Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

ILMU RESEP

BAB 1

Pembuatan Sediaan obat Sesuai Resep Dokter Dibawah Pengawasan apoteker

A. Kelengkapan resep,Etiket dan Salinan Resep

1. Kelengkapan Resep

Suatu resep yang lengkap harus memuat :

- Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dokter hewan

- Tanggal penulisan resep

- Nama obat/komposisi obat

- Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep

- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

- Nama pasien dan umur pasien

- Jenis hewan, umur dan nama pemilik hewan

Resep untuk pengobatan segera

Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda

- Cito : segera

- Urgent : penting

- Statim : penting

- P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda

Tanda ini terletak pada bagian atas kanan resep, farmasi harus mendahulukan pelayanan
resep ini termasuk resep antidotum
Tanda iter ( iteratie )

Tanda ini ditulis bila dokter menghendaki agar resepnya diulang misalnya iter 3X : artinya
resep tersebut dapat dilayani 1 + 3 = 4X ulang

Untuk resep yang mengandung bahan obat golongan narkotik psiktropik tidak dapat ditulis
tanda iter jadi harus dengan resep baru.

Komponen resep menurut fungsi

Contoh resep berdasarkan fungsi bahan obatnya

R/ sulfadiazin 0,500.... = remedium cardial

Bic. Natric 0,300..... = remedium ajuvans

Saccharum album 0,100... = corrigen saporis

Lactosum 0,200..... = constituens

m.f. pulv. Dtd no x

s.t. dd. P1

pro : Tn. Budi

menurut fungsi bahan obatnya resep terbagi atas

A. Remedium cardinal = adalah obat yang berkhasiat utama : sulfadiazin

B. Remidium Ajuvans = adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama :
sulfadiazin tidak larut dengan adanya bic.natric maka sulfadiazin akan larut sehingga mudah
diserap dan tidak mengkristal diginjal.

C. Corrigens

1. Corrigens actionis = digunakan untuk memperbaiki bekerjanya zat berkhasiat utama :


pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii pulvis.

Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan sembelit, sedangkan kalii sulfas
sebagai pencahar sehingga memperbaiki kerja opii pulvis.

2. Corrigens Odoris = digunakan untuk menghilangkan bau dari obat yang tidak enak.
Contoh oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.
3. Corrigens Saporis = digunakan untuk memperbaiki rasa dari obat yang tidak
enak(pahit). Contohnya saccharosa atau sirupus simplex untuk obat - obatan yang pahit
rasanya.

4. Corrigens Coloris = digunakan untuk memperbaiki warna obat . Contohnya obat untuk
anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum

5. Corrigens Solubilis = digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama.


Contohnya Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat KI / NaI

6. Constituens / Vehiculum / Exipiens

merupakan zat tambahan bahan obat yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi
dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok. Contohnya laktosum pada serbuk,
amylum dan talcum pada bedak tabur.

Penyimpanan Resep

- Resep disimpan berdasarkan

· Tanggal

· No. Urut Penerimaan resep

- Resep disimpan selama 3 tahun

- Resep yang menagandung obat Narkotika dan Psikotropika disimpan terpisah

- Resep yang sudah tersimpan lebih dari 3 tahun dapat dimusnahkan, penusnahan resep
dengan cara dibakarboleh Apoteker Pengelola Apotek bersama seorang petugas Apotek.

Pada pemusnahan resep dibuat berita acara yang dibuat rangkap 4, ditanda tangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek dan seorang petugas Apotek.

Resep yang bertanda N I ( Ne Iteratur = tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter ) dan
resep yang mengandung obat Narkotika dan Psikotropika hanya boleh dilayani dengan
menggunakan resep baru dari dokter.

1. Etiket
Pada etiket obat harus tercantum

- Nama apotek

- Alamat dan No. telpn Apotek

- Nama Apoteker pengelola Apotek

- No. Surat Izin Praktek Apoteker ( SIPA )

- No. Rsesep

- Tanggal pembuatan

- Nama pasien

- Aturan pemakaian

2. Salinan Resep

Disebut juga copy resep

Istilah lain dari copy resep adalah :

- Exemplum

- Afschrif

- Apograph

Salinan resep adalah Salinan yang dibuat oleh apotek, selain memuat semua keterangan yang
terdapat dalam resep asli juga harus memuat :

a. Nama dan alamat apotek

b. Nama dan No.s.i.k apoteker pengelola apotek

c. Tanda tangn atau paraf apoteker pengelola apotek

d. Tanda det (detur)…….untuk obat yang sudah dierahkan

Tanda ne det (ne detur)…..untuk obat yang belum diserahkan

Tanda det orig (detur original) ……..untuk resep dengan tanda iter…..X

(bila resepnya baru diambil 1x)

e. Nomor resep dan tanggal pembuatan


Salinan resep dapat ditanda tangani atau paraf pleh apoteker pengelola apotek

Bila apoteker pengelola apotek berhalangan, maka tugasnya dapat digantikan oleh
apoteker pendamping/apoteker pengganti dengan mencantumkan nama jelas dan statusnya

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada :

a. Dokter yang menulis resep

b. Dokter yang merawat oenderita

c. Penderita’petugas kesehatan

d. Petugas lain yang berwenangan menurut perundang-undangan yang berlaku (petugas


pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara)
Contoh Salinan Resep

APOTEK BUNGA

Jln Bungan teratai IX/99

Jakarta Pusat

APA : Yudistira S.Si Apoteker

SIPA : …………………………………………..

Salinan resep No. : 199 tanggal 21 juli 2011

Dari Dokter : Abimanyu

Ditulis tanggal : 22 juni 2011

Pro : Nn Madrim umur : 17 tahun

R / Amoxyl 250 mg No. XVI

s. qt dd. Caps I

det XVI

R / Ponstan Fct No. XII

S. sns I

Nedet

Jakarta, 22 Juni 2019

CAP APOTEK

Pcc
Apoteker pengelola apotek

B. Perhitungan dosis dalam resep

1. Pengertian dosis

A. Dosis maxsimum dewasa untuk injeksi dan rektal,berlaku untuk pemakaian sekali dan
sehari

Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maxsimum dapat dilakukan dengan :

- Membubuhi tanda seru dan paraf dokter yang menulis resep

- Diberi garis dibawah nama obat tersebut

- Banyaknya obat ditulis dengan huruf lengkap.

B. Dosis lazim untuk dewasa, anak anak dan bayi

Merupakan pentunjuk yang mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman umum ( dosis yang
biasa/umum digunakan )

2. Macam – macam dosis

A. Dosis Terapi : adalah dosis atau takaran yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si penderita

B. Dosis Maksimum : adalah dosis atau takaran terbesar yang dapat diberikan kepada
orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan

C. LD 50 : adalah dosis atau takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaaan

D. LD 100 : adalah dosis atau takaran yang meyebabkan kematian pada 100% hewan
percobaan

E. Dosis Inisiasi ( dosis awal ) : adalah dosis atau takaran yang diberikan pada awal
suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang diinginkan secara terapeutik
F. Dosis pemeliharaan : adalah dosis atau takaran yang harus diberikan selanjutnya
setelah tercapai kejenuhan untuk memelihara kerja serta konsentrasi jaringan yang sudah
berusia lanjut, maka pemberian dosis lebih kecil dari dosis dewasa.

DOSIS UNTUK ANAK BAYI

Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak sama dengan orang dewasa.

Dalam menetapkan dosis harus diperhatikan beberapa faktor antara lain adalah :

1. Umur

2. Berat badan

3. Jenis kelamin

4. Sifat penyakit

5. Daya serap obat

6. Kondisi pasien

7. Ekresi obat

8. Kasus penyakit

MENGHITUNG DOSIS MAKSIMUM ANAK

1. Berdasarkan umur

- Rumus young

Untuk umur anak < 8 tahun

n X dosis max dewasa

n+12

n = umur anak ( tahun )

- Rumus dilling

Untuk umur anak > 8 tahun

n / 20 di X dosis max dewasa


- Rumus Fried

Untuk bayi berumur bulanan

n / 150 di X max dewasa

n = umur bayi ( bulan )

2. Berdasarkan berat badan

- Rumus clark

Berat badan anak dalam kg X dosis max dewasa

68

- Rumus Thermich

Berat badan anak dalam kg X dosis max dewasa

70

Dosis maksimum gabungan

obat yang mempunyai khasiat yang sama atau masih turunan dari obat tersebut harus
dilakukan pergabungan dosis misalnya :

- coffein, theophyllin dan aminophyllin merupakan

turunan xanthin artinya : obat tersebut sama sama mempunyai inti xanthin.

- Codein Hcl, Doveri dan Dionin satu golongan narkotik,memiliki inti fenantren

- Acetosal dan salicylamid mempunyai khasiat yang sama sebagai analgetik dan
antipiretik

- Luminal,Natrii Bromida dan Amonii Bromida mempunyai khasiat sebagai sedatif

- Atropin Sulfas,Hyoscyni HBR dan Extrac Belladon/extract Hyoscyami mempunyai


khasiat sebagai parasimpatolitik (nyeri bagian perut, nyeri haid , nyeri pinggang)

Dosis dengan pemakaian berdasarkan jam

Contoh :
S.oth . p. 1 ( setiap tiga jam satu bungkus ). Untuk pemakaian sehari dihitung 24/3 = 8 kali
sehari satu bungkus.

C. PEMBUATAN SEDIAAN OBAT SESUAI RESEP DOKTER

Contoh resep dokter

1. Resep Pulveres

Dr.lovena caesar

Jl.mawar no.13,jakarta

Jakarta 13 juli 2018

R/ Aneurin 0,025

Riboflavin 0,005

Calc.Panthotenat 0,012

M.F . Pulv dtd no. XII

S.I dd. P 1

Pro : cory ( 5 thn )

Cara kerja

1.ST,TBO

2. masukan sebagian SL ke dalam lumpang ghh

3. masukan Riboflavin ke dalam lumpang ghh

4. masukan Calc Phantotenat ke dalam lumpang ghh

5. masukan Aneurin Hcl dan tambahkan sisa Sl ke dalam lumpang ghh

6. lalu bagian sediaan menjadi 2 bagian, tiap bagian di bagi menjadi 6 bagian

7. lalu bungkus dengan kertas perkamen

8. masukan ke dalam wadah

9. beri etiket putih


2. Pulvis Adspersorius

dr. Handoko

jl.megamendung no.15

jakarta. 27 oktober 2018

R/ Acid Salicyl 3%

Menthol 1%

Adeps Lanae 1,5%

Talc ad 20

M.F. Pulv. Adsp

S. Bedak

Pro : ny Irene (28 thn)

Cara kerja

1. Sttbo

2. Masukan acid salicyl + menthol kedalam lumpang ghh + Masukan sebagian talk
kedalam lumpang ghh

3. Masukan adeps lanae + sisa talk kedalam lumpang ghh

4. Ayak dengan pengayak no 100

5. Masukan sediaan kedalam wadah / pot

6. Beri etiket

3. Resep Cream

R/ Trosyd cream 10

Chloramphenicol 2%
m.f Cream

S.u.e

Pembawa : ( oleum sesami,elmugid)

Zat khasiat : ditambahkan terakhir

Pembuatan/pelaksanaan ( cara kerja )

- Tara Cawan uap, Panaskan mortir

- Timbang Bahan-bahan

- Timbang oleum sesami dalam cawan uap kemudian masukan elmugid kedalam cawan
uap. Yang berisi oleum sesimi,lebur diatas tangas uap ( water bad )

- Masukan hasil leburan kedalam mortir panas tambahkan air panas gerus sampai
terbentuk cream ( campuran 1 )

- Masukan Tiokanazole ke dalam lumpang tambahkan Hydrocortison asetas gerus


homogen tambahkan chloramfenicol,gerus homogen ( campuran 2 )

- Masukan campuran 2 + campuran 1 sedikit demi sedikit, gerus homogen

- Masukan sediaan ke dalam wadah

D. PENYERAHAN OBAT DAN INFORMASI KEPADA PASIEN

Penyerahan obat atas dasar resep harus dilengkapi

Dengan etiket dan label yang sesuai disertai dengan informasi :

- Aturan dan cara pemakaian

- Cara penyimpanan

- Khasiat obat

Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas dari pabrik tanpa resep harus dalam wadah asli
pabrik dan penyerahan disertai dengan total penjualan yang yang mencampurkan

- Jenis obat

- Jumlah harga
- Tanggal penyerahan

- Paraf yang menyerahkan

Disertai informasi yang jelas tentang

- Aturan dan cara pemakaian

- Cara penyimpanan

- Khasiat obat.

BAB II

Prinsip – Prinsip Preformulasi

A. Pengertian Preformulasi

1. Arti Preformulasi

Preformulasi terdiri dari kata ”pre” yang artinya sebelum dan ”formulasi” yang artinya
perancangan atau penyusunan.

Dibidang farmasi preformulasi dapat diartikan sebagai : langkah awal yang dilakukan
ketika akan merancang suatu obat meliputi pengumpulan data data tentang karekteristik atau
sifat sifat fisik kimia atau bahan obat dan bahan tambahan obat dann mengakajinya lebih
lanjut sampai diperoleh formula yang yang tepat.

2. Tujuan Preformulasi

Membuat formula yang tepat sehingga menghasilkan produk akhir berupa sediaan obat
yang berkhasiat,stabil selama penyimpanan,aman dan nyaman ketika digunakan.

3. PERTIMBANGAN UMUM FORMULASI

Pada saat memformulasi atau merancang suatu zat obat menjadi bentuk sediaan yang
tepat,ahli farmasi memakai pengetahuan dari hasil penelitian yang sudah ada dan
menggabungkan dengan ilmu fisika,kimia dan biologi untuk menghasilkan produk obat yang
tepat.

Pertimbangan umum pada saat formulasi :

1. Bentuk sediaan yang akan dibuat

- Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu : bentuk padat


( puyer,tablet,kapsul,supositoria), bentuk setengah padat ( salep,pasta,krim) dan bentuk cair
( larutan,suspensi,emulsi).

- Pemilihan bentuk sediaan obat tersebut tergantung pada 1. Sifat sifat fisika kimia zat
aktif yang digunakan, yakni kelarutan,urutan partikel,sifat higroskopis,reaksi reaksi kimia
dan lain lain 2. Efek obat yang diinginkan

Jika diinginkan bekerja secara lokal ( bekerja setempat) maka dipilih sediaan
salep,krim,lotion,serbuk tabur. untuk kerja sistemik ( diedarkan keseluruh tubuh oleh darah )
dipilih sediaan tablet, kapsul,pulveres atau puyer dan cairan.

- Umur pemakai untuk bayi dan anak anak lebih disukai bentuk pulveres,obat tetes atau
sryup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet atau kapsul.

2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan

Dalam formulasi bahan tambahan merupakan komponen pendukung yang penting karena
membantu untuk mendapatkan formula yang tepat.

Fungsi bahan tambahan dalam formula adalah :

- Untuk mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet,larutan dll )

- Untuk menjaga kestabilan obat

- Untuk memperbaiki disolusi obat ( lamanya kelarutan obat dalam tubuh)

3. Kenyamanan saat pengunnaan obat

Formulator harus mempertimbangkan kenyamanan saat pengunnaan karena kenyamanan


akan mempengaruhi kepatuhan dalam pemakaian obat. Jika obat berasa tidak enak maka
orang akan enggan mengkonsumsinya.

- Untuk pemakaian oral bahan obat di usahakan bebas dari rasa dan aroma yang tidak.
enak rasa pahit dari obat obatan tertentu misal : amtisilin dan amoksisilin dapat di atasi
dengan penggunaan bentuk garamnya yang tidak pahit yaitu diatasi amtisilin trihidrat dan
amoksisilin trihidrat.

- Untuk sediaan topikal seperti salep,lotion hendaknya memenuhi persyaratan yaitu :


halus,mudah di oleskan,tidak terlalu lengket dan tidak meninggalkan bekas noda pada
pakaian.
4. Kestablilan sediaan obat

Saat merancang sediaan obat,formulator harus memikirkan kestabilannya. Selama


penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan stabil,tidak menampakan tanda tanda
kerusakan seperti terjadinya perubahan warna,bau,rasa atau timbulnya kristal pada
permukaan tablet atau kaplet, memisahnya air dan minyak pada sediaan krim atau emulsi.

Untuk menjaga kestabilan sediaan obat tersebut maka perlu diperhatikan :

- Penambahan bahan tambahan tertentu misalnya pengawet dalam jumlah yang tepat

- Pengemasan yang tepat

- Pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.

5. Khasiat Obat

Khasiat obat merupakan pertimbangan yang paling penting saat formulasi mengigat
fungsi utama obat adalah untuk menyembuhkan penyakit,oleh karena itu perlu diperhatikan
beberapa hal :

- Pemilihan bentuk sediaan sebagai contoh,jika zat aktif tidak stabil dalam media air,
maka tidak diformulasi dalam pelarut air.

- Pemilihan bahan bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan tidak boleh
mengurangi khasiat zat aktifnya .

- Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.

B. SIFAT – SIFAT FISIKA KIMIA BAHAN OBAT DAN BAHAN TAMBAHAN


OBAT

Sifat – sifat fisika kimia obat merupakan dasar untuk menjelaskan respon biologis yang
dialami oleh tubuh setelah pemakaian obat. Sifat sifat fisika kimia berpengaruh pada efek
efek yang timbul akibat ikatan antara molekul obat dengan sel sel reseptor dalam tubuh.
Dengan berlandaskan pada sifat sifat fisika kimia itulah ahli farmasi merancang formula
sehingga didapatkan produk obat yang stabil,aman dan berkhasiat.

Sifat fisika kimia yang harus diketahui sebelum membuat formula obat antara lain :

1. Deksripsi / pemerian

- Menyatakan bentuk bahan obat ( padat,cair,gas), warna,bau dan rasa.

- Bentuk bahan obat mempengaruhi proses pemilihan bentuk sediaan.


- Bahan obat bentuk cair umumnya tidak dapat diformulasi menjadi bentuk tablet,
kecuali mitroliserin. Mitroliserin bentuk asalnya cair, tetapi diformulasi dalam bentuk tablet
sublingual.

- Rasa,bau dan warna zat harus diketahui agar bisa menentukan bahan tambahan obat
seperti : coriggen saporis,coriggen odoris, dan coriggen coloris yang dibutuhkan.

2. Pengujian mikroskopik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel dan struktur kristal
dari bahan obat.

3. Polimorfisme

- Polimorfisme ( poli : banyak, morfis : bentuk ) adalah keadaan suatu zat yang
mempunyai banyak bentuk kristal.

Contoh : polimorfisme yang ditunjukan oleum cacao. Oleum cacao menampakan bentuk
kristal berbeda beda tergantung suhu dan perlakukan pada oleum cacao tersebut. Bentuk
bentuk kristal oleum cacao dinamai : bentuk alfa,beta,betastabil dan gamma. Masing masing
bentuk kristal mempunyai sifat berbeda,dalam hal ini titik lelehnya berbeda.Perubahan
menjadi aneka bentuk kristal tersebut terjadi akibat perubahan suhu,tekanan,dll.

- Tidak semua zat mempunyai sifat polimorfisme.

- Folimorfisme mempengaruhi titik leleh,kelarutan dan sifat alir bahan obat.

- Folimorfisme mempengaruhi sifat alir bahan obat,oleh karena itu :

- Pada pembuatan sediaan tablet penting ditambahkan bahan pelincir yang berfungsi
untuk memperbaiki aliran serbuk saat cetak.

- Pada pembuatan supositoria dengan bahan dasar oleum cacao sebaiknya dipilih bentuk
kristal yang tidak mudah meleleh,yaitu kristal betastabil dengan titik leleh kurang lebih 34 0 C

4. Ukuran partikel

Ukuran partikel secara umum berpengaruh pada :

- Disolusi dan absorbsi

Umumnya makin kecil ukuran partikel makin mudah terdisolusi sehingga makin mudah
diabsorpsi oleh membrn biologis dalam tubuh.

(disolusi adalah kecepatan terlarutnya/terlepasnya zat obat dari sediaan obat.)

- Keseragaman isi.

Makin homogen ukuran partikel makin terjamin keseragaman dosisnya.


- Laju pengedepan atau laju sendimentasi

Makin besar ukuran partikel akan makin mudah mengendap.

Pada sediaan suspensi bisa menyebabkan terjadinya caking penambahan bahan pensuspensi
akan menghambat laju pengendapan sehingga akan mencegah bentuknya caking

5. Kelarutan

- Kelarutan bahan obat penting untuk diketahui terutama kelarutan dalam air.suatu
bahan obat harus mempunyai kelarutan dalam air agar bisa larut dalam lambung kemudian
terdisolusi ( terlarutnya / terlepasnya bahan obat dari sediaan bahan obat ) lalu diabsorbsi dan
selanjutnya beredar kesistem sirkulasi darah dan timbul efek terapi.

- Bahan obat yang mudah larut dalam air umumnya akan lebih mudah di absorpsi
sehingga akan lebih cepat memberikan efek terapi. Sehingga untuk zat aktif yang mudah larut
dan stabil dalam air, lebih baik dibuat dalam bentuk cair.

- Bahan obat yang realtif tidak larut dalam air, absorpsinya kurang sempurna.oleh
karena itu dalam formulasi dapat dilakukan upaya untuk mempertinggi kelarutan obat dengan
cara :

- Mikronisasi (memperkecil ukuran partikel zat supaya mudah larut)

- Membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air (misal dalam zat iodium yang
sukar larut dalam air direkasikan terlebih dulu dengan larutan pekat natrium lolida atau
kalium lolida agar terbentuk senyawa kompleks NhI3,KI3. Yang larut dalam air).

- Menggunakan bentuk garamnya (misal : phenobarbital sukar larut dalam air , diganti
bentuk garamnya yaitu phenobarbital Na yang mudah larut dalam air).

- Menggunakan pelarut campuran ( misal : air dan etanol seperti pada sediaan elixsir).

- Untuk bahan obat yang sukar larut air tetapi diinginkan sediaan bentuk cair,
hendaknya dibuat bentuk suspensi dengan penambahan bahan pensuspensi.

6. Koefesien partisi.

- Koefesien partisi menyatakan perbandingan kadar bahan obat dalam lemak dan air
setelah dicapai keseimbangan.nilai koefesien partisi tiap zat adalah tetap atau spesifik untuk
tiap zat

- Data koefesien partisi bahan obat merupakan hal yang penting dalam preformulasi
karena menyangkut kemampuan bahan obat untuk dapat larut dan melewati membran
biologis. Untuk menghasilkan efek farmakologi,molekul obat harus dapat melewati membran
biologis yang tersusun dari portein dan lemak dan air. (absorbsi adalah proses
melewati/menembus membran biologis).
- Kecepatan absorbsi obat sangat dipengaruhi oleh koefesien partisinya. Hal ini
disebabkan oleh komponen dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipida. Dengan
demikian obat obat yang mudah larut dalam lipida akan dengam mudah melaluinya
sebaliknya obat oba yang sukar larut dalam lipida akan di absorbsi. Obat obat yang larut
dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki nilai koefisien partisi yang besar,
sebaliknya obat obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki nilai koefisien partsi yang
sangat kecil.

7. Kestabilan bahan obat

Salah satu tahap penting dalam preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika kimia dari
zat / bahan obat murni.secara kimia proses kerusakan yang paling sering terjadi adalah
hidrolisis oksidasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan kestabilan zat obat dalam
keadaan padat dan dalam keadaan larutan.uji kestabilan dalam larutan perlu dilakukan agar
bisa diketahui sejauh mana kestabilan bahan obat tersebut dalam air ( uji kestabilan dalam
larutan umunya digunakan pelarut air).

- Reaksi hidrolisa

1. Reaksi hidrolisa adalah reaksi peruraian suatu zat oleh air.

2. contoh bahan obat yang mudah mengalami hidrolisa adalah aspirin / acetosal dan obat
obat golongan antibiotika ( misal : ampisilin,amoksisilin, tetrasiklin,dll). Terhidrolisa acetosal
ditandai dengan timbulnya bau asam asetal/cuka karena dalam air acetosal terurai menjadi
asam asilat dan asam asetat.

3. Bahan obat yang mudah terhidrolisa harus dibuat dalam bentuk padat
( tablet,kapsul,serbuk),karena dalam suasana lembab atau berair bahan obat tersebut akan
terurai sehingga tidak efektif lagi sebagai obat bahkan mungkin bisa membentuk senyawa
yang bersifat racun ( toxic)

4. Bila bahan obat yang mudah terhidrolisa tetap hendak dibuat bentuk cair sebaiknya
dipilihkan pelarut non air,misal : etanol,propilenglikol,gliserin atau dibuat sediaan sirup
kering/drysryup.

(keterangan : sirup kering yaitu sirup berisi serbuk obat dan bahan tambahan obat, yang
ketika akan digunakan harus ditambahkan pelarut air suling atau air matang dalam jumlah
tertentu. Sirup kering ini seteelah dilarutan tidak boleh digunakan lagi setelah 7 hari ,karena
bahan obat sudah mengalami hidrolisa).

- Reaksi oksidasi

1. Reaksi oksidasi dalam kimia anirganik adalah terlepasnya elektron dari suatu atom atau
molekul. Contoh : berubahnya ion ferro (+2 ) menjadi ion ferri (+3) dalam kimia organik
reaksi oksidasi didefinisikan dengan hilangnya hidrogen dari suatu molekul
2. Beberapa bahan obat dapat mengalami reaksi oksidasi bila terpapar cahaya terlalu lama,
terkena panas bila berreaksi oleh oksigen. Hal ini dapat di antisipasi dengan penggunaan
wadah yang tidak tembus cahaya, misalnya botol warna coklat.

3. Terjadinya reaksi oksidasi biasanya ditandai dengan berubahnya warna,bau bahan


obat,atau terbentuknya endapan.

4. Untuk menghindari terjadinya reaksi oksidasi perlu ditambahkan bahan antioksidan.

5. Antioksidan sediaan farmasi yang membawanya berupa air dapat digunakan natrium
bisulfit dan asam askorbat ( vit c ). Sedang pada sediaan farmasi berupa minyak digunakan
antioksidan astrid α-toko ferrol ( vit e ).

. Sifat fisika kimia tersebut dapat dilihat pada beberapa sumber yang memuat monografi /
uraian tentang persyaratan kemurnian zat,sifat fisika - kimia zat cara identifikasi serta
ketentuan ketentuan lain yang berhubungan dengan obat,

Di antaranya adalah buku :

- Farmakope indonesia.

- Martindale.

- Exstra farmakope.

KOMPOSISI FORMULA MACAM – MACAM BENTUK SEDIAAN OBAT


FORMULA OBAT

Bahan obat / zat aktif = 1% - 50 %

Bahan tambahan obat = 5% - 90% terdiri dari

(Pengisi,pengikat,penghancur,pelicin,pelumas, pemberi
warna,perasa,penyalut)

FORMULA SALEP

Bahan obat / zat aktif = 1% - 10%

Bahan tambahan obat = 90% - 99% terdiri dari

( dasar salep,pengawet,pewarna)
FORMULA KRIM

Bahan obat / zat aktif = 1% - 10%

Bahan tambahan obat = 90% - 99% terdiri dari

( dasar krim,pengawet,pewarna.)

FORMULA SUSPENSI

Bahan obat / zat aktif = 1% - 10%

Bahan tambahan obat = 90% - 99% terdiri dari

( pembawa / pelarut , pensuspensi,perasa,

Pengawet )

FORMULA INJEKSI

Bahan obat / zat aktif = 1% - 20%

Bahan tambahan obat = 80% - 99% terdiri dari

(pembawa,pengisotoni,pengawet)

BAHAN TAMBAHAN PADA SEDIAAN TABLET

Jenis Pengertian Contoh


Jenis tablet Bahan yang digunakan untuk Laktosa pati
memperbesar volume tablet
Pengikat tablet Bahan yang digunakan untuk Gom,gelatin
mengikat/melekatkan partikel
partikel serbuk pada sediaan tablet
Pelumas tablet Bahan yang digunakan untuk Kalium stearat,
mengurangi gesekan selama proses magneium stearat
pengempaan tablet
Pelincir tablet Bahan yang digunakan untuk Silika koloidal
meningkatkan daya alir serbuk
Penghancur tablet Bahan yang digunakan untuk Tepung jagung,natrium
meningkatkan daya alir serbuk
Alginate.

Penyalut tablet Bahan yang digunakan untuk Selulosa,sukrosa


melapisi tablet

BAHAN TAMBAHAN PADA SEDIAAN SALEP


Jenis Pengertian Contoh
Dasar salep Bahan yang digunakan pembawa Lanolin,vaselin
sediaan salep , dimana akan
dicampurkan bahan obatnya

BAHAN TAMBAHAN PADA SEDIAAN SUSPENSI DAN EMULSI


Jenis Pengertian Contoh
Pensuspensi Bahan yang digunakan untuk Agar,bentonit,metil
meningkatkan kekentalan sediaan selulosa
air agar laju sedimentasi /
pengendapan serbuk dapat
dikurangi
Pengemulsi Bahan yang digunakan untuk Gom,tween,span.
menjaga dispersi partikel – partikel
halus pada sediaan cair yang terdiri
dari pembawa yang tidak
bercampur ( minyak & air )
Surfaktan Bahan yang berfungsi untuk Natrium lauril,sulfat
mengurangi tegangan permukaan

BAHAN TAMBAHAN PADA SEDIAAN SUPOSITORIA


Jenis Pengertian Contoh
Dasar supositoria Bahan yang digunakan sebagai Oleum cacao
pembawa sediaan supositoria

BAHAN TAMBAHAN PADA SEDIAAN INJEKSI


Jenis Pengertian Contoh
Pembawa sediaan injeksi Bahan yang digunakan sebagai Air & minyak
pembawa untuk bahan obat yang
akan di injeksikan
Pengisotoni sediaan Bahan yang digunakan untuk Natrium klorida
injeksi membuat larutan injeksi menjadi
osmofis dengan cairan tubuh

BAHAN TAMBAHAN LAIN LAIN


Jenis Pengertian Contoh
Pengawet Bahan yang digunakan untuk Asam
menjaga pertumbuhan benzoat,mipagin,nifasol
mikroorganisma ataupun jamur
Antioksidan Bahan yang digunakan untuk Natrium
menghambat reaksi oksidasi bisulfit,alfotokofer
Pewarna Bahan yang digunakan untuk Brillian blue
memberi warna sediaan obat
Pemberi rasa Bahan yang digunakan untuk Minyak adas manis,
memberi rasa pada sediaan obat minyak permen
Pengelat Bahan yang digunakan untuk Dinatrium adetat,
membentuk senyawa yang stabil EDETA
dengan logam berat karena
keberadaan dapat menurunkan
kestabilan sediaan obat
Pendapar Bahan yang digunakan untuk Kalium metafosfat
menahan perubahan pH

C. MENERAPKAN CARA PEMCAMPURAN BAHAN

Dalam suatu formula obat umumnya terdiri beberapa bahan obat. Pada saat mencampurkan
bahan bahan tersebut di harapkan dapat tercampur dengan baik. Tetapi pada bahan mungkin
timbul reaksi yang tidak diinginkan bila di campur, misalnya serbuk menjadi lembab,
terbentuknya endapan, pada saat mencampur

harus mempertimbangkan sifat – sifat fisika kimia bahan obat tersebut. Berdasarkan jenis
interaksinya, obat tak tercampurkan dikelompokan sebagai berikut :

- Obat tak tercampur secara kimia, ditandai dengan :

· terjadinya endapan

Contoh R/ Zinci Sulfat

Natrii Borat

Aquadest

S. Collyrium

Campuran dalam resep diatas menghasilkan campuran yang keruh karena terbentuknya
endapan sengborat basah. Jika natrii borat diatas diganti dengan asam borat, hasilnya akan
jernih.

· Terjadinya perubahan warna

Contoh : Amilum + Iodin = warna biru

· Terjadinya ledakan

Contoh : reaksi antara kalium klorat + sulfur


- Obat tak tercampur secara fisika, ditandai dengan :

· Campura menjadi meleleh :

Contoh : Menthol dan Champora akan menghasilkan serbuk yang lembek

· Bahan obat terabsorbsi

Contoh : Codein Hcl dan Norit, norit akan mengabsorbsi codein sehingga tidak efektif lagi

MENCAMPUR BAHAN

Bila bahan bahan dapat tercampur tanpa menimbulkan reaksi tertentu maka beberapa metode
pencampuran bahan yang bisa digunakan yaitu :

1. Bentuk sediaan padat

· Spatula

Bahan digerus diatas kertas dengan memakai spatula. Metode ini hasilnya kurang
maksimal, terlebih bila serbuk yang dicampur jumlahnya banyak.

· Triturasi

Bahan digerus didalam lumpang korselen atau lumpang kayu, bisa juga lumpang dari
kaca. lebih disukai lumpang korselen yang permukaan dalamnya kasar. Hasil yang diperoleh
cukup bagus saat ini metode inilah yang paling umum di gunakan diapotek dan laboratorium.

Triturasi adalah = proses penggerusan obat didalam lumpang untuk menghaluskan atau
memperkecil ukuran partikel.

· Ayakan

Bahan dicampur dengan cara diayak. Hasil campuran yang diperoleh biasanya agak
halus. Cara ini kurang diyakini homogenitasnya.

· Tumbling

Bahan di guling gulingkan supaya bahan tercampur rata. Metode ini digunakan untuk
mencampur serbuk dalam jumlah besar dengan menggunakan mesin penggiling serbuk yang
dirancang khusus.

2. Bentuk sediaan setengah padat


Cara mencampur bahan bahan obat maupun bahan tambahan obat berpedoman pada tempat
ketentuan umum cara pembuatan salep

3. Bentuk sediaan cairan

- Bentuk sediaan larutan : bahan obat dilarutkan dengan pelarut secukupnya, kemudian
ditambah dengan sisa pelarut sampai volume atau berat yang diminta.

- Bentuk sediaan suspensi : bahan obat yang tidak larut dicampur dengan bahan
pensuspensi, kemudian ditambah pelarut dengan volume yang sudah ditentukan sampai
terbentuk suspensi, setelah itu dicampur dengan sisa pelarut sampai volume atau berat yang
diminta.

- Bentuk sediaan emulsi : dibuat dulu korpus emulsi, kemudian campur dengan bahan
obat dan diambahkan sisa pelarut sampai volume atau berat yang diminta.

- Dalam skala besar semua proses pencampuran dilakukan dengan alat alat khusus
seperti mixer, colloid mill / penggiling koloid

Untuk bahan bahan yang memiliki masalah selama proses pencampuran, berikut ini beberapa
pedoman syarat pencampuran bahan sesuai dengan sifat fisika – kimianya.

- Bila terjadi reaksi pengumpulan antara bahan bahan obat, maka sebelum dicampur
masing masing bahan obat dilapisi dulu dengan bahan tambahan.

Contoh : asam salysilat dan seng oksida bila dicampur langsung lama kelamaan akan
mengeras sehingga sebelum keduanya di campur, masing masing dilapisi dulu dengan bahan
tambahan.

- Bila terjadi perubahan warna, pengedapan atau terjadi reaksi ledakan, maka salah satu
bahan dipertimbangkan untuk dihilangkan atau diganti asal tidak merubah khasiat.

- Bila ada bahan obat bentuk kristal dalam sediaan maka larutan dulu dengan larut Yng
sesuai.

Contoh : asam salysilat maka harus dilarutan dulu dengan etanol 95%, kemudian segara
dicampur dengan bahan tambahan sampai kering.

- Bila ada bahan obat bersifat higroskropis ( mudah lembab ), maka digerus dengan
mortil atau lumpang panas untuk menguapkan air yang terkandung pada bahan obat tersebut.

- Bila ada bahan obat yang merupakan campuran eutetik yaitu campuran yang titik
leburnya menjadi lebih rendah dibandingkan bila bahan tersebut berdiri sendiri, misalnya
champora dan mentholum, maka biarkan campuran tersebut meleleh terlebih dahulu,
kemudian dikeringan dengan bahan tambahan.

- Bila ada bahan obat berupa minyak atsiri, maka ditambahkan terakhir supaya tidak
ikut digerus terlalu lama karena minyak atsiri mudah menguap
D. PENGARUH BENTUK SEDIAAN TERHADAP KHASIAT OBAT

Ahli farmasi merancang bentuk sediaan obat tergantung pada beberapa hal, antara
lain efek terapi yang ingin dicapai , apakah efek terapi lokal atau sistemik, efek terapi cepat
atau lambat. Sifat atau keadaan suatu penyakit menjadi salah satu petimbangan dalam
memutuskan bentuk sediaan mana yang akan dibuat. Suatu penyakit mungkin lebih cocok
diobati dengan bentuk sediaan oral, penyakit yang lain mungkin lebih cocok dengan bentuk
pengobatan topikal. Penyakit tertentu yang membutuhkan pengobatan cepat misal pasien
sakit jantung akan memerlukan reaksi obat yang sangat cepat mungkin harus dengan bentuk
sediaan injeksi. Kasus penyakit lain mungkin justru membutuhkan jenis pengobatan yang
perlahan lahan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, ahli farmasi merancang obat dalam berbagai
bentuk sediaan.

Perkembangan tehnologi memungkin dibuat bermacam macam bentuk sediaan. Macam


macam bentuk sediaan obat yang sudah bisa dibuat yaitu :

- Bentuk padat, meliputi puyer,kapsul,tablet,supositoria.

- Bentuk setengah padat, meliputi salep, krim, pasta, dll

- Bentuk cair meliputi larutan,suspensi,emulsi.

- Bentuk gas contohnya aerosol/spray/obat semprot.

Semua bentuk sediaan penting berdasarkan fungsi masing masing .

Bentuk bentuk sediaan tersebut berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi, on set of action
( mulai kerja obat / saat mulai timbulnya efek terapi ) dan lamanya efek terapi.

· Absorpsi obat :

- Agar suatu obat dapat menghasilkan efek terapi / khasiat, obat tersebut harus larut,
kemudian bahan obat terdisolusi / terlepas, selanjutnya diasbsorbsi oleh membran biologis
dan dibawah oleh darah keseluruh jaringan.

- Bahan obat ada yang bisa diabsorbsi dengan cepat, ada yang lambat tergantung sifat
masing masing obat, oleh karena itu harus dievaluasi bentuk sediaan apa yang akan dibuat
untuk masing masing bahan obat agar memberi efek terapi sesuai dengan kebutuhan.

- Cara pemberian obat akan berpengaruh pada kecepatan absorpsi zat/ bahan obat.

- Kecepatan absorbsi cara pemberian oral lebih lambat dibanding cara pemberian yang
lain karena harus melalui proses metaboisme diliver

· On set of action (waktu mulai kerja obat)


- Waktu mulai kerja obat berbeda beda tergantung bentuk sediaannya. Hal ini
disebabkan perjalanan obat berbeda tergantung cara pemakaiannya. Bentuk sediaan
mempengaruhi cara pemakaian obat.

- On set of action obat oral lebih lambat dibandingkan cara lainnya

Karena pemakaian secara oral memerlukan waktu untuk melewati lambung metabolisme
deliver, proses adsobrsi, baru kemudian di edarkan oleh darah .

- Cara inta muskular, subkutan,bucal,rektal lebih lambat dibandingkan intra vena karena
harus menembus sel jaringan, baru masuk peredaran darah.

- Cara injeksi intra vena lebih cepat karena langsung masuk peredaraan darah.

On Set Of Action

Bentuk Sediaan Cara Pemakaian On Set Of Action ( waktu


mulai kerja obat )
Injeksi intra vena Intra vena Detik
Injeksi intra muskular Intra muskular Menit
Tablet bucal / bukal Disisipkan antara pipi dan Menit
gusi
Larutan, suspensi , puyer, Oral Menit sampai jam
kapsul, tablet
Tablet salut enterik Oral Beberapa jam

- Lama kerja obat

Lama kerja obat ( during of action ) adalah lamanya obat memberikan efek terapi

- bentuk sediaan obat selain mempengaruhi kecepatan absorbsi bahan obat dan on set
of action ( mulai kerja bahan obat )

Juga memperngaruhi lama kerja bahan obatnya

- Bentuk sediaan tertentu sengaja dibuat untuk menghasilkan efek terapi lama tablet
lepas lambat dirancang dengan bahan bahan tambahan tertentu agar pelepasan obat dalam
cairan tubuh terjadi secara bertahap tujuannya agar kadar bahan obat dalam darah tetap stabil
dalam jangka waktu yang cukup lama. Keuntungan tablet lepas lambat ini frekuensi
pemakaian menjadi berkurang, misalnya cukup menelan satu sekali untuk menghasilkan efek
terapi yang lama hal ini disebabkan,agar bahan obat dalam darah terjaga stabil.

Selain hal hal diatas, pertimbangan lain yang digunakan untuk formulasi obat yaitu kelebihan
dan kekurangan masing masing bentuk sediaan.
Sediaan padat.

Kelebihan :

- Besar kecilnya dosis dapat ditentukan oleh dokter sesuai dengan keadaan penderita.

- Sangat sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil dalam bentuk cair, misalnya
golongan antibiotik ( contoh : ampisilin, amoxiilin, chloramphenicol, dll ). Obat golongan
antibotik selalu diproduksi dalam bentuk padat, yaitu tablet, kaplet, kapsul dan serbuk/ sirup
kering .

- Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair

- Lebih praktis untuk dibawa terutama yang bentuk tablet dan kapsul.

Kekurangan :

- Selama penyimpanannya kadang kadang serbuk menjadi lembab/lengket.

- Tidak tertutupinya rasa tidak enak dari beberapa bahan obat, misal pahit, sepat
( meskipun bisa dikurangi dengan penambahan pemanis )

Sediaan setengan padat

Kelebihan :

- Pilihan utama untuk pengobatan topikal

- Kontak antara bahan obat dengan kulit lebih lama dibandingan sediaan serbuk atau
sediaan cair.

- Dapat menyerap cairan yang terjadi pada luka atau kelainan dermatologik.

Kekurangan :

- Basis berlemak umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman.

Sediaan bentu cair

Kelebihan :

- Penyerapan atau absorbsi obat lebih cepat dibanding sediaan padat.


- Keseragaman dosis lebih terjamin dibanding sediaan padat karena dalam bentuk
larutan bahan obat terdispersi secara molekuler.

- Bila akan diencerkan atau dicampur dengan bahan obat lain keseragaman obat tetap
terjaga

- Lebih disukai oleh penderita yang tidak bisa menelan tablet atau kapsul.

- Dapat diberi perasa atau pewarna yang menarik sehingga bisa menimbulkan
kepatuhan minum obat pada penderita, terutama anak anak.

Kekurangan :

- Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil atau mudah rusak dalam air.

- Tidak praktis untuk dibawa kemana mana

- Lebih mudah ditumbuhi jamur atau mikroba lain dibandingkan bentuk padat

BAB III

Teknik pembuatan sediaan obat cair


A. Solutio larutan ( larutan )
1. Pengertian
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur.
Karena molekul molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi type larutan sebagai berikut :
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maxsimum zat A yang
dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperatur tertentu.

Zat pelarut disebut juga solven, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solven
yang biasa dipakai adalah :
1. Air untuk macam macam garam
2. Spiritus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax, fenol. Pengganti gliserin dalam
formula formula moderen dipakai propilen glikol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor, sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer, dan menthol.
6. Parafin liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak – minyak, kamfer, menthol,
cholorabutanol.
7. Eter minyak tanah, untuk minyak – minyak lemak

2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi kelarutan


a. Sifat dari solute atau solven.
Solute yang polar akan larut dalam solven yang polar pula.
Misalnya garam garam an organik larut dalam air. Solute yang non
polar larut dalam solven yang non polar pula. Misalnya alkaloid basa
( umumnya senyawa organik ) larut dalam chloroform

b. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan larut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air gliserin
atau solutio petit.

c. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit larut, zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik
yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :

1. Dapat larut dalam air


- Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl, PbCl2, Hg2Cl2.
- Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
- Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 ( sedikit
larut).

2. Tidak larut dalam air


- Semua garam karbonat tidak larut. Kecuali <2CO3, NaCO3, ( NH4)
2CO3
- Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, dan Ba(OH)2
- Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, NaPO3, (NH4)3PO4

D . Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikan, zat tersebut dikatakan
bersifat Endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas à larutan


Beberapa zat lain justru kenaikan temperatur meyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan
bersifat Eksoterm karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.

Zat terlarut + pelarut à larutan + panas


Contoh :
K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas gas yang larut
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya
1. Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri ( akan menguap)
2. Zat yang terurai, misalnya Natrii bicalbonas ( NaHCO3àNa2CO3 + H2O + CO2
3. Saturatio ( CO2nya akan habis )
4. Senyawa – senyawa calsi

E . Salting out
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia
Contoh :
1. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalaman air tersebut
ditambahkan larutan Nacl jenuh. Disini kelarutan NaCL dalam air lebih besar
dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri akan memisah.

2. ReaksiReaksi antara papaverin HCL dengan solutio charcot menghasilkan endapan


papaverin base.

F. salting In
Salting in adalah zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent
menjadi lebih besar.
Contohnya : riboflavin ( vitamin B2 ) tidak terlarut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang
mengandung nicotinamidum ( terjadi penggaraman riboflavin + basa NH4 ).

G. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa, tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : iodium larut dalam larutan KL atau Nal jenuh

KL + I2à KL3
HgL3 + 2KL à K2HgL4

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :


- Ukuran pertikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solvent, solute makin cepat
larut.
- Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambahkan kelarutan solute.

- Pengadukan;

-
3. Cara mengerjakan obat dalam larutan
Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya, diantaranya
adalah:
a. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang
( aanslibben )

b. Natrium bicarbonat + natrium salicylas, Bic natric digerus tuang,


kemudian ditambah natrium salicylas untuk mencegah terjadinya
perubahan warna pada, larutan harus ditambahkan natrium
pyrophospat sebanyak 0,25% dari berat larutan

c. Sublimat ( HgCL2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan


pemanasan atau dikocok – kocok dalam air panas, kemudian disaring
stelah dingin. NaCL dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi
menurunkan daya bactericidnya kadar sublimat dalam obat mata 1 :
4000

d. Kalium permanganat ( Kmno4), Kmn04 dilarukan dengan


pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi ( mno2
), oleh sebab itu setelah dingi tanpa dikocok – kocok dituangkan
kedalam botol atau bisa juga disaring dalam gelas wol.

e. Seng klorida, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus,


kemudian disaring. Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka
akan terbentuk seng oksi klorid yang suakr larut dalam air. Bila
terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air
kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring

f. Kamfer, kelarutan dalam air 1 : 650 dilarutkan dengan spritus fortior


( 96% ) 2x berat kamfer dalam botol kering kocok – kocok kemudian
tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.

g. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin tetapi tanin
selalu mengadung hasil oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak
larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus
disaring dengan kapas yang dibasahkan jika ada air dan gliserin,
larutan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.

h. Extract opii dan Extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara


ditaburkan. Kedalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.

i. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan


selama ¼ jam, ditempat yang gelap.
j. Succus liquiritiae

1. Dengan gerus tuang ( aanslibben ), bila jumlahnya kecil.


2. Dengan merebus atau memanaskannya hingga larut

k. Calcii lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air 1 : 20.


Bila jumlah air cukup, setelah dilarutkan disaring untuk mencegah
kristalisasi. Bila air tidak cukup disuspensikan dengan penambahan
pgs dibuat mixtura agitanda

l. Codein :

1. Direbus dengan air 20x nya, setelah larut diencerkan sebelum dingin
2. Dengan alkohol 96% sampai larut. Lalu segera encerkan dengan air
3. Diganti dengan hcl codein sebanyak 1,17x – nya

m. Bahan – bahan obat yang bekerja keras harus di larutkan


tersendirinya.

n. Bila terdapat bahan – bahan yang harus diencerkan dengan air,


hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 cc.

o. Pepsin, tidak larut dalam air tanpa larut dalam hcl encer
Pembuatan : pepsin disuspensikan dengan air 10 x nya kemudian tambahkan hcl encer larutan
pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan

p. Nipagin dan nipasol , kelarutan 1.2000


Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air.
Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk kelarutan

a. Dilarutkan dengan pemanasan sambi digoyang goyangkanu


b. Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukan dalam sediaan
Yng di awetkan
q. Fenol, diambil fenol liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam
100 bagian fenol, jumlah yang 1,2 jumlah yang diminta

4. Macam – macam Sediaan Larutan Obat.


Bentuk sediaan larutan berdasarkan cara pemberiannya dibedakan atas :
Larutan oral.
Yaitu sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan – bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven – air.
a. Potiones (obat minum)
Adalah solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral ). Selain berbentuk
larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.
b. Elixir
Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis,
pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut
digunakan campuran air – etanol.
Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat. Pada elixir dapat pula ditambahkan
glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup
gula.
a.Sirup.
Ada 3 macam sirup yaitu :
1. sirup obat adalah sirup yang mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa
zat tambahan digunakan untuk pengobatan.
2. Sirup simplex mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0.25% b/v

3. Sirup pembawa bukan obat. Tidak megandung obat tetapi mengandung zat pewangi,
pemberi rasa atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa
atau bau obat yang tidak enak.

a. Netralisasi, saturatio dan potio effervescent.


1. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya : solutio
citratis magnesici, amygdalas ammonicus.
Pembuatan : Seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya bila perlu reaksi
dipercepat dengan pemanasan.
3. Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam ( asam sitrat dan
asam tartrat ) dengan basa ( natrii karbonat dan natrii bikarbonat ) tetapi gas yang terjadi
ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan gas.
Pembuatan :

a. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang tersedia. Misalnya
NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
b. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
c. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-
hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang
terjadi tertahan.

2. Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh. Umumnya asam yang
digunakan misalnya asam sitrat, asam tartrat sedangkan basa yang digunakan
misalnya natrii karbonat dan natrii bikarbonat.
Pembuatan :
Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio.
Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa dengan hati-hati, segera tutup
dengan sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent adalah :
- Diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan
tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian
diikat dengan sampagne knop.

- Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut, karena tidak
boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
berisi gas dalam jumlah besar.

Penambahan Bahan –bahan.


Zat – zat yang dilarutkan dalam bagian asam
a.Zat netral dalam jumlah kecil.
Bila jumlahnya banyak, sebagian dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam basa,
berdasarkan perbandingan jumlah airnya.

a. Zat-zat mudah menguap.


b. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
SSirupl Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.
a. Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.

b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan


ammominum harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak akan
terbentuk endepan kalium atau ammonium tartat yang tidak larut

Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat terlihat tabel penjenuhan
( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :
Tabel saturasi dan netralisasi (Farmakope Belanda V)
Untuk 10 Asam Asam asetat Asam sitrat
bagian Amygdalat encer

Ammonia 8,9 58,8 4,1


Kalium - 144,7 10,1
karbonat
Natrium - 69,9 4,9
karbonat
Natrium 18,1 119,0 8,3
bikarbonat

Anda mungkin juga menyukai