Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alya Az zahro

Kelas-kelompok : D-05
NIM : 052011133223

Pemicu 2 “Resep Dokter dan Dosis Obat”


PENGERTIAN RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada poteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
(Kementerian Kesehatan, 2004)

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
paper maupun electronik untuk menyediakan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
(PerMenKes, 2016)
Dalam arti umum resep adalah Formulae Medicae dan terbagi menjadi dua:

a. Formulae officinalis yaitu resep yang tercantum dalam buku yang terstandar misalnya
farmakope
b. Formulae magistralis yaitu resep yang ditulis oleh dokter menurut pendapatnya sendiri,
terkadang merupakan gabungan dari Formulae officinalis denga penambahan atau
pengurangan
BAGIAN-BAGIAN RESEP
1. Identitas Penulis Resep
 Untuk menjamin keaslian resep
 Terdiri dari: nama, nomor SIP (Surat Ijin Praktek), alamat rumah/praktek, dan
nomor telepon dokter
2. Tanggal Penulisan Resep
 Menunjukkan waktu saat pasien melakukan kontak denga penulis resep (dokter)
dan menentukan apakah resep tersebut dapat dilayani atau tidak
 Terdiri dari: nama kota dan tanggal dibuatnya resep
3. Superscriptio
 Simbolnya R/ (recipe = harap diambil)
 Hipotesis sejarah: R/ berasal dari tanda Yupiter (dewa mitologi Yunani) atau
berasal dari tanda Ra yaitu mata keramat dari dewa Matahari mesir Kuno
4. Inscriptio
 Menunjukkan nama obat serta jumlah atau dosis atau kekuatannya
 Nama obat bisa ditulis nama generik atau nama dagang
 Dosis ditulis dengan satuan microgram, milligram, gram, millimeter, %
5. Subscriptio
 Menunjukkan bentuk sediaan obat yang dikehendaki
 Misal: mfla (miscle fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da).
m.f.l,a. pulv. d.t.d No. XV (Miscle Fac Lege Artis Pulvis Da Tales Dosis Numero
XV = Campur dan buatlah sesuai aturan berbentuk serbuk sesuai dosis banyaknya
15)
6. Signatura menunjukkan Aturan pemakaian obat. Disingkat S yang umumnya ditulis
dengan bahasa Latin
 Misal: S. bdd. cth 1 (Signa bis de die cochlear theae 1= sehari 2x1 sendok teh), S.
tdd. cth 1 (Signa ter de dic cochlear = sehari 3x1 sendok makan)
7. Paraf Penulis Resep untuk mendeteksi keabsahan resep
8. Identitas Pasien (Pro)
 Menghindari kesalahan pemberian obat antar pasien dan menghindari kebingunan
jika terdapat nama yang sama antar pasien.
 Terdiri dari: nama pasien, umur, alamat, dan berat badan
9. Nomor resep untuk mempermudah pendokumentasian resep.
10. Tanda iter (Iteratie)
 Tanda ini ditulis jika dokter menghendaki agar resepnya diulang.
 Misalnya: iter 3x, artinya resep tersebut dapat dilayani 1+3=4x ulang.
Resep yang mengandung obat Narkotika tidak boleh ada Iterasi dan harus disimpan terpisah dari
resep yang lain dan disimpan rapi. Jika pasien hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan,
maka diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut, tetapi hanya dapat ditebus
kembali pada apotek tersebut yang menyimpan resep aslinya, tidak bisa di apotek lain.

RESEP UNTUK PENGOBATAN SEGERA


Untuk pasien yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberi tanda:

 Cito : segera
 Urgent : penting
 Statim : penting
 P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda
Ditulis di bagian atas kanan resep.

PEMUSNAHAN RESEP
Resep yang telah disimpan melebihi jangak waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan
resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
mengguanakan Formulir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

SALINAN RESEP
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotik, selain yang memuat dalam resep asli juga
harus memuat:

1. Identitas apotek dan pengelola apotek


 Terdiri dari: nama dan alamat apotek, nomor telepon, nama apoteker, dan nomor
izin praktek (SIPA).
2. Tanggal peracikan obat
 Terdiri dari: nama dan spesialis dokter, tanggal penulisan dan pembuatan obat,
nama pasien, alamat, usia pasien, dan iter
3. Tanda pengambilan obat
 Menggunakan istilah bahasa latin “det” artinya telah diberikan, atau “ne det”
artinya belum diberikan, “det orig” atau “det iter”
4. Tanda tangan apoteker dan cap apotek sebagai legalitas dan keabsahan dari salinan resep
yang dibuat
5. Tanda pcc (pro copie conform) artinya salinan resep dibuat sesuai dengan resep asli.
Salinan resep atau copy resep dibuat apabila:

1. Atas permintaan pasien atau untuk bukti kepada perusahaan yang menjamin biaya
kesehatan psasien
2. Apabila terdapat obat yang harus diulang penggunaannya (ada tanda Iter)
3. Apabila terdapat obat yang belum ditebus seluruhnya
Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum, afschrif.

LABEL TAMBAHAN
Sebagian obat terdapat label peringatan yang tertera pada kemasan. Namun, sebagian obat yang
lain tidak tertera pada kemasan obat sehingga apoteker sendiri yang menyampaikan secara lisan
kepada pasein yang menggunakan obat tersebut. Contoh label obat antara lain:

1. Obat dapat menyebabkan rasa kantuk. Jangan mengendarai kendaraan atau


menjalankan mesin setelah minum obat ini. Biasanya peringatan tersebut pada golongan
antihistamin seperti obat pilek dan obat batuk
2. Jangan dipecah, ditumbuk atau dikunyah. Obat harus ditelan utuh.
3. Simpan di tempat yang dingin. Jangan terkena sinar matahari. Hal ini dikarenakan
akan menurunkan stabilitas obat. Selain itu, suhu tinggi dapat merusak basis supositoria.
4. Jangan meminum obat ini bersama susu, antasida atau obat-obat yang mengandung
besi.
5. Minumlah sampai habis. Buanglah obat jika telah lewat tanggal yang telah
ditentukan (kadaluwarsa). Label ini biasanya pada obat golongan antibiotic
6. Diminum jika perlu. Biasanya pada obat golongan analgesik (penghilang rasa sakit)
7. Kocok dahulu sebelum diminum. Biasanya pada obat berbentuk cair yang mengandung
bahan tidak campur atau atau tidak larut (emulsi dan suspensi) sehingga dalam
penggunaannya harus dikocok terlebih dahulu untuk mendapatkan dosis yang seragam
8. Tidak boleh diulang tanpa resep dokter.
BATAS PENGGUNAAN OBAT:
1. Expire Date (kadaluwarsa obat) adalah menunjukkan jangka waktu suatu obat aman untuk
dikonsumsi. Jika waktu obat hanya dinyatakan dalam bulan dan tahun, maka kadaluwarsa
adalah hari terakhir bulan yang dinyatakan.
2. Beyond Use Date (BUD) adalah batas waktu penggunaan produk obat setelah diracik/
disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka/dirusak. Kemasan primer berarti
kemasan yang langsung bersentuhan dengan bahan obat, seperti: botol, ampul, vial, blister,
dan lainnya.
3. Period After Opening (PAO) menunjukkan berapa lam produk tersebut aman untuk
digunakna setelah dibuka. Biasanya terdapat pada kemasan prduk dengan logo. Di dalam
logo tersebut terdapat tulisan misalnya 6M atau 12M.

Beberapa factor yang menentukan batas waktu penggunaan obat seperti karakteristik bahan
setiap penyusun, karakteristik kombinasi bahan, dan karakteristik wadah yang digunakan dan
kondisi penyimpanan obat. Namun, masih banyak factor yang mempengaruhi batas waktu
penggunaaan obat, USP menetapkan bahwa penentuan waktu dapat didasarkan pada hal-hal
berikut:
a. Obat yang disiapkan dalam bentuk padat dan kering maka batas waktu yang ditetapkan
adalah 25% dari tanggal kadaluwarsa atau 6 bulan, tergantung periode mana yang terlebih
dahulu dicapai.
b. Obat yang disiapkan dalam bentuk padat dan kering tetapi dari bahan baku obat, missal
serbuk paracetamol maka batas waktu penggunaan obat adalah 6 bulan sejak tanggal
peracikan obat.
c. Obat yang disiapkan dalam bentuk cairan mengandung air maka batas waktu penggunaan
obat adalah 14 hari sejak peracikan dan obat harus disimpan dalam suhu dingin
d. Obat yang disiapkan dalam bentuk yang diasumsikan relative stabil dalam penyimpanan
yang sesuai maka batas waktu penggunaan obat dapat mencapai 30 hari sejak tanggal
peracikan.

Menjawab 6A: sebutkan aspek administratif dari resep dan salinan resep yang dilayani
kali ini!
1. Persyaratan administratif dari resep menurut KepMenKes No. 1027 Tahun 2004 meliputi:
- Nama, SIP dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
- Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya
2. Menurut KepenKes no. 28 tahun 1981, salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker,
selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus pula memuat:
- nama dan alamat apotek
- nama dan SIA (Surat Izin Apoteker),
- tanda tangan atau paraf APA,
- det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum
diserahkan,
- nomor resep, dan tanggal pembuatan.

Daftar Pustaka
Athijah, Umi. dkk. 2011. Buku Ajar Preskripsi: Obat dan Resep Jilid 1. Surabaya. Pusat Penerbitan
dan Percetakan UNAIR.

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. 2013. Dasar-Dasar kefarmasian. Jakarta: Direktorat


Pembinaan SMK

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Kisrini, dkk. 2018. Buku Keterampilan Penulisan Resep. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Anda mungkin juga menyukai