Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

UJI

SENSITIVITAS ANTIMIKROORGANISME DENGAN


METODE DILUSI
DOSEN PENGAMPU
Ganet Eko P. M.Si., Apt

Kelompok : V (Lima)
Anggota : 1. Ayesha Zulkha (21154645A)
2. Kris Ayu Wijayaningrum (21154669A)
3. M. Ikhwanudin Al-Faris (21154668A)
4. Hendri Evantrio (21154664A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
UJI SENSITIVITAS ANTIMIKROORGANISME
DENGAN METODE DILUSI

I. TUJUAN
1. Untuk menentukan kadar MIC (Minimum Inhibition Concentration)

II. DASAR TEORI


Mekanisme atau daya kerja setiap antibiotik atau sediaan berbeda pada dosis
tertentu terhadap mikrob. Oleh karena itu penentuan MIC dan MKC suatu antibiotik
berguna dalam pemilihn dan penggunaan efektivitas obat.
Konsentrasi hambat minimun (minimum inhibitori concentration , MIC ) suatu obat
antimikroba adalah konsentrasi terendah obat tersebut yang masih mampu
menghambat pertumbuhan organisme ( yang tampak baik dengan mata atau
instrumen). Pengetahuan tentang MIC suatu antimikroba, proto pemberian, dan kadar
antimikroba yang dapat dicapai secara klinis ditempat infeksi memungkinkan kita
mengklasifikasi organisme sebagai rentan ( S ) , intermediat (I), atau resisten ( R)
terhadap antimikroba yang diperiksa .
MIC suatu obat antimikroba yang dapat ditentukan dengan penggunaan
serangkaian tabung reaksi, yang masing-masing mengandung medium pertumbuhan
ditambah antimikroba dengan konsentrasi meningkat bertahap. Selain itu MIC dapat
ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama dalam format miniatur ( misal,
sumur pada baki mikroliter, atau ruang-ruang kecil disebuah kartu plastik jernih).
Menggunakan 1 seri tabung reaksi yang diisi media cair dan jumlah zat tertentu sel
mikroba yang di uji. Kemudian masing–masing tabung di isi dengan bahan yang telah di
encerkan secara serial. Selanjutnya seri tabung di inkubasi pada suhu 37 C selama 18-24
jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi yang rendah bahan
pada tabung yang ditunjukan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih ( tidak ada
pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari bahan uji. Konsentrasi terendah pada obat
pada biakan padat yang ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba
adalah KBM dari bahan terhadap bakteri uji. Konsentrasi terendah dari antibiotik yang
membunuh 99,9% inokulum bakteri disebut Kadar Bunuh Minimal (KBM) atau Minimum
Killing Concentration (MCK).
Resistensi bakteri adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh
antimikrobia. Secara umum resistensi di bagi dalam 3 kelompok:
a. Resistensi genetic
Terjadi mutasi spontan pada gen bakteri sehingga terjadi perubahan pada bakteri
yang semula sensitive terhadap suatu antimikrobia menjadi resisten. Bakteri dapat
berubah menjadi resisten akibat memperoleh suatu elemen pembawa factor resisten.
Cara transformasi factor resisten bakteri terjadi dengan jalan bekteri menginporlasi
factor resisten langsung dari media sekitarnya (lingkungan).
b. Resisten non genetic
Bakteri dalam keadaan istirahat, biasanya tidak dipengaruhi oleh antimikrobia
bakteri. Bakteri ini dikenal sebagai “persistem”. Bila berubah menjadi aktif kembali,
bakteri kembali bersifat sensitive terhadap antimikroba semula
c. Resistensi silang
Resistensi silang adalah keadaan resisten terhadap antimikroba yang juga
memperlihatkan sifat resisten terhadap antimikroba yang lain. Pada resisten silang, sifat
resistensi ditentukan oleh suatu lokusgenetic. Resistensi silang biasanya terjadi antara
antimikrobia dengan struktur yang hampir sama, misalnya antara beberapa derivat
tetetrasiklin.
Mekanisme resisten kuman terhadap antibiotik ada 5 yaitu :
1. Perubahan tempat kerja obat pada mikroba.
2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.
3. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh
mikroba.
4. Meninggkatkan produk enzim yang dihambat oleh antimikroba.
5. Inaktivasi oleh mikroba
Mekanisme kerja sebagian besar antibiotik dapat dibagi menjadi 5 cara:
a. Perusakan dinding sel
Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku, disebut dinding sel yang dapat
mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma di bawahnya.
b. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta
mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara integritas
komponen-komponen seluler. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan
asam-asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah
keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat sehingga
merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Salah satu antibakteri yang bekerja dengan cara
mendenaturasi protein dan merusak membrane sel adalah fenolat dan persenyawaan
fenolat
d. Penghambatan kerja enzim
Setiap enzim yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya
suatu penghambat. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme
atau matinya sel.
e. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total
pada sel .
Kloramfenikol ( INN ) adalah bakteriostatik antimikroba. Merupakan antibiotik
spektrum luas. Kloramfenikol termasuk ke dalam golongan antibiotik penghambat
sintesis protein bakteri. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari
Streptomyces venezuelae terisolasi oleh David Gottlieb, dan diperkenalkan ke dalam
praktik klinis pada tahun 1949, di bawah nama dagang Chloromycetin. Ini adalah yang
pertama antibiotik akan diproduksi secara sintetis dalam skala besar. Karena ternyata
Kloramfenikol mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan Kloramfenikol
meluas dengan cepat sampai pada tahun 1950 diketahui bahwa Kloramfenikol dapat
menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena fungsi dengan menghambat bakteri
protein sintesis, kloramfenikol memiliki spektrum yang sangat luas kegiatan ini aktif
terhadap Gram-positif bakteri (termasuk strain sebagian besar MRSA ), Gram-negatif
dan bakteri anaerob.
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk
tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-
spesiesSalmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.
Salmonelladinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun
sebenarnya, rekannya Theobald Smith(yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis)
yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan
penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella
disebutsalmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram
perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual
danmuntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S.
typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid
fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang
disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam,
mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang
manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi,
balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
1. 10 tabung reaksi 1. Biakan bakteri (Salmonella thypi)
2. Pipet ukur 2. Antibiotik Kloramfenikol (200µg/mL)
3. Pompa 3. Pengenceran antibiotik LDF (larutan Dapar
Fosfor)

IV. CARA KERJA


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Siapkan 10 tabung reaksi, beri label I-IX
3. Masukkan masing-masing 1 mL LDF ke dalam tabung reaksi no III-IX
4. Masukkan antibiotik kloramfenikol 2 mL tabung I dan 1 mL tabung II
5. Masukkan antibiotik kloramfenikol tabung III 1 mL lalu homogenkan
6. Pipet 1 mL dari tabung III, masukkan ke tabung IV dihomogenkan dan
seterusnya sampai tabung no IX.
7. Pipet 1 mL dari tabung reaksi no IX lalu di buang
8. Masukkan Salmonella masing-masing 1 mL, tabug reaksi no II-IX
9. Masukkan Salmonella 2 mL pada tabung no X
10. Inkubasi pada suhu 370C dan 24 jam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
I II III IV V VI VII VIII IX X

konsentrasi 100µg/mL 25µg/mL 6,25µg/mL 1,625µg/mL


(-) antibiotik
200µg/mL 50µg/mL 12,5µg/mL 3,125µg/mL kontrol +
PEMBAHASAN
Tujuan praktikum ini adalah praktikan dapat melakukan penentuan MIC dan MBC
suatu antibiotik menggunakan teknik dilusi. MIC (Minimum Inhibitory Cincentration)
adalah konsentrasi terendah dari antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. MIC parameternya yaitu kejernihan pada tabung reaksi.
Bakteri yang digunakan adalah bakteri salmonella denagn antibiotik kloramfenikol
(200μg/ml). Untuk pengencer antibiotik digunakan LDF (larutan dapar fosfat) yang
berfungsi mempertahankan PH larutan antibiotik, larutan ini hanya dapat digunakan
sebagai pengencer khusus antibiotik . Sedangkan media yang digunakan dalam cawan
petri untuk mengetahui KBM digunakan media BSA ( bismuth sulfit agar) yang
mempunyai sifat selektif terhadap bakteri salmonella.
Praktikum kali ini digunakan kontrol positif (+) serta kontrol (-). Kontrol positif
berisi bakteri yang bertujuan untuk mengamati pertumbuhan bakteri. Untuk kontrol
negatif hanya berisi media antibiotik yang digunakan sebagai pembanding tingkat
parameter kejernihan.Dalam praktikum yang digunakan sebagai kontrol negatif yaitu
tabung reaksi no.1 sedangkan kontrol positif tabung reaksi no.10.
Setelah didiamkan selama 24 jam pada suhu ruangan maka akan terlihat kekeruhan
pada sebagian tabung reaksi. KHM ditentukan dari tabung jernih yang mempunyai
nomor paling akhir . Kemudian tabung yang jernih digunakan pada tahapan penentuan
KBM dimana setiap tabung yang jernih diinokulasikan pada media BSA dengan
menggunakan ose steril dan dekat dengan lampu bunsen. Dalam melakukan inokulasi
tehniknya harus benar jika salah maka akan berdampak pada hasilnya yaitu tidak akan
terbentuk koloni bakteri dan harus sesuai dengan daerah masing masing (tidak
mendekati atau melebihi garis batas masing masing nomor) untuk mempermudah
pengamatan terbentuknya koloni. KBM ditentukan dari nomor terakhir media BSA yang
jernih / tidak ada pertumbuhan koloni bakteri.

VI. KESIMPULAN
MIC/KHM berada pada tabung no .V dengan kadar 25µg/mL.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, Widman’s Clinical Interpretation of Laboratory Tests II/E, F.A


Davis Company, U.S.A.

Anonim, 2011,Prinsip Metode Dilusi,available at http:// repository.usu.ac.id


/bistream/123456789/19639.../chapter%2011.pdf.

Baris O, Gulluce M, Sahin F, Ozer H, Kilic H, Ozkan H, Sokmen M, Ozbek T .


2006. Biological activities of the essential oil and methanol extract of Achillea
Biebersteinii Afan. (Asteraceae). Turk. J. Biol. 30: 65-73.

Jawetz, Melnick & Adelberg’s, 2011, Mikrobiologi Kedokteran, Penerjemah


Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNAIR, Salemba Medika,
Jakarta.

W. Lay, Bilbiana, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Gravindo


Persada, Jakarta.
Langfield RD, Scarano FJ, Heitzman ME, Kondo M, Hammond GB, Neto CC.
2004.Use of a modified microplate bioassay method to investigate
antibacterial activity in the Peruvian medicinal plant Peperomia galiodes. J.
Ethnopharmacol. 94: 279-281.
LAMPIRAN

Perbedaan warna terlihat jelas dari tabung no. I-X


Tabung no. V Tabung no. V (kadar 25µg/mL)
Kadar 25µg/mL Tabung no. VI (kadar 12,5µg/mL)

Anda mungkin juga menyukai