.resep, nama kota, tanggal pembuatan obat.
d. Nama penderita
e. Aturan pakai yang jelas
f. Paraf pembuatan obat
DOSIS

Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar.
Menurut FI ed III, ada beberapa jenis dosis yaitu:
1. Dosis Maksimum (DM), Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu
hari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; member
garis bawah nama obat tersebut; dan menuliskan banyak obat dengan huruf
secara lengkap.
2. Dosis Lazim, dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi
digunakan sebagai pedoman umum.
Macam-Macam Dosis
Selain dosis lazim, juga dikenal macam – macam istilah dosis yang lain, yaitu
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita
3. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat keracunan pada
penderita.
4. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita.
Dosis maksimum berlaku untuk obat dengan cara pemakaian:
1. Obat dalam, yaitu obat dengan pemakaian melalui mulut, kerongkongan terus
ke lambung (Peroral, peroos)
2. Obat dengan cara pemakaian melalui rectal, misalnya clysma/levement dan
suppositoria atau obat yang penggunaannya melalui urogenital, misalnya bacilli,
ovula dll.
3. Obat dengan cara penggunaannya melalui jaringan kulit misalnya injeksi.
PERHITUNGAN DOSIS
1. Perhitungan dosis berdasarkan umur
(a) Rumus Young (untuk anak dibawah 8 tahun)
(ℎ )
=
( ℎ ) + 12
(b) Rumus Fried

= ( )
150
(c) Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)

= (ℎ)
20
(d) Rumus Cowling

= (ℎ)
24
(n adalah umur dalam satuan tahun yang digenapkan ke atas). Misalnya,
umur penderita 1 tahun 1 bulan, maka n dihitung 2 tahun.
(e) Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)
Rumus ini berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa. Aturan
sebagai berikut :
0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa
1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa
2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa
3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa
4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa
14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa
21-60 tahun = dosis dewasa
(f) Rumus Bastedo
( )
=

2. Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan


(a) Rumus Clark (Amerika)

= ( )
150
(b) Rumus Thremich-Fier (Jerman)
()
=
70
(c) Rumus Black (Belanda)

= ()
68
(d) Rumus Juncker & Glaubius (paduan umur dan bobot badan)
=%
3. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
(a) Dari kumpulan kuliah farmakologi UI tahun 1968

=
1,75
(b) Rumus Catzel

= 100

4. Perhitungan dosis dengan pemakaian berdasarkan jam
(a) Menurut FI ed. III
Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari dihitung
24
= ; =

Misalnya,
s.o.t.h (tiap 3 jam) : =8 ℎ

(b) Menurut Van Duin


Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotik dihitung
sehari semalam 24 jam. Untuk contoh yang sama, pemakaian sehari
dihitung sebagai berikut ;
16
+ 1 = 5,3 + 1 = 6,3 ; 7 ℎ
3
PERCOBAAN I

PENGENALAN ALAT-ALAT FARMASETIKA

Dalam praktikum farmasetika (meracik obat) alat-alat yang digunakan pada


umumnya berbeda. Untuk mendukung pengerjaan dalam membuat suatu resep,
diperlukan pengenalan alat-alat yang sering digunakan dalam praktikum
Farmasetika Dasar. Seperti timbangan, lumpang dan alu, pengisi kapsul (filling
capsule) dan sebagainya.

1. Timbangan

Dalam mengerjakan suatu resep, bahan-bahan yang tertera pada resep


tersebut harus ditimbangan sesuai jumlah yang diinginkan. Ada 3 jenis timbangan
obat:

a. Timbangan kasar
Timbangan kasar memiliki daya beban 250 gram hingga 1000 gram
dengan kepekaan 200 mg
b. Timbangan gram halus
Timbangan gram halus memiliki daya beban 100 gram hingga 200 gram
dengan kepekaan 50 mg
c. Timbangan milligram
Timbangan milligram memiliki daya beban 10 gram hingga 50 gram
kepekaan 5 mg.

Daya beban adalah bobot maksimum yang boleh ditimbang. Kepekaan


adalah tambahan bobot maksimum yang diperlukan pada salah satu piring
timbangan, setelah keduanya diisi muatan maksimum menyebabkan ayunan jarum
timbangan tidak kurang dari 2 mm tiap dm panjang jarum. Apabila bobot bahan
yang ditimbang kurang dari 50 mg, maka harus dilakukan pengenceran terlebih
dahulu.
Gambar timbangan gram halus :

Keterangan:
Papan landasan timbangan
Tombol pengatur tegak berdirinya timbangan
Anting penunjuk tegaknya timbangan (waterpas)
Jarum timbangan
Skala
Tuas penyangga timbangan
Pisau tengah/pisau pusat
Pisau tangan
Tangan timbangan
Tombol/mur pengatur keseimbangan
Piring timbangan

Cara Penimbangan:

1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada


tempatnya.

2. Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi


anting (3) dengan alas anting harus tepat. Bila belum tepat kita putar skrup
pengatur tinggi (2) papan landasan.

3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada
tempatnya. Bila sudah maka tuas (6) kita putar maka timbangan akan
terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat
sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar mur (10) kiri atau kanan
sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.

4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen/alas timbangan diatas kedua
piring timbangan, angkat tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan
sudah seimbang. Bila sudah seimbang, maka penimbangan bahan-bahan
bisa dimulai.

5. Proses penimbangan hendaknya dilakukan secara efisien, tangan kanan


untuk mengambil bahan yang akan ditimbang, sedangkan tangan kiri untuk
memutar tuas (6). Demikian juga untuk posisi anak timbangan dan tarrer
hendaknya di neraca kiri dan bahan di neraca kanan.

6. Anak timbangan (khususnya anak timbangan milligram) diambil


menggunakan pinset.

7. Setiap selesai menimbang, hendaknya anak timbangan dan tarreran


diturunkan dari piringan timbangan.
2. Lumpang dan Alu

Lumpang dan alu merupakan wadah atau peralatan yang terbuat dari
porselen yang digunakan untuk menggerus atau mencampur bahan-bahan obat.
Dalam menggerus atau mencampur bahan obat (terutama obat keras), lebih baik
dipilih lumpang yang lebih halus dan pori-pori lumpang sangat kecil. Alu diletakkan
di samping lumpang dengan posisi kepala alu menghadap ke kita. Hal ini untuk
mencegah alu berputar dengan diameter lebih luas dan memungkinkan jatuh dari
meja kerja.

Alu

Lumpang

3. Penangas Air (waterbath)

Penangas air (waterbath) adalah alat


yang digunakan untuk memanaskan atau

melebur suatu bahan dengan suhu maksimal


100°C. Pemanasan dilakukan dengan uap
panas yang dihasilkan dari pemanasan air.

Suhu penangas air dapat diatur sesuai dengan suhu yang diinginkan. Penangas
air biasa digunakan untuk melebur basis, menguapkan ekstrak atau tingtur,
pemanasan untuk mempercepat kelarutan dan lain-lain.

4. Cetakan Suppositoria

Suppositoria merupakan suatu sediaan padat yang digunakan melalui dubur


dan berbentuk torpedo. Bentuk torpedo dihasilkan melalui cetakan suppositoria
yang terbuat dari besi dan dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat
dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudional untuk mengeluarkan
supositoria. Alat ini memiliki 6 lubang atau 12 lubang suppositoria yang dapat
dibuka secara longitudinal dan terdapat skrup pengencang untuk merapatkan
kedua bagian alat cetak tersebut ketika basis yang telah dilebur akan dimasukkan
ke dalam alat cetak.

Untuk menghindari masa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari masa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya
dibasahi dengan parafin, minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment).
Yang terakhir jangan digunakan untuk suppositoria yang mengandung garam
logam, karena akan beraksi dengan sabunnya
dan sebagai pengganti dapat
digunakan larutan oleum ricini dalam etanol.
5. Alat Pengisi Kapsul (Filling capsule)

Ada beberapa metode pengisian kapsul, yaitu dengan independent


(bantuan mesin)
dan dependent (bukan mesin dan metode tangan). Metode
independent biasa digunakan untuk produksi skala besar atau pabrik. Sedangkan
metode dependent biasa digunakan pada industri rumah tangga dan apotek.
Metode bukan mesin menggunakan alat pengisi kapsul (Filling capsule). Alat yang
dimaksudkan disini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan
pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-
puluh kapsul. Alat ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang tetap dan bagian yang
bergerak.

Cara pengisiannya yaitu

a. Buka bagian-bagian kapsul


b. Badan kapsul dibuka dan dimasukkan ke dalam lubang bagian alat yang tidak
bergerak/tetap
c. Taburkan serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul
d. Ratakan dengan bantuan alat sudip/kertas film
e. Tutup kapsul
dengan cara merapatkan ata menggerakan bagian alat yang
bergerak.
Gambar alat pengisi kapsul (Filling capsule).
6. Cetakan Pil

Pil adalah suatu sediaan padat yang berbentuk bulat dengan berat berkisar
100 mg sampai 500 mg. Pil dicetak menggunakan cetakan pil yang terdiri dari
Pillen Plank dan Pillen Roller. Pillen Plank terdiri atas alat papan dan pemotong pil
dimana pada papan terdapat lempeng kanal besi yang berbentuk setengah silinder
yang simetris dengan pemotong pil jika disatukan akan membentuk suatu kanal
silinder. Pillen Roller terdiri dari alat papan berbentuk bulat yang berfungsi untuk
membulatkan hasil cetakan dari pillen plank.

Gambar Cetakan Pil.


1 2

Keterangan:

1. Pillen Roller

2. Lempeng silinder

3 3. Pillen Plank

4. Pemotong pil

Cara penggunaan:

a. Cetakan pil terlebih dahulu dibersihkan dan ditambahkan talk atau


lycopodium sebagai lubrikan
b. Masa pil dibentuk dengan menggulungkan di atas papan Pillen Plank
hingga sepanjang kanal silinder.
c. Ditarik alat pemotong hingga menyatukan
antara kanal silinder papan
dengan pemotong, hingga terbentuk bulatan pil
d. Bulatan pil yang belum bulat, digelindingkan di papan bulat (Pippen Roller)
hingga bentuk pil bulat.
PERCOBAAN II

PENGENALAN BAHAN OBAT

“Semua obat adalah racun, tetapi tidak semua racun adalah obat”, obat
dapat diartikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan.

Dalam SK Menkes RI No. 125/Kab/BVIII/71, yang dimaksudkan obat


adalah suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnose, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan, badania dan
rohania pada manusia atau hewan, memperolek badan atau bagian badan
manusia.

Dalam SK Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan


obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan – bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat dapat dibagi berdasarkan tujuan dan cara pemakaiannya.


Berdasarkan tujuan pemakaian obat dapat dibagi atas:
a. Prophylactis; yaitu pemakaian obat untuk pencegahan terhadap suatu penyakit.
b. Therapeutics; yaitu pemakaian obat untuk menyembuhkan terhadap
suatu penyakit.
Bila dilihat dari cara pemakaiannya obat dapat dibagi atas:
a. Medicamentum ad usum internum = untuk pemakaian dalam ; yaitu obat dengan
cara pemakaian melalui mulut, tenggorokan sampai ke lambung (peroral)
misalnya obat dalam bentuk tablet, pill, kapsul, serbuk dll.
b. Medicamentum ad usum externum = untuk pemakaian luar ; yaitu obat dengan
cara pemakaian selain dengan cara peroral. Misalnya : obat dalam bentuk
injeksi, clysma, salep, suppositoria dll.

Penggolongan obat
Obat atau bahan obat termasuk barang yang berbahaya dan merupakan
barang yang mempunyai potensi untuk disalah gunakan. Untuk memudahkan
dalam pengawasannya maka obat yang beredar diindonesia digolongkan menurut
daftar yang meliputi:
a. Narkotika, biasa disebut daftar O (opium)
Yaitu obat-obatan yang umumnya mendatangkan ketagihan dan
ketergantungan secara mental dan fisik yang sangat merugikan masyarakat dan
individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter.
Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon dan kodein.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada resep yang mengandung narkotika.
- Tidak boleh di ulang (N.I/ne iter/ne iteretur)
- Tidak boleh ditulis m.i. (mihi ipsi) atau u.p. (usum propium) atau pemakaian
sendiri
- Alamat pasien dan aturan pakai harus jelas
- Hanya boleh diberikan jika resep asli dari dokter dan ada tanda tangan
dokter tersebut
- Copy resep dapat diberikan apabila obat belum diberikan semuanya
(d.i.d/da in) namun harus ditembus di apoyek yang mengeluarkan copy
resep tersebut
- Bahan narkotik yang terdapat pada resep, harus digarisbawah merah.
b. Obat Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental (psikis),
merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.
c. Obat keras adalah obat-obatan daftar G, yaitu obat yang didaftar pada daftar
obat berbahaya (Geverlijk) dan harus diserahkan dengan resep dokter. Obat
keras adalah semua obat
- memiliki takaran/DM atau tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan
pemerintah
- diberi tanda khusus lingkaran bula berwarna merah dengan garis tepi hitam
dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya
- semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak
membahayakan
d. Obat keras daftar W (Obat bebas terbatas), yaitu obat yang didaftar pada
daftar peringatan (Warschuwing) dengan tanda khusus lingkaran biru dengan
garis pinggir hitam. Dapat diserahkan tanpa resep dokter , namun harus tetap
dalam pengawasan.Obat ini memiliki penandaan khusus peringatan (P No.1 s/d
P No.6)
e. Obat bebas yaitu obat dengan tanda khusus lingkaran hijau garis pinggir hitam
dan dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam batas dosis yang telah
dianjurkan.

Sumber-Sumber Obat

Obat-obat yang digunakan dewasa ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu;
a. Tumbuh-tumbuhan, Flora, Nabati. Misalnya ; kinin, castor oil, anisi, daun
digitalis dll.
b. Hewan, Fauna, Hayati. Misalnya ; minyak ikan, cera, wolfet dll.
c. Mineral/pertambangan. Misalnya ; NaCl, Sulfur, Besi oksida, KaliumIodida dll.
d. Mikroba. Misalnya; antibiotik.
e. Sintesis, buatan, tiruan. Misalnya ; Champora sintesis, Vit.C, Acid benzoic
sintesis, Chloramphenicol sintesis dll.
Bahan Tambahan
Obat tambahan (Rimidium adjuvantia/ajuvans/corrigens) yaitu bahan atau obat
yang menunjang kerja bahan obat utama. Dapat berupa:
a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek obat
utama. Misalnya, pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat, Ipecacuanhae
Radix, dan pulvis opii. Pulvis opii sebagai bahan khasiat utama menyebabkan
orang sukar buang air besar, sedangkan kalium sulfat bekerja sebagai pencahar
sekaligus memperbaiki kerja pulvis opii tersebut.
b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa). Contohnya: sirup auratiorum, tincture
cinamomi, aqua menthae piperithae.
c. Corrigen odoris (memperbaiki bau). contohnya: oleum rosarum, oleum
bergamottae, dan oleum cinnamomi.
d. Corrigens coloris (memperbaiki warna). Contohnya: tincture croci (kuning),
caramel (cokelat) dan karminum (merah).
e. Corigen solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Misalnya, I2 tidak
larut air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.
Selain itu juga dikenal bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan
pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat yang disebut
constituens/vehiculum/exipient. Misalnya: laktosa sebagai serbuk serta amilum
dan talk pada bedak tabur.
PERCOBAAN III
INTERAKSI OBAT DAN INKOMPATIBILITAS

Interaksi obat merupakan suatu keadaan saling mempengaruhi antar obat


atau bahan-bahan obat. Terjadi jika dua atau lebih macam obat digunakan
bersama-sama dalam suatu obat.

Alasan kombinasi obat sering dilakukan:


- Meningkatkan efek pengobatan
- Mengurangi efek toksik dan efek samping
- Mengobati beberapa penyakit atau keluhan yang timbul pada waktu
bersamaan
- Memperlambat terjadinya resistensi
- Memperluas spectrum bagi antibiotika
- Terapi awal suatu infeksi berat yang diagnosanya belum jelas
Selain itu, dalam ilmu farmasetika interaksi antara bahan dapat terjadi pada
saat pengerjaan atau lebih dikenal dengan inkompabilitas (Obat Tak
Tercampurkan). OTT atau obat tak tercampurkan dapat terjadi akibat reaksi kimia,
perubahan fisika atau kerja farmakologis.
Pada OTT yang tidak dapat diatasi, dapat diusulkan untuk mengeluarkan
salah satu obat dari campuran jika
1. Terjadi reaksi kimia
(a) Campurannya berupa racun. Contoh: Kalomel + iodium  sublimat
(b) Campurannya menimbulkan ledakan. Contoh: campuran bahan
pengoksidasi dengan bahan yang mudah dioksidasi (K-klorat + sulfur),
(KMnO4 + gliserin)
(c) Terjadi perubahan warna. Contoh: antipirin + nitrit  hijau
2. Terjadi perubahan fisika obat
Misalnya golongan alkaloid akan diserap oleh norit
3. Terjadi kerja farmakologis yang merugikan
Namun tidak semua OTT dari suatu bahan itu merugikan, ada juga OTT yang
diharapkan terjadi dan menguntungkan dalam pengerjaan, antara lain:
a. Terjadi penurunan titik eutektikum (titik lebur)
Misalnya: pada campuran mentol, timol, salol, asam salisilat, resorsinol,
kloralhidrat.
b. Meningkatkan kelarutan suatu bahan
Misalnya: Coffein yang ditambahkan dengan natrium benzoat, natrium salisilat
akan memperbesar kelarutan coffein tersebut
Lembar Kerja

dr. Supriyadi
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567 Jakarta

Jakarta, .

R/ Aminophilin100
Luminal25 mg
S.Lqs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
s.t.d.d caps I

Pro : Tn Marzuki (18 tahun)


Jl. Merdeka 10 Jakarta

I. OTT/Inkompatibilitas:

II. Cara Mengatasi:


dr. Maulana
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567
Jakarta

Jakarta, .

R/ Menthol 0,2 g
Asam salislat 0,1 g
Resorsinol 0,2 g
Talk ad 3 g
m.f.pulv.
s.u.e

Pro : Tn Marzuki (18 tahun)


Jl. Merdeka 10 Jakarta

I. OTT/Inkompatibilitas:

II. Cara Mengatasi:


PERCOBAAN IV
SEDIAAN FARMESTIKA PADAT

I. PULVIS DAN PULVERES

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian dalam secara oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis adalah
serbuk yang tidak terbagi–bagi. Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang kurang lebih sama dengan yang dibungkus kertas perkamen atau bahan
pengemas lain yang cocok.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk
Keuntungan bentuk serbuk :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak – anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan
dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kekurangan bentuk serbuk:
1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa yang
tidak enak
2. Kesulitan menahan terurainya bahan – bahan hygroskopis.
3. Mudah mencair atau menguap zat – zat yang dikandungnya.
4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan dalam
keseragaman dosis tunggal.
Syarat–Syarat Sediaan Serbuk:
1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.
2. Harus homogeny semua komponen
3. Harus dalam keadaan kering.
Derajat halus serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal
ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus
dilakukan dengan pengayak.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor pengayak,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi.
Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut semuanya melalui
pengayak no 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak no. 40.
Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus
serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sbb:
- Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
- Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
- Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
- Serbuk halus adalah serbuk (85)
- Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
- Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)

I.1 Pulvis (Serbuk Tak Terbagi)


Pulvis dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak). Umumnya, serbuk tabur harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak menimbulkan
iritasi pada bbagian yang peka.
Pulvis adsperius harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Harus halus, tidak boleh ada butiran – butiran kasar.
b.Talk, kaolin, dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri
Clostridium tetani, C.welchii, dan Bacillus anthracis serta disterilkan
dengan cara D (cara kering).
c. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka
2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai
pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis sternutotarius (serbuk bersin) digunakan untuk dihisap melalui
hidung.
4. Pulvis effervescent adalah serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan
dahulu dalam air dingin atau air hangat. Jika serbuk ini dilarutkan akan
mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan jernih.
Merupakan campuran dari senyawa asam (as. Sitrat, as. Tartrat,) dengan
basa (Na.bikarbonat).
Aturan pembuatan serbuk tabur:
1. Serbuk tabur yang tidak mengandung lemak diayak dengan ayakan no.100
2. Serbuk tabur yang mengandung zat berlemak diayak dengan ayakan no.44
3. Seluruh serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan
lagi sampai seluruhnya terayak.
Contoh resep
R/ Ichtyoli 0,5 Penyelesaian :
Talc. 10 - Ichtyoli dilarutkan dalam etanol 96% atau eter
Sol. Formaldehide 0,5 dan ditambah bolus.alba.
Bol.alba 3 - Sol.Formaldehide diganti 1/3
bobotnya m.f.pulv.adsp. ad 20 paraformaldehide.
s.u.e
Selain pulvis untuk penggunaan luar, juga dikenal pulvis untuk penggunaan dalam
(peroral). Penentuan dosis untuk pulvis penggunaan dalam menggunakan takaran
sendok makan (C), sendok the (cth), sendok bubur (cp). Penentuan dosis tiap
takaran menggunakan serbuk coba.
I. 2Pulveres (Serbuk Terbagi)
Pulveres/chartulae (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan penhgemas yang cocok
untuk sekali minum.
Penulisan resep serbuk oleh seorang dokter dapat dilakukan dengan cara
yaitu:
1. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk/bungkus, kemudian dibagi sebanyak
serbuk/bungkus yang diminta. Misalnya:
R/ Asam asetilsalisilat 2,5
Paracetamol 2
Coffein 0,5
m.f.pulv.divide in partes aequales no.X
2. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat berapa bungkus
yang dikhehendaki, misalnya:
R/ Asam asetilsalisilat 0,25
Paracetamol 0,2
Coffein 0,05
m.f.pulv.dtd no.X
Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut:
- Asam asetilsalisilat 2,5
- Paracetamol 2
- Coffein 500 mg
Ketiga bahan tersebut diracik/dicampur satu persatu, dan asam
asetilsalisilat yang digerus lebih dahulu sampai halus, kemudian ditambahkan
coffein dan gerus lagi sampai homogeny, terakhir paracetamol sedikit demi sedikit
dan digerus sampai homogeny. Keluarkan dari lumpang kemudian bagi menjadi 10
bungkus.
Pada cara diatas bahan yang ditimbang adalah sebagai berikut
- Asam asetilsalisilat 10 X 0,25 = 2,5
- Paracetamol 10 X 0,2 = 2
- Coffein 10 X 0,05 = 0,5
Gula berminyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gram saccharum lactis
dengan 1 tetes minyak eteris, yang sering digunakan adalah Oleum Anisi, Oleum
Foeniculi, dan Oleum Menthae Piperitae. Gula berminyak tidak boleh disimpan
sebagai persediaan, dan dikemas dalam kertas perkamen, jangan dengan kertas
paraffin sebab minyak eterisnya akan diserap. Gula berminyak harus dibuat
dengan tetes minyak eteris penuh tidak pecahan, bila dalam hitungan diperoleh
pecahan, dibuat dengan tetes penuh, sisa gula minyak disisihkan (disimpan).
Campuran serbuk yang basah atau mencair karena disebabkan karena
terbebasnya sebagian atau seluruh air kristal dari tiap bahan, hal ini dapat diatasi
dengan mengambil bahan yang sudah dikeringkan (exsicatus), bila sekiranya
bahan tersebut mempunyai garam exsicatur dengan perbandingan.
Perbandingan zat yang kering dengan zat yang mengandung air Kristal
adalah :
1) Ferrosi sulfat: eksikatur = 100:67 (3:2)
2) Magnesium sulfat: eksikatus = 100:67 (3:2)
3) Natrii sulfas: eksikatus = 100:50 (2:1)
4) Natrii karbonas: eksikatus = 100:50 (2:1)
5) Tawas: eksikatus = 100:67 (3:2)
Serbuk terbagi dikemas kedalam wadah kertas perkamen (puyer) sesuai
banyaknya permintaan dalam resep. Pada dasarnya langkah-langkah melipat atau
membungkus kertas pembungkus serbuk adalah sebagai berikut :
1. Letakkan kertas rata diatas permukaan meja dan lipatkan sekitar 1–1,5 cm
kearah kita pada garis memanjang pada kertas untuk menjaga keseragaman,
langkah ini harus dilakukan bersamaan dengan lipatan pertama sebagai
petunjuk. Penyusunan kertas hendaknya secara proporsional, jangan terlalu
memanjangkan kesamping, maksimal 5-6 kertas kesamping.
2. Letakkan serbuk baik yang ditimbang atau dibagi-bagi ke tengah kertas yang
telah dilipat satu kali lipatannya mengarah keatas disebelah seberang
dihadapanmu.
3. Tariklah sisi panjang yang belum dilipat keatas dan letakkanlah pada kira kira
garis lipatan pertama, lakukan hati-hati supaya serbuk tidak berceceran.
4. Peganglah lipatan dan tekanlah sampai menyentuh dasar kertas dan lipatlah
kehadapanmu setebal lipatan pertama.
5. Kertas pembungkus yang telah terlipat rapi masukkan satu persatu dalam dos
atau plastik klip. Pada lipatan kertas pembungkus tidak boleh ada serbuk dan
tidak boleh ada ceceran serbuk.
Dalam Resep Pulvis (Serbuk Tak Terbagi), khususnya untuk pemakaian
dalam (ditandai dengan adanya petunjuk pemakaian Cth, C, C.p.) pehitungan
dosis sekali pakai untuk setiap sendok teh/sendok makan/sendok bubur harus
dilakukan perhitungan serbuk coba. Sebagai contoh:
R/ Natrri carbonas 10
Nitras subnitras
NaBr aa 5 (DM 2 g/6 g)
Magnesium Oxyd. 10
Rhei Radix Pulv 5
SL ad 40
S.t.d.d cth I
Pro: Sultan (20 thn)
Penyelesaian:
- Hitung dulu serbuk coba
Campur dan gerus halus natrium karbonat, NBB, MgO dan rhei radix
sampai homogen. Untuk menghemat bahan dan mempercepat pengerjaan,
dapat diperkecil jumlah bahan dalam resep dengan perbandingan yang
sama (Natrium karbonas 2 g, NBB 1 g, NabR 1 g, MgO 2, rhei radix 1 g dan
SL ad 8 g).
- Ambil 3 sendok teh (jika petunjuk dalam resep Cth, kalau C ambil sendok
makan) kemudian timbang dan rata-ratakan sehingga didapat rata-rata satu
sendok teh = X gram (Misalnya = 2,2 gram)
Sehingga dalam resep yang memiliki DM ialah NaBr.
,
Dosis sekali pakai NaBr = ℎ =
5 = 0,275
Dosis sehari pakai NaBr = 3 0,275 = 0,825
Berdasarkan perhitungan tidak ada dosis yang melampaui dosis sekali
pakai dan sehari dari NaBr (DM = 2 g/ 6 g). Jika melebihi, serbuk tersebut tidak
dapat dikerja.
II. Capsule (Kapsul)
Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul
atau berupa sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar.
Dalam FI Ed.III. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul,
keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan lain.
Keuntungan sediaan kapsul, antara lain:
1) Bau dan rasa yang tidak enak tertutupi
2) Pemberian dosis yang tetap.
3) Bahan – bahan obat/ zat yang rusak diudara terbuka, bila dimasukkan kedalam
kapsul akan terlindungi.
4) Mudah pemakaiannya oleh pasien.
5) Dengan kapsul yang berwarna – warni, menambah daya tarik obat.
6) Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
tambahan/pembantu seperti pada pembuatan pil dan tablet.
Macam-Macam Kapsul:
- Kapsul keras
- Kapsul Lunak
Ukuran cangkang kapsul
Asetosal Na.Bikarbonat Nitras bismuth basa
No.ukuran
(gram) (gram) (gram)
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0,6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12

Pemilihan Ukuran Kapsul


- Pemilihan dari ukuran paling baik ketika formulasi dikembangkan, karena
jumlah bahan inert yang dibutuhkan tergantung pada ukuran atau kapasitas
kapsul yang dipilih.
- Apabila formulasi dari bahan tidak memerlukan pengisi untuk menambah
jumlah serbuknya, maka ukuran cangkang kapsul dapat boleh ditetapkan
setelah pengembangan dan persiapan formulasi.
- Agar kapsul diisi dengan baik, maka bagian badan kapsul yang diisi campuran
bahan obat dan bagian tuupnya diselubungkan rapat – rapat. Bagian tuup
bukan saja berfungsi sebagai penutup tetapi juga menekan dan menahan, oleh
karena itu ukuran kapsul harus dipilih sesuai kebutuhan.

Cara pengisian kapsul


Ada tiga cara pengisian cangkang kapsul yaitu dengan:
1. Tangan; merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan
langsung tanpa menggunakan bantuan alat lain. Untuk memasukkan obat
kedalam kapsul, dapat dilakukan dengan cara membagi serbuk sesuai jumlah
kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam
badan kapsul lalu ditutup.
2. Alat bukan mesin; alat yang dimaksud ini adalah alat dengan menggunakan
tangan manusia. Dengan pengerjaan ini, dapat diperoleh kapsul yang seragan
dan lebih cepat.
3. Alat mesin; digunakan untuk memproduksi kapsul secara besar – besaran dan
menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari
membuka, mengisi, sampai menutup kapsul.

III Suppositoria
Yang dimaksud dengan suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan
melalui rectal, vagina dan uretra. Umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,
melunak, atau meleleh pada suhu tubuh. Umumnya suppositoria rectal berbobot 2
gram untuk dewasa, 1 gram untuk anak-anak.
Keuntungan bentuk torpedo ini adalah bila bagian yang besar telah masuk
melalui otot penutup dubur, maka bagian suppositoria yang lain akan tertarik
masuk dengan sendirinya.
Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria.
Bentuk sediaan suppositoria ini sangat bermanfaat untuk mencegah
berkurangnya efisiensi obat akibat mengalami metabolism di hati sehingga
kadarnya dalam darah berkurang. Selain itu, pada keadaan terapi oral tidak
mungkin, misalnya: orang yang pingsan, muntah – muntah, mual; untuk anak kecil
dan bayi, obat yang akan terurai oleh enzim pencernaan, obat yang dapat
mengiritasi lambung, pemakaian suppositoria sangat menguntungkan.
Kerugian dari suppositoria ini dirasakan saat menimbulkan rasa yang
tidak enak pada tempat dimana suppositoria ini dimasukkan.
Bentuk dan Ukuran Suppositoria
1) Suppositoria rectal dengan bentuk peluru, torpedo, jari – jari atau selinder
dengan kedua ujungnya lancip, panjang kurang lebih 32 mm. Berat tergantung
dari berat jenis dan basis yang digunakan tetapi umumnya 2 gram.
2) Suppositoria vagina umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat pembawa yang zarut dalam air atau yang
dapat bercampur dengan air seperti propilenglikol atau gelatin terglicerinasi.
3) Suppositoria urethra umumnya berbentuk batang, ramping seperti pensil. Untuk
pria bergaris tengah 3 – 6 mm dan panjang 7 cm.
Komposisi sediaan suppositoria terdiri dari:
- Zat aktif
- Bahan dasar
Penggolongan basis suppositoria
Pada umumnya basis suppositoria dapat digolongkan atas:
1) Basis berlemak: oleum cacao
2) Basis bercampur atau larut dalam air: gliserin – gelatin, propilenglikol dll.
3) Basis lain: pembentuk emulsi a/m
Basis jenis ketiga ini ini ditujukan untuk mempermudah bercampur dengan
cairan tubuh atau mengikat air.
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria.
a) Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak nitrat dan
plumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum arachidis kurang
dari 5%.
b) Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang disebabkan oleh
fenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan penambahan cera 4 –
6% atau cetaceum 12%.
c) Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbuk akan menyulitkan dalam
penambahan adeps lanae.
d) Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang harus
dilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri dengan
konsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecil dapat dibuat
dengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum dituang.
e) Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya dihindari
sebab:
- Menyebabkan reaksi antara obat – obatan dalam suppositoria.
- Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat
keluar dari suppositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao
Pengemasan Suppositoria
Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoria
terpisah satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh.
Bisanya dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastic
sebanyak 6 sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos.
Suppositoria harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.

IV Pillulae (Pil)
Istilah pil berasal dari bahasa latin yaitu pila yang berarti bola. Zaman
dahulu bentuk pil lebih besar dari pil zaman sekarang. Berdasarkan bobotnya, obat
yang berbentuk bulat dapat digolongkan atas:
1. Pilulae = Bobotnya kira – kira 30 mg – 300 mg
2. Granule = Bobotnya 1/3 – grain = 20 mg – 60 mg
3. Boli = Bobotnya lebih besar dari 300 mg
4. Parvule = Bobotnya kurang dari 20 mg
Dalam FI ed. III. pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung
satu atau lebih bahan obat.
Menurut F.N. 78. Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur, dibuat
menggunakan massa pil.
Cara membuat massa pil.
Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan zat
tambahan yang cocok, diaduk dan ditekan hingga menjadi massa yang mudah
digulung. Pil yang diperoleh tidak boleh berubah bentuk pada penyimpanan dan
tidak terlalu keras.
Komposisi pil
Pil terdiri dari:
1. Bahan obat
2. Zat tambahan, terdiri dari:
- Zat pengisi
- Zat pengikat
- Zat pembasah
- Zat penabur
- Zat penyalut
Bahan obat
Hampir semua bahan obat dapat dibuat pil, baik yang berbentuk padat, cair
maupun bentuk setengah padat. Bahan obat yang higroskopis sebetulnya kurang
baik untuk dibuat pil, karena mudah menarik uap air dari udara, sehingga pil yang
diperoleh pada penyimpanan biasanya menjadi basah atau pecah – pecah.
Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan massa pil harus dipilih
sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat – syarat sbb:
- Harus memenuhi syarat umum zat tambahan.
- Pil yang diperoleh memenuhi syarat – syarat pil.
a) Zat pengisi
Zat pengisi digunakan untuk mencapai bobot dan ukuran yang lazim. Jadi
jumlah dan jenis zat pengisi yang digunakan tergantung dari bobot dan jenis bahan
obatnya. Zat pengisi yang lazim digunakan adalah serbuk akar manis (Radix
liquirithae), Kaolinum, Saccharum.
b) Zat pengikat
Zat pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi sebagai zat yang jika
ditambahkan kedalam campuran bahan obat dengan zat tambahan lainnya dengan
atau tanpa zat pembasah yang cocok, diaduk dan ditekan akan menghasilkan
massa pil yang mudah digulung. Zat pengikat yang sering digunakan adalah sari
akar manis (succus liquirithae), Gummi arabicum, adeps lanae dan vaselin,
glycerinum cum Tragacant, ekstrak kental, cera flava dll.
c) Zat pembasah
Zat pembasah yang lazim digunakan adalah aqua gliserin yang merupakan
campuran gliserin dengan air sama banyak (1:1); dan sirup gula yang sering
digunakan pada pembuatan granul tetapi pada penyimpanannya pil yang diperoleh
akan mengeras.
d) Zat penabur
Zat penabur adalah zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya
massa pil pada waktu dicetak atau digulung dan mencegah melekatnya pil pada
waktu penyimpanan. Zat penabur yang sering digunakan adalah licopodium,
talcum, serbuk akar manis (Succus liquirithae) dll.
e) Zat penyalut
pemberian zat penyalut dalam pil diperlukan dalam hal-hal sbb:
- Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak
- Untuk emlindungi isisnya terhadap pengaruh dari luar misalnya pengaruh
oksidasi.
- Untuk mencegah atau memperlambat pecahnya pil dalam lambung,
terutama pil yang seharusnya pecah didalam usus. Zat penyalut yang lazim
digunakan adalah balsamum tolutanum, kollodium, perak, graphite,
gelatinum

Lembar Kerja

Dokter : I. Kelengkapan Resep


Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar No. SIK :
R/ Lc. Penmox tab. 125 mg
Tgl Resep :
Paracetamol Phenobarbital Coffein 100 mg
S.L Paraf dokter :
aa 20 mg Nama pasien :
q.s Umur pasien :
m.f. pulv.dtd.No.X Alamat pasien
s.t.d.d. p.I pro :
umur : alamat : Lain – lain
:

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan


IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK:

No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
No. SIK :
R/ Menthol Boric acid Oxydi Zinci Talc. 1%
2% Tgl Resep :
2,5 Paraf dokter :
ad 25 Nama pasien :
m.f. pulvis adsp. s.o.m.applic Umur pasien :
Alamat pasien
pro : umur : alamat
: Lain – lain
:

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Pulv.Antashmatici Albi s.f. No. X No. SIK :
m.f. da in caps s.p.r.n.b.d.d.C.I Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain :
umur : alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Papaverin1,2
No. SIK :
m.f. l.a. pil.No.XXX s.b.d.d.pil II a.c. Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
pro : umur : alamat
Alamat pasien
: Lain – lain
:

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
Dokter : Jl.
No.SIK
I. Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Makassar Alamat dokter :
R/ Diazepam10 mg No. SIK :
m.f. supp.dtd.No.II s.u.c Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain
umur : alamat
:

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
PERCOBAAN V
SEDIAAN FARMASETIK CAIR

I. SOLUTIONES (LARUTAN)

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih
zat terlarut (solute atau solvendum) berupa zat padat, cair atau gas dalam pelarut
(solven) yang sesuai, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar
atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injeksi.
Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20°, kecuali
dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat
cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.

Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan
dengan istilah berikut:

Jumlah bagian pelarut yang diperlukan


Istilah kelarutan untuk melarutkan
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 10 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

INTERAKSI PELARUT – ZAT TERLARUT

Berhubungan dengan kelarutan (solubility) maka dapat terjadi interaksi


antara pelarut-pelarut, pelarut-zat terlarut dan zat-zat terlarut. Beberapa faktor dan
konsep yang penting untuk meramal keterlarutan obat adalah :

1. Polaritas

2. Co-solvency

3. Parameter kelarutan

4. Suhu

5. Salting out
6. Salting in

7. Hidrotopi

8. Pembentukan kompleks

9. Efek ion senama

10. Ukuran partikel

11. Ukuran dan bentuk molekul

12. Struktur dari air

Beberapa bahan yang tidak boleh dipanaskan pada saat pengerjaannya


antara lain:

1. Ascal, akan terurai menjadi Calcii salicylas dan asam cuka. Begitupun
aspirin akan terurai jika ada air
2. Luminal natrium, akan terurai menjadi phenylaethylacethyl-ureum yang
sukar larut, biarpun pada suhu kamar
3. Barbital natrium, serupa diatas, menjadi diaethylacetyl-ureum yang sukar
larut
4. Chloral hidrat, akan menjadi chloroform dam asam formiat
5. Natrii subcarbonas, akan menjadi natrii carbonas dan CO2
6. Senyawa-senyawa perak koloidal; protargol, collargol, targesine, arygrol dll
Macam-Macam Sediaan Larutan

Larutan oral

Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran konsolven air. Larutan oral yang mangandung sukrosa
atau gula lain kadar tinggi disebut sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air
disebut sirup simpleks (64%) v/v. Larutan yang mengandung etanol sebagai
kosolven disebut eliksir.

Larutan topikal

Larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering kali mengandung


pelarut lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.

Lotio

Sediaan larutan atau suspensi yang digunakan secara topikal. Contohnya :


lotio kumerfeldi
Larutan Otik

Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar. Misal : larutan otik neonisin dan
polimisin B silfat.

Spirit

Larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah


menguap, umumnya berupa larutan tunggal atau campuran bahan. Spirit harus
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat tidak tembus cahaya. Jika pelarutnya
air disebut air aromatik

Sirup

Sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan
pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya bukan obatatau
pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll.

Eliksir

Larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk


penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Dibanding
dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar
gula lebih rendah, sehingga kurang efektif dalam menutupi rasa dan bau zat aktif.

Saturasi, Effervesen dan Netralisasi

Larutan yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu basa
(bikarbonat). Pada netralisasi, gas CO 2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai
habis. Pada saturasi, larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO 2.

Potiones

Sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga
dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam golume besar, umumnya 50 ml.

Collyria

Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet.
Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup kedap.

Gargarisma

Sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan


dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan dan tujuan
penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung mengenai selaput
lendir yang ada di dalam tenggorokan dan bukan sebagai pelindung selaput lendir
maka tidak digunakan bentuk suspensi dan bahan berlendir tidak cocok sebagai
obat kumur. Dalam tiket harus tertera :

 hanya untuk kumur, jangan ditelan.

 Sebelum digunakan diencerkan.

Mouthwash

Sediaan yang hampir mirip dengan gargarisma, ditujukan sebagai antiseptik


mulut. Namun dalam penggunaanya tidak perlu lagi untuk diencerkan dan hanya
dikumur dalam rongga mulut.

Contoh Resep Sediaan Larutan

R/ Ascali 5 Penyelesaian:
- Pembuatan Ascali dapat dibuat dengan cara 1,2 g calcii
Codein 0,1
acetylsalicylas dengan menggerus halus 1 g Acid
Aqua ad 200 Acetylosalicycum dan dicampur 1/3 g Calcii carbonas
dalam mortir. Lalu campuran tersebut digerus dengan
m.f.potio 10 g air dingin dan setelah gas C0 2 keluar larutan
tersebut disaring.
S.3.d.d.c
- Codein merupakan basa lemah yang larut dalam air
(1:20)

II Suspension

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam


bentuk dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap dan bila dikocok perlahan-lahan,
endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat tambahan
untuk menjamin stabilitas suspensI tetapi kekentalan suspensi harus menjamin
sediaan mudah dikocok dan dituang.

Aturan dalam pembuatan suspensi:

1. Untuk obat berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus


sebanyak 2% dari jumlah cairan obat minum
2. Untuk obat tidak berkhasiat keras disuspensi dengan Pulvis Gummosus
sebanyak 1% dari jumlah cairan obat minum
Keuntungan suspensi adalah:

- Rasa yang tidak enak dapat ditutupi karena ukuran partikel suspensi besar jadi

kontak dengan lidah kecil.

- Suspensi lebih stabil secata kimia dibandibgkan dengan larutan.

- Dapat digunakan untuk obat-obat yang tidak larut.

- Mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak-anak.

- Bisa diatur warna dan bau

Kerugian suspensi

- Tidak stabil secara termodinamika

- Ketidakseragaman dosis

- Adanya pengaruh gravitasi menyebabkan terjadinya sedimentasi

- Ada obat yang tidak stabil dengan adanya air pada penyimpanan, misalnya

bebrapa antibiotik.

- Volumenya besar.

- Penampilan suspensi tidak elegan.

Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut di
dalam cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang
adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain
kontaminan.

Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah
kemasukkan udaa dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari
suspense medium.

Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang
dibentuk serbuk dengan permukaan cairan.

γs γSL

θ < 90o θ = 90o θ >90o

Sudut kontak antara 0o – 180o


Jika interaksi antara padatan dan cairan lebih besar daripada interaksi antara
padatan dan udara, sudut kontak yang terbentuk antara padatan dengan cairan
ialah >90°, hal ini menyebabkan partikel/padatan tersebut sulit untuk dibasahi
bahkan akan berada di udara (mengapung) jika sudut kontaknya. Sudut kontak
dibawah <90°, menyebabkan padatan yang siap dibasahi.

Contoh Resep:

R/ Sulfamerazin 12 Penyelesaian:

Pulvis Gummos. 2 - Sulfamerazin merupakan obat


berkhasiat
Ol. Citris gtt III
- PGA yang digunakan ialah 2% dari 100
SS 25 ml, yaitu 2 gram
- Jumlah air yang digunakan ialah 14 ml
Aqua ad 100 ml
S.b.d.d cth I

III EMULSI

Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari dua cairan yang tidak
saling bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seraagam dalam bentuk
globul-globul (fase dalam) dalam cairan lainnya (fase luar), distabilkan dengan zat
pengemulsi atau emulgator yang cocok. Diamater globul (tetesan) antara 0,1-100
μm.

Tipe- tipe emulsi yaitu :

1. Emulsi M/A, jika minyak terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa air

2. Emulsi A/M, jika air terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa minyak

3. Emulsi A/M/A

4. Emulsi M/A/M

5. Mikroemulsi

Zat pengemulsi (emulgator) adalah bahan yang menurunkan tegangan


antarmuka minyak dan air, dan membentuk suatu lapisan tipis yang kaku disekitar
globul terdispersi yang mencegah terjadinya koalesensi (penggabungan butir-butir)
dan pemisahan fase terdispersi. Contoh: PGA, Tragakan, Gelatin, Sapo, senyawa
ammonium kuartener, kolesterol, surfaktan seperti Tween, Span dan lain-lainnya.

Metode pembuatan emulsi:

1. Metode Gom Basah (metode kontinental)


2. Metode Gom Kering
3. Metode Botol
Sistem HLB (Hydrophile Lipophile Balance)

HLB merupakan keseimbangan lipofil dan hidrofil dari suatu surface active dari
molekul surfaktan. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil
surfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB surfaktan makin hidrofil

Contoh perhitungan HLB:

R/ Stearil Alkohol* 1,5 (HLB butuh 14)

Adeps Lanae* 2 (HLB butuh 10)

Paraffin cair* 30 (HLB butuh 12)

Tween 80 10%

Span 80 10%

Aqua ad 100

m.f emulsa

Jumlah Fase Minyak (*): 1,5 + 2 + 30 = 33,5

Jumlah HLB butuh dari fase minyak:

,
+ + = ,
, , ,

Emulgator yang dibutuhkan pada R/ yaitu 10% dari 100 g = 10

g HLB butuh Tween 80 = 15

HLB butuh Span = 4,3

HLB butuh fase minyak = 11,9

,,
Jumlah Span = , ) ( ,, )
x 10 g = 7,1 g
(

,
Jumlah Tween = , ) (,, ) x 10 g = 2,9 g
(
Lembar Kerja

I. Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Alamat dokter :
No. SIK :
Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
: Lain – lain
:

Dokter : Marshanda
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17 No.SIK

Makassar R/ Amonium Chloride1


Efedrin HCl0,2
Syr. Simplex15%
m.f potio 100
S.3.d.d cth II a.c

pro :
umur : alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK:

No. Tgl.
Dokter : Marshanda I. Kelengkapan Resep
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17 No.SIK Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar R/ Calamin Lotio 60 ml No. SIK :
Adde
Asam borat2% Tgl Resep :
m.f lotio S.a.u.c Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : umur :
: Lain – lain
alamat :

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Ol. Iecoris Aselli Syr. Simpleks Oleum Citri
20
No. SIK :
m.f emulsa 60 25% Tgl Resep :
S.b.d.d Cth II gtt III Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain :
umur : alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
PERCOBAAN VI
SEDIAAN FARMASETIK SEMI PADAT

Unguentum
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogeny dalam dasar salep yang cocok (FI ed.III). Salep tidak boleh berbau
tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau obat narkotika adalah 10%.
Pembagian dasar salep antara lain:
1) Dasar salep hidrokarbon, yang terdiri dari:
- Vaselin putih dan kuning.
- Campuran vaselin dengan cera alba/flava.
- Parafin cair dan parafin padat
- jelene
- Minyak tumbuh-tumbuhan.
2) Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air, terdiri dari:
- Lanolin dan Lanolin hidrous.
- Unguentum simplex (Campuran 30 bagian Caera flava dan 70
bagian Minyak wijen)
- Hydrophilic Petrolatum
3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri
dari:
- Dasar salep emulsi tipe M/A, seperti Vanishing cream.
R/ Lanolin 20
Cetyl alcohol 1,0
Parafin liquidi 5,0
Acidi stearinici 9,0
Kalii hydroxide 0,5
Propilenglikol 5,0
Aquadest 77,5
- Emulsifying ointment
R/ Emulsifying wax 300
Vaselini albi 500
Parafin liquid 200
- Emulsifying wax
R/ Cetostearilalkohol 90
Natriumlaurylsulfat 10
Aquadest 4 mL
- Hydropilik ointment, dibuat dari minyak mineral, Stearylalkohol, Mirj
52 (emulgator tipe M/A), aquadest.
4) Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri dari PEG, atau
campuran PEG.
Cara Pembuatan Salep
Aturan umumnya ialah :
a) Zat yang larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan
rendah.
b) Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbukkan dan diayak
dengan deraja ayakan no.100.
c) Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/ menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dengan air yang tersedia,
setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
d) Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harur
diaduk hingga dingin.
Tipe-tipe salep yaitu:
a) Salep berlemak ; merupakan salep dengan basis berlemak seperti basis
hidrokarbon dan cera.
b) Pasta berlemak ; merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk), sebagai dasar salep digunakan Vaselin, paraffin cair. Bahan
tidak berlemak seperti glycerin, mucilage, atau sabun. Karena itu merupakan
salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh pada suhu badan.
c) Pasta kering; suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
d) Salep sejuk; Suatu salep yang mengandung tetes air yang relative besar. Pada
pemakaian pada kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas tubuh
mengakibatkan rasa sejuk.
e) Pasta pendingin; merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan salep tiga dara.
f) Krim; adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
g) Mixtura gojok (Mixtura agintandae) ; suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam
cairan, biasanya terdiri dari air, glycerinum dan alcohol. Mixture gojok biasanya
mengandung 60% cairan.
h) Linimentum; umumnya adalah sediaan cairan atau kental, mengandung
analgetik dan zat yang mempunyai sifat rubefacient melemaskan otot atau
menghangatkan, digunakan sebagai obat luar.

Lembar Kerja s.m.et.v.aplic

Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar pro :
No.SIK 2118/B umur :
Makassar alamat
R/ 2-4 salep 10
Adde
Campora 1%
m.f. Ung. II. Khasiat penggunaan resep
Tgl Resep :
Paraf dokter :
I. Kelengkapan Nama pasien :
Resep Nama Umur pasien :
dokter : Alamat pasien
Alamat dokter : Lain – lain
: :
No. SIK :

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

Dokter : I. Kelengkapan Resep


Jl. Teratai No.10 Makassar Nama dokter : Alamat
No.SIK 2118/B
dokter :
Makassar
R/Pasta Exsiccans 10 No. SIK :
s.a.u.e Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain
umur : :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis


V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Vanishin Cream adde
No. SIK :
10
Salycilic acid Tgl Resep :
m.f. cream s.a.u.e 1% Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
: Lain – lain
pro : umur : :
alamat

II. Khasiat penggunaan resep

III. OTT (Obat Tak Tercampurkan)

IV. Perhitungan Dosis

V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja

VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :

No. Tgl.

Anda mungkin juga menyukai