FARMASETIKA
NIM : …………………………
Kelompok/Gol. : …………………………
Fakultas : …………………………
PENYUSUN
ARDIAN, S.Si
LABORATORIUM FARMASETIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2010
1 Modul Farmasetika
Dasar
KETENTUAN UMUM
PENGENALAN RESEP
Dilihat dari arti kata resep berasal dari kata “Recipe” bahasa latin artinya
“Ambillah”. Dalam pengertian secara umum resep ialah “Formulae Medicae” yang
dibagi atas:
a. Formulae Officinalis; yaitu resep-resep yang terdapat dalam buku-buku resmi.
b. Formulae Magistrales; yaitu resep-resep yang disusun atao dibuat oleh dokter
berdasarkan pengalaman dan pendapatnya sendiri, kadang-kadang gabungan
dengan formulae officinalis dengan menambah dan mengurangi.
Dalam SK. Menkes RI No.244/Menkes/SK/V/90 memberikan pengertian
tentang resep sebagai berikut: Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak jelas atau
tidak lengkap, apoteker harus menanyakannya kepada dokter penulis resep
tersebut. Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nama, alamat, dan no.izin prakter dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep (inscription)
3. Tanda “R/” pada bagian kiri setiap penulisan resep (Invocatio)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (Praescriptio/ordonatio)
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (Signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Subscriptio)
7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemilliknya untuk resep dokter hewan;
8. Tanda seru dan/paraf dokter untuk resep yang melebihi dosis maksimalnya.
Dr. Supriyadi
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567 Jakarta
Jakarta, 06-09-2010
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl C.T.M 20 mg
S.L 4 mg qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I
paraf/TTD
Apotek Tarakan
Jl. Tenggiri 48 Tlp.5914007 Apoteker: Drs. H.A.Syamsuni,Apt SIK: No. 3959/B
Jakarta, 06-09-2010
Salinan Resep
Resep Untuk : A.Faruk
Resep dari : Dr.Abdul Muluk
Tgl ditulis resep : 06-09-2010
No.Tgl.Pembuatan : 113,06-09-2010
R/ Acetosal 500 mg
Codein HCl 20 mg
C.T.M 4 mg
S.L qs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
da in caps
s.t.d.d caps I detur
p.c.c
Cap apotek Yang menyalin:
Drs.Syamsuni,Apt
Opium Resep
Opium Resep ialah resep dimana salah satu obat/bahan obatnya tergolong
narkotika. Resep yang mengandung obat narkotika tidak boleh diulangi
penyerahan obatnya atas dasar resep yang sama, kecuali dengan resep baru dari
dokter, dan setiap resep yang mengandung narkotika alat penderita harus
diketahui dengan jelas. Untuk menghindari kekeliruan, resep ini diberi tanda
khusus.
Cito Resep
Cito resep ialah resep dimana dokter menginginkan pengobatan dengan
segera, karena keadaan penderita. Resep semacam ini harus didahulukan
penyelenggaraannya dari resep lain.
Tanda-tanda yang biasa digunakan dan ditulis pada bagian kanan sebelah atas
blanko resep yang terdiri dari:
(1) Cito = segera
(2) Urgent = penting
(3) Statim = penting
(4) P.I.M = Periculum in mora = berbahaya bila ditunda
Cito resep juga termasuk oba-obat tertentu yang penggunaannya segera dilakukan
yaitu obat yang digunakan untuk antidotum penawar racun dan obat untuk luka
bakar.
ETIKET
Setelah obatnya selesai dibuat dan telah diperiksa kembali kemudian
dimasukkan kedalam wadah yang telah ditempeli etiket sesuai dengan aturan
pemakaian yang tertera dalam resep. Etiket obat berdasarkan resep dokter terdiri
dari:
a. Etiket berwarna putih; untuk obat yang digunakan sebagai obat dalam (peroral)
b. Etiket warna biru; untuk obat yang digunakan sebagai obat luar.
Pada sebuah etiket obat berdasarkan resep dokter harus memuat hal – hal
sbb:
a. Nama,alamat,dan No.SIA apotik
b. Nama/SIPA apoteker pengelola apotik.
c. No.resep, nama kota, tanggal pembuatan obat.
d. Nama penderita
e. Aturan pakai yang jelas
f. Paraf pembuatan obat
DOSIS
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar.
Menurut FI ed III, ada beberapa jenis dosis yaitu:
1. Dosis Maksimum (DM), Dosis ini berlaku untuk pemakaian satu kali dan satu
hari. Penyerahan obat yang dosisnya melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan cara membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep; member
garis bawah nama obat tersebut; dan menuliskan banyak obat dengan huruf
secara lengkap.
2. Dosis Lazim, dosis ini merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi
digunakan sebagai pedoman umum.
Macam-Macam Dosis
Selain dosis lazim, juga dikenal macam – macam istilah dosis yang lain, yaitu
1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita.
2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita
3. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat keracunan pada
penderita.
4. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
kematian pada penderita.
Dosis maksimum berlaku untuk obat dengan cara pemakaian:
1. Obat dalam, yaitu obat dengan pemakaian melalui mulut, kerongkongan terus
ke lambung (Peroral, peroos)
2. Obat dengan cara pemakaian melalui rectal, misalnya clysma/levement dan
suppositoria atau obat yang penggunaannya melalui urogenital, misalnya bacilli,
ovula dll.
3. Obat dengan cara penggunaannya melalui jaringan kulit misalnya injeksi.
PERHITUNGAN DOSIS
1. Perhitungan dosis berdasarkan umur
(a) Rumus Young (untuk anak dibawah 8 tahun)
(ℎ )
=
( ℎ ) + 12
(b) Rumus Fried
= ( )
150
(c) Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)
= (ℎ)
20
(d) Rumus Cowling
= (ℎ)
24
(n adalah umur dalam satuan tahun yang digenapkan ke atas). Misalnya,
umur penderita 1 tahun 1 bulan, maka n dihitung 2 tahun.
(e) Rumus Dilling (untuk anak diatas 8 tahun)
Rumus ini berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa. Aturan
sebagai berikut :
0-1 tahun = 1/12 x dosis dewasa
1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa
2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa
3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa
4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa
14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa
21-60 tahun = dosis dewasa
(f) Rumus Bastedo
( )
=
= ( )
150
(b) Rumus Thremich-Fier (Jerman)
()
=
70
(c) Rumus Black (Belanda)
= ()
68
(d) Rumus Juncker & Glaubius (paduan umur dan bobot badan)
=%
3. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
(a) Dari kumpulan kuliah farmakologi UI tahun 1968
=
1,75
(b) Rumus Catzel
ℎ
= 100
ℎ
4. Perhitungan dosis dengan pemakaian berdasarkan jam
(a) Menurut FI ed. III
Satu hari dihitung 24 jam sehingga untuk pemakaian sehari dihitung
24
= ; =
Misalnya,
s.o.t.h (tiap 3 jam) : =8 ℎ
1. Timbangan
a. Timbangan kasar
Timbangan kasar memiliki daya beban 250 gram hingga 1000 gram
dengan kepekaan 200 mg
b. Timbangan gram halus
Timbangan gram halus memiliki daya beban 100 gram hingga 200 gram
dengan kepekaan 50 mg
c. Timbangan milligram
Timbangan milligram memiliki daya beban 10 gram hingga 50 gram
kepekaan 5 mg.
Keterangan:
Papan landasan timbangan
Tombol pengatur tegak berdirinya timbangan
Anting penunjuk tegaknya timbangan (waterpas)
Jarum timbangan
Skala
Tuas penyangga timbangan
Pisau tengah/pisau pusat
Pisau tangan
Tangan timbangan
Tombol/mur pengatur keseimbangan
Piring timbangan
Cara Penimbangan:
3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau (7) dan (8) sudah pada
tempatnya. Bila sudah maka tuas (6) kita putar maka timbangan akan
terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat
sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar mur (10) kiri atau kanan
sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.
4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen/alas timbangan diatas kedua
piring timbangan, angkat tuas (6) untuk memeriksa apakah timbangan
sudah seimbang. Bila sudah seimbang, maka penimbangan bahan-bahan
bisa dimulai.
Lumpang dan alu merupakan wadah atau peralatan yang terbuat dari
porselen yang digunakan untuk menggerus atau mencampur bahan-bahan obat.
Dalam menggerus atau mencampur bahan obat (terutama obat keras), lebih baik
dipilih lumpang yang lebih halus dan pori-pori lumpang sangat kecil. Alu diletakkan
di samping lumpang dengan posisi kepala alu menghadap ke kita. Hal ini untuk
mencegah alu berputar dengan diameter lebih luas dan memungkinkan jatuh dari
meja kerja.
Alu
Lumpang
Suhu penangas air dapat diatur sesuai dengan suhu yang diinginkan. Penangas
air biasa digunakan untuk melebur basis, menguapkan ekstrak atau tingtur,
pemanasan untuk mempercepat kelarutan dan lain-lain.
4. Cetakan Suppositoria
Untuk menghindari masa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari masa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya
dibasahi dengan parafin, minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment).
Yang terakhir jangan digunakan untuk suppositoria yang mengandung garam
logam, karena akan beraksi dengan sabunnya
dan sebagai pengganti dapat
digunakan larutan oleum ricini dalam etanol.
5. Alat Pengisi Kapsul (Filling capsule)
Pil adalah suatu sediaan padat yang berbentuk bulat dengan berat berkisar
100 mg sampai 500 mg. Pil dicetak menggunakan cetakan pil yang terdiri dari
Pillen Plank dan Pillen Roller. Pillen Plank terdiri atas alat papan dan pemotong pil
dimana pada papan terdapat lempeng kanal besi yang berbentuk setengah silinder
yang simetris dengan pemotong pil jika disatukan akan membentuk suatu kanal
silinder. Pillen Roller terdiri dari alat papan berbentuk bulat yang berfungsi untuk
membulatkan hasil cetakan dari pillen plank.
Keterangan:
1. Pillen Roller
2. Lempeng silinder
3 3. Pillen Plank
4. Pemotong pil
Cara penggunaan:
“Semua obat adalah racun, tetapi tidak semua racun adalah obat”, obat
dapat diartikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam
diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan.
Penggolongan obat
Obat atau bahan obat termasuk barang yang berbahaya dan merupakan
barang yang mempunyai potensi untuk disalah gunakan. Untuk memudahkan
dalam pengawasannya maka obat yang beredar diindonesia digolongkan menurut
daftar yang meliputi:
a. Narkotika, biasa disebut daftar O (opium)
Yaitu obat-obatan yang umumnya mendatangkan ketagihan dan
ketergantungan secara mental dan fisik yang sangat merugikan masyarakat dan
individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter.
Misalnya candu/opium, morfin, petidin, metadon dan kodein.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada resep yang mengandung narkotika.
- Tidak boleh di ulang (N.I/ne iter/ne iteretur)
- Tidak boleh ditulis m.i. (mihi ipsi) atau u.p. (usum propium) atau pemakaian
sendiri
- Alamat pasien dan aturan pakai harus jelas
- Hanya boleh diberikan jika resep asli dari dokter dan ada tanda tangan
dokter tersebut
- Copy resep dapat diberikan apabila obat belum diberikan semuanya
(d.i.d/da in) namun harus ditembus di apoyek yang mengeluarkan copy
resep tersebut
- Bahan narkotik yang terdapat pada resep, harus digarisbawah merah.
b. Obat Psikotropika merupakan obat yang mempengaruhi proses mental (psikis),
merangsang atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang. Misalnya golongan ekstasi, diazepam, barbital/luminal.
c. Obat keras adalah obat-obatan daftar G, yaitu obat yang didaftar pada daftar
obat berbahaya (Geverlijk) dan harus diserahkan dengan resep dokter. Obat
keras adalah semua obat
- memiliki takaran/DM atau tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan
pemerintah
- diberi tanda khusus lingkaran bula berwarna merah dengan garis tepi hitam
dan huruf “K” yang menyentuh garis tepinya
- semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh pemerintah (Depkes RI) tidak
membahayakan
d. Obat keras daftar W (Obat bebas terbatas), yaitu obat yang didaftar pada
daftar peringatan (Warschuwing) dengan tanda khusus lingkaran biru dengan
garis pinggir hitam. Dapat diserahkan tanpa resep dokter , namun harus tetap
dalam pengawasan.Obat ini memiliki penandaan khusus peringatan (P No.1 s/d
P No.6)
e. Obat bebas yaitu obat dengan tanda khusus lingkaran hijau garis pinggir hitam
dan dapat diserahkan tanpa resep dokter dalam batas dosis yang telah
dianjurkan.
Sumber-Sumber Obat
Obat-obat yang digunakan dewasa ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu;
a. Tumbuh-tumbuhan, Flora, Nabati. Misalnya ; kinin, castor oil, anisi, daun
digitalis dll.
b. Hewan, Fauna, Hayati. Misalnya ; minyak ikan, cera, wolfet dll.
c. Mineral/pertambangan. Misalnya ; NaCl, Sulfur, Besi oksida, KaliumIodida dll.
d. Mikroba. Misalnya; antibiotik.
e. Sintesis, buatan, tiruan. Misalnya ; Champora sintesis, Vit.C, Acid benzoic
sintesis, Chloramphenicol sintesis dll.
Bahan Tambahan
Obat tambahan (Rimidium adjuvantia/ajuvans/corrigens) yaitu bahan atau obat
yang menunjang kerja bahan obat utama. Dapat berupa:
a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek obat
utama. Misalnya, pulvis doveri yang terdiri atas kalium sulfat, Ipecacuanhae
Radix, dan pulvis opii. Pulvis opii sebagai bahan khasiat utama menyebabkan
orang sukar buang air besar, sedangkan kalium sulfat bekerja sebagai pencahar
sekaligus memperbaiki kerja pulvis opii tersebut.
b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa). Contohnya: sirup auratiorum, tincture
cinamomi, aqua menthae piperithae.
c. Corrigen odoris (memperbaiki bau). contohnya: oleum rosarum, oleum
bergamottae, dan oleum cinnamomi.
d. Corrigens coloris (memperbaiki warna). Contohnya: tincture croci (kuning),
caramel (cokelat) dan karminum (merah).
e. Corigen solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat utama. Misalnya, I2 tidak
larut air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut.
Selain itu juga dikenal bahan tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan
pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat yang disebut
constituens/vehiculum/exipient. Misalnya: laktosa sebagai serbuk serta amilum
dan talk pada bedak tabur.
PERCOBAAN III
INTERAKSI OBAT DAN INKOMPATIBILITAS
dr. Supriyadi
SIP. No.228/K/84
Jl. Budi Kemulyaan No.8A Telp. 1234567 Jakarta
Jakarta, .
R/ Aminophilin100
Luminal25 mg
S.Lqs.
m.f.pulv.dtd.No.XV
s.t.d.d caps I
I. OTT/Inkompatibilitas:
Jakarta, .
R/ Menthol 0,2 g
Asam salislat 0,1 g
Resorsinol 0,2 g
Talk ad 3 g
m.f.pulv.
s.u.e
I. OTT/Inkompatibilitas:
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian dalam secara oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis adalah
serbuk yang tidak terbagi–bagi. Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang kurang lebih sama dengan yang dibungkus kertas perkamen atau bahan
pengemas lain yang cocok.
Keuntungan dan Kerugian Sediaan Bentuk Serbuk
Keuntungan bentuk serbuk :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak – anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair tidak ditemukan
dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kekurangan bentuk serbuk:
1. Keengganan pasien meminum obat yang mungkin rasa pahit, atau rasa yang
tidak enak
2. Kesulitan menahan terurainya bahan – bahan hygroskopis.
3. Mudah mencair atau menguap zat – zat yang dikandungnya.
4. Waktu dan biaya yang digunakan pada pengelola dan pembungkusan dalam
keseragaman dosis tunggal.
Syarat–Syarat Sediaan Serbuk:
1. Harus halus sesuai dengan derajat halus serbuk.
2. Harus homogeny semua komponen
3. Harus dalam keadaan kering.
Derajat halus serbuk
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor pengayak. Hal
ini dimaksudkan bahwa untuk menentukan derajat halus suatu serbuk harus
dilakukan dengan pengayak.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan 1 nomor pengayak,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua nomor pengayak,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui/lolos pada pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi.
Contoh: serbuk 10/40 dimaksudkan bahwa serbuk tersebut semuanya melalui
pengayak no 10 dan tidak lebih dari 40% dapat melalui pengayak no. 40.
Dalam beberapa hal digunakan istilah umum untuk menyatakan derajat halus
serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sbb:
- Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
- Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
- Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
- Serbuk halus adalah serbuk (85)
- Serbuk sangat halus adalah serbuk (120)
- Serbuk sangat halus sekali adalah serbuk (200/300)
III Suppositoria
Yang dimaksud dengan suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan
melalui rectal, vagina dan uretra. Umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,
melunak, atau meleleh pada suhu tubuh. Umumnya suppositoria rectal berbobot 2
gram untuk dewasa, 1 gram untuk anak-anak.
Keuntungan bentuk torpedo ini adalah bila bagian yang besar telah masuk
melalui otot penutup dubur, maka bagian suppositoria yang lain akan tertarik
masuk dengan sendirinya.
Keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria.
Bentuk sediaan suppositoria ini sangat bermanfaat untuk mencegah
berkurangnya efisiensi obat akibat mengalami metabolism di hati sehingga
kadarnya dalam darah berkurang. Selain itu, pada keadaan terapi oral tidak
mungkin, misalnya: orang yang pingsan, muntah – muntah, mual; untuk anak kecil
dan bayi, obat yang akan terurai oleh enzim pencernaan, obat yang dapat
mengiritasi lambung, pemakaian suppositoria sangat menguntungkan.
Kerugian dari suppositoria ini dirasakan saat menimbulkan rasa yang
tidak enak pada tempat dimana suppositoria ini dimasukkan.
Bentuk dan Ukuran Suppositoria
1) Suppositoria rectal dengan bentuk peluru, torpedo, jari – jari atau selinder
dengan kedua ujungnya lancip, panjang kurang lebih 32 mm. Berat tergantung
dari berat jenis dan basis yang digunakan tetapi umumnya 2 gram.
2) Suppositoria vagina umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat pembawa yang zarut dalam air atau yang
dapat bercampur dengan air seperti propilenglikol atau gelatin terglicerinasi.
3) Suppositoria urethra umumnya berbentuk batang, ramping seperti pensil. Untuk
pria bergaris tengah 3 – 6 mm dan panjang 7 cm.
Komposisi sediaan suppositoria terdiri dari:
- Zat aktif
- Bahan dasar
Penggolongan basis suppositoria
Pada umumnya basis suppositoria dapat digolongkan atas:
1) Basis berlemak: oleum cacao
2) Basis bercampur atau larut dalam air: gliserin – gelatin, propilenglikol dll.
3) Basis lain: pembentuk emulsi a/m
Basis jenis ketiga ini ini ditujukan untuk mempermudah bercampur dengan
cairan tubuh atau mengikat air.
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria.
a) Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak nitrat dan
plumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum arachidis kurang
dari 5%.
b) Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang disebabkan oleh
fenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan penambahan cera 4 –
6% atau cetaceum 12%.
c) Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbuk akan menyulitkan dalam
penambahan adeps lanae.
d) Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang harus
dilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri dengan
konsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecil dapat dibuat
dengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum dituang.
e) Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya dihindari
sebab:
- Menyebabkan reaksi antara obat – obatan dalam suppositoria.
- Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat
keluar dari suppositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao
Pengemasan Suppositoria
Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoria
terpisah satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh.
Bisanya dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastic
sebanyak 6 sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos.
Suppositoria harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.
IV Pillulae (Pil)
Istilah pil berasal dari bahasa latin yaitu pila yang berarti bola. Zaman
dahulu bentuk pil lebih besar dari pil zaman sekarang. Berdasarkan bobotnya, obat
yang berbentuk bulat dapat digolongkan atas:
1. Pilulae = Bobotnya kira – kira 30 mg – 300 mg
2. Granule = Bobotnya 1/3 – grain = 20 mg – 60 mg
3. Boli = Bobotnya lebih besar dari 300 mg
4. Parvule = Bobotnya kurang dari 20 mg
Dalam FI ed. III. pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung
satu atau lebih bahan obat.
Menurut F.N. 78. Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur, dibuat
menggunakan massa pil.
Cara membuat massa pil.
Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan zat
tambahan yang cocok, diaduk dan ditekan hingga menjadi massa yang mudah
digulung. Pil yang diperoleh tidak boleh berubah bentuk pada penyimpanan dan
tidak terlalu keras.
Komposisi pil
Pil terdiri dari:
1. Bahan obat
2. Zat tambahan, terdiri dari:
- Zat pengisi
- Zat pengikat
- Zat pembasah
- Zat penabur
- Zat penyalut
Bahan obat
Hampir semua bahan obat dapat dibuat pil, baik yang berbentuk padat, cair
maupun bentuk setengah padat. Bahan obat yang higroskopis sebetulnya kurang
baik untuk dibuat pil, karena mudah menarik uap air dari udara, sehingga pil yang
diperoleh pada penyimpanan biasanya menjadi basah atau pecah – pecah.
Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan massa pil harus dipilih
sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat – syarat sbb:
- Harus memenuhi syarat umum zat tambahan.
- Pil yang diperoleh memenuhi syarat – syarat pil.
a) Zat pengisi
Zat pengisi digunakan untuk mencapai bobot dan ukuran yang lazim. Jadi
jumlah dan jenis zat pengisi yang digunakan tergantung dari bobot dan jenis bahan
obatnya. Zat pengisi yang lazim digunakan adalah serbuk akar manis (Radix
liquirithae), Kaolinum, Saccharum.
b) Zat pengikat
Zat pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi sebagai zat yang jika
ditambahkan kedalam campuran bahan obat dengan zat tambahan lainnya dengan
atau tanpa zat pembasah yang cocok, diaduk dan ditekan akan menghasilkan
massa pil yang mudah digulung. Zat pengikat yang sering digunakan adalah sari
akar manis (succus liquirithae), Gummi arabicum, adeps lanae dan vaselin,
glycerinum cum Tragacant, ekstrak kental, cera flava dll.
c) Zat pembasah
Zat pembasah yang lazim digunakan adalah aqua gliserin yang merupakan
campuran gliserin dengan air sama banyak (1:1); dan sirup gula yang sering
digunakan pada pembuatan granul tetapi pada penyimpanannya pil yang diperoleh
akan mengeras.
d) Zat penabur
Zat penabur adalah zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya
massa pil pada waktu dicetak atau digulung dan mencegah melekatnya pil pada
waktu penyimpanan. Zat penabur yang sering digunakan adalah licopodium,
talcum, serbuk akar manis (Succus liquirithae) dll.
e) Zat penyalut
pemberian zat penyalut dalam pil diperlukan dalam hal-hal sbb:
- Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak
- Untuk emlindungi isisnya terhadap pengaruh dari luar misalnya pengaruh
oksidasi.
- Untuk mencegah atau memperlambat pecahnya pil dalam lambung,
terutama pil yang seharusnya pecah didalam usus. Zat penyalut yang lazim
digunakan adalah balsamum tolutanum, kollodium, perak, graphite,
gelatinum
Lembar Kerja
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK:
No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
No. SIK :
R/ Menthol Boric acid Oxydi Zinci Talc. 1%
2% Tgl Resep :
2,5 Paraf dokter :
ad 25 Nama pasien :
m.f. pulvis adsp. s.o.m.applic Umur pasien :
Alamat pasien
pro : umur : alamat
: Lain – lain
:
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Pulv.Antashmatici Albi s.f. No. X No. SIK :
m.f. da in caps s.p.r.n.b.d.d.C.I Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain :
umur : alamat
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Papaverin1,2
No. SIK :
m.f. l.a. pil.No.XXX s.b.d.d.pil II a.c. Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
pro : umur : alamat
Alamat pasien
: Lain – lain
:
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
Dokter : Jl.
No.SIK
I. Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Makassar Alamat dokter :
R/ Diazepam10 mg No. SIK :
m.f. supp.dtd.No.II s.u.c Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain
umur : alamat
:
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
PERCOBAAN V
SEDIAAN FARMASETIK CAIR
I. SOLUTIONES (LARUTAN)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih
zat terlarut (solute atau solvendum) berupa zat padat, cair atau gas dalam pelarut
(solven) yang sesuai, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar
atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injeksi.
Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan,
maka zat padat tadi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan
zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20°, kecuali
dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat
cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.
Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan
dengan istilah berikut:
1. Polaritas
2. Co-solvency
3. Parameter kelarutan
4. Suhu
5. Salting out
6. Salting in
7. Hidrotopi
8. Pembentukan kompleks
1. Ascal, akan terurai menjadi Calcii salicylas dan asam cuka. Begitupun
aspirin akan terurai jika ada air
2. Luminal natrium, akan terurai menjadi phenylaethylacethyl-ureum yang
sukar larut, biarpun pada suhu kamar
3. Barbital natrium, serupa diatas, menjadi diaethylacetyl-ureum yang sukar
larut
4. Chloral hidrat, akan menjadi chloroform dam asam formiat
5. Natrii subcarbonas, akan menjadi natrii carbonas dan CO2
6. Senyawa-senyawa perak koloidal; protargol, collargol, targesine, arygrol dll
Macam-Macam Sediaan Larutan
Larutan oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran konsolven air. Larutan oral yang mangandung sukrosa
atau gula lain kadar tinggi disebut sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air
disebut sirup simpleks (64%) v/v. Larutan yang mengandung etanol sebagai
kosolven disebut eliksir.
Larutan topikal
Lotio
Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar. Misal : larutan otik neonisin dan
polimisin B silfat.
Spirit
Sirup
Sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan
pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya bukan obatatau
pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll.
Eliksir
Larutan yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu basa
(bikarbonat). Pada netralisasi, gas CO 2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai
habis. Pada saturasi, larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO 2.
Potiones
Sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga
dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam golume besar, umumnya 50 ml.
Collyria
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet.
Wadah yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup kedap.
Gargarisma
Mouthwash
R/ Ascali 5 Penyelesaian:
- Pembuatan Ascali dapat dibuat dengan cara 1,2 g calcii
Codein 0,1
acetylsalicylas dengan menggerus halus 1 g Acid
Aqua ad 200 Acetylosalicycum dan dicampur 1/3 g Calcii carbonas
dalam mortir. Lalu campuran tersebut digerus dengan
m.f.potio 10 g air dingin dan setelah gas C0 2 keluar larutan
tersebut disaring.
S.3.d.d.c
- Codein merupakan basa lemah yang larut dalam air
(1:20)
II Suspension
- Rasa yang tidak enak dapat ditutupi karena ukuran partikel suspensi besar jadi
Kerugian suspensi
- Ketidakseragaman dosis
- Ada obat yang tidak stabil dengan adanya air pada penyimpanan, misalnya
bebrapa antibiotik.
- Volumenya besar.
Dalam pembuatan suspensi, pembasahan partikel dari serbuk yang tak larut di
dalam cairan pembawa adalah langkah yang paling penting. Kadang-kadang
adalah sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak dan lain-lain
kontaminan.
Serbuk tadi tidak dapat segera dibasahi, walaupun BJ-nya besar mereka
mengambang pada permukaan cairan. Pada serbuk yang halus mudah
kemasukkan udaa dan sukar dibasahi meskipun ditekan dibawah permukaan dari
suspense medium.
Mudah dan sukar terbasahinya serbuk dapat dilihat dari sudut kontak yang
dibentuk serbuk dengan permukaan cairan.
γs γSL
Contoh Resep:
R/ Sulfamerazin 12 Penyelesaian:
III EMULSI
Emulsi adalah sistem heterogen yang terdiri dari dua cairan yang tidak
saling bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seraagam dalam bentuk
globul-globul (fase dalam) dalam cairan lainnya (fase luar), distabilkan dengan zat
pengemulsi atau emulgator yang cocok. Diamater globul (tetesan) antara 0,1-100
μm.
1. Emulsi M/A, jika minyak terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa air
2. Emulsi A/M, jika air terdispersi sebagai tetesan dalam medium pembawa minyak
3. Emulsi A/M/A
4. Emulsi M/A/M
5. Mikroemulsi
HLB merupakan keseimbangan lipofil dan hidrofil dari suatu surface active dari
molekul surfaktan. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil
surfaktan tersebut, sedangkan makin tinggi nilai HLB surfaktan makin hidrofil
Tween 80 10%
Span 80 10%
Aqua ad 100
m.f emulsa
,
+ + = ,
, , ,
,,
Jumlah Span = , ) ( ,, )
x 10 g = 7,1 g
(
,
Jumlah Tween = , ) (,, ) x 10 g = 2,9 g
(
Lembar Kerja
I. Kelengkapan Resep
Nama dokter :
Alamat dokter :
No. SIK :
Tgl Resep :
Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
: Lain – lain
:
Dokter : Marshanda
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17 No.SIK
pro :
umur : alamat
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK:
No. Tgl.
Dokter : Marshanda I. Kelengkapan Resep
Jl. P Kemerdekaan VIII No. 17 No.SIK Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar R/ Calamin Lotio 60 ml No. SIK :
Adde
Asam borat2% Tgl Resep :
m.f lotio S.a.u.c Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : umur :
: Lain – lain
alamat :
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Ol. Iecoris Aselli Syr. Simpleks Oleum Citri
20
No. SIK :
m.f emulsa 60 25% Tgl Resep :
S.b.d.d Cth II gtt III Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
pro : : Lain – lain :
umur : alamat
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
PERCOBAAN VI
SEDIAAN FARMASETIK SEMI PADAT
Unguentum
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogeny dalam dasar salep yang cocok (FI ed.III). Salep tidak boleh berbau
tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau obat narkotika adalah 10%.
Pembagian dasar salep antara lain:
1) Dasar salep hidrokarbon, yang terdiri dari:
- Vaselin putih dan kuning.
- Campuran vaselin dengan cera alba/flava.
- Parafin cair dan parafin padat
- jelene
- Minyak tumbuh-tumbuhan.
2) Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air, terdiri dari:
- Lanolin dan Lanolin hidrous.
- Unguentum simplex (Campuran 30 bagian Caera flava dan 70
bagian Minyak wijen)
- Hydrophilic Petrolatum
3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, yaitu terdiri
dari:
- Dasar salep emulsi tipe M/A, seperti Vanishing cream.
R/ Lanolin 20
Cetyl alcohol 1,0
Parafin liquidi 5,0
Acidi stearinici 9,0
Kalii hydroxide 0,5
Propilenglikol 5,0
Aquadest 77,5
- Emulsifying ointment
R/ Emulsifying wax 300
Vaselini albi 500
Parafin liquid 200
- Emulsifying wax
R/ Cetostearilalkohol 90
Natriumlaurylsulfat 10
Aquadest 4 mL
- Hydropilik ointment, dibuat dari minyak mineral, Stearylalkohol, Mirj
52 (emulgator tipe M/A), aquadest.
4) Dasar salep yang dapat larut dalam air, yaitu terdiri dari PEG, atau
campuran PEG.
Cara Pembuatan Salep
Aturan umumnya ialah :
a) Zat yang larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan
rendah.
b) Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbukkan dan diayak
dengan deraja ayakan no.100.
c) Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
mendukung/ menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dengan air yang tersedia,
setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
d) Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harur
diaduk hingga dingin.
Tipe-tipe salep yaitu:
a) Salep berlemak ; merupakan salep dengan basis berlemak seperti basis
hidrokarbon dan cera.
b) Pasta berlemak ; merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk), sebagai dasar salep digunakan Vaselin, paraffin cair. Bahan
tidak berlemak seperti glycerin, mucilage, atau sabun. Karena itu merupakan
salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh pada suhu badan.
c) Pasta kering; suatu pasta bebas lemak mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
d) Salep sejuk; Suatu salep yang mengandung tetes air yang relative besar. Pada
pemakaian pada kulit, tetes air akan menguap dan menyerap panas tubuh
mengakibatkan rasa sejuk.
e) Pasta pendingin; merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan salep tiga dara.
f) Krim; adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.
g) Mixtura gojok (Mixtura agintandae) ; suatu bentuk suspensi dari zat padat dalam
cairan, biasanya terdiri dari air, glycerinum dan alcohol. Mixture gojok biasanya
mengandung 60% cairan.
h) Linimentum; umumnya adalah sediaan cairan atau kental, mengandung
analgetik dan zat yang mempunyai sifat rubefacient melemaskan otot atau
menghangatkan, digunakan sebagai obat luar.
Dokter :
Jl. Teratai No.10 Makassar pro :
No.SIK 2118/B umur :
Makassar alamat
R/ 2-4 salep 10
Adde
Campora 1%
m.f. Ung. II. Khasiat penggunaan resep
Tgl Resep :
Paraf dokter :
I. Kelengkapan Nama pasien :
Resep Nama Umur pasien :
dokter : Alamat pasien
Alamat dokter : Lain – lain
: :
No. SIK :
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.
Dokter : I. Kelengkapan Resep
Jl. Teratai No.10 Makassar No.SIK 2118/B
Nama dokter :
Alamat dokter :
Makassar
R/ Vanishin Cream adde
No. SIK :
10
Salycilic acid Tgl Resep :
m.f. cream s.a.u.e 1% Paraf dokter :
Nama pasien :
Umur pasien :
Alamat pasien
: Lain – lain
pro : umur : :
alamat
V. Penimbangan
VI. Pembuatan/ Cara kerja
VII. Etiket
Apotek Farmasetika UNHAS
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar Apoteker :
No. SIK :
No. Tgl.