Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alya Az zahro

Kelas-Kelompok : D-05
NIM : 052011133223

Pemicu 1

Topik: Obat dan Hubungan Profesional Dokter-Apoteker-Pasien

Area Penerimaan resep


Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan resep, 1 set meja, 1
set komputer. Ruang penerimaaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat
oleh pasien.
Tahap penerimaan resep
1. Menerima resep dan memberi nomor
2. Melakukan skrining resep
a. Memeriksa kelengkapan administratif yang ada di resep, yaitu yang berkaitan dengan
penulis resep (dokter) seperti, nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP),
paraf/tandatangan dokter, tanggal penulisan dokter, dan yang berkaitan dengan obat
seperti nama obat, jumlah obat, aturan pakai, selain itu juga yang berkaitan dengan
riwayat pasien seperti nama, umur, berat badan, jenis kelamin, dan alamat/nomor
telepon pasien.
b. Memeriksa kesesuaian farmasetika yaitu bentuk sediaan dosis, potensi,
inkompatibilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangan klinik seperti kesesuaian indikasi, alergi, efek samping, interaksi, dan
kesesuaian dosis
3. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif lainnya

Konseling
1. Pengertian Konseling
Proses pembibingan apoteker kepada pasien mengenai penggunaan obat atau proses
interaksi antara apoteker dengan pasien atau keluarga pasien untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kepatuhan, dan kesadaran sehingga obat digunakan sesuai
pedoman dan berefek pada peningkatan kualitas hidup pasien yang lebih baik.
2. Tujuan Konseling
 Membangun hubungan kepercayaan dengan pasien
 Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada pasien
 Membantu pasien mengatur dan beradapatasi dengan penyakit dan obatnya
 Membantu pasien menggunakan obat dengan benar
 Mencegah atau mengurangi masalah yang berkaitan dengan efek samping, reaksi
obat yang merugikan, dan ketidakpatuhan
3. Siapa saja yang perlu diberikan konseling
 Pasien kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi hati/ginjal, ibu hamil
dan menyusui)
 Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (diabetes, AIDS, epilepsi)
 Pasien yang menggunakan obat dengan intruksi khusus (penggunaan kortikosteroid
dengan tapering down/off)
 Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (obat yang mempunyai
efek terapi dan toksik yang beda tipis, seperti digoksin, fenitoin, teofilin)
 Pasien dengan polifarmasi (penggunaan lebih atau sama 5 macam obat secara
bersamaan setiap hari)
 Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
4. Tahapan konseling
 Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien, Perkenalkan diri anda
sebagai seorang farmasis, jelaskan tujuan dan perkiraan lamanya sesi, dan dapatkan
persetujuan pasien untuk berpartisipasi
 Menilai pemahaman pasien tentang masalah kesehatan dan pengobatannya,
kemampuan fisik dan mental untuk menggunakan pengobatan dengan tepat, dan
sikap terhadap masalah kesehatan dan pengobatan serta penggunaan obat melalui
Three Prime Question, yaitu
- Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
- Apa yang dijelaskan dokter tentang cara pemakaian obat anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah anda
menerima terapi obat tersebut?
 Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
 Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
obat. Pemberian informasi dapat dilakukan secara lisan dan menggunakan alat
bantu visual atau demonstrasi untuk mengisi kesenjangan pengetahuan dan
pemahaman pasien. Jika pasien mengalami masalah dengan pengobatannya,
kumpulkan data yang sesuai dan kaji masalahnya, kemudian sesuaikan dengan
aturan farmakoterapi
 Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien, Minta pasien
untuk menunjukkan bagaimana mereka akan menggunakan obat dan
mengidentifikasi efeknya. Amati kemampuan dan keakuratan penggunaan obat
serta sikap mengikuti rejimen farmakoterapi.
Selain itu, apoteker juga harus mendokumentasikan kegiatan konseling bersama pasien
dengan meminta pasien menandatangani formulir konseling sebagai tanda bahwa pasien
sudah memahami penggunaan obat.
5. Tempat konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memilki satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku-buku referensi, poster, leafleat, alat bantu konseling, formulir catatan
pengobatan pasien dan buku catatan konseling. Seharusnya konseling dilakukan diruang
konseling pada jam konseling yang tercantum di apotek oleh apoteker yang memilki
kemampuan memadai, dilengkapi dengan buku-buku tentang informasi obat, pedoman
konseling, kartu berobat pasien atau PMR (patient medication record) dan sarana lainnya.
PMR (patient medication record) merupakan salah satu dokumen dari pelayanan
kefarmasian yang dilakukan apoteker di apotek sedangkan medical record merupakan
dokumen pelayanan yang dilakuakn oleh dokter.

Apa yang dimaksud dengan area penerimaan resep dan ruang konseling? Mengapa ruang
konseling di apotek tersebut diberi sekat dan dilengkapi dengan komputer dan buku-buku?

Jawaban:
Area penerimaan resep adalah tempat atau ruangan penyerahan resep kepada apoteker untuk
diskrining agar pasien mendapatkan obat.
Area konseling adalah ruangan yang digunakan untuk berinteraksi antara apoteker dan pasien
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan dalam menjalankan
terapi obat demi meningkatkan kualitas hidup pasien

Adanya sekat pada ruangan konseling bertujuan menjamin dan memaksimalkan privasi visual dan
mencegah pendengaran dari pasien atau staf lain sehingga pasien dan apoteker dapat memilki
perhatian penuh satu sama lain. Sedangkan adanya komputer digunakan untuk mengakses data
informasi obat dan juga internet yang dapat menghubungkan dengan pusat informasi obat dan
makanan (PIOM) dan badan POM (Pengawas Obat Makanan) atau berhubungan dengan konsultan
obat yang lebih senior apabila ada masalah yang tidak bisa dijawab. Selain itu terdapat juga buku-
buku sebagai sarana sumber referensi dan literature yang valid seperti ISO, IIMS, Farmakope, dan
Peraturan Perundangan.

Daftar pustaka
Adrieza, Rania. 2018. Konseling Obat : Pelayanan dari Apoteker untuk Masyarakat. Majalah
Farmasetika. https://farmasetika.com/2018/11/13/konseling-obat-pelayanan-dari-apoteker-untuk-
masyarakat/ pada 28 Februari 2021 21.00
ASHP Guidelines On Pharmacist-Conducted Patient Education and Conseling. American Society
of Health. https://www.ashp.org/-/media/assets/policy-guidelines/docs/guidelines/pharmacist-
conducted-patient-education-counseling.ashx diakses pada 29 Februari 2021 13.00

Kementrian Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2014. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK. Jakarta

https://id.scribd.com/document/245805490/Prosedur-Tetap-Penerimaan-Resep-diakses pada 2
Maret 2021 06.34

Anda mungkin juga menyukai