Anda di halaman 1dari 97

FARMASI PRAKTIS

DEWI EKOWATI
RESEP
Resep
• Resep adalah permintaan tertulis dari dokter
atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku.
• Resep merupakan bagian hubungan yang
profesional antara dokter, farmasis dan pasien.
• Pelayanan resep tanggungjawab Apoteker
R/ Bahasa Latin
 Bahasa Latin adalah bahasa yang mati
 Bahasa Latin merupakan bahasa internasional
dalam dunia/profesi kedokteran dan kefarmasi
 Tidak akan terjadi dualisme pengertian
 Faktor-faktor psikologispasien tidak perlu
tahu obat apa yang diberikan
Bagian Resep
1. Inscriptio
 Nama dokter, no. SIP, alamat/
telepon/HP/kota/tempat, tanggal penulisan resep.
2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan
latin “R/ = resipe”
3. Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta
bentuk sediaan yang diinginkan.
4. Signatura : tanda cara pakai, regimen dosis pemberian,
rute dan interval waktu pemberian
5. Subscrioptio : tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur
pasien.
Contoh Form Resep (Goth,1978) :
Nama Dokter
Alamat Rumah Alamat Praktek
SIP

Tanggal Kota ,tanggal


Superscriptio R/
Inscriptio/Prescri R.Cardinale Dosis (mg,ml)
ptio R.Adjuvan Dosis (mg,ml)
Corrigen rasa,
bau, warna
Vehiculum
Jumlah obat
Subscriptio Perintah pembuatan
m f l a------

Signatura S.Aturan pemakaian obat

Paraf/tanda tangan
Nama pasien
Alamat
Bagian Resep
Tanda pada Resep
1. Tanda Segera, yaitu:
 Cito! = segera
 Urgent = penting
 Statim = penting sekali
 PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda
 Ditulis dimana?
2. Tanda resep dapat diulang
 Iter  obat gol apa?
 NI  obat gol apa?
3. Tanda dosis sengaja dilampaui dg tanda !  dimana?
4. Resep yang mengandung narkotik, tidak boleh :
 Iter
 M.i.
 U.c.
Permasalahan dalam Resep
 Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya
dimaksudkan.
 Menulis resep dengan tidak jelas/ tidak terbaca
 Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan yang tidak
terstandarisasi
 Menulis instruksi obat yang ambigu
 Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan
obat tersebut
 Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat
diberikan lebih dari satu rute.
 Meresepka obat untuk diberikan melalui infus intavena
intermitten tanpa menspesifikasi durasi penginfusan.
 Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
Siapa yg boleh melihat resep asli?

 Dokter penulis R/ atau yg merawat


 Pasien
 Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan)
pemeriksaan
 Yayasan/lembaga penaggung biaya
SKRINING RESEP
Pengertian
 Skrining Resep : kegiatan apoteker dalam
mengkaji sebuah resep yang meliputi
pengkajian administrasi, farmasetik
dan klinis sebelum resep diracik.
 Tujuannya  menjamin keamanan (safety)
dan kemanjuran (efficacy) dari obat dalam
resep serta memaksimalkan tujuan terapi.
Kajian Administratif

1. Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis


kelamin, berat badan, alamat)
2. Informasi dokter penulis resep (nama dokter,
nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor
telepon dan paraf)
3. Tanggal penulisan resep
Kajian Farmasetis
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)
Kajian klinis
1. Ketepatan indikasi dan dosis obat
2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek
samping obat, manifestasi klinis lain)
5. Kontra indikasi
6. Interaksi
Ada masalah…R/ ini
tidak lengkap…dilayani
tidak ya??
Solusi…
1. Tanyakan ke dokter dan atau pasienselektif
2. Hub dokter ‘konfirmasi” siapkan alternatife
solusi
Akibat dari Resep tidak lengkap

 Terjadi medication error


 Medication error : kejadian yang merugikan
pasien, akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya
dapat dicegah (SK KepMenKes RI No 1027, 2004)
 Medication error yang terjadi tentunya merugikan
pasien dan dapat menyebabkan kegagalan terapi,
bahkan dapat timbul efek obat yang tidak
diharapkan.
APOGRAPH (salinan resep)
• Menurut Kepmenkes no.280 th 1981:
• Salinan resep : salinan yang dibuat apotek,
selain memuat semua keterangan yang
terdapat dalam resep asli harus memuat pula:
nama dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda
tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat
yang sudah diserahkan atau ne detur untuk
obat yang belum diserahkan, nomor resep dan
tanggal pembuatan.
 Copy resep harus sama dengan resep aslinya
 Bagian-bagian copy resep:
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan APA dan nomor SIA
3. Nama, umur, pasien
4. Nama dokter penulis resep
5. Tanggal penulisan resep
6. Tanggal dan nomor urut pembuatan
7. Tanda R/
8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah
diserahkan “ne det” atau “ne deteur” untuk obat yang
belum diserahkan
9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa
salinan resep telah ditulis sesuai dengan aslinya.
APOTEK SETIA BUDI
JL LETJEN Sutoyo Mojosongo (0271) 876543
SIA : SIA. 503/X/AP/2013
Apoteker : Budi Setyo, S.Farm., Apt.

SIPA : 12/X/1123/XII/2013
SALINAN RESEP
No:…………………………… Tanggal:………………
Dari Dokter:…………………… Tanggal:………………
Untuk :…………………………………………..
Iter
R/

Iter R/

Iter

pcc
R/ ini ada obat yg diganti,
copy R/ bagaimana ya…?

Bolehkan
mengganti Obat
Bagaimana Solusinya Jika…
• Obat merek dagang diganti generic?
• Obat merek dagang diganti oabat merek
dagang lain?
• Obat merek generik diganti merek dagang?
• Apotek tidak tersedia obat yg diminta dan akan
diganti?
• Penulisan R/ ada yang tidak tepat/kekeliruan?
Copy Resep
 Bersifat rahasia
 Disimpan diapotek berapa lama?
 Boleh diperlihatkan ke siapa?
Resep Rasional :
1. Tepat diagnosis/ indikasi
2. Tepat obat
3. Tepat dosis
4. Tepat bentuk sediaan yang dipilih
5. Tepat cara dan waktu pemakaian
6. Tepat penderita
7. Tepat harga
Dampak Resep Tidak Rasional :
1. Mahal
2. Obat salah indikasi
3. Menggunakan macam obat yang lebih dari
yang diperlukan
4. Dosis Obat tidak tepat
5. Menggunakan obat yang relatif tidak aman
dan kurang efektif
Bagaimana Solusinya jika…
• Apotek tidak tersedia obat yg diminta dan akan
diganti?
• Penulisan R/ ada yang tidak tepat/kekeliruan?
DOSIS OBAT &
DISPENSING
Pelayanan Resep
 Pelayanan Resep : penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi.
 Pada setiap tahap alur pelayanan Resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian Obat (medication error).
Dispensing
 Dispensing penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat.
 Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal
sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai
dengan Resep;
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat,
tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada
sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat
dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk
menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah penyiapan Obat :
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien
harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket,
cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan
Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat
pasien;
4. Menyerahkan Obat yang disertai pemberian informasi Obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang
terkait dengan Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Penyerahan Obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat
mungkin emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau
keluarganya;
8. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf
oleh Apoteker (apabila diperlukan);
9. Menyimpan Resep pada tempatnya;
10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien
Dosis
 Dosis atau takaran obat : banyaknya suatu obat
yang dapat dipergunakan atau diberikan
kepada seorang penderita, baik untuk obat
dalam atau obat luar.
 Dosis obat diberikan untuk menghasilkan efek
yg diinginkan, tergantung banyak faktor :
 umur, berat badan, luas permukaan tubuh,
jenis kelamin, kondisi penyakit pasien
• Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dosis
maksimum adalah DM dewasa untuk
pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan
rektal.
• Dosis lazim tercantum dalam FI untuk dewasa
dan anak yang merupakan petunjuk yang tidak
mengikat.
Macam-macam dosis
• Dosis terapi : takaran obat yang diberikan dan
dapat menyembuhkan penderita.
• Dosis minimum : takaran obat terkecil yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
resistensi.
• Dosis maksimum : takaran obat terbesar yang
masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan keracunan penderita.
• Dosis toksik : takaran obat yang dapat
menyebabkan keracunan penderita.
• Dosis letalis : takaran obat yang menyebabkan
kematian pada penderita.
 Dosis lazim : Dosis ini merupakan petunjuk yg tdk
mengikat, tetapi digunakan sebagai pedoman
umum.
 Regimen dosis : Jadwal pemberian dosis suatu
obat
 Loading dose : Dosis muatan sbg dosis awal shg
tercapai kadar dalam darah yg cukup untuk
menghasilkan efek terapetik
 Maintenance dose : Dosis pemeliharaan untuk
mempertahankan kadar obat dalam darah agar
tetap menghasilkan efek terapetik
Perhitungan Dosis :
• Berdasarkan Umur
• Berdasarkan Bobot Badan
• Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
• Dengan pemakaian berdasarkan jam
Berdasarkan Umur
 Tidak akurat karena tdk mempertimbangkan beragamnya
bobot dan ukuran anak2 dlm satu kelompok usia
 Obat bebas untuk pediatrik : dosis dikelompokkan atas usia,
spt :
 2-6thn; 6-12thn; diatas 12thn.
 < 2thn, dinyatakan dg : atas pertimbangan dokter
 Persamaan yg digunakan :
 Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)
 Rumus Dilling (anak diatas 8 tahun)
 Rumus Cowling
 Rumus Fried (khusus untuk bayi)
Menurut Umur :
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama


dengan 8 tahun)
Rumus Gaubius (pecahan X dosis dewasa)
UMUR DOSIS
0-1 1/12 Dd
1-2 1/8 Dd
2-3 1/6 Dd
3-4 1/4 Dd
4-7 1/3 Dd
7-14 1/2 Dd
14-20 2/3 Dd
21-60 Dd
Menurut Berat Badan
 Dosis lazim obat umumnya dianggap sesuai 
70kg (154pon)
 Rasio jumlah obat yg diberikan dan ukuran tubuh
mempengaruhi konsentrasi obat  dosis obat
perlu disesuaikan untuk pasien kurus atau gemuk
 Persamaan :
 Rumus Clark (AS)
 Rumus Thremick-Fier (Jerman)
 Rumus Black (Belanda)
Dosis Berdasarkan Berat Badan :
Berdasarkan Luar Permukaan Tubuh
 BSA (Body Surface Area)
 Paling akurat karena  mempertimbangkan tinggi
dan bobot pasien dg menggunakan rumus Du Bois
 Terutama digunakan untuk :
 Pasien kanker yg menerima kemoterapi
 Pasien pediatrik pada semua usia anak2,
kecuali bayi prematur dan bayi normal yg fungsi
hati dan ginjalnya blm sempurna shg
memerlukan penilaian tambahan dlm
pengaturan dosis
Rumus Du Bois
 BSA (cm²) = W(kg)0,425+H(cm)0,725x71,84

 BSA dewasa rata-rata = 1,73. Beberapa


literatur menyebut 1,75m² (Crawford-Terry-
Rourke)
Perkiraan BSA (m²) anak berdasarkan BB
(Nomogram)

Berat badan (kg) Luas Permukaan Tubuh


(m²)
1-5 (0,05 x BB(kg)) + 0,05
6-10 (0,04 x BB(kg)) + 0,10
11-20 (0,03 x BB(kg)) + 0,20
21-40 (0,02 x BB(kg)) + 0,40
Latihan..
 Pasien anak wanita berusia 6 tahun dengan
tinggi 116 cm dan bobot 19 kg. Resep yang
diberikan dokter berupa omeprazol dimana
untuk dewasa, dosisnya 20 mg sehari. Berapa
dosis untuk pasien ini?
a. Gunakan persamaan BSA
b. Gunakan nomogram untuk mencari BSA
anak
Regimen Dosis Berdasarkan Jam
 FI ed III
 Satu hari dihitung 24 jam  pemakaian sehari :
24/n kali pemakaian sehari semalam
 Misalkan, tiap 3 jam, maka pemakaian 24/3 = 8 kali
sehari semalam
 Van Duin
 Pemakaian sehari dihitung untuk 16 jam, kecuali
antibiotik dihitung sehari semalam 24 jam
 Misal : 16/3 + 1 kali = 5,3 +1 =6,3 dibulatkan 7 kali
Aturan Pakai
Takaran
Istilah bahasa latin Arti
a/aa ana tiap-tiap
C/cochl cochlear sendok makan, 15 ml
cp cochlear pultis sendok bubur, 8 ml
cth cochlear theae sendok I, 5 ml
cc centimetrum cubicum sentimeter kubik
d i d/d in dim da in dimidio berilah separonya
d in 2plo da in duplo berilah dua kalinya
dtd da tales doses berikan sekian takaran
g/grm gramma gram
gr granum ± 65 mg
gtt guttae tetes
mg,mgr,mg milligramma miligram
ad sampai
no nomero jumlah
part vic partitus vicibus dalam dosis bagi
q l/ quantum libet/ banyaknya
q pl/ quantum placet/ sesukanya/secukupnya
qs quantum sufficit (satis)
Perintah Pembuatan
Istilah bahasa latin Arti
R/Rp/Rcp recipe ambillah
add adde tambahkan
agit agitation gojog
decanth decantha tuangkan
div in p aeq divide in partes aequales bagilah dalam bagian
yang sama
evap evaporetur, evapora diuapkan, uapkan
f fac, fiat, fiant buat, dibuat
filtr flitra, filtretur saring, disaring
guttat guttatim tetes demi tetes
la/sa lege artis/ secundum menurut aturan seni
artem
mf misce fac campur buat
cito disp cito dispensatur Hendaknya dibuat segera
Keterangan Waktu
Istilah bahasa latin Arti
a ante sebelum
ac ante cibos/ sebelum makan
ante coenam
dc durante coenam selagi makan
dur dol durante dolor selagi sakit
feb dur febri durante selagi demam
pc post coenam setelah makan
alt hor/ alternis horis/ tiap jam
oh omni hora
dd de die sehari
h hora jam
hm hora matutina pagi-pagi
hd hora decubitus pada waktu tidur
hs hora somni pada waktu hendak tidur
m et v mane et vespere pagi dan malam
om omni mane tiap pagi
on omni nocte tiap malam
vesp vespere malam
Keterangan Tempat
Istilah bahasa latin Arti
dext dexter kanan
a/aur auris telinga
ad auris dextra telinga kanan
al auris laeva telinga kiri
od oculuc dexter mata kanan
os oculuc sinister mata kiri
ocul utro oculo utro tiap mata
Bentuk Sediaan
Istilah bahasa latin Arti
extr sicc extractum siccum ekstrak kering
extr spiss extractum spissum ekstrak kental
garg gargarisma obat kumur
gran granulum butir
gutt ad aur guttae ad sures tetes telinga
inf Infunde, infusum sari, sarian
lav ophth lavementum cuci mata
ophthalmicum
mixt mixtura campuran
ppp pulvis pro pilulis campuran sama banyak
Succus dan Radix Liquiritae
past dentifr pasta dentifricia pasta gigi
pul pulvis, pulveratus serbuk, dibuat serbuk
pulv adsp pulvis adspersorius serbuk tabur
tct/ tinct/ tra tinctura tingtur
cap capsula kapsul
collun collunarium obat semprot hidung
aurist auristillae Tetes telinga
cr cremor krim
oculent oculentum salep mata
Lainnya…
Istilah bahasa latin Arti
c cum dengan
chart cer charta cerata kertas berlilin
char par charta paraffinata kertas parafin
d c f/ da cum formula berilah dengan
d c form formulanya
iter iteretur, iteratio diulang, ulangan
m i/ mihi ipsi/ untuk diri sendiri
up usus propium
n i/ ne iteretur tidak diulang
ne iter
non rep non reperatur Jangan diulang
ne det ne detur belum diserahkan
p i m/ periculum in mora berbahaya bila ditunda
per in mora
pp pro paupere untuk si miskin
rec recen baru (segar)
rec par recenter paratus dibuat segar
s signa tanda
ad man med/ ad manus medici/ diserahkan ke tangan
imm in manus medici dokter
Skema Alur Pelayanan Resep
Resep
Administrasi Legalitas
Inkompatibilitas
Screening Farmasetis Suspensi PGA/PGS/CMC
Maximal Dose
Klinis Sediaan Lazim
Spesialite
Sinonim
Alergi
Interaksi
Indikasi
Pemberian Harga
Penimbangan
Penyiapan Peracikan
Pemberian Etiket

Recek / cek ulang Penyerahan Informasi


PENGGOLONGAN OBAT
Penggolongan obat menurut Permenkes No. 917/1993:

1. Obat Bebas

Contoh??
2. Obat Bebas Terbatas

Contoh???
3. Obat Keras

Contoh?
3. Obat Psikotropika

Contoh?
4. Narkotika

Contoh?
Logo Obat Tradisional
1. Jamu
2. Obat Herbal Terstandar
3. Fitofarmaka
6 tanda Peringatan
1. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan
Pemakaiannya
2. P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur,
jangan ditelan
3. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian
luar dari badan
4. P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan
5. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan
ditelan
Psikotropik :
1. Psikotropika Golongan I
• Hanya digunakan utk tujuan ilmu pengetahuan  potensi ketergantungan sangat kuat.
• Contoh : MDMA, Meskalin dll
2. Psikotropika Golongan II
• Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, untuk pengobatan/terapi potensi
ketergantungan kuat.
• Contoh : Amfetamin, Metakualon, Sekobarbital dll
3. Psikotropika Golongan III
• Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, untuk pengobatan/terapi potensi
ketergantungan sedang
• Contoh : Amobarbital, Flunitrazepam, Pentobarbital dll
4. Psikotropika Golongan IV
• Digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, untuk pengobatan/terapi  potensi
ketergantungan ringan.
• Diazepam, Lorazepam, Nitrazepam, Alprazolam, Klordiazepoksid, Triazolam dll.
Narkotika :
1. Narkotika Golongan I
• Hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan potensi
ketergantungan sangat tinggi.
• Contoh : Tanaman Papaver Somniferum L, Opium mentah, Opium masak,
tanaman koka (Erythroxylum coca), daun koka, kokain mentah, kokain,
tanaman ganja, Heroin, THC dll.
2. Narkotika Golongan II
• Tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, untuk terapi potensi
ketergantungan tinggi
• Contoh : Morfin, Opium, Petidin, Ekgonin, Hidromorfinol dll.
3. Narkotika Golongan III
• Tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, untuk terapi potensi
ketergantungan ringan
• Contoh : Kodein, Dihidrokodein, Etilmorfin, Doveri dll.
UU Narkotik dan Psikotropik :
• UU RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
• Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 yang
diperbarui  UU Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika
• Permenkes No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
OBAT WAJIB APOTEK
Obat Wajib Apotek (OWA)
• OWA : Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter di
Apotek, dan penyerahannya harus dilakukan oleh Apoteker
• Bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
menolong dirinya sendiri perlu ditunjang dengan sarana yang
dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional;
• Bahwa peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat
yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri yang sekaligus
menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional;
• Peran Apoteker dalam pelayanan KIE perlu ditingkatkan

OWA
Pelayanan OWA
• Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis
obat
• Membuat catatan pasien serta yang telah
diserahkan
• Memberikan informasi meliputi dosis dan
aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping
dan lai-lain yang perlu diperhatikan oleh
pasien
Kriteria OWA :
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang
tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat
khusus yang harus dilakukan olh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
OWA
1. DAFTAR OWA NO 1
 347/MENKES/SK/VII/1990

2. DAFTAR OWA NO 2
 924/MENKES/PER/X/1993

3. DAFTAR OWA NO 3
 1176/MENKES/SK/X/1999
Obat Wajib Apotek (OWA) No 1 :
• Oral kontrasepsi
• Obat saluran cerna
• Obat mulut dan tenggorokan
• Obat saluran napas
• Obat yangmempengaruhi sistem
neuromuskuler
• Antiparasit
• Obat kulit topikal
Obat Wajib Apotek (OWA) No 2 :
• 34 tambahan item obat
Obat Wajib Apotek (OWA) 3 :
• Oral kontrasepsi
• Obat saluran cerna
• Obat mulut dan tenggorokan
• Obat saluran napas
• Obat yangmempengaruhi sistem
neuromuskuler
• Antiparasit
• Obat kulit topikal
OWA 3 yang dikeluarkan :
• Obat saluran cerna + psiko  dengan resep
• Obat mulut dan tenggorokan heksetidin--obt
• Obat saluran napas
obat asma: aminofilin, sekretolitik/ mukolitik --
bromheksin
• Obat yang mempengaruhi neuromuskuler
:analgetik antipiretik: glafenin, metampiron +
klordiazepoksid/ diazepam
• Antiparasit: obat cacaing mebendazol
• Obat kulit topikal: antifungi tolfaftat
Alasan dikeluarkan :
1. Obat yang mengandung psikotropika, karena
UU psikotropika menyebutkan bahwa
psikotropika hanya dapat diberikan dengan
resep dokter
2. OWA jadi lingkar biru atau hijau:
• SEDIAAN LAZIM
• DOSIS LAZIM

Anda mungkin juga menyukai