Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANATOMI PATOFISIOLOGI


MANUSIA

DISUSUN OLEH :
1. TESSA.P.P. RIANTIARNO ( 27216649A )
2. RAISSA I.R. WIBOWO ( 27216662A )
3. ZEFANYA .K. NUGRAHA ( 27216661A )
4. AWANDA RUSMIN ( 27216663A )
5. MILAF NUR FATUROHMAH ( 27216648A )

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum ini disusun sebagai tugas harian sekaligus hasil dari
praktikum Uji Urinalis yang telah dilaksanakan pada Rabu, 18 Mei 2022.

NILAI

Surakarta, 18 Mei 2022

Mengetahui,
Dosen Pengampu

apt. Avianti Eka Dewi Aditya Purwaningsih, S.Farm., M.Sc

Urinalisis
I. Tujuan Percobaan

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine untuk tujuan:

1. Diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal
2. Skrining terhadap status kesehatan umum.

II. Dasar Teori

SPESIMEN
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi
vagina, perineum dan uretra pada wanita, serta kontaminan uretra pada pria dapat
mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu probandus perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter
pertama urine sebelum mulai menampung urine. Probandus perlu membersihkan
daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan
tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan
kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup
bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus.
Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga
unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari
sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin
yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah
buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari
karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-
lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen.
Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain :
1. Unsur-unsur dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam. Asam urat
dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain Bilirubin dan urobilinogen dapat
mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari

2. Bakteri berkembang biak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan


mikrobiologik dan pH
3. Glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap.

III. Alat dan Bahan

Alat

1. Beaker Glass
2. Pipet Tetes
3. Gelas Ukur
4. Urinometer
5. Bunsen
6. Gegep
7. Indikator pH Universal
8. Tabung reaksi
9. Fotometer

Bahan

1. Urine
2. Benedict
3. Asam asetat 10%

IV. Tata Kerja

1. Pemeriksaan Makroskopik Urine


1. Ambil sampel urin dan amati volume, bau,warna dan kejernihan urin
2. Kemudian cari Bj urin dengan menggunakan fotometer atau secara manual
3. Kemudian, uji ulang pH urin dengan indicator pH universal
2. Pemeriksaan Kima Urine
1. Glukosa (benedict )
1. sebanyak 5 mL perekasi Benedict ditambahkan kedalam tabung reaksi yang
berisi 0,5 ml urin
2. Larutan dipanaskan di atas bunsen hingga mendidih, didinginkan dan
diperhatikan perubahan warna larutan.
Tetap biru tak ada endapan : negatif ( 0 – 0,1
g/dL Hijau dengan endapan kuning : + ( 0,5 -1,0
g/dL )

Kuning : ++ ( 1,0 -1,5 g/dL)

Orange : +++ ( 1,5 _ 2,5 g/dL )

Merah bata : ++++ ( 2,5 – 4 g/dL )

2. Protein (asam asetat )


1. sebanyak 5 ml urin dimasukkan dalam tabung reaksi dan dipanaskan diatas
api Bunsen selama 1-2 menit.
2. kemudian tambahkan asam asetat 10% hingga ada perubahan warna.
Tidak ada kekeruhan : negatif (-)
Kekeruhan sedikit (tidak berbutir) : + (10 -50 mg/dL)

Kekeruhan jelas (berbutir) : ++ (50 -200 mg/dL)

Kekeruhan hebat (berkeping-keping) : +++(200 -500 mg/dL)


Menggumpal : ++++ (>500 mg/dL)
V. Hasil

Probandus Makroskopik
Vol Bau warna pH Kejernihan/ BJ
kekeruhan Manual Fotomet
ri
1. 50mL Aromatic Kunin 6,0 Jernih 1,010 1,010
/1x g
muda
2. 50ml/ Aromatic Kunin 6,0 Jernih 1,018 1,020
1x g
3. 100m Aromatic Kunin 6,0 Jernih 1,025 1,025
L/1x g
4 80mL Bau Kunin 6,0 Jernih 1,017 1,020
/1x makanan/minuma g
n muda
5. 60mL Aromatic Kunin 6,0 Keruh 1,024 1,030
/1x g
6. 40mL Aromatic Kunin 6,0 Jernih 1,005 1,005
/1x g
muda

Probandus Kimia Urine


Glukosa(Benedict) Protein(Asam Asetat)
Manual Fotometri Manual Fotometri
1. - - - -
2. - - - -
3. - - - -
4. - - - -
5. + + - -
6. - - - -

VI. Pembahasan

1. Pemeriksaan Makroskopik Urine

a. Volume
Normal : 1200 -2000 mL/ 24 jam (dewasa)

Anak 1-6 tahun : ¼ orang dewasa


Anak 6-12 tahun : ½ orang dewasa

Volume urine dipengaruhi oleh umur, intake, aktifitas, perspirasi, fungsi ginjal.

▪ Poliuria (peningkatan volume urine, > 2000 mL/24 jam)

Ditemukan pada diabetes melitus, diabetes insipidus, glomerulo nefritis


kronik, serta saat keadaan edema menghilang
▪ Oligouria (penurunan volume urine, 300-750 mL/24 jam)

Ditemukan pada Glomerulo Nefritis Akut (GNA), aklamsia, diare berat, serta
muntah-muntah hebat
▪ Anuria (tidak ditemukan urin, <300 mL/24 jam) Ditemukan pada GNA
berat, Keracunan HgCl2.

b. Warna
Warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis. Makin besar diuresis,
makin muda warna urine itu. Biasanya warna normal urine berkisar antara
kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat
warna, terutama urochrom dan urobilin.
Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam
keadaan normalpun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan
adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi
mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau obat- obatan. Beberapa
keadaan warna urine mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :

 Merah : Penyebab patologik: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen,


porfirin. Penyebab nonpatologik: banyak macam obat dan zat warna, bit,
rhubab (kelembak), senna.
 Oranye : Penyebab patologik: pigmen empedu. Penyebab
nonpatologik: obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk
fenotiazin.
 Kuning : Penyebab patologik: urine yang sangat pekat, bilirubin,
urobilin.
Penyebab nonpatologik: wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.

 Hijau : Penyebab patologik: biliverdin, bakteri (terutama


Pseudomonas).

Penyebab nonpatologik: preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.

 Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat: diuretik, nitrofuran.


 Coklat : Penyebab patologik: hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat: levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
 Hitam atau hitam kecoklatan: Penyebab patologik: melanin, asam
homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh
obat:levodopa, cascara, kompleks besi, fenol

c. Kejernihan / kekeruhan
Normal ; jernih

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh
atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal
pun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan
disebut nubecula.

Sebab-sebab urine keruh:

▪ Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi sesudah orang
makan banyak.
▪ Bakteri

▪ Unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan sel epitel

▪ Cylus dan lemak

▪ Benda-benda koloid

d. Berat jenis
Berat jenis berbanding lurus dengan osmolalitas urine. Fungsinya untuk:

1. Mengukur konsentrasi zat terlarut mengukur kepadatan air seni


2. Menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urine

Berat jenis urine antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar
jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025,
sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan
selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan
tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi
tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018,
kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru- baru ini menerima pewarna
radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan
dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk
menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Hasil pemeriksaan BJ urin harus selalu dikoreksi dengan:

1) Suhu ruang:

Tiap 3oC di atas suhu tera, maka hasil pembacaan ditambah 1

Tiap 3oC di bawah suhu tera, maka hasil pembacaan dikurang1

2) Kadar glukosa urin:

Tiap 1% glukosa maka hasil pembacaan di kurang 4

3) Kadar protein urin:

Tiap 1% protein maka hasil pembacaan dikurang 3

Rumus : Berat jenis terbaca + (suhu kamar - suhu tera)/3 x 0,001


Contoh aplikasi soal :

Normal ; aromatis
Bau amoniak : perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter.
Bunga layu : ketonuria
Busuk : perombakan protein pada ureter.

Suhu kamar : 33ºC Suhu


tera : 20 °C
Berat jenis terbaca : 1,011

Berat jenis =
= Berat jenis terbaca + (suhu kamar - suhu tera)/3 x 0,001

= 1,011 + (33-20)/3 x 0,001

= 1,015

e. Bau
Bau yang berasal dari makanan dan minuman (Normal)

f. pH
Normal ; 4,5 – 8,0 atau rata-rata 6,4 -7

Pengukuran pH urine dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, pH meter

Pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan itu memberi kesan tentang


keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang diekskresikan
dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4. Selain pada keadaan tadi pemeriksaan pH urine
segar dapat memberi petunjuk ke arah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli
biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak
ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi basa.
▪ Jika pH alkalis : retensi urine pada kandung kemih, sistitis kronis, anemia,
muntah yang hebat.
▪ Jika pH asam : assidosis, demam, diet protein, pielonefritis.
2. Pemeriksaan Kimia Urine

A. Pemeriksaan glukosa

Normal : 1 -25 mg/ dL


Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa di dalam urine. Karena
molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dari
glumerulus. Glukosuria yaitu, adanya ditemukan glukosa didalam urine yang
melebihi kadar normalnya / ekskresi glukosa ke dalam urine.

B. Pemeriksaan protein urine


Normal : 10 mg/dL

Protein berfungsi untuk pertumbuhan. Protein terdiri dari :

Albumin : untuk mengatur cairan koloid osmotik didalam tubuh.

Globulin : untuk imunoglobulin / anti bodi tubuh / pertahanan. Proteinuria adalah


adanya

protein yang ditemukan didalam urine yang melebihi kadar normalnya .


Proteinuria
disebut juga dengan albuminuria.
Penilaian proteinuria :

Ringan : ≤ 0,5 g/L per 24 jam

Sedang : 0,5 – 3 g /L per 24 jam

Berat : > 3 g /L per 24 jam Proteinuria


disebabkan oleh:
 Fisiologis
 Patologis
VI. Kesimpulan

1) Urine yang normal adalah urin yang di dlamnya tidak terkandung protein
terlarut, keton fan glukosa yang melebihi batas normal
2) Sampel urin normal adaah urin yang memiliki derajat keasaman berkisar 4.8 –
8,0
3) Volume noral urin adalah 600 – 2000 ml selama 24 jam, pada percobaan kali ini
semua sampel urin memiliki volume >600 karena sampel urin merupakan
volume sekali mikturisi.
4) Pada praktikum berat jenis dilakuka dengan alat urometer dan fotometer yang
dihasilkan semua sampel normal dimana bobot jenis normal urine 1,003-1,035.

Anda mungkin juga menyukai