Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FARMASI PRAKTIS

SKRINING PERMASALAHAN PADA RESEP

Dosen pengampu:
apt. Dewi Ekowati, S.Si., M.Sc..

Disusun Oleh :
Rabbayani Shogiro 2120424773
Sinta Yuliana 2120424774
Siska Yunita Damiyati 2120424775
Susan Dita Rahmadani 2120424776
Tatiana Siska Wardani 2120424777

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 42


UNIVERSTAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter: dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Resep merupakan bagian terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur
pelayanan resep, apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi skrining
administrasi, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu
resep dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan. Dokter harus
menulis resep dengan lengkap dan jelas untuk menghindari salah presepsi antara penulis
dan pembaca resep.

B. Bagian-bagian Resep
Dalam resep harus memuat:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter
2. Tanggal penulisan resep (inscription)
3. Tanda R/pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
komposisi obat (invocation)
4. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
5. Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku (subscriptio)
6. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
7. Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak boleh
ada iterasie (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh m.i = mihi ipsi
( untuk di pakai sendiri); alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang jelas,
tidak boleh di tulis sudah tahu pakainya (usus cognitus).
8. Bila Dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa
sepengetahuannya diulang, Dokter akan menulis tanda N.I = Ne iteratur
( tidak boleh diulang).

2
C. Drug-Related Problems
Drug Related Problem (DRP) merupakan bagian dari suatu medication error yang
dihadapi hampir semua negara di dunia. Identifikasi, pencegahan dan pemecahan
terhadap timbulnya DRP merupakan aktivitas utama dalam pharmaceutical care. DRP
merupakan suatu masalah yang timbul dalam penggunaan obat atau terapi obat yang
secara potensial maupun aktual dapat mempengaruhi outcome terapi pasien,
meningkatkan biaya perawatan serta dapat menghambat tercapainya tujuan terapi.
Munculnya DRP dapat dipicu dengan semakin meningkatnya jenis dan jumlah obat
yang dikonsumsi pasien untuk mengatasi berbagai penyakit yang diderita, seperti pada
beberapa penyakit kronik.
Jenis-jenis DRP adalah :
1. Untreated Indication (Indikasi tanpa terapi)
2. Improper Drug Selection (Pemilihan obat yang tidak tepat)
3. Drug used without indication (Penggunaan obat tanpa indikasi)
4. Sub Terapeutic dose (Dosis Sub Terapi)
5. Overdose (Dosis Berlebih)
6. Not receiving drug (Pasien Tidak Menerima Obat)
7. Drug Interaction (Interaksi Obat)
8. Adverse drug reaction (Efek samping obat)
Untuk meminimalkan adanya kejadian DRP maka apoteker salah satunya harus
melakukan skrining berdasarkan resep pasien. Skrining resep yang meliputi skrining
administrasi, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu
resep dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Resep yang Bermasalah

4
Resep

Rumah Sakit “JIH” Solo


No. Form : FRM. 02.02.06.149
No. Revisi : 00
Jl. Adi Sucipto no. 118 Jajar, Laweyan
Kota Surakarta, Jawa Tengah 57174

RESEP
Surakarta, 04/02/2020
Dr : Aninda Dian Anggraeni
Alergi :  tidak ya Nama obat : 1. ….
2. ….
R/ Eritrocin dulcet 50 mg
CTM 0,5 mg
Luminal 5 mg
Vit. Complex ¼ tab
Saccharm Lactis q.s
m.f la pulv dtd No. X
S 2 dd 1 pulv

R/ Mirasic Syr No. I


S 3 dd 2 cth

R/ Transpulmin kids No. I


S ue

Nama : An. Lintang Grahitama (8 tahun)


No. RM :-
Tgl. Lahir :-
Alamat : Jl. Solo- Purwadadi Km 8

Obat tersebut tidak boleh ditebus tanpa sepengetahuan dokter

5
B. Skrining Resep

Pengertian skrining adalah kegiatan apoteker berupa pengkajian resep. Dari resep
yang ada, kemudian dilakukan skrining dengan 3 kajian meliputi kajian administratif,
kajian farmasetis, dan kajian klinis. Skrining perlu dilakukan untuk menjamin keamanan
(safety) dan kemanjuran (efficacy) dari obat serta memaksimalkan tujuan terapi.
1. Kajian Administratif
Kelengkapan di Resep
No. Uraian
Ada Tidak
Inscriptio
Identitas dokter:
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan √
resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan √
resep (R/)
Prescriptio/Ordonatio
7 Nama Obat √ 
8 Kekuatan obat √  
9 Jumlah obat  √ 

Signatura
10 Nama pasien √
11 Jenis kelamin √
12 Umur pasien √
13 Berat badan √
14 Alamat pasien √ 
15 Aturan pakai obat √ 
16 Iter/tanda lain √
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter     √  

2. Kajian Farmasetis
No Kriteria Permasalahan
1 Bentuk dan kekuatan sediaan Terbaca
2 Cara pemberian Terbaca
3 Jumlah dan aturan pakai Terbaca

Nama Obat Bentuk Sediaan Kekuatan Kompaktibilita Stabilitas

6
s
Erythrocin Tablet 50 mg - Suhu ruang
dulcet
CTM Tablet 0,5 mg - Suhu ruang
Luminal Tablet 5 mg - Suhu ruang
Vit B Tablet Suhu ruang
complex
Microlac syr Syrup Tidak ada - Suhu ruang
Transpulmin Balsam Tidak ada - Suhu ruang
kids

3. Kajian Klinis
Dari resep, obat yang diresepkan adalah Eritrocin dulcet (Eritromisin), CTM,
Luminal (fenobarbital), Vit. B kompleks, Microlac syr, Transpulmin kids. Berikut
adalah pengkajian klinis dari obat tersebut.
Erythrocin dulcet 50 mg
Parameter Klinis Keterangan
Indikasi Obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati dan
mencegah berbagai jenis infeksi bakteri, seperti infeksi
kulit, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi saluran
kemih
KI Hipersensitivitas
Perhatian HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Gangguan
fungsi hati
Efek Samping Diare, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan,
gangguan lambung (neri, kram, kembung)
Interaksi Obat -
Dosis/aturan pakai 40–50 mg/kgBB per hari, 4 kali sehari, digunakan
selama 14 hari
Dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam
sebelum/sesudah makan)

CTM 0,5 mg
Parameter Klinis Keterangan
Indikasi Meredakan gejala alergi yang bisa dipicu oleh
makanan, obat-obatan, gigitan serangga, paparan debu,
paparan bulu binatang, atau paparan serbuk sari. Obat

7
ini juga digunakan untuk meringankan gejala batuk
pilek (common cold)
KI Anak usia <2 tahun, neonatus (bayi baru lahir), bayi
prematur, penderita serangan asma akut
Perhatian Awas, Obat Keras Bacalah Aturan Pakainya. Selama
minum obat ini tidak boleh mengendarai kendaraan
bermotor atau menjalankan mesin.
Efek Samping Sakit kepala, kantuk, pusing, mual, muntah, selera
makan berkurang, sembelit/ konstipasi, mulut, hidung,
dan tenggorokan kering
Interaksi obat Peningkatan efek antikolinergik dari MAOI yang
berpotensi fatal, terhambatnya
metabolisme phenytoin sehingga meningkatkan risiko
terjadinya keracunan obat, peningkatan efek
antimuskarinik dari antidepresan trisiklik, peningkatan
efek kantuk dan risiko terjadinya komplikasi jika
digunakan dengan obat antinyeri golongan opioid,
obat antiansietas, obat penenang, atau obat antipsikotik
Dosis/aturan pakai 2 mg, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal 12 mg per hari.
Diberikan bersama atau tanpa makanan

Luminal 5 mg
Parameter Klinis Keterangan
Indikasi Phenobarbital adalah obat untuk mengontrol dan
meredakan kejang, yang salah satunya adalah akibat
epilepsi. Phenobarbital atau fenobarbital bekerja dengan
cara mengendalikan aktivitas listrik yang abnormal di
sistem saraf dan otak selama terjadinya kejang.
KI Depresi pernapasan berat, porfiria
Perhatian Lansia, anak, debil, gangguan fungsi hati dan ginjal,
depresi pernapasan, hamil, menyusui, hindari
pemutusan obat mendadak.
Efek Samping Pusing, kantuk, sakit kepala, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, sensitive, merasa Lelah,

8
Interaksi obat Penurunan efektivitas obat golongan antikoagulan,
seperti warfarin dan heparin, penurunan efektivitas obat
penghambat protein kinase, seperti
axitinib, bortezomib, crizotinib, duvelisib, dan erlotinib,
penurunan efektivitas obat inhibitor protease,
seperti darunavir, atazanavir, sofosbuvir, dan cobicistat,
peningkatan risiko terjadinya efek samping jika
digunakan bersama obat-obatan yang mengandung
kalsium, kalium, atau natrium oksidat, penurunan
efektivitas obat hormon, seperti pil KB, penurunan
efektivitas obat golongan kortikosteroid
penurunan efektivitas obat golongan antijamur,
seperti griseofulvin
Dosis/aturan pakai Antikonvulsi : 4-6 mg/kgBB/hari obat minum, 3 kali
sehari.
Dosis rumatan : 3-5 mg/kgBB/hari. Diberikan sehari
atau terbagi dalam 2 dosis.

Vit B complex
Parameter Klinis Keterangan
Indikasi Memenuhi kebutuhan vitamin B kompleks tubuh, terapi
defisiensi vitamin B pada polineuritis dan beri-beri.
KI -
Perhatian Menurunkan efek levodopa
Efek Samping Rasa tidak nyaman pada lambung
Interaksi obat -
Dosis/aturan pakai 1x sehari 1 tablet

Mirasic Syr (Paracetamol)


Parameter Klinis Keterangan
Indikasi Untuk meringankan rasa sakit pada kepala, pusing, sakit
gigi, menurunkan demam, setelah vaksinasi
KI Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif.
Perhatian Disfungsi hati dan ginjal
Efek Samping Hematological, alergi kulit, reaksi alergi lain dan
kerusakan hati untuk penggunaan jangka panjang.
Interaksi obat Kolestiramin menurunkan absorpsi parasetamol,

9
metoclopramide dan domperidon meningkatkan efek
parasetamol, parasetamol meningkatkan kadar warfarin.
Dosis/aturan pakai Anak 6-12 tahun : 3-4 x sehari 5-10 ml sirup

Transpulmin kids
Parameter Klinis Keterangan
Indikasi Membantu meredakan gejala influenza untuk usia 2
tahun keatas. Balsam ini mengandung Chamomile
untuk relaksasi dan antiinflamasi, Eucalyptus untuk
melegakan batuk dan pilek, Menthol meringankan
pilek, Camphora menghangatkan badan, dan Sage Oil
untuk aromaterapi relaksasi tubuh.
KI -
Perhatian -
Efek Samping -
Interaksi obat -
Dosis/aturan pakai Oleskan 1-4 cm balsem ke bagian dada, punggung, dan
leher beberapa kali sehari, selama beberapa menit.
Penguapan wajah : masukkan beberapa cm balsam ke
dalam 1 L air panas, lalu hirup uap air panas tsb selama
beberapa menit
Balsam dioleskan atau dihirup uapnya (setelah
dimasukkan ke dalam air panas)

10
C. Permasalahan dan penyelesaian di dalam Resep

i. Peracikan antibiotic bersama obat lain


Permasalahan : Erythrocin dulcet 50 mg merupakan obat yang mengandung
eritromisin. Eritromisin adalah antibiotic golongan makrolida. Dalam kasus ini,
antibiotic diracik bersama obat lain. Antibiotik merupakan komponen dalam racikan
yang harus digunakan sampai habis, sedangkan obat lain yang merupakan
pengobatan simtomatis hanya digunakan ketika pasien mengalami gejala.
Dampak : Praktek peracikan tersebut menimbulkan kesulitan bagi tenaga kesehatan
yang menyerahkan obat untuk memberikan informasi terkait obat yang digunakan.
Selain itu, apabila pasien menerima obat racikan tesebut lalu menghentikan
penggunaan obat sebelum obat habis karena gejala yang dirasakan membaik, dapat
menyebabkan resistensi antibiotic.
Penyelesaian : Menjelaskan kepada dokter penulis resep bahwa peracikan antibiotic
bersama obat lain merupakan tindakan yang dapat mengakibatkan dampak serius
bagi pasien khususnya pasien anak. Hal ini bertujuan agar dokter penulis resep tidak
mengulangi kejadian tersebut. Walaupun pada dasarnya praktek peracikan antibiotik

11
tidak direkomendasikan, pada situasi dimana tidak terdapat pilihan lain, peracikan
antibiotik seharusnya dipisah dari jenis obat yang lain. Selain itu, proses peracikan
yang aman baik steril maupun non steril dilakukan dengan memperhatikan CPOB.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara misalnya menggunakan alat (mortar & alu)
yang terpisah dari alat untuk meracik obat non antibiotik untuk mencegah
kontaminasi silang, serta menggunakan pelindung diri bagi peracik sebagai upaya
untuk memastikan keamanan bagi pasien maupun tenaga kesehatan.

ii. Interaksi Obat


Permasalahan : Interaksi Parasetamol dengan Fenobarbital
Dampak : Parasetamol jika diberikan bersama fenobarbital akan menyebabkan
peningkatan klirens parasetamol akibat dari metabolisme (glukoronidasi dan
oksidasi) yang meningkat. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi dari
metabolit hepatotoksik oksidatif dari parasetamol, sehingga meningkatkan resiko
kerusakan ginjal (Stockley, 2008)
Penyelesaian : mengkonfirmasi terkait obat yang diberikan apakah sudah benar dan
menyarankan kepada dokter penulis resep untuk mengganti obat parasetamol
dengan antipiretik lini kedua yatiu ibuprofen sirup dengan dosis 5-10mg/kgBB atau
sebanyak 10 ml ( 2 sendok takar), 3-4 kali sehari (IDAI, 2012)

iii. Dosis kurang

Permasalahan : Pada resep tersebut ditemukan bahwa dosis luminal (fenobarbital)


yang diberikan kurang, dimana dalam reep diberikan 5 mg untuk 2 kali sehari.
Seharusnya diberikan 3-5 mg/kgBB diberikan dalam 2 dosis (2 kali sehari).

Dampak : Pemberian dosis yang kurang dapat menyebabkan tidak tercapainya efek
terapi yang diinginkan.

Penyelesaian : Mengkonfirmasi dokter penulis resep terkait dosis yang diberikan


dan menyarankan dokter untuk menambah dosis sesuai berat badan pasien.

iv. Informasi resep tidak lengkap

Permasalahan : bagian resep yang tidak lengkap yaitu no izin praktek dokter
penulis resep, no. telepon dokter penulis resep, paraf/ttd dokter penulis resep, no.
telepon pasien, berat badan pasien, jenis kelamin pasien.

12
Dampak :

1. Tidak adanya nomor telepon dokter menyebabkan apoteker tidak bisa


menghubungi dokter penulis resep ketika terjadi masalah pada fase transcribing
maupun dispensing.

2. Tidak adanya SIP dokter mengindikasikan terjadinya pemalsuan resep atau


praktik kedokteran tanpa Surat Izin Praktik (SIP). (pada dasarnya bermula dari
pelanggaran hukum administrasi kedokteran.)

3. Tidak adanya jenis kelamin dan berat badan pasien menyebabkan apoteker tidak
bisa melakukan skrining terhadap dosis obat, khususnya pada pasien anak.

4. Tidak adanya paraf dokter dapat menyebabkan penyalahgunaan oleh masyarakat


umum khususnya dalam resep yang terdapat obat narkotika maupun psikotropika.
Paraf doker penting dalam resep agar menjamin keaslian resep, berfungsi sebagai
legalitas dan keabsahan resep agar dapat dipertanggung jawabkan agar tidak
disalahgunakan.

5. Tidak adanya nomor telepon pasien/wali dapat menyebabkan apoteker kesulitan


menghubungi pasien ketika terjadi kesalahan dalam resep, khususnya mengenai
obat-obatan yang beresiko tinggi.

Penyelesaian : Mengkonfirmasi dan menanyakan dokter tentang kelengkapan resep


dan menyarankan harus dilengkapi.

13
BAB III

PENUTUP

Skrining adalah kegiatan apoteker berupa pengkajian resep. Dari resep yang
ada, kemudian dilakukan skrining dengan 3 kajian meliputi kajian administratif, kajian
farmasetis, dan kajian klinis, Dari resep diatas obat yang diresepkan adalah Eritrocin
dulcet (Eritromisin), CTM, Luminal (fenobarbital), Vit. B kompleks, Microlac syr,
Transpulmin kids.Hasil dari pengkajian klinis dari obat tersebut, terdapat permasalahan
resep yang terdapat dari resep tersebut, oleh karena itu sebagai apoteker membuat
kesimpulan dan penyeselaian sebagai berikut
1. Peracikan antibiotic bersama obat lain dengan penyelesaian Menjelaskan kepada
dokter penulis resep bahwa peracikan antibiotic bersama obat lain merupakan
tindakan yang dapat mengakibatkan dampak serius bagi pasien khususnya pasien
anak.
2. Interaksi Obat antara Parasetamol dengan Fenobarbital Penyelesaian :
mengkonfirmasi terkait obat yang diberikan apakah sudah benar dan menyarankan
kepada dokter penulis resep untuk mengganti obat parasetamol dengan antipiretik lini
kedua yatiu ibuprofen sirup dengan dosis 5-10mg/kgBB atau sebanyak 10 ml ( 2
sendok takar), 3-4 kali sehari (IDAI, 2012)
3. Dosis kurang : Pada resep tersebut ditemukan bahwa dosis luminal (fenobarbital)
yang diberikan kurang. Penyelesaian : Mengkonfirmasi dokter penulis resep terkait
dosis yang diberikan dan menyarankan dokter untuk menambah dosis sesuai berat
badan pasien.

14
4. Informasi resep tidak lengkap. Pada bagian resep yang tidak lengkap yaitu no izin
praktek dokter penulis resep, no. telepon dokter penulis resep, paraf/ttd dokter
penulis resep, no. telepon pasien, berat badan pasien, jenis kelamin pasien.
Penyelesaian : Mengkonfirmasi dan menanyakan dokter tentang kelengkapan resep
dan menyarankan harus dilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA

Baxter, Karen. 2010. Stockley's Drug Interaction, Ed. 10. Great Britain:PhP
Pharmaceutical Press
BPOMRI. 2015. Fenitoin. Pusat Informasi Obat Nasional, Badan POM RI (Online)
http://pionas.pom.go.id/monografi/fenitoin
Ikatan Apteker Indonesia(IAI).2016.Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 50.
Jakarta: PT.Isfi
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 Tentang Apotek. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
KemenkesRI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Megawati, F. dan Santoso, P. 2017. Pengkajian Resep Secara Administratif Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Ri No 35 Tahun 2014 Pada Resep Dokter
Spesialis Kandungan Di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal Ilmiah Medicamento
3(1) 2017; 12-16
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

15

Anda mungkin juga menyukai