DEWI EKOWATI
RESEP
Resep
• Resep adalah permintaan tertulis dari dokter
atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
• Resep merupakan bagian hubungan yang
profesional antara dokter, farmasis dan pasien.
• Pelayanan resep tanggungjawab Apoteker
R/ Bahasa Latin
Bahasa Latin adalah bahasa yang mati
Bahasa Latin merupakan bahasa internasional
dalam dunia/profesi kedokteran dan kefarmasi
Tidak akan terjadi dualisme pengertian
Faktor-faktor psikologispasien tidak perlu
tahu obat apa yang diberikan
Bagian Resep
1. Inscriptio
Nama dokter, no. SIP, alamat/
telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep.
2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan
latin “R/ = resipe”
3. Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta
bentuk sediaan yang diinginkan.
4. Signatura : tanda cara pakai, regimen dosis pemberian,
rute dan interval waktu pemberian
5. Subscrioptio : tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur
pasien.
Contoh Form Resep (Goth,1978) :
Nama Dokter
Alamat Rumah Alamat Praktek
SIP
Paraf/tanda tangan
Nama pasien
Alamat
Bagian Resep
Tanda pada Resep
1. Tanda Segera, yaitu:
Cito! = segera
Urgent = penting
Statim = penting sekali
PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda
Ditulis dimana?
2. Tanda resep dapat diulang
Iter obat gol apa?
NI obat gol apa?
3. Tanda dosis sengaja dilampaui dg tanda ! dimana?
4. Resep yang mengandung narkotik, tidak boleh :
Iter
M.i.
U.c.
Permasalahan dalam Resep
Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya
dimaksudkan.
Menulis resep dengan tidak jelas/ tidak terbaca
Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan yang tidak
terstandarisasi
Menulis instruksi obat yang ambigu
Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan
obat tersebut
Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat
diberikan lebih dari satu rute.
Meresepka obat untuk diberikan melalui infus intavena
intermitten tanpa menspesifikasi durasi penginfusan.
Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
Siapa yg boleh melihat resep asli?
SIPA : 12/X/1123/XII/2013
SALINAN RESEP
No:…………………………… Tanggal:………………
Dari Dokter:…………………… Tanggal:………………
Untuk :…………………………………………..
Iter
R/
Iter R/
Iter
pcc
R/ ini ada obat yg diganti,
copy R/ bagaimana ya…?
Bolehkan
mengganti Obat
Bagaimana Solusinya Jika…
• Obat merek dagang diganti generic?
• Obat merek dagang diganti oabat merek
dagang lain?
• Obat merek generik diganti merek dagang?
• Apotek tidak tersedia obat yg diminta dan akan
diganti?
• Penulisan R/ ada yang tidak tepat/kekeliruan?
Copy Resep
Bersifat rahasia
Disimpan diapotek berapa lama?
Boleh diperlihatkan ke siapa?
Resep Rasional :
1. Tepat diagnosis/ indikasi
2. Tepat obat
3. Tepat dosis
4. Tepat bentuk sediaan yang dipilih
5. Tepat cara dan waktu pemakaian
6. Tepat penderita
7. Tepat harga
Dampak Resep Tidak Rasional :
1. Mahal
2. Obat salah indikasi
3. Menggunakan macam obat yang lebih dari
yang diperlukan
4. Dosis Obat tidak tepat
5. Menggunakan obat yang relatif tidak aman
dan kurang efektif
Bagaimana Solusinya jika…
• Apotek tidak tersedia obat yg diminta dan akan
diganti?
• Penulisan R/ ada yang tidak tepat/kekeliruan?
DOSIS OBAT &
DISPENSING
Pelayanan Resep
Pelayanan Resep : penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian Obat (medication error).
Dispensing
Dispensing penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat.
Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai
dengan Resep;
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat,
tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada
sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat
dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk
menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah penyiapan Obat :
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien
harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan
Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat
pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang
terkait dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien
Dosis
Dosis atau takaran obat : banyaknya suatu obat
yang dapat dipergunakan atau diberikan
kepada seorang penderita, baik untuk obat
dalam atau obat luar.
Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek
yg diinginkan, tergantung banyak faktor :
umur, berat badan, luas permukaan tubuh,
jenis kelamin, kondisi penyakit pasien
• Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dosis
maksimum adalah DM dewasa untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan
rektal.
• Dosis lazim tercantum dalam FI untuk dewasa
dan anak yang merupakan petunjuk yang tidak
mengikat.
Macam-macam dosis
• Dosis terapi : takaran obat yang diberikan dan
dapat menyembuhkan penderita.
• Dosis minimum : takaran obat terkecil yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
resistensi.
• Dosis maksimum : takaran obat terbesar yang
masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan keracunan penderita.
• Dosis toksik : takaran obat yang dapat
menyebabkan keracunan penderita.
• Dosis letalis : takaran obat yang menyebabkan
kematian pada penderita.
Dosis lazim : Dosis ini merupakan petunjuk yg tdk
mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum.
Regimen dosis : Jadwal pemberian dosis suatu
obat
Loading dose : Dosis muatan sbg dosis awal shg
tercapai kadar dalam darah yg cukup untuk
menghasilkan efek terapetik
Maintenance dose : Dosis pemeliharaan untuk
mempertahankan kadar obat dalam darah agar
tetap menghasilkan efek terapetik
Perhitungan Dosis :
• Berdasarkan Umur
• Berdasarkan Bobot Badan
• Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
• Dengan pemakaian berdasarkan jam
Berdasarkan Umur
Tidak akurat karena tdk mempertimbangkan beragamnya
bobot dan ukuran anak2 dlm satu kelompok usia
Obat bebas untuk pediatrik : dosis dikelompokkan atas usia,
spt :
2-6thn; 6-12thn; diatas 12thn.
< 2thn, dinyatakan dg : atas pertimbangan dokter
Persamaan yg digunakan :
Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)
Rumus Dilling (anak diatas 8 tahun)
Rumus Cowling
Rumus Fried (khusus untuk bayi)
Menurut Umur :
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)
1. Obat Bebas
Contoh??
2. Obat Bebas Terbatas
Contoh???
3. Obat Keras
Contoh?
3. Obat Psikotropika
Contoh?
4. Narkotika
Contoh?
Logo Obat Tradisional
1. Jamu
2. Obat Herbal Terstandar
3. Fitofarmaka
6 tanda Peringatan
1. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan
Pemakaiannya
2. P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur,
jangan ditelan
3. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian
luar dari badan
4. P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan
5. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan
ditelan
Psikotropik :
1. Psikotropika Golongan I
• Hanya digunakan utk tujuan ilmu pengetahuan potensi ketergantungan sangat kuat.
• Contoh : MDMA, Meskalin dll
2. Psikotropika Golongan II
• Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, untuk pengobatan/terapi potensi
ketergantungan kuat.
• Contoh : Amfetamin, Metakualon, Sekobarbital dll
3. Psikotropika Golongan III
• Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, untuk pengobatan/terapi potensi
ketergantungan sedang
• Contoh : Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital dll
4. Psikotropika Golongan IV
• Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, untuk pengobatan/terapi potensi
ketergantungan ringan.
• Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, Alprazolam, Klordiazepoksid, Triazolam dll.
Narkotika :
1. Narkotika Golongan I
• Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan potensi
ketergantungan sangat tinggi.
• Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L, Opium mentah, Opium masak,
tanaman koka (Erythroxylum coca), daun koka, kokain mentah, kokain,
tanaman ganja, Heroin, THC dll.
2. Narkotika Golongan II
• Tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, untuk terapi potensi
ketergantungan tinggi
• Contoh : Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol dll.
3. Narkotika Golongan III
• Tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, untuk terapi potensi
ketergantungan ringan
• Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll.
UU Narkotik dan Psikotropik :
• UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
• Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 yang
diperbarui UU Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika
• Permenkes No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
OBAT WAJIB APOTEK
Obat Wajib Apotek (OWA)
• OWA : Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di
Apotek, dan penyerahannya harus dilakukan oleh Apoteker
• Bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri perlu ditunjang dengan sarana yang
dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional;
• Bahwa peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat
yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri yang sekaligus
menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional;
• Peran Apoteker dalam pelayanan KIE perlu ditingkatkan
OWA
Pelayanan OWA
• Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis
obat
• Membuat catatan pasien serta yang telah
diserahkan
• Memberikan informasi meliputi dosis dan
aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping
dan lai-lain yang perlu diperhatikan oleh
pasien
Kriteria OWA :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang
tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat
khusus yang harus dilakukan olh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
OWA
1. DAFTAR OWA NO 1
347/MENKES/SK/VII/1990
2. DAFTAR OWA NO 2
924/MENKES/PER/X/1993
3. DAFTAR OWA NO 3
1176/MENKES/SK/X/1999
Obat Wajib Apotek (OWA) No 1 :
• Oral kontrasepsi
• Obat saluran cerna
• Obat mulut dan tenggorokan
• Obat saluran napas
• Obat yangmempengaruhi sistem
neuromuskuler
• Antiparasit
• Obat kulit topikal
Obat Wajib Apotek (OWA) No 2 :
• 34 tambahan item obat
Obat Wajib Apotek (OWA) 3 :
• Oral kontrasepsi
• Obat saluran cerna
• Obat mulut dan tenggorokan
• Obat saluran napas
• Obat yangmempengaruhi sistem
neuromuskuler
• Antiparasit
• Obat kulit topikal
OWA 3 yang dikeluarkan :
• Obat saluran cerna + psiko dengan resep
• Obat mulut dan tenggorokan heksetidin--obt
• Obat saluran napas
obat asma: aminofilin, sekretolitik/ mukolitik --
bromheksin
• Obat yang mempengaruhi neuromuskuler
:analgetik antipiretik: glafenin, metampiron +
klordiazepoksid/ diazepam
• Antiparasit: obat cacaing mebendazol
• Obat kulit topikal: antifungi tolfaftat
Alasan dikeluarkan :
1. Obat yang mengandung psikotropika, karena
UU psikotropika menyebutkan bahwa
psikotropika hanya dapat diberikan dengan
resep dokter
2. OWA jadi lingkar biru atau hijau:
• SEDIAAN LAZIM
• DOSIS LAZIM